Selesai mencuci piring dan membersihkan Area dapur, lalu menuju kamar untuk belajar persiapan mengikuti ujian Nasional dan ujian uji kompetensi.
Tiga hari masa tenggang ini, aku pergunakan dengan sebaik mungkin untuk memaksimalkan belajar.
tok.... tok.... tok......
Siapa ya yang mengetuk pintu? dan itu tidak mungkin mama, karena belanja bulanan untuk besar dan mewah ini akan menyita banyak waktu.
"Tuan Muda, apa yang bisa Ku bantu?"
Tuan muda Fahar, anak laki-laki satu-satunya dari Almarhum Tuan Putra Wijaya, tapi ada yang aneh.
Tuan muda ini tidak pernah sekalipun masuk ke area kamar Asisten rumah tangga, matanya yang marah dan hal itu menutupi aura ketampanannya.
Tuan muda Fahar menarik tanganKu masuk kedalam kamar dan.......
"apa yang tuan lakukan?"
Pertanyaan itu di gubrisnya, tenaganya yang kuat membuat ku kewalahan. hingga akhirnya tubuh yang kekar menindih tubuhku yang semampai.
Memberontak hingga tenaga Ku habis, dan suara teriakan ku pasti di dengar oleh Mpok Nori. Asisten Rumah tangga bahagian bersih-bersih.
Tapi mereka tidak yang datang melihat ku di perlakukan senonoh oleh tuan muda ini.
Tenaga ku sudah habis, pakaian yang aku kenakan sudah terkoyak dan rasa sakit yang sangat amat sakit dari **** ********** Ku.
Perih dan sangat perih, tubuh lemah ini masih di bawah tubuh nan kekar dari tuan muda.
Durasi yang lama menambah peraihnya dan akhirnya tuan muda mengakhirinya, tapi setelah berselang beberapa menit. tuan muda kembali melakukannya.
Setelah tuan muda puas dengan hasratnya, dan bercak darah di sperai menjadi saksi terenggut nya kegadisanku.
Hatiku yang hancur dan rasa perih dan sakit dari **** ********** ku, membuat hanya bisa meneteskan air mata tanpa suara.
Karena suara ku sudah habis saat berteriak minta tolong.
Entah berapa lama aku seperti ini dan terlihat bayangan yang datang menghampiriku dan suara tangisan.
"apa yang terjadi Marisa? kenapa jadi seperti ini?"
Aku tidak tahu harus berbuat apa, dan harus bertindak seperti apa.
Pada akhirnya tubuh mama terletak disamping ku.**
Wajahku sepertinya basah, perlahan kedua mata ini aku buka. ternyata Mama membersihkan darah yang kering disekitar area kening dan bibirku.
Aku coba untuk duduk tapi sangat perih dan sakit, setelah dibantu mama akhirnya aku bisa duduk dan bersandar dipan kasur.
prak.....brak....
Pintu kamar terbuka dan sepertinya itu di paksa, tuan muda Fahar datang menghampiri kami dengan wajah yang terlihat sama sekali penyesalan.
"ngak usah sedih kali gitu, ntar kalau kamu hamil akan saya nikahi. jika tidak hamil, akan aku berikan kompensasi yang membuat kalian berdua kaya mendadak."
Mama tidak mengucap sepatah katapun dan Ia hanya menangis dan akhirnya tuan muda pergi dari pintu kamar.
"seandainya mama bersedia pergi bersama Marisa, kejadian ini tidak akan pernah terjadi ma."
"maafkan mama sayang, tapi janji mama kepada almarhum Tuan Putra Wijaya yang tidak bisa mama ingkari."
Ujar mama yang menanggapi perkataan Ku, Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Lidah ini kelu dan suara parau, semuanya sudah hancur dan aku tidak bisa berbuat apapun.
"eh anak babu, kamu tenang aja. ngak perlu deh panik begitu ya.
Fahar akan tanggung jawab jika kamu hamil dan jika tidak hamil maka kamu dan mama mu yang miskin itu akan mendapatkan kompensasi yang bisa membuat kalian berdua kaya mendadak."
Ujar Nyonya Rina, mami nya tuan muda Fahar. ucapannya itu persis seperti ucapan anaknya.
"sebelum ada kabar dari perut mu itu, kamu tidak bisa pergi kemanapun. takutnya nanti kamu cerita ke orang lain dan itu berbahaya buat keluarga Wijaya. paham..."
"tapi nyonya, tiga hari Marisa akan mengikuti ujian nasional. tidak mungkin Marisa hanya berdiam diri di rumah."
ucap mama ke Nyonya yang kejam itu, tapi hal membuat nya terlihat seperti emosi.
"ngak usah bantah ya babu, ntar juga bisa ikut paket c. itu aja kok ribet, dasar orang miskin, otak jongkok."
Setelah berkata demikian, nyonya yang kejam itu pergi begitu saja.
Tinggal aku disini yang meratapi nasib sial, sudah terjatuh dan tertimpa tangga pula. itulah pribahasa yang tepat saat ini.
Percuma rasanya aku kerja keras untuk membuat komik dan karakter kartun, tapi pada akhirnya masa depan ku menjadi gelap seperti ini.
apakah masih seberkas cahaya untukku?
Lalu mama pergi dari kamar dan tidak berapa lama kemudian datang menghampiriku dengan membawa makanan.
Rasanya pahit sekali ketika bubur ayam yang di suap kan mama ke mulut ini, hambar dan pahit.
Hanya bisa menelan tiga sendok karena sudah Sangat-sangat pahit.
Mpok Nori Asisten rumah tangga yang bertugas bersih-bersih datang menghampiri kami dengan air matanya yang mengalir.
"maafkan Mpok Nori ya, mpok ngak berdaya. Mpok di kurung di kamar oleh tuan muda, sehingga Mpok tidak bisa menolong mu."
Ujar mpok Nori, tapi aku tidak yakin dengan pengakuan nya. itu tidak berguna lagi, harga diriku dan masa depan ku sudah hancur.
Mpok Nori terduduk lantai dengan lemas, sesekali terdengar Isak tangisannya.
"Asih ....
kata Tuan muda, mulai besok Asih tidak perlu kerja lagi. Asih hanya bertugas untuk menjaga Marisa agar tidak keluar dari kamar ini.
Asih harus memastikan Marisa tidak boleh keluar dari kamar ini sampai ada kabar dari Marisa.
Setelah Marisa tidak hamil nantinya, maka kalian berdua boleh pergi dengan uang kompensasi yang sudah di janjikan oleh Tuan muda.
Kata tuan muda, panjar kompensasi sebanyak dua ratus juta Rupiah. sudah di transfer ke rekening Asih.
Jika seandainya Marisa hamil maka uang tersebut tetap menjadi milik kalian berdua, dan kelak tuan muda akan menikahi neng Marisa."
Aku tidak harus bicara apa, dan tidak paham atas penjelasan Mpok Nori.
Seperti nya aku hanya ajang coba-coba, seperti hewan yang di tunggu kelahiran anaknya.
"iya mpok."
Ujar mama dengan singkat yang menanggapi perkataan dari mpok Nori.
Lalu mpok Nori berlalu dari kamar sembari mengunci pintu kamar.
"mama tahu ngak, kalau Marisa sudah banyak mengumpulkan uang hasil membuat komik dan karakter kartun.
Itu sudah lebih dari cukup untuk biaya kita berdua ma, Marisa sudah bekerja keras untuk itu semua."
Mama hanya menangis dan tidak berkata apapun, karena tidak mendapatkan tanggapan dan aku coba untuk tidur.
Sakit dan perih saat menggerakkan tubuh ini, dan akhirnya bisa juga berbaring dengan membelakangi mama.
Mencoba untuk tegar tapi hati dan Air mata tidak sinkron, mulut ini aku sumpal agar tidak mengeluarkan suara Isak tangis.
"maafkan mama sayang."
Ujar Mama yang memelukku dari belakang tubuh Ku, walaupun mulut ini aku sumpal dan ternyata itu tidak mampu menahan suara Isak tangis ku.
Perintah sang Tuan muda Fahar, benar-benar terlaksana. mama tidak di ijinkan memegang dapur lagi.
Kini sudah ada pengganti mama sebagai juru masak di kediaman mewah ini, dan mpok Nori khusus untuk memantau Ku dan mama.
Persis seperti hewan yang terkurung dan aku hanya bisa di dalam kamar ini, fasilitas kamar di tambah berupa televisi yang besar, WiFi berkecepatan tinggi, laptop canggih dan AC terbaru.
Makanan dan minuman diantar ke kamar oleh juru masak yang baru yaitu Bu Ani, dan semua kebutuhan kami berdua di cukupi dalam kamar ini.
Terpenjara dalam kemewahan semu, itulah kegilaan dari sang tuan muda Fahar.**
Sudah tiga hari aku terkurung di dalam kamar ini bersama mama, emosi, geram dan hati yang bergejolak.
Ujian nasional sudah selesai pastinya, dan akan segera ujian kompetensi keahlian. tapi aku hanya terkurung di dalam kamar ini.
Bosan dan bosan, tapi apa boleh buat. inilah nasib yang harus aku terima.
"sebenarnya mama tidak menyanggupi permintaan dari tuan Putra Wijaya, tapi beliau mohon dan bersujud di kaki mama.
mama tidak berdaya, begitu banyak pertolongan almarhumah ke keluarga kita.
Ketika hendak melahirkan kamu, kandungan mama komplikasi. Almarhum Tuan Putra Wijaya, memanggil dokter ahli kandungan dari luar negeri untuk menyelamatkan kamu dan mama.
Itu berhasil nak, kita berdua selamat dan tanpa kekurangan apapun. semua biayanya di tanggung oleh almarhum, dan itu tidak sedikit.
Almarhum Tuan Putra Wijaya, adalah orang yang bijaksana. beliau adalah orang terhormat yang banyak disegani oleh orang-orang.
Tapi Nyonya menghancurkan segalanya, Almarhum tipe pria yang sejati tapi nyonya malah kebalikannya.
Papa yang terlebih dahulu kerja disini sebagai supir pribadi Almarhum, tapi ginjal akut yang menyerangnya dan mengharuskan pergi meninggalkan kita sebelum kamu lahir ke dunia ini.
Mama sudah bertahun-tahun kerja disini, dan entah apa yang merasuki pikiran tuan muda Fahar sehingga melakukan hal tercela seperti itu."
"sudahlah ma, tidak perlu lagi di ungkit semuanya.
inilah takdir yang harus aku terima, menjadi perempuan yang bisa diperalat oleh sang tuan muda."
Mama hanya menangis ketika omongannya, aku tanggapi. bukan bermaksud jahat tapi inilah kenyataannya.
Hancur sudah masa depanku, tidak ada yang bisa aku perbuat.
Hanya menunggu kabar dari rahim Ku ini atas air hina yang ditanamkan oleh sang Tuan muda.
Seminggu yang lalu, aku baru selesai menstruasi.
Berharap tetesan air hina yang ditanamkan dalam rahimku ini tidak menjadi bernyawa, agar aku bisa pergi dari sangkar emas ini.
Sangkar emas yang sangat menyiksaku, harga diri sebagai perempuan, kebebasan dan masa depanku terenggut.
Harta dan kuasa yang menahan ku di sangkar emas yang menyiksa ini.
Kemiskinan dan kemalangan yang membuatku harus menerima takdir pahit yang sebenarnya bisa di rubah dengan kerja keras.
tok.... tok... tok....
Pintu kamar itu diketuk lagi, pintu diketuk sebanyak empat kali dalam dua puluh empat jam dan kali ini yang datang adalah seorang perempuan bermulut tajam.
Dia adalah Lisa yang datang bersama Mpok Nori, entah kapan dia menjadi anak dari Nyonya rumah tapi dia harus dipanggil dengan panggilan 'non'
"selamat ya karena loh sudah terpilih, si saiko itu akan memberi mu keuntungan yang berlipat ganda untuk mu.
Jika kamu tidak hamil, itu artinya kalian berdua akan menjadi kaya mendadak.
seandainya kamu hamil itu lebih bagus lagi, kamu akan menjadi nyonya rumah mewah ini.
Tenang aja, seumuran kita ini sudah sepantasnya melepaskan kegadisan. kamu beruntung loh dapat pria konglomerat.
Lebih tepatnya konglomerat yang saiko, tapi tenang kamu masih tetap mendapatkan keuntungan yang memuaskan."
Ucap Lisa dengan segala sindiran nya, jika bisa memilih. lebih baik hidup miskin daripada hidup di rumah mewah yang penuh konflik ini.
"kok diam aja, atau masih sibuk untuk memikirkan kompensasi yang akan diterima?
bingung mau belanja apa, terus mau liburan kemana?
santai mbak sis, tar juga dapat ide kok. santai aja ngak perlu tegang seperti itu."
Aku dan mama tidak menanggapi nya, karena percuma juga. di tanggapi maupun tidak itu sama saja, sama-sama akan bermasalah nantinya.
Lebih baik diam, hati dan masa depanku sudah hancur. saya tidak menambah kehancuran susana saat ini.
"dasar gagu, miskin. capek ngomong sama orang yang berotak jongkok."
Ujar Lisa yang terlihat kesal, karena tiadanya tanggapan dari kami berdua.
Syukurlah, si mulut berbisa itu sudah pergi. setidaknya berkurang suara sumbang yang harus aku dengarkan.
Setelah beberapa jam berlalu, kini sang Tuan muda Fahar yang datang dengan membawa bingkisan yang di ikat dengan pita berwarna pink.
Lalu bingkisan itu di lemparkan ke arah ranjang yang menjadi tempat ku duduk saat ini.
"itu emas dan berlian, sebagai hadiah pertama untukmu."
Ujar sang Tuan muda lalu pergi sembari menutup kamar.
Bingkisan tersebut di buka oleh mama, dan isinya adalah kalung emas, cincin emas serta anting-anting yang mainan terbuat dari berlian.
Dilihat dari kwintansi serta sertifikat dari perhiasan tersebut, jumlah Rupiah nya sangat fantastis.
Mama menyimpan di tas sandang lalu memasukkan ke dalam lemari, kemudian mama menatapKu.
"mau makan nak? mau mama suapi?"
Mama bertanya tapi sorot matanya seakan-akan menyiratkan kesedihan yang mendalam.
"ngak ma, Marisa belum lapar."
"sejak tadi siang kamu belum makan, dikit aja ya. biar ada kegiatan mama, sudah bosan ini nak."
Karena raut wajahnya yang sedih, akhirnya aku makan disuapi oleh mama.
Hanya mama yang aku miliki, sehingga aku tidak mampu meninggalkan nya disini.
Mama bersikeras akan tetap berada disini sampai sang tuan muda Fahar mendapatkan istri.
Tapi pada akhirnya aku yang menjadi korban kebiadaban sang tuan muda.
Air mata kami berdua mengalir ketika mama menyupai ku makan, karena hanya itu yang bisa kami lakukan
Selesai makan lalu gosok gigi dan mama kemudian menonton televisi.
Untuk menghilangkan rasa kebosanan dan suasana yang remuk, aku mencoba membuat karakter animasi.
Ternyata kehancuran hati ini bisa memicu sebuah ide yang baru, komik dengan tema takdir yang menyedihkan tercipta.
Diriku sebagai seorang perempuan muda yang terjebak takdir yang miris, harga diri yang hancur, hati yang sakit dan masa depan yang gelap. dan itu menjadi sumber inspirasi bagi ku saat ini.
Imajinasi semakin liar, karakter demi karakter sudah tercipta dengan baik.
Alur cerita sudah di benak tinggal menuangkan ke dalam komik yang baru tercipta dari takdir yang malang.
Mama sudah tertidur di depan televisi yang masih menyela, sementara aku sibuk membuat karakter animasi dan alur cerita.
Tanpa terasa ternyata sudah tengah malam, pantas saja mata sudah berat. Laptop touchscreen itu aku matikan dan menutupnya dan tentunya setelah menyimpan hasil karya yang tercipta dari takdir ku sendiri.
Sudah sebulan lebih aktivitas Ku hanya berada di kamar ini, tiga karya komik sudah selesai aku buat kecuali Komik takdir tentang diriku yang bersambung.
Karena aku tidak tahu skenario kehidupan yang terjadi terhadap Ku, dan alhasil komik takdir hidup bersambung.
Mencoba mengingat siklus menstruasi, dan sudah seharusnya aku mengalami menstruasi sekarang.
Tapi kucoba untuk berpikir positif, mungkin agak telat. karena hal ini sering terjadi di karena kesibukan ku menggambarkan karakter kartun dan juga membuat alur cerita dari komik.
tanpa terasa waktu terus berlalu dan tanpa terasa sudah lewat satu minggu setelah jadwal dari siklus mentruasi.
Biasanya paling lambat empat hari jika telat, tapi ini sudah seminggu dan tidak kunjung menstruasi.
"kenapa nak?"
tanya mama yang melihat ku gusar di duduk di bangku belajar ku ini.
"sudah telat seminggu dari jadwal menstruasi Marisa."
"emangnya sudah menghitung dengan benar?"
"sudah ma."
"begini aja ya, kita lewati aja bulan ini. lalu bulan depan baru kita periksa nya ya sayang."
Ucapan mama hanya sebagai penenang bagiku, karena memang tidak banyak hal yang aku lakukan.
Sudah dua pekan terlambat menstruasi, alhasil kabar ini langsung tersebar di rumah mewah ini.
Kabar ini berawal dari mpok Nori yang aku minta untuk membeli alat tes kehamilan dan kabar telat nya aku menstruasi di dengar oleh sang tuan muda Fahar.
Berbagai jenis merek alat tes kehamilan, setelah mencoba beberapa merek dan hasilnya positif hamil.
Tapi itu hanya alat tes kehamilan, belum bisa percaya dengan maksimal. perintah dari tuan muda setelah mendengar hasil alat tes kehamilan positif hamil.
Perintah nya adalah untuk menunggu tiga minggu lagi setelah tes kehamilan ini.***
Waktu yang di tunggu telah tiba, dan aku tetap belum menstruasi. alhasil sang tuan muda sendiri yang membawa ku ke klinik Dokter ahli kandungan di kota ini.
Tuan muda Fahar memperkenalkan aku sebagai istrinya kepada dokter perempuan cantik itu.
Dokter cantik itu langsung bertindak dengan melakukan USG, dan benar saja. cabang bayi sudah mulai hidup di rahim Ku.
"selamat ya pak Fahar dan ibu Marisa, kehamilan ibu sudah mencapai empat minggu.
Kondisi janin dalam keadaan baik, jaga kesehatan, jangan stres dan istrihat yang cukup."
sang tuan uan muda Fahar terlihat begitu bahagia, senyuman yang sumiringah tapi tidak denganKu.
Dokter cantik itu meresepkan obat dan vitamin untukku, lalu kami berdua langsung beranjak pergi dari Klinik yang lumayan mewah tersebut.
Ternyata tuan muda Fahar Wijaya, membawaku ke kantor Notaris. seperti ini sudah dipersiapkan terlebih dahulu.
Surat perjanjian pranikah sudah tersedia dan hanya tinggal penandatanganan, setiap klausa perjanjian hanya menguntungkan bagi Fahar.
Tapi yang membuatku syok adalah klausa tentang jenis kelamin anak.
jika cabang bayi dalam rahimku ini lahir sebagai laki-laki, maka tuan muda akan mendaftar pernikahan kami secara hukum dan aku menjadi nyonya rumah mewah milik tuan muda Fahar Wijaya.
Tapi jika janin bayiku terlahir sebagai perempuan, maka aku dan mama akan di usir dari rumah dan pergi menjauh dari kehidupan tuan muda Fahar Wijaya.
Tentunya dengan kompensasi dan anak tetap bersamamu, karena tuan muda Fahar Wijaya tidak menginginkan anak perempuan.
Saya benar-benar tidak bisa berbuat apapun, karena tuan muda yang memegang kendali seutuhnya.
selesai menandatangani perjanjian tersebut, tuan muda mengantarkan ku kembali ke rumah, dan terlihat tuan muda sibuk menghubungi seseorang yang mengurus pernikahan sirih ini.
Waktu terus berjalan dan kini aku menjadi istri dari tuan muda Fahar Wijaya, dengan status pernikahan sirih atau dibawa tangan.
Malam telah tiba dan aku sekamar dengan tuan muda yang kejam ini.
"sekarang kamu sudah jadi istri Ku, jadi kamu harus melayani Ku."
"maaf tuan muda, saya lagi hamil."
sanggahan dari ku membuat terlihat kecewa, lalu tanganku diraih olehnya.
"satu hal kamu tidak perlu memanggilku tuan muda, panggil mas ya."
"iya tuan muda, maksud nya baik mas."
"gitu dong, kamu tenang aja. mas akan melakukan dengan pelan dan lembut, kamu hanya perlu menikmati permainan."
Ujar tuan muda Fahar, dan langsung melucuti pakaian yang aku kenakan begitu juga dengan pakaian Nya.
Apapun yang dilakukan oleh tuan muda terhadap Ku, hanya bisa pasrah.
Tuan muda Fahar Wijaya melakukan dengan pelan, tidak seperti Ia memperkosa saat itu.
Tapi rasa trauma yang masih bersarang di Jiwa ini membuat Ku tidak bisa menikmati apapun.
Setelah hasrat tuan muda Fahar tersalurkan, lalu Aku bergerak dan berbaring dengan membelakangi tuan muda Fahar.
Secara perlahan pakaian yang dilucutinya, aku kenakan kembali dan kemudian berbaring lagi di samping Nya.
Aku hanya bisa menahan suara Isak tangis Ku, karena ini terlalu kejam untukku.**
Pagi-pagi sekali tuan muda Fahar Wijaya menginginkan hubungan suami-istri, dan lagi-lagi aku hanya bisa pasrah akan perlakuan.
Setelah hasratnya tersalurkan lalu tuan muda beranjak ke kamar mandi dalam keadaan tanpa busana.
"ini pakaian tuan muda, ah maaf mas. ini pakaian mas sudah Marisa sediakan."
"terimakasih."
ucapnya dengan singkat, setalah itu baru aku beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh yang penat ini.
Setelah menjadi istri tuan muda Fahar, barulah ada sedikit kebebasan untuk ku. tapi tidak untuk keluar rumah tanpa seijin dari Nya.
Tuan muda, maksud nya mas Fahar sudah berangkat kerja. kini tinggallah aku sendiri di meja makan ini.
"neng Marisa, mama kamu demam tinggi nak."
Ujar mpok Nori yang terlihat cemas saat menghampiriku di meja makan ini.
Langsung buru-buru menemui mama di kamarnya, dan keadaan mama yang demam tinggi.
Dengan segala keberanian yang aku kumpulkan lalu menghubungi mas Fahar, melalui handphone baru yang dibelikan Nya.
'mas ini aku Marisa, maaf mengganggu. tapi mama demam tinggi mas.'
'tunggu disitu aja, biar panggilan dokter untuk menangani ibu. kamu tenang dan jangan panik.'
Hubungan telpon langsung terputus, dan tidak berapa lama dokter pribadi keluarga ini sudah tiba di ruangan ini.
Setelah melakukan pemeriksaan terhadap mama, lalu dokter terlihat menyuntikkan sesuatu melalui bokong mama.
"saya sudah memberikan obat penurun demamnya, dan ini obat harus diberikan tiga dari sekarang ya.
jika tidak perubahan sampai nanti jam 2 siang, maka ibu mu harus di opname di rumah sakit.
Nanti hubungi saya aja untuk mengurusi semuanya."
Setelah mengatakan hal demikian, dokter yang bernama Bernad itu berlalu dari kamar.
Seperti nya obat sudah mulai beraksi, terlihat wajah mama yang keringat.
"maafkan mama sayang, maafkan mama."
Ujar mama yang mengigau, keringat dari kening nya dan itu membuat hati terasa miris.
Rasa bersalah mama sampai terbawa dalam mimpi nya, sehingga mengigau seperti ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!