NovelToon NovelToon

Butterfly Hug

CHAPTER 1

Tok! Tok! Tok!

Seorang wanita mengetuk pintu rumah yang bertingkat dua namun tak terlalu besar, sembari menjingjing sebuah rantang berwarna hijau yang berisi makanan.

Marco! Marco!

Wanita itu memanggil nama Marco dengan kesal karena tak membuka pintunya dan tak meyautinya juga.

Marco! Buka pintunya aku membawa makanan!

Tak lama sang pemilik rumah bernama Marco membuka pintunya. Si pemilik rumah itu seorang pria bernama Matteo Marco atau lebih di kenal dengan nama belakangannya yaitu Marco.

Marco bertubuh pas seperti lelaki biasanya, dia tak terlalu tinggi dan tak terlalu pendek. Walau begitu dia memiliki badan maskulin. Wajahnya sedikit mirip dengan orang timur tengah.

Marco memiliki wajah yang sedikit jutek karena ia memiliki sifat bawaan yang dingin.

"Astaga kamu baru bangun, Ini makanlah aku membawa makanan untukmu."

"Makasih Hana."

"Udah ga perlu bilang makasih setiap kali aku memberi makanan. Makan saja! Lagi pula aku ini temanmu Marco."

Hana adalah teman dekat Marco. Mereka berteman dekat sejak Marco tinggal di perumahaan milik Ayah Hana. Letak rumah Hana ada di sebelah kiri rumah Marco, Hana bisa datang ke rumah Marco hanya berjalan kaki melewati lima rumah lain.

Marco sudah tiga tahun lamanya tinggal di perumahan milik Ayah Hana. Hana dan Marco sudah berteman selama hampir 3 tahun. Dan Hana-lah yang mendekati Marco lebih dulu dan akhirnya mereka berteman dekat.

"Marco, karena hari ini adalah hari minggu. Bisakah kita pergi keluar untuk berjalan-jalan bersama?"

"Aku tidak bisa pergi Hana, terlalu banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan. Aku harus membuat lagu lagi."

Hana mencoba mengajak Marco pergi keluar untuk berjalan-jalan di hari minggu. Namun Marco tak bisa karena pekerjaannya. Marco bekerja sebagai seorang pembuat lagu atau lebih dikenal sebagai composer lagu. Marco sering mengerjakan pekerjaannya dirumahnya di bandingkan di studio tempatnya bekerja.

"Please... Untuk kali ini saja Marco. Aku temanmu Marco, ayolah keluar di hari weekend ini. Aku bosan pergi sendirian Marco."

Hana memohon pada Marco agar Marco mau keluar dengannya di hari weekend ini. Dan dengan terpaksa Marco mau melakukannya.

"Baiklah, tapi aku tak ingin menghabiskan banyak waktu. Kita harus pulang sebelum larut malam."

"Yeay! Baiklah. Aku pulang dulu dan bersiap-siap. Oh iya Marco setelah makan buruan mandi!"

Hana pergi menuju rumahnya untuk bersiap-siap pergi keluar bersama Marco.

Marco yang tengah sarapan tiba-tiba mendapatkan panggilan dari teman laki-lakinya bernama Alby.

"Hallo Alby, ada apa?"

"Marco, jangan lupa. Lo harus dateng nanti malem ke party gue!"

Marco tak menjawab ajakan Alby. Marco malah sibuk makan dan mematikan panggilannya. Marco memang se cuek itu kepada siapapun.

Setelah sarapan Marco pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Marco bersiap untuk pergi keluar bersama dengan Hana.

"Sebenarnya aku sedikit malas keluar dan bertemu banyak orang. Tapi dia Hana, orang yang selalu ada untukku, aku tak bisa menolaknya... " gumam Marco sembari masuk ke dalam kamar mandi.

Marco sudah bersiap-siap. Marco menggunakan kaos berwarna hitam. Marco mencoba mengeluarkan mobilnya dari garasi dan mendatangi rumah Hana yang hanya melewati lima rumah.

Marco menunggu Hana di depan rumahnya sembari membunyikan klaksonnya.

Titdd!!!

Tak lama Hana keluar dari rumahnya dan menghampiri Marco. Hana duduk disebelah kursi kemudi Marco.

"Baiklah ayo kita pergi!"

"Tapi kita pergi kemana Hana?"

"Kita pergi ke Carnaval Marco. Aku ingin bermain disana."

Marco dan Hana pergi menuju Carnaval bersama. Hana tampak bahagia pergi bersama dengan Marco, karena biasanya mereka jarang pergi keluar. Marco yang sibuk bekerja sebagai Composer lagu dan Hana yang sibuk membuat kue lalu menjualnya secara online.

Mereka berdua tiba di Carnaval. Karena weekend tempat itu banyak di kunjungi oleh pengunjung. Marco sebenarnya tak nyaman jika banyak orang, namun demi Hana. Marco mencoba menahannya.

Marco bermain wahana dan makan bersama dengan Hana di Carnival. Mereka menikmati waktu weekend mereka hingga mereka tak sadar hari sudah mulai gelap.

Marco pun akhirnya mengajak Hana untuk pulang karena hari sudah mulai gelap. Namun ketika di perjalanan Marco teringat, jika malam ini temannya yang bernama Alby mengundangnya ke party. Walaupun tadi Marco sempat cuek dengan ajakan Alby temannya, Marco tetap menyempatkan dirinya mendatangi party temannya.

Tanpa pikir panjang Marco berbelok arah. Ia mengarahkan mobilnya ke arah jalan menuju rumah Alby, bukan menuju perumahaan tempat ia dan Hana tinggal.

"Loh katanya kamu ingin segera pulang, Sekarang kita akan pergi kemana Marco?"

"Party."

"Party? Party siapa Marco?"

"Aku akan mengajakmu ke party Alby. Dia sedang mengadakan party karena dia di terima di tempat kerjanya."

"Alby? Maksudmu Alby yang waktu itu pernah datang ke rumahmu? Sudah lama aku tak melihatnya lagi."

"Dia selalu datang ke rumahku setiap malam, setelah dia pulang kerja. Kamu tak melihatnya karena kamu sibuk membuat kue Hana."

Hana hanya tersenyum ketika Marco mengatakan hal itu.

Marco dan Hana tiba di acara party Alby. Disana sudah banyak teman Alby yang datang, dan ini pertama kalinya Marco membawa wanita ke party temannya.

"Wih Marco. Itu cewe lo?" tanya salah seorang teman Marco.

Marco bingung, ketika Marco melihat ke arah Hana, Hana ternyata sedang menggandeng tangan Marco. Marco pun terkejut dan gugup.

"Apa'an si ini Hana temanku!"

Marco menjawab pertanyaan temannya dengan dingin. Ketika Marco mengatakan hal itu, Hana sama sekali tak tersenyum. Hana malah membuang muka dan melepaskan rangkulan tangannya yang merangkul tangan Marco.

Marco dan Hana berjalan mendekati Alby untuk mengucapkan selamat kepada Alby.

Ketika Marco dan Hana mendekati Alby. Alby langsung memukul pundak Marco dengan candaan.

Plak!

"Kenapa lo pukul gue Al!"

"Lo itu temen gue satu-satunya yang paling ngeselin. Pagi tadi gue telepon lo dan lo matiin seenaknya. Gue pikir lo ga bakal dateng!"

Marco langsung memeluk temannya yang bernama Alby itu dan mengucapkan selamat kepadanya karena telah di terima di tempat kerja idamannya.

"Selamat ya Al, semoga lo betah kerja di sana."

"Thanks ya."

Tiba-tiba Hana berdehem. Karena Hana merasa di abaikan oleh mereka berdua.

Ekhem!!!

"Astaga aku lupa. Alby dia Hana teman dekatku. Kamu masih ingat dia kan?"

"Oh, Y-ya. Aku masih mengingatnya. Hai Hana terima kasih sudah datang."

Alby mengulurkan tangannya kepada Hana untuk berterima kasih. Namun Hana malah memberikan pelukan pada Alby dan mengucapkan selamat pada Alby dengan cara berpelukan.

Marco dan Alby sama-sama terkejut ketika Hana tiba-tiba memeluk Alby. Alby seketika gugup dan membalas pelukan Hana dan berterima kasih padanya.

Marco tiba-tiba saling bertatapan dengan Alby dan tersenyum satu sama lain. Ketika Hana memeluk Alby.

...Aku bakalan update setiap hari...

...Bantu like komen dan vote ya...

...Terima kasih.❄...

CHAPTER 2

"Loh, kalian berdua pada kenapa si? Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Hana yang bingung karena melihat Marco dan Alby tersenyum ke anehan.

"Aku memeluk Alby karena aku ingin mengucapkan selamat padanya."

Namun Marco dan Alby tak menanggapi pertanyaan Hana. Alby langsung mengajak mereka berdua makan bersama di satu meja.

Kini Marco, Hana dan Alby makan bersama di meja yang sama dan saling mengobrol satu sama lain.

Party belum selesai, Tapi Marco dan Hana harus segera pulang karena sudah sangat larut. Dan besok Marco harus segera bekerja mengerjakan lagunya.

Ketika Marco dan Hana tiba di rumah, mereka melihat ada dua mobil terparkir di depan rumah kosong yang letaknya tepat di depan rumah Marco.

Marco pun bingung dan bertanya pada Hana.

"Hana, apa mereka akan tinggal disana? Apa rumah itu akan segera di tempati?" tanya Marco yang masih duduk di dalam mobil bersama Hana di depan rumahnya.

"Emm, mungkin iya. Nanti aku coba bertanya pada Ayah. Apa mereka penduduk baru di perumahaan ini atau bukan. Jika iya, kamu akan mendapat tetangga baru Marco."

Hana pun keluar dari mobil Marco dan berjalan menuju arah jalan pulang rumahnya. Marco masih saja memperhatikan orang-orang yang sedang berkemas mengisi rumah yang ada di depan rumah Marco. Tak lama Marco pun memasukan mobilnya ke dalam garasi.

Setelah Marco membersihkan diri, Marco berjalan masuk ke dalam kamarnya yang berada di lantai dua, yang langsung menghadap ke rumah yang ada tepat di depannya.

Marco langsung duduk di kursinya dan mengerjakan lagunya lagi Marco duduk di depan komputernya. Marco terlalu fokus dengan lagunya, hingga ia lupa menutup jendela kamarnya. Karena angin malam masuk ke dalam kamar Marco melalui jendela kamarnya yang terbuka. Kini Marco mencoba menutupnya. Marco pun menghampiri jendela kamarnya dan mencoba menutupnya.

Namun tiba-tiba Marco melihat tetangga barunya, tengah berada di dalam kamar lantai dua. Dan sepertinya tetangga baru Marco yang ada di depan rumahnya itu mempunyai banyak anggota keluarga. Karena ketika Marco melihatnya, disana amat ramai. Walaupun Marco melihat mereka hanya dari bayangan di balik gorden.

Marco melihat bayangan di balik gorden seperti seorang wanita, di lantai dua kamar rumah itu. Wanita itu bertubuh kurus dan berambut panjang.

Marco tampak biasa saja dengan apa yang di lihatnya, lalu Marco kembali menatap layar komputernya dan melanjutkan membuat lagu. Marco sangat bekerja keras dengan pekerjaannya, karena ia berusaha membuat seni yang indah dan bernilai tinggi.

Marco akhirnya terlelap, ia tidur tengah malam seperti biasanya.

Ketika Marco mulai terlelap tiba-tiba Marco mendengar suara sesuatu yang jatuh hingga membuatnya terbangun dari tidurnya.

"Suara apa itu? Mengganggu tidurku saja!"

Marco bangun dari tidurnya dan mencoba melihat ke arah dapur rumahnya. Marco takut jika ada tikus atau pun hewan lain yang mencoba merusak dan menjatuhkan barangnya.

Macrco berjalan ke arah dapur rumahnya dengan kaki telanjang. Ketika Marco kesana tak ada apapun yang terjatuh.

"Jika bukan dari dapur, lalu darimana suara benda jatuh ini berasal?"

Marco akhirnya kembali ke kamarnya untuk tidur, ketika Marco masuk ke dalam kamarnya Marco melihat bayangan wanita itu lagi, wanita yang tinggal di depan rumahnya. Marco melihatnya dari balik gorden kamarnya yang terbuka.

"Kenapa wanita itu masih belum tidur dan terus berjalan-jalan di kamarnya, bahkan dia juga tak mematikan lampunya?"

Marco yang sangat ingin tahu, mencoba mendekati jendela kamarnya dan mengintipnya lagi. Ketika Marco tengah mengintipnya tiba-tiba dua orang wanita dan satu laki-laki datang ke dalam kamar wanita yang sedari tadi berjalan mondar mandir di kamarnya.

Dan tak lama wanita yang berbadan kurus, berambut panjang yang sedari tadi mondar mandi di kamarnya menghilang. Mungkin dua wanita dan satu laki-laki itu membuatnya tidur.

Marco yang sedari tadi mengintip mereka merasa aneh dan tiba-tiba seorang laki-laki dari rumah itu, membuka gorden kamarnya dan mengetahui jika Marco tengah mengintip mereka.

Marco dengan cepat menutup gorden kamarnya, Marco yang terkejut akan hal itu membuat dirinya terkejut.

"Astaga, kenapa aku sekaget ini. Argh! Marco lo ga sopan banget ngintip tetangga baru lo!"

Marco tiba-tiba marah pada dirinya sendiri. Marco pun akhirnya kembali untuk tidur.

****

Pagi pun tiba cahaya matahari mulai masuk melalui jendela kamar Marco, Marco pun terbangun dari tidurnya.

Marco terbangun di pagi hari tanpa mengingat kejadian semalam. Ia berjalan ke arah dapur untuk membuat secangkir kopi.

Marco sudah terbiasa hidup sendirian. Hingga melakukan segalanya sendirian karena Marco tak punya keluarga, Marco besar di panti asuhan. Karena saat ia berusia satu tahun, ia kehilangan kedua orang tuanya. Marco di temukan di bandara, Ia tertinggal oleh kedua orang tuanya yang mencoba pergi ke luar negeri.

Ketika Marco tertinggal di bandara, Marco di bawa ke panti asuhan oleh pihak bandara, sebelumnya Marco akan di beri nama oleh pihak panti, namun ternyata Marco sudah memakai kalung liontin berwarna silver dengan bandul yang bertuliskan namanya di depan dan belakang. Ya nama itu adalah Matteo Marco. Dan sampai sekarang Marco masih menggunakan nama aslinya.

Ketika Marco hidup di panti asuhan, banyak sekali orang tua yang mencoba mengadopsinya namun si pemilik panti tak mengizinkan mereka semua. Karena si pemilik panti sangat menyayangi Marco lebih dari anak lainnya. Seperti sebuah ikatan batin.

Ketika Marco berusia 7 tahun si pemilik panti memasukannya ke Asrama hingga ia berusia 18 tahun, Bahkan sang pemilik panti selalu mengunjungi Marco ketika Marco berada di asrama. Itu membuat Marco menganggap ibu pemilik panti asuhannya sebagai ibunya sendiri.

Namun saat Marco beranjak dewasa seperti sekarang, Marco memutuskan hidup sendiri dan mencari kehidupan baru. Ia tak mau bergantung terus pada ibu pantinya. Walau begitu Marco terkadang mengunjungi panti asuhan ibu asuhnya dan bertemu dengannya.

Ketika Marco tengah duduk di ruang makan sembari meminum secangkir kopi, Marco teringat pada ibu pantinya.

"Sudah lama aku tak berkunjung pada ibu panti, haruskah aku mengunjunginya nanti?"

"Jika aku pergi kesana, aku harus membelikan sesuatu untuk ibu panti. Dan anak-anak panti yang lainnya."

Setelah Marco selesai sarapan dan meminum secangkir kopi, Marco membersihkan dirinya dan bersiap untuk pergi bekerja menuju studio.

Ketika Marco mencoba mengeluarkan mobilnya dari bagasi, tiba-tiba Hana datang dan berdiri di depan mobilnya menghadang Marco keluar.

Hana terlihat membawa sebuah bingkisan dari box besar berwarna putih.

"Astaga ada apa dengan anak ini... " Keluh Marco karena bingung dengan tingkah Hana.

Marco akhirnya keluar dari dalam mobil dan menghampirinya.

...Aku bakalan update setiap hari...

...Bantu like komen dan vote ya...

...Terima kasih.❄...

CHAPTER 3

"Hana... Ada apa? Aku harus berangkat ke studio."

"Marco aku mohon bantu aku, untuk kali ini saja. Aku mohon... "

"Bantu apa Hana?"

"Tolong antar kue ini pada tetangga baru kita. Aku sedang membuat kue, aku takut saat aku mengoven kue-ku, kue itu akan gosong."

"Kenapa harus aku Hana, lagi pula mengantar kue tak sampai 10 menit. Lebih baik kamu saja yang antar!"

Marco sudah menolak, tapi Hana masih saja memohon padanya agar Marco mau mengantar kue'nya.

"Marco, seharusnya kamu ngerti kenapa aku ngga mau antar kue ini ke tetangga baru kita."

"Emangnya kenapa Hana?"

"Jika aku mengantarnya, pasti mereka akan mengobrol bersamaku sangat lama, mereka pasti meminta resep kue'nya juga. Dan aku sedang membuat kue pesanan aku takut kue itu akan gagal. Pokoknya ini kuenya dan antar pada mereka!"

Hana pun memberikan kue buatanya untuk tetangga baru yang sekarang tinggal di depan rumah Marco, pada Marco.

"T-tapi Hana... "

"Bay, makasih ya Marco ganteng!"

Marco pun memasang wajah masam, ketika Hana menyuruhnya memberikan kue itu pada tetangga baru yang kini tinggal di depan rumah Marco.

"Ini cuman mengantar kue, tapi kenapa aku gugup sekali dengan tetangga baru'ku itu?"

Marco berjalan menuju rumah tetangga barunya, Marco hanya perlu menyebrangi jalan dan tak sampai dua menit Marco pun tiba di depan rumah tetangga barunya itu.

Gerbang rumahnya masih di kunci, Dan Marco terus menekan tombol rumahnya.

Dan tak lama si pemilik rumah pun keluar. Seorang wanita bertubuh gendut dan perkiraan berumur 40 tahunan, membuka gerbangnya dan menyambut Marco yang datang dengan kue di tangannya.

Marco tiba-tiba gugup. Karena ia teringat semalam, ia kepergok tengah mengintip rumah mereka dari jendela kamarnya.

"Hai... Selamat pagi, ada apa?" tanya wanita bertubuh gendut itu.

"Pagi... Saya datang kesini untuk mengantarkan kue ucapan selamat datang dari Hana."

"Hana? Siapa dia?"

"Dia anak dari pemilik perumahaan ini. Dia selalu memberikan kue setiap kali ada tetangga baru yang tinggal di sini."

"Oh. Baiklah, saya akan mengambilnya. Terima kasih banyak. Oh iya, apa yang depan itu rumahmu?"

"Ya, itu rumah saya. Baiklah kalo begitu saya harus pergi bekerja, saya pergi dulu."

"Baiklah, terima kasih banyak."

Ketika Marco akan pergi, Marco melihat wanita yang semalam ia lihat dari kamarnya, tengah berdiri di depan pintu rumah itu. Ya wanita itu yang tak lain adalah wanita yang Marco lihat semalam yang terus mondar mandir di dalam kamarnya, wanita itu benar-benar kurus, kulitnya putih bersih namun memiliki rambut tebal hitam, sehat dan panjang.

Marco pun menatapnya sebentar dan langsung kembali menuju mobil untuk berangkat menuju studio.

Ketika Marco berjalan meninggalkan rumah tetangga barunya itu, Marco mendengar suara wanita bertubuh gendut tadi memarahi seseorang dengan nada tinggi. Marco sempat curiga dan ingin berbalik badan untuk melihatnya. Namun Marco merasa ia tak perlu ikut campur dengan urusan orang lain. Marco akhirnya pergi dengan mobilnya menuju studio.

Seharian Marco bekerja di studio membuat lagu, sampai-sampai ia teringat. Jika ia harus membeli beberapa makanan dan barang-barang untuk di bawa ke panti asuhan. Tempat dimana dulu ia di besarkan.

Sore itu sebelum pulang ke rumah, Marco membeli beberapa makanan, mainan dan juga hadiah untuk ibu panti.

Setelah membeli banyak hal yang di butuhkan, Marco dengan cepat menuju panti asuhan. Tangannya penuh dengan barang bawaan untuk anak-anak panti.

Ketika Marco datang, semua anak-anak panti bersorak riang gembira menyambutnya. Marco pun tersenyum dan langsung membagikan makanan dan mainan kepada mereka.

"Marco, kamu sudah benar-benar berubah, kamu sudah dewasa sekarang." ucap salah satu pengasuh panti berkerudung merah.

Marco tersenyum dan memeluk pengasuh panti wanita yang berkerudung merah itu.

"Terima kasih ya sudah merawatku sejak aku kecil. Aku akan sering datang kesini..." kata Marco dengan senyuman.

"Oh iya, dimana ibu panti?"

"Maksudmu Ibu Bunga?"

"Ya, dia ada dimana sekarang? Aku merindukannya."

Marco pun diantar menuju ruangan Ibu Bunga, yang tak lain adalah ibu pemilik panti yang sudah merawatnya hingga ia besar dan menempatkan dirinya dengan sangat spesial di hatinya.

Marco masuk ke dalam ruangan seperti kamar di lantai dua, dan terlihat ibu panti yang sudah merawatnya semakin bertambah usia. Ia terlihat tengah duduk di sebuah sofa sembari membaca buku bersama anak perempuannya, yang usianya beda dua tahun dengan Marco.

"Bu... " Panggil Marco.

Seketika Ibu panti yang bernama Bunga dan anak perempuannya, mengalihkan pandangan mereka dari buku yang sedang mereka baca pada Marco.

"Marco... "

Marco pun mendekati ibu panti yang sudah merawatnya dan memeluknya begitu erat.

"Astaga Marco, ibu sangat merindukanmu..."

"Aku juga bu, aku merindukanmu..."

Marco duduk bersama dengan Ibu panti dan anak perempuannya. Dan terlihat anak perempuan ibu panti sedang menyiapkan minuman untuk Marco.

Marco yang duduk bersama dengan ibu panti mencoba mengobrol bersama.

"Bu, aku tak menyangka Lily sudah besar. Bahkan dia sudah terlihat dewasa." Kata Marco sembari menatap Lily yang sedang menyiapkan minuman untuknya.

Ibu panti hanya tersenyum sembari menatap Marco. Lily kembali dengan membawa minuman untuk Marco dan ia duduk di samping sang ibu.

Marco menatap Lily dengan senyuman sebentar, sehingga Lily merasa terbawa perasaan dan menundukan wajahnya dengan senyuman.

"Oh iya Marco, ibu ingin memberikan ini kepadamu. Sekarang usiamu sudah 23 tahunkan. Jadi ibu ingin kamu memegangnya."

"Apa bu, apa itu?"

Ibu panti pun memberikan wadah berwarna hitam, yang berisi liontin yang bertuliskan nama depan dan belakang Marco. Ya, kalung itu kalung milik Marco saat Marco ditemukan di bandara, Marco sudah memakai kalung itu.

Marco pun mengambil kalungnya, ia tersenyum melihat kalung itu.

"Suatu hari jika kamu ingin menemukan orang tuamu, tunjukan kalung itu."

Ketika Ibu panti mengatakan hal itu. Marco langsung memeluknya dan meneteskan air matanya. Karena Marco sudah tahu, jika sejak kecil ia tak tahu dimana keluarganya berada. Dan hanya ibu pantilah satu-satunya orang yang menjadi tempatnya kembali.

****

Hari mulai gelap, Marco pulang menuju rumahhnya dengan keadaan bahagia setelah bertemu ibu panti.

Ketika Marco sudah memarkirkan mobilnya dalam bagasi, Marco keluar dari mobil dan entah kenapa tiba-tiba Marco memiliki perasaan yang buruk setelah tiba dirumah.

Marco merasa tak enak hati.

Sebelum Marco masuk ke dalam rumah, Marco mencoba menutup gerbang rumahnya. Ketika Marco menutup gerbang rumahnya, Marco melihat ke arah rumah tetangga barunya. Marco merasa rumah itu seketika berubah menjadi sepi. Karena sebelumnya rumah itu ramai.

Marco berusaha berfikir positif dan tak mau curiga dengan rumah itu. Marco pun masuk ke dalam rumahnya. Namun aneh pintunya tak di kunci.

"Tunggu, kenapa ini tak dikunci apa aku lupa menguncinya?" tanya Marco bingung.

Setelah melihat kunci pintu rumahnya, ternyata Marco lupa mengunci pintu. Terlihat kuncinya masih tergantung di pintu dari dalam.

Ketika Marco menutup pintu, tiba-tiba seseorang membuatnya terkejut.

...Aku bakalan update setiap hari...

...Bantu like komen dan vote ya...

...Terima kasih.❄...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!