Setelah Galantris runtuh, Kerajaan Shandor pun ikut merasakan akibatnya. Wabah membuat manusia berubah seperti seorang Galantrian yang mati, tidak! Mereka tidak benar-benar mati, tapi mereka kehilangan detak jantung mereka dan membuat jiwa mereka gila!
......................
"Siapa kamu?!" Putri Yelda baru saja membuka matanya ketika ia melihat seorang pria yang tidak ia kenal duduk di kursi kerjanya.
Pria dengan wajah sempurna dan postur tubuh gagah memandangnya yang masih telungkup di atas kasur dengan penuh perhatian.
Pria itu hanya tersenyum dingin, menampakkan sorot mata yang tajam dan mempesona, tapi itu bukan untuk Yelda. Dia merasa terancam! Bahkan ia dengan segera mengambil pedangnya dan ngacungkan mata pedang itu tepat di hidung si pria.
"Anda hanya perlu tenang, Putri." Pria itu lalu berdiri menampakkan postur badannya yang menjulang.
Yelda masih mengacungkan pedangnya dengan tangan gemetar. "Siapa kamu sebenarnya!"
Lagi-lagi pria itu tersenyum, lalu dia dengan tenangnya menurunkan pedang milik Putri Yelda yang masih teracung ke arahnya. Seperti seorang pawang ular yang mampu mengendalikan kepala dan gerakan ularnya kemanapun ia mau hanya dengan gerakan tangannya.
"Aku dengar ... Shandor sedang krisis, jadi aku hanya datang untuk membantu Anda dan kerajaan Anda tentunya," kata pria itu dengan santai.
"Cih ... !" Yelda mendesit kecut pada pria berambut pirang itu.
"Namaku, Haaland," kata pria itu. Namun keramahannya tidak disambut ramah oleh tuan rumah.
"Aku tidak mau tahu! Jika kamu tidak pergi dari ruanganku, maka kamu tahu apa yang akan terjadi ... !" Dengan acuh dan kesal Yelda kembali mengacungkan pedangnya.
"Tenanglah, Putri Yelda." Haaland tersenyum, ah— bahkan seharusnya senyuman itu bisa melunakkan hati Yelda.
Tapi itu tidak terjadi. Yelda masih menatap Haaland dengan penuh curiga dari matanya yang gelap. "Aku tidak bodoh! Aku tidak akan tertipu oleh musuh!" kata Yelda.
"Kamu sudah bertindak kurang ajar dengan masuk ke kamarku! Entah apa yang telah kamu lakukan terhadap diriku, tapi tatapanmu itu sungguh menjijikkan! Satu hal yang pasti, aku tidak akan membiarkan musuh yang menyeludup bisa keluar dengan selamat!" Rambut merahnya bahkan masih acak-acakan saat dia menantang Haaland.
"Aku tidak datang untuk menjadi musuhmu, Putri," kata Haaland. "Aku datang untuk membalas budiku padamu yang dulu pernah menyelamatkanku."
"Cih ... ! Benar-benar menakjubkan ... ." Yelda memberikan tepuk tangan. "Kata-katamu bahkan hanya mencerminkan bahwa dirimu adalah pria yang senang menggoda wanita!"
"Aku tidak peduli dengan apa yang Anda bicarakan tentangku, Putri." Haaland masih tenang, setenang permukaan Danau Root yang dalam. "Tapi tolong, berikan aku kesempatan. Aku hanya ingin berbicara sesuatu yang penting pada Anda, Putri."
Yelda diam tak bergerak, ia masih mengacungkan pedang itu pada Haaland. Ia baru mengamati bahwa Haaland tidak seperti kebanyakan orang Mores yang menjadi musuhnya saat ini. Rambutnya pirang dan kulitnya putih, sedang Morian berambut gelap dan keriting serta memiliki kulit kecoklatan.
"Sesuatu yang mungkin akan berarti bagi Shandor."
Sedikit demi sedikit pedangnya turun. "Baiklah ... Jika kamu bersikeras ingin berbicara denganku, tapi jika kamu ketahuan mengelabuhi aku ... ." Yelda membuang mukanya. "Aku tidak akan segan-segan untuk melemparmu ke Galantris walaupun statusmu masih seorang manusia normal!"
Sikap Yelda yang arogan dan keras hanya untuk menggertak Haaland. Yelda bahkan tidak yakin jika dirinya mampu melakukan hal itu.
Senyum manis kembali merkah di wajah Haaland yang sempurna. "Terima kasih, Yang Mulia." Dia membungkukkan badannya pada Yelda.
"Tidak usah tersenyum sok manis seperti itu, aku tidak akan tertarik sedikitpun padamu!" kata Yelda. "Cepat katakan!" Yelda menggulung rambutnya agar tidak terganggu.
Gadis ini benar-benar sombong! Dia tidak seperti Yelda yang dulu pernah menyelamatkanku. Tapi bagaimanapun juga aku harus membayar Budi padanya. Aku mengerti kenapa dia sama sekali tidak mengenalku, aku mengerti ...
"Baiklah, Putri." Haaland menyibakkan rambutnya.
"Krisis yang terjadi akibat keruntuhan Galantris tentu sangat memberatkan Shandor dan negara bagiannya," ucap Haaland.
"Tapi walau begitu, sepertinya keadaan ekonomi belum terlalu buruk jika dilihat dari hasil pertanian kalian," lanjutnya.
"Sudahlah jangan bertele-tele!" Yelda tidak sabar dengan pria itu. Dia sendiri tahu jika keadaan negaranya sedang buruk. "Aku tidak punya waktu untuk mendengarkan cerita terhadap hal-hal yang sudah aku ketahui!"
"Mores!" Haaland meninggikan suaranya, membuat Yelda terkejut dan diam membeku.
"Mereka berencana menyerang kalian dengan kekuatan militer!"
"Sedangkan kalian? Kalian tidak memiliki kekuatan militer yang besar!" Haaland menatap lekat-lekat mata Putri Yelda. "Mungkin yang bisa militer hanyalah Anda dan prajurit kerajaan yang jumlahnya kurang dari 200." Caranya berbicara seperti sedang berpidato di hadapan banyak orang.
Kali ini Yelda bungkam. Ia mengalihkan pandangan matanya dari kontak mata terhadap Haaland. Ia merasa tidak kuat memandang mata biru cerah itu. Seperti menyilaukan ...
"Dari mana kamu tahu tentang hal itu?" Yelda kembali curiga, benar-benar gadis yang perasan.
"Anda tidak perlu tahu, Putri, tapi suatu saat anda akan mengetahuinya," balas Haaland.
Yelda tiba-tiba mengangkat pedang tajamnya. "Kalau begitu, aku jadi yakin jika kau memang seorang penyeludup!"
Sret ...
Dagu Haaland terkena ujung pedang dan membuat kulitnya terluka. Anehnya bukan cairan merah yang keluar dari belas luka itu. Tapi sesuatu cairan biru kental.
Beruntung Putri Yelda tidak melihat hal itu. Haaland segera menutup dagunya denan telapak tangan.
"Apa kamu terluka?" tanya Yelda dengan nada mengasihi, tapi tentu itu hanya sebuah ejekan. "Mana coba lihat lukamu?"
"Aku harus pergi, Putri." Haaland segera mendekati jendela besar yang digunakannya ketika masuk.
"Mau ke mana kamu?" Yelda mencegat Haaland dengan gerakan gesitnya. "Jadi kamu masuk melalui jendela ini?"
Decak kagum keluar dari mulut putri itu. "Sungguh luar biasa! Kau mampu memanjat dinding istana setinggi 15 meter? Aku yakin kamu ini adalah seorang pencuri handal."
"Tapi sayang sekali, kamu salah menempatkan kamarku sebagai target pekerjaanmu." Raut sedih mengejek terpampang dari wajah Yelda.
"Aku tidak akan membiarkan orang seperti dirimu berkeliaran di Shandor!" Gerakan menyerang tiba-tiba dilakukan oleh Yelda.
Tapi Haaland berhasil menghindar, ja hampir saja melepaskan tangan di dagunya, untung saja ia tidak melakukannya.
Yelda terus menyerang, tapi Haaland berhasil terhindar dari pedang tajam itu, ia tidak akan terluka sampai dua kali. Tidak akan.
"Tolong, Putri Yelda!" Haaland memohon dengan nafas terengah-engah. "Tolong hentikan! Aku hanya ingin membantu kalian, aku bukan seorang pencuri ataupun penyeludup!"
"Lalu? Kamu pikir kata-katamu bakal memengaruhiku?!" Yelda tersenyum sinis. "Tidak akan!"
"Putri Yelda, jika kau membunuhku saat ini, itu berarti bahwa tindakanmu untuk menyelamatkanku dulu adalah sia-sia!"
Haaland sudah berada di balairung raja. Ia berlutut di hadapan seorang pria gagah yang memiliki rambut berwarna coklat dan panjang, wajahnya dipenuhi bulu-bulu jenggot yang menggelantung ria.
"Jika kamu tidak ingin mengakui apa sebenarnya tujuanmu datang kemari dan menyusup ke kamar putriku, maka kau akan tahu akibatnya," ujar Raja Faramis, ayah Putri Yelda.
Haaland menatap Yelda yang berdiri di samping raja, apa yang harus dia lakukan? Dia tidak boleh mati, dia harus membalas budinya pada gadis itu.
"Saya bersungguh-sungguh, Yang Mulia, saya bukan seorang penyusup ataupun mata-mata musuh!" Haaland masih berusaha menutupi dagunya yang terasa perih. Bahaya besar jika mereka melihat darahnya yang tak normal.
Tapi raja menganggap itu sebagai suatu kebohongan. Tentu saja, tidak akan ada seorang pencuri yang akan mengakui perbuatannya.
"Bawa dia ke penjara bawah tanah!" Raja Faramis berteriak marah.
Dua orang menjaga yang ada di samping Haaland segera memegang erat lengan pria muda itu. Menyeretnya dengan sekuat tenaga ...
Brak ... !
Haaland menghempaskan tangannya untuk mberontak membuat dua penjaga terlempar sejauh dua meter.
"Apa!" Putri Yelda terperanjat.
Sama hal dengan putrinya, Raja Faramis juga terkejut dengan kejadian itu, ia berdiri dari singgasananya dengan wajah kaku. "Apa ... !"
Ternyata pemuda itu kuat sekali
Dua orang penjaga dengan sigap langsung meraih lengan kuat Haaland, mengancamnya dengan tombak tajam beracun yang siap membunuhnya kapanpun ia mencoba memberontak.
Putri Yelda menatap lekat pada pria yang tengah digiring oleh tiga penjaga menuju penjara bawah tanah.
Garis dagu Haaland sangat tegas, tangannya yang kuat, ia tidak bisa membayangkan seperti apa penampakan tubuh Haaland di balik jubah panjangnya. Menjijikkan sekali pikiranku ini! Yelda segera membuang jauh-jauh pikiran itu.
...
Haaland dilempar ke dalam kandang jeruji di ruangan gelap dan lembab. Bau apak menyelimuti atmosfer di ruang bawah tanah itu.
Prang ...
Bunyi pintu jeruji terbanting dan tergembok, mengurung sebuah kekuatan besar yang mungkin akan menyelamatkan Shandor dan Galantris dari bahaya.
Penjara bawah tanah itu tidak terlalu luas, di sebelah kiri tangga terdapat tembok yang sepertinya memisahkan ruang penjara dengan ruang lainnya, entah ruangan apa, tapi pintu besi itu terkunci rapat dan sudah berkarat yang menandakan bahwa pintu itu sudah bertahun-tahun tidak diakses.
Haaland hanya bisa meringkuk di atas tumpukan jerami sebagai alas penjaranya.
Aku harus keluar dari penjara ini! Apapun yang terjadi, aku harus keluar!
Sret ...
Seorang penjaga berpenampilan mengerikan berdiri di hadapan Haaland. Haaland sempat berpikir untuk menyingkirkan orang itu dan keluar dari pintu jeruji yang terbuka lebar, mengisyaratkan bahwa pintu itu mengajaknya untuk keluar.
Tapi orang itu sangat besar, Haaland bahkan hanya setengahnya. Ia tidak mungkin menyingkirkan orang itubtanpa keributan.
"Ayo kita menari, Nak!" Pria besar itu menyeringai kejam dengan memainkan sebuah benda panjang yang siap menyambut wajahnya.
Ctar ... !
Cambukan pertama mendarat di leher Haaland.
"Argh ... !"
Ctar ... !
Cambukan kedua berhasil membuat bagian pinggang baju Haaland sobek.
"Aargh ... !" Haaland terhuyung namun ia belum roboh.
"Ternyata kau sanggup menghadapi cambuk perakku ya?" Pria itu mengayunkan sekali lagi cambukan tanpa ampun.
Ctar ... !
"Aargh ... !" Kali ini Haaland tidak bisa lagi menopang tubuhnya, semua terasa sakit, darah biru mengucur dari balik kain penutup tubuhnya.
"Hentikan!"
Suara itu bernada tegas dan lantang, memecah semua bau lembab dan rasa sakit di dalam jeruji.
"Hentikan, Fog!" Ternyata itu adalah Putri Yelda. Wajahnya lebih tegas dari cahaya remang di bawah tanah itu.
Penyambuk bernama Fog itu langsung mundur ketika Yelda memerintah dirinya.
"Tidak ada yang menyuruhmu melakukan itu pada tawananku!" tegas Putri.
"Maaf, My Lady. Tapi aku sungguh sudah tidak sabar untuk membiarkan cambukku mengiris kulit orang-orang bejat!" balas Fog dengan suara beratnya.
"Kamu ini!" Yelda menggerakkan giginya. "Pergi sana!"
Yelda dengan kasihan melihat sosok yang telungkup tak berdaya di atas jerami penuh kutu itu. Ia melihat noda gelap di pinggangnya. Dia yakin sekali bahwa itu adalah noda darah.
Dan dia tidak keliru, itu memang noda darah. Tapi darah itu berbeda, bukan merah gelap tapi darah itu berwarna biru. Tentu saja Yekda tidak menyadari hal itu karena cahaya di ruangan itu sangat minim.
Kasihan pria ini, aku senang ketika ia dipenjara, tapi aku benar-benar tidak tega ketika ia lemah seperti ini.
Putri Yelda memanggil tabib kerajaan untuk membalut luka milik Haaland. Tabib itu membawa beberapa kain balut dan beberapa botol ramuan.
"Aku ada urusan sebentar, tolong Anda obati dia," ujar Yelda. "Anda tenang saja, akan ada beberapa penjaga yang menjada di luar dan di samping tangga. Jadi tidak akan ada hal buruk yang terjadi, lagi pula aku yakin dia tidak akan melukai orang tua seperti Anda, aku bisa melihat itu dari wajahnya." Yelda mengedipkan matanya dan pergi begitu saja.
...
Semua penjaga jaraknya agak jauh dari jeruji yang membelenggu kebebasan Haaland. Mereka tampak tegap dan santai, seperti tidak akan ada sesuatu yang terjadi.
Di lain sisi, tabib kerajaan terpekik lirih saat melihat luka Haaland. Ia baru saja sadar jika darah yang dibersihkannya bukanlah darah manusia pada umumnya yang berwarna merah pekat, melainkan berwarna biru.
"Hah? ... !"
Haaland segera menyumpal mulut si tabib tua kerajaan itu dengan tangannya.
"Kamu ini apa?" Mata tabib itu membelalak.
"Jangan beri tahu ini pada siapapun, aku memohon pada Anda," bisik Haaland dengan suara yang sangat lirih agar penjaga tidak mendengarnya.
Haaland tentu tidak memasang wajah mengancam, ia bahkan memasang wajah paling manis di hadapan tabib itu. Ia sadar bahwa wajah tabib itu sudah pucat pasi melihat darahnya, Haaland tidak ingin menambah kepanikan dalam diri tabib itu bisa-bisa ia akan terancam nanti.
Tabib mengangguk mengiyakan perkataan Haaland. Ia lalu meneruskan prosedur pengobatan dengan tangan yang gemetaran, hal itu tentu membuatnya susah bertindak.
Hampir dua jam sampai pengobatan itu selesai, keringat dingin keluar dari setiap lubang pori-pori si tabib tua setiap kali ia melihat darah Haaland yang berwarna biru.
"Terima kasih, Pak," ucap Haaland saat pengobatannya selesai. "Tolong jangan katakan hal itu pada siapapun, saya memohon pada Anda, Pak."
Tabib hanya mengangguk perlahan, dan hendak berdiri ketika Haaland berhasil meraih lengan tabib itu. Wajah ketakutan masih bisa terlihat dari mata tabib itu.
"Saya berjanji akan melindungi Anda, saya akan membalas kebaikan Anda pada saya. Tolong jangan katakan hal itu pada siapapun ... ." Haaland menyatukan telapak tangannya di depan dada, memohon pada tabib yang masih terlihat syok itu.
"Halo." Yelda berdiri di depan jeruji besi, menyapa tubuh yang tengah bersandar pada dinding penjara.
Pantulan cahaya lentera yang dibawanya membuat wajahnya bagaikan sinar di tengah kegelapan.
Sosok yang termenung di dalam penjara itu bangkit. Wajahnya benar-benar dingin, ia mendekati Putri Yelda sampai-sampai jarak antara dirinya dan Putri hanyalah sebatang jeruji berdiameter 5 cm.
Senyum menggoda kembali ia tampakkan. "Selamat malam, Putri," kata Haaland.
Perasaan Yelda benar-benar tidak karuan. Ada kekaguman yang besar dalam hatinya terhadap tampang pria itu, tapi juga ada sedikit rasa takut dalam hatinya. Sorot Haaland benar-benar bisa melelehkan hati siapapun wanita.
Yelda hampir mundur untuk menjaga jaraknya dengan Haaland.
Tidak! Aku tidak akan mundur! Jika aku mundur selangkah saja, itu pasti akan membuatnya berpikir bahwa aku adalah seorang penakut dan dia bakal mengolok-olokku. Aku akan tetap berdiri di sini.
Dua pasang mata itu saling bertemu, saling bertukar energi dan perasaan.
Sayang sekali, Yelda benar-benar tidak tahan dengan tatapan itu, ia langsung mengalihkan matanya dan melangkah menuju sebuah meja kecil di dekat jeruji, lalu meletakkan lentera itu di atas permukaannya.
Sial! Ada apa denganku?
Yelda kembali menghadap Haaland, namun kini ia mencoba untuk menjaga jarak dengan laki-laki itu.
"Ada apa gerangan, Putri. Mengapa Anda pergi ke sini tengah malam, bukankah itu mungkin saja akan berbahaya bagi Anda?" Nadanya agak mengejek.
"Cih ... ! Tidak ada yang membuatku takut—" Putri mengentikan kata-katanya. Ia memicingkan mata sambil sedikit memelengkang kepala. "Siapa namamu?"
"Ngomong-ngomong, aku sudah mengatakannya, Putri, apa Anda tidak ingat?" balas Haaland. "Berarti Anda tidak secerdas dalam desas-desus yang beredar." Haaland sengaja membuat putri itu panas sehingga ia bisa melihat kemarahannya.
"Apa kau bilang?" Yelda maju mendekati Haaland dengan kesal, kini hidung mereka hampir bersentuhan.
Ayolah, ini yang aku mau ... . Aku ingin terus dekat denganmu seperti ini, Putri. Aku benar-benar ingin melindungimu. Aku ingin sekali menghancurkan besi-besi penghalang ini.
Ia menggenggam jeruji itu dengan kuat.
Haaland sedikit tertawa. "Namaku Haaland, Yang Mulia." Haaland tersenyum sangat manis saat itu.
Yelda membuang muka begitu saja. "Lupakan saja! Aku tidak ingin berdebat sekarang ini."
"Aku ingin minta bantuanmu, Haaland." Benar-benar keputusan yang berat bagi Yelda. Dia benar-benar mengorbankan harga dirinya saat ini.
Ketika mendengar itu, Haaland menegakkan kepalanya dan tersenyum senang. "Apapun itu, Putri." Ia membungkuk layaknya penghormatan kepada para bangsawan.
Yelda tidak menghiraukan senyuman Haaland. "Aku akan memberimu kebebasan, tapi kau harus membantuku."
"Katakan apa yang harus saya lakukan," ujar Haaland yang tak sabar.
Yelda menghentakkan nafasnya dan berbicara dengan pelan. "Aku ingin kamu berpura-pura menjadi pasanganku. Aku akan katakan apapun pada ayah agar dia membebaskanmu."
Haaland tersentak. "Apa ... ? Apa aku tidak salah dengar, Putri."
Yelda berbisik, "dengar." Putri itu celingukan ke sana kemari untuk memastikan tidak ada yang mendengar percakapan mereka.
"Ayahku— dia ingin menjodohkanku dengan seorang pangeran dari Texan, dan itu semata-mata hanyalah pernikahan politik untuk menyelamatkan Shandor."
Haaland memiringkan kepalanya. Apa! Tentu aku tidak akan membiarkan Yelda menikahi pria brengsek itu.
"Tapi kamu jangan berpikir buruk dulu, aku bukannya egois dan tidak mau membantu kerajaan. Tapi aku tidak yakin dengan pangeran Texan, aku pernah dengar desas-desus bahwa kelakuannya sangat buruk, dia itu peminum berat!" lanjut Yelda.
Haaland menyilangkan tangan pada diafragmanya. "Tapi ayahnya, Raja Texan itu adalah raja yang baik sejauh ini, negara itu masih stabil dan tidak terpengaruh apapun setelah Galantris runtuh. Jadi kurasa, kenapa tidak—"
"Jadi kamu menyuruhku untuk menikah dengan seorang bajingan yang telah banyak meniduri wanita-wanita ****** dari seluruh penjuru dunia?!" Wajah Putri Yelda merah padam. "Gila kamu!"
"Tentu saja—" balas Haaland, namun kata-katanya sudah dipotong terlebih dahulu oleh ocehan Yelda.
"Apa kamu bilang? Tentu saja?" Yelda kini benar-benar kesal dengan pria berambut pirang itu. "Seluruh dunia pun tahu keburukannya! Bagaimana bisa aku menghancurkan reputasi negaraku sendiri hanya demi kekayaan! Aku yakin aku bisa membuat negara ini tidak bergantung pada siapapun!"
"Saya belum selesai bicara, Putri." Haaland mengela nafasnya dalam-dalam. "Saya tadi hanya akan bilang, tentu saja tidak, tapi Anda sudah memotong kata-kataku."
"Lalu?" Tanya Yelda.
Haaland mengangguk tipis dan kemudian berkata, "baiklah, saya akan membantu, Anda. Seperti yang saya bilang— saya akan membalas budi pada Putri kapanpun Anda mau."
"Cih ... . Ternyata kamu masih memegang kata-kata tipuanmu itu." Yelda meringis sinis. "Tapi tidak masalah, kamu akan bebas besok, apapun caranya! Aku akan membuatmu keluar dari penjara ini. Tapi seperti yang aku katakan, kamu harus membantuku."
"Tentu," Haaland memberikan senyuman paling manis saat itu.
Yelda memandang wajah itu dengan kesal. "Bisakah kamu tidak usah tersenyum terus-terusan?! Aku muak melihatnya!"
Dia kembali meninggalkan Haaland dalam kegelapan dan kepekatan ruang bawah tanah itu, hanya lentera yang tadi dibawanya saja yang menerangi sedikit ruang di sekitar jeruji Haaland.
"Putri! Lenteramu ... ," ujar Haaland. Namun Yelda sudah jauh darinya sehingga mungkin saja putri itu tidak mendengar.
Putri Yelda memang sengaja meninggalkan lentera itu, ia tidak tega meninggalkan seseorang dalam kegelapan, apalagi di ruangan seperti itu.
...
Srekk ...
Paginya dua orang penjaga mengeluarkan Haaland dari penjara itu, lalu membawanya menuju hadapan Raja Faramis.
Sungguh hal yang paling nikmat saat Haaland tiba di ruang dasar. Udara berhembus dari semua arah. Menyegarkan kembali paru-parunya yang selama ini selalu merasa pengap dengan udara bawah tanah.
"Astaga, kekasihku ... ," Yelda mulai bertingkah, ia menghampiri Haaland yang lemah karena luka cambukan dan kelaparan.
Bagus sekali akting gadis itu ...
"Maafkan aku, aku benar-benar tidak tahu jika akhirnya akan menjadi seperti ini," lanjut Yelda dengan suara dramatis.
Ia membelai wajah Haaland dengan lembut. "Maafkan aku, karena aku telah membuatmu terluka."
Haaland menikmati setiap sentuhan tangan Yelda di wajahnya, walaupun itu hanya sebatas akting, tapi pemuda itu benar-benar menikmatinya.
Keempat mata saling bertemu, lagi-lagi Haaland menyunggingkan senyumnya.
Di lain sisi, Yelda benar-benar terpaksa melakukan hal dramatis itu. Ia hanya perlu meyakinkan ayahnya agar membebaskan Haaland. Dia benar-benar telah mempertaruhkan rasa malunya.
"Baiklah, aku beri kalian waktu satu bulan untuk membuktikan bahwa kalian bisa menyelamatkan Shandor." Raja mengalihkan pandangan kepada putrinya. "Dan jika kalian tidak berhasil ... ."
"Maka kamu harus terpaksa menikah dengan pangeran Texan."
Haaland memandang tajam pada raja itu. Bagaimanapun ia tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Dirinya telah jatuh cinta—
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!