NovelToon NovelToon

Cinta Untuk Syaqilah

BAB. 1 Awal cerita

Veronica Syaqilah Anderson, ia adalah pewaris satu-satunya dari keluarga Anderson, ia memiliki segalanya dan hampir nyaris sempurna, tapi ia tidak pernah mendapatkan cinta dari suaminya.

Wanita yang biasa di panggil Nona Veronica itu mengubah identitasnya menjadi wanita biasa yang bernama Syaqilah dan biasa di panggil Aqilah hanya untuk lelaki yang ia cintai bernama Wiranta Atmaja, ia mencintai lelaki yang biasa di panggil Wira dalam pandangan pertama.

Aqilah adalah seorang dokter sepesialis bedah, ia juga membuat obat-obatan alami, bahkan dengan obat buatanya, orang yang sudah kom'a bertahun-tahun saja bisa ia sembuhkan hanya dalam jangka 3 hari, paling lama 1 Minggu sudah sembuh.

Aqilah juga seorang seni beladiri yang handal, dari kecil ia di didik keras oleh Daddynya, alasan Daddy tidak ingin ia bernasib sama seperti Mommy yang meninggal karena di siksa musuh dalam dunia bisnis.

Aqilah dan Wira sudah menikah hampir 1 tahun, namun hingga saat ini Wira masih saja tidak pernah menyentuhnya, terkadang Aqilah selalu berpikir apa yang kurang menarik darinya.

Walau pun Aqilah berpenampilan sederhana karena mengubah identitasnya, tapi tetap saja tidak pernah menggerakan hati dari suaminya.

Aqilah tau kalau suaminya memiliki seorang kekasih yang bernama Alexsa Wasington.

Alexsa adalah seorang model papan atas yang namanya sudah menjelit.

Sudah berbagai cara Aqilah lakukan untuk mendapatkan cinta dari suaminya, tapi hasilnya tetap sama ia tidak pernah mendapatkan cinta dari suaminya, yang ada hanya siksaan yang Aqilah dapatkan.

Bahkan keluarga dari Wira pun tidak ada yang menghormatinya, mereka hanya akan menghormatinya saat ada kakek dari Wira yang bernama Bagas Atmaja.

Susan dan Bagas lah yang menjodohkan Wira dengan Aqilah karena perjanjian yang Aqilah buat untuk mereka.

Saat itu Bagas terbaring kom'a hampir 1 tahun lamanya, Susan yang memohon pada Aqilah untuk mengobati suaminya, tentu tidak Aqilah sia-siakan kesempatan itu untuk mengajukan perjanjian kalau Bagas sembuh Wira harus menikahinya dan menyuruh menutup rapat identitasnya, itu lah permintaan Aqilah.

Tanpa pikir panjang Susan menerima syarat yang di ajukan oleh Aqilah. Sekarang Aqilah sedang duduk di sebuah balkon kamarnya, senyumanya terpancar di bibir tipisnya saat melihat bintang-bintang di malam hari dan angin malam yang menerpa tubunya

Aqilah menyukai bintang dan angin, karena saat Mommynya akan menghembuskan nafas terakhir, Mommynya mengatakan kalau kamu ingin merasakan Mommy hadir dalam dirimu.

Bintang yang paling terang adalah Mommy, dan angin yang menerpa tubuhmu adalah pelukan Mommy, lalu pesan terakhir serapuh apa pun kamu nanti, jangan tunjukan tangisanmu di depan orang lain selain Dedymu.

Kata itu masih terdengar jelas di telinga Aqilah, ingatanya masih jelas saat itu, walau pun saat itu Aqilah masih berusia 6 tahun dan sekarang usia Aqilah sudah menginjak 24 tahun

Bruk...!

Suara keras bantingan pintu itu menyadarkan Aqilah dari lamunanya, ia langsung buru-buru masuk ke kamar untuk menyambut sang suami.

Aqilah langsung memancarkan senyuman ceriahnya saat suaminya datang.

"Wira, kamu sudah pulang."

Aqilah langsung memeluk suaminya walau pun suaminya tidak pernah menginginkanya.

Wira langsung mendorong tubuh Aqilah ke atas ranjang.

"Jangan menyentuhku! Sudah berapa kali aku bilang jangan menyentuhku bodoh!"

"Aku merindukanmu Wira, kamu tidak pulang selama 1 Minggu."

Aqilah langsung berdiri lagi, ia masih sama, masih tetap menampilkan senyuman di bibir tipisnya.

"Apa siksaan selama ini belum puas?! Apa kamu ingin aku membunuhmu dengan tanganku sendiri?!"

Suaminya sering bilang seperti itu pada Aqilah, bahkan suaminya tidak segan-segan menyambuk Aqilah dengan ikat pinggangnya jika Aqilah terus mengganggu suaminya dan Aqilah selalu berakhir di ikat di atas ranjang oleh suaminya, tapi masih sama Aqilah tetap lah Aqilah yang keras kepala.

Rasa sakit yang selalu Aqilah rasakan saat suaminya melakukan kekerasan, tidak membuatnya gentar, ia sudah sering berkelahi dan berakhir terkena tembakan di tubuhnya, jadi rasa sakit yang di berikan suaminya bagi ia tidak seberapa.

Apa yang belum Aqilah temui, ia adalah seorang pewaris keluarga Anderson, tentu ia harus pintar dalam hal apa pun.

Aqilah mencium bau alkohol di mulut suaminya.

"Kamu mabuk lagi Wira? Kamu mabuk mengadakan party sampai mulutmu bau alkohol?"

"Bukan urusanmu bodoh!"

Setelah mengatakan itu Wira memutuskan untuk membersihkan tubuhnya ke kamar mandi.

Sedangkan Aqilah hanya menghela nafas berat, hanya Wira dan keluarga Wira yang bisa merendahkannya, selama Aqilah hidup belum pernah di rendahkan seperti sampah, tapi lagi-lagi rasa cintanya membuat ia hanya bisa pasrah.

Aqilah duduk di atas ranjang. Ranjang yang belum pernah di naiki oleh suaminya, suaminya memilih tidur di ranjang televisi yang bisa di naik turunkan dengan remot.

Setelah 30 menit Wira keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah, ia menyugarkan rambutnya ke belakang membuat pesonanya semakin terlihat.

Aqilah yang melihat suaminya keluar dari kamar mandi ia tersenyum lebar, bagi ia suaminya adalah candu untuknya.

Cukup melihat wajah suaminya maka ia akan tersenyum ceriah.

"Wira, kapan kamu tidur di ranjang yang sama? Sampai kapan kamu terus memperlakukan aku seperti orang asing? Aku adalah istrimu."

Wira yang mendengar ucapan dari istrinya, ia melempar handuk pengering rambutnya ke wajah istrinya.

"Bisa diam tidak?! Aku capek! Aku tidak ada tenaga untuk mencambukmu!"

"Hanya tidur Wira, aku tidak akan memelukmu."

"Diam atau aku sumpal mulutmu dengan handuk itu!"

Wira berbicara sambil menatap tajam sang istri, ia sudah lelah tidak bertenaga.

Apa lagi yang mengajak ia bekerja sama putri dari inspestor terbesar yang sangat murahan terus menggodannya, membuat ia benar-benar kesal, dan sekarang di hadapkan dengan mulut bawel sang istri hingga membuat ia pusing.

Aqilah yang melihat suaminya benar-benar lelah, ia langsung membaringkan tubuhnya, biasanya ia akan lebih cerewet lalu berakhir di cambuk dengan ikat pinggang, tapi kali ia tidak cerewet, ia tidak mau suaminya itu stres karena sibuk memikirkan pekerjaan.

Apa lagi Aqilah juga sebagai seorang CEO, ia sudah tau betapa lelahnya memegang jabatan itu.

Wira langsung merebahan tubuhnya di atas ranjang yang biasa ia tempati, tiba-tiba saja ponsel Wira bergetar.

Dret... Dret...

Wira langsung mengambil ponselnya di meja, lalu langsung pergi ke arah balkon untuk mengangkat telpon itu.

Aqilah sudah tau kalau yang menelpon suaminya adalah kekasih dari suaminya, tapi ia tidak berniat untuk menguping pembicaraan mereka seperti hari-hari biasanya karena hari ini ia sudah cukup lelah dengan pekerjaannya yang selalu di perlakukan seperti pembantu.

Namun kadang-kadang saat suaminya mengatakan ia adalah wanita murahan karena terus mengejar cinta dari suaminya, tapi suaminya tidak pernah sadar bahwa kekasihnya lebih murahan.

Berita Wira yang sudah menikah sudah tersebar di media semenjak awal pernikahanya, tentu itu atas permintaan Aqilah pada Bagas, tapi kekasih dari Wira terus saja menelpon Wira, yang terkesan lebih murahan menurut Aqilah.

"Aku hanya tau cinta dan benci itu beda tipis, tapi apa benci suamiku akan menjadi cinta? Atau aku yang membencinya?

Aqilah tidak pernah tau, kapan suaminya akan jatuh cinta, yang Aqilah tau kalau cinta dan benci itu beda tipis, ia juga tidak tau kapan akan membenci suaminya.

BAB. 2 Cambukan di pagi hari

Seperti biasa setiap pagi Aqilah selalu membuat sarapan, karena kalau tidak ia akan mendapat amukan dari Tante dan sepupu suaminya yang memang tinggal di sana, hanya Mama mertuanya yang tidak mempedulikan ia mau melakukan apa pun dan tidak pernah menegurnya.

Aqilah memasak sambil bersenandung, bahkan para pelayan di dapur selalu menggelengkan kepalanya saat setiap pagi Aqilah memasak sambil bersenandung.

Para pelayan berpikir apa otak dari istri Tuannya itu memang bermasalah.

Apa lagi setiap di marahi habis-habisan Aqilah masih tetap menampilkan senyum ceriahnya, tidak pernah mengeluh atau menangis, membuat para pelayan di sana selalu heran dengan sifat Aqilah.

Terlebih menurut pelayan Aqilah seperti Gadis kecil, walau pun usia Aqilah 24 tahun, tapi Aqilah selalu seperti Gadis 17 tahun.

Para pelayan selalu penasaran apa rahasia Aqilah yang selalu terlihat seperti Gadis remaja, jika Aqilah seorang model yang terlihat cantik para pelayan tidak akan pernah heran, karena seorang model banyak uang.

Namun sebagai seorang Aqilah mana bisa memiliki perawatan kulit yang mewah, apa lagi yang pelayan tau kalau Aqilah hanyalah orang miskin yang tinggal di kontrakan kumuh dulunya.

Aqilah selsai memasak, ia langsung menata makanya di meja dengan tersusun sangat rapih.

Setelah itu Aqilah pergi ke kamar untuk membangunkan sang suami, yang Aqilah tau suaminya ada jadwal rapat pukul 07.30WIB.

Walau pun suaminya tidak pernah mengatakan apa pun dan menganggap Aqilah adalah orang asing, bukan berarti Aqilah tidak tau apa-apa, ia selalu membayar sekretaris dari suaminya setiap harinya.

Aqilah mentransfer uang pada sekretaris dari suaminya dengan jumblah 2 juta rupiah.

Aqilah memang tidak pernah mempermasalahkan tentang uang, mengeluarkan 2 juta rupiah perharinya hanya untuk informasi tentang suaminya tidak akan membuat ia miskin.

Aqilah sudah sampai di kamar, ia langsung menggoyangkan tubuh suaminya.

"Wira bangun, kamu nanti telat."

Tidak ada jawaban dari sang suami, membuat Aqilah menggoyangkan lagi tubuh suaminya.

"Wira! Bangun!"

Kali ini Aqilah berhasil membangunkan Wira dengan suara tingginya.

Wira yang di usik oleh istrinya ia langsung duduk, matanya langsung menatap tajam pada sang istri.

"Apa tidak bisa sekali saja kamu tidak mengusikku?!"

"Tapi ini sudah pagi Wira."

"Apa karena semalam kamu bebas dari siksaan jadi kamu semena-mena?! Baik kalau kamu menginginkan siksaan pagi-pagi untuk sarapanmu!"

Wira langsung meremas rambutnya, ia langsung turun dari ranjang sambil menarik istrinya ke arah ranjang milik istrinya, lalu langsung ia hempaskan tubuh istrinya di atas ranjang.

Wira langsung mengambil tali untuk mengikat ke dua tangan istrinya.

"Wira, aku hanya membangunkanmu, aku bukan bermaksud mengganggumu, ini masih pagi tolong jangan siksa aku, aku masih belum sarapan apa pun."

Wira tidak peduli dengan ucapan dari istrinya, ia langsung mengikat istrinya, ia juga tidak peduli kalau istrinya sakit karena ulahnya atau apa, yang jelas ia harus melampiaskan kemarahanya karena tidurnya telah di usik oleh istrinya.

Wira langsung mengambil ikat pinggangnya, lalu langsung melayangkan cambukan pada tubuh istrinya.

"Aku tidak pernah tau kenapa kakek bisa menjodohkanku denganmu dan mengancamku kalau aku tidak menikahimu maka seluruh warisannya untukmu. Aku tidak tau apa yang di lihat oleh wanita bawel dan murahan sepertimu!"

Wira mencambuki istrinya sambil mengomel.

Bagi Wira istrinya adalah wanita murahan, bagai mana tidak murahan kalau istrinya selalu memakai celana hanya panjang satu jengkal tanganya dan kaos yang masih memperlihatkan sedikit perutnya.

Wira sudah berkali-kali menyuruh istrinya untuk memakai baju yang menutup lekuk tubuhnya dan celana seatas lutut, tapi istrinya masih sama, tidak pernah menggubris omonganya.

Itu membuat Wira merasa jijik pada tubuh istrinya, apa lagi saat istrinya menggodanya memakai lingerie, ia bahkan merasa lebih jijik lagi, berbeda denga kekasihnya yang selalu berpenampilan sedikit tertutup walau pun kekasihnya seorang model.

Pernah satu kejadian di mana Wira membakar semua baju istrinya dan berujung istirinya yang terus merengek layaknya anak kecil minta jajan.

Aqilah menerima cambukan itu dengan bibir tersenyum, jangankan menangis merintih kesakitan saja ia tidak.

Bukan Aqilah mati rasa, ia sangat merasakan perih di tubuhnya yang sudah merasa memar di sekujur tubuhnya, tapi ia tidak pernah menujukan kelemahanya pada siapa pun itu.

Selama penyiksaan itu di lakukan, Wira belum pernah melihat air mata sang istri atau rintihan kesakitan dari istrinya, yang Wira lihat adalah senyuman ceriah dari bibir istrinya.

Bahkan saat pertama Wira melakukan kekerasan, ia berpikir kalau istrinya itu sangat tidak waras, seumur hidup ia belum pernah melihat ada wanita sekebal istrinya dan seberani istrinya.

Selama ini jika Wira sudah menatap tajam pada orang-orang mereka akan ketakutan, tapi istrinya sama sekali tidak merasakan takut.

Saat itu Wira sampai menggoreskan pisau di lengan istrinya, tapi tetap sama istrinya tidak pernah menangis.

"Kapan kamu akan meminta bercerai wanita murahan?! Hanya kamu orang yang bisa melakukan perceraian!"

"Tunggun sampai 3 tahun, bahkan tidak sampai perjanjian yang di buat oleh kakekmu yang terus memperistriku hingga 5 tahun, baru berpisah jika ke duanya tidak ada kecocokan. Aku hanya butuh waktu 3 tahun. Setelah 3 tahun kamu bebas dariku dan aku juga akan melanjutkan kehidupan normalku."

Aqilah menjawab ucapan dari suaminya sambil tersenyum lebar, matanya masih sama, menampilkan mata yang berbinar seoalah-olah penyiksaan dari suaminya adalah kebahagiaannya.

"Wanita gila!"

Setelah mengatakan itu Wira langsung melempar ikat pinggangnya lalu langsung berlalu ke arah kamar mandi karena ia baru ingat kalau pagi ini ada rapat.

Sedangkan Aqilah hanya menghela nafas berat, ia menatap langit-langit kamar itu, seakan-akan ia tidak pernah bosan menatap langit-langit kamar itu.

Langit-langit kamar berwarna hitam, sedangkan cat dindingnya berwarna putih.

Menurut Aqilah cat di kamar suaminya adalah arti sifat dari suaminya yang jahatnya hanya setengah hati dan baiknya hanya setengah hati.

Setelah 30 menit Wira keluar dari kamar mandi, ia langsung mengganti pakaiannya dengan stelan jas, lalu langsung merapihkan rambutnya.

Setelah itu Wira langsung mengambil tas untuk pergi ke kantor, sebelum meninggalkan kamar Wira melihat ke arah istrinya yang sedang menatap langit-langit, itu membuat Wira menghela nafas panjang.

Wira pikir istrinya itu akan menangis setelah ia pergi, ia pikir istrinya itu pura-pura kuat dan seolah tidak pernah terjadi apa-apa hanya di depannya saja, tapi nyatanya memang istrinya itu tidak bisa menangis.

Seolah-olah cambukan dari Wira itu tidak berasa apa-apa di tubuh istrinya

"Aku tidak akan membuka ikatanmu, anggap saja itu hukuman untuk wanita sepertimu!"

Setelah mengatakan itu Wira langsung keluar dari kamarnya.

Aqilah hanya menganggukan kepalanya, ia sudah hapal dengan suaminya yang tidak pernah membuka ikatannya.

Ikatanya akan di buka oleh asisten pribadi suaminya, jadi bagi Aqilah sudah tidak terkejut lagi.

Wira langsung mendekati asisten pribadinya yang sedang duduk di sofa.

"1 jam lagi kamu lepaskan ikatan Aqilah, jadi pagi ini tidak perlu mengantar saya ke kantor, saya akan membawa mobil sendiri."

"Baik Tuan."

Setelah Wira pergi Aldo menghela nafas beret, entah apa lagi yang di lakukan oleh Aqilah sampai-sampai tuanya itu memberikan siksaan di pagi hari.

BAB. 3 Pergi ke makam

Saat Aqilah mengatakan kalau ia akan melepaskan suaminya setelah 3 tahun itu bukan hanya sebuah ucapan.

Aqilah sudah memiliki perjanjian dengan Daddynya sebelum menikah dengan Wira.

Jika Aqilah tidak bisa membuat suaminya jatuh cinta padanya dalam waktu 3 tahun, maka Daddynya menyuruh Aqilah untuk melayangkan gugatan cerai dan kembali dalam hidup normalnya sebagai Nona Veronica.

Itu lah perjanjian awal sebelum menikah dengan Wira, tantu saja Aqilah harus menepati janji pada Deddyanya.

Entah Aqilah sudah benar-benar rela atau tidak rela, ia akan melepaskan status sebagai istri dari Wira.

Apa lagi sebenarnya selama ini Aqilah sudah sedikit lelah saat ia harus sembunyi-sembunyi keluar dari rumah suaminya saat orang kepercayaannya yang bernama Sinta bilang kalau inpestor yang akan bekerja sama hanya ingin ia yang datang.

Tentu saja Aqilah harus cerdas memutar otaknya untuk mengelabui orang rumah.

Sudah 1 jam Aqilah di ikat di atas ranjang hingga Aldo masuk ke dalam kamar itu.

Sudah Aqilah duga kalau suaminya itu akan menyuruh asisten pribadinya untuk melepaskan ikatannya.

Aldo mengela nafas saat melihat perut rata Aqilah yang membiru, ia ngilu melihat siksaan dari tuannya yang tidak tanggung-tanggung menyiksa istrinya.

Aldo langsung melepaskan ikatan Aqilah tanpa berbicara, setelah itu membantu Aqilah untuk duduk.

"Nyonya tidak apa-apa?"

"Saya baik-baik saja, ini hanya luka kecil, tidak masalah bagiku."

"Saya akan memanggilkan pelayan pribadi kamar ini untuk membantu nyonya mengobati luka di perut nyonya."

"Sudah saya bilang kalau saya baik-baik saja, saya tidak perlu di obati! Saya bukan wanita lemah!"

Setelah mengatakan itu Aqilah langsung melangkah keluar dari kamar karena perutnya sudah merasa lapar.

Sedangkan Aldo hanya menghela nafas berat, ia tau kalau luka Aqilah sangat serius, tapi ia juga kadang-kadang merasa aneh karena dalam waktu 1 Minggu luka itu hilang tanpa membekas.

Apa lagi yang Aldo tau kalau Aqilah selalu menolak di obati.

"Apa nyonya itu seorang monster? Kenapa nyonya selalu saja seolah-olah tidak pernah merasakan sakit?" batin Aldo

Selama hampir 1 tahun Aldo lah yang selalu membuka ikatan tangan Aqilah saat tuanya menyiksa Aqilah, tapi Aldo tidak pernah melihat Aqilah merasakan sakit di tubuhnya.

Apa lagi menurut Aldo wanita itu adalah tipikal orang yang sangat cengeng, tapi berbeda dengan Aqilah yang selalu saja bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan seakan-akan tubuh dan hatinya itu sudah kebal.

Terutama Aldo tau kalau tuannya sudah mau memberikan setengah kekayaan dari keluarga Atmaja asalkan Aqilah mau bercerai dari tuannya, tapi Aqilah menolak mentah-mentah penawaran itu.

Entah apa yang sebenarnya Aqilah cari dari keluarga Atmaja, Aldo juga tidak tau, tapi yang jelas ia bingung dengan semua yang ada dalam diri Aqilah.

Aldo keluar dari kamar tuannya, ia langsung menuju ke arah ruang makan untuk melihat apa yang di lakukan Aqilah.

Memang selama Aldo tidak ikut dengan tuannya, ia akan diam-diam melihat apa yang di lakukan oleh Aqilah.

Aldo melihat Aqilah yang sedang makan sambil matanya melihat ke arah pintu kaca yang menampilkan pemandangan pantai di sana, ia juga melihat Aqilah yang sesekali tersenyum saat melihat ombak pantai.

"Apa yang nyonya lihat? Kenapa nyonya selalu senang saat melihat ombak?" batin Aldo

Aldo memang selalu memiliki banyak pertanyaan tentang Aqilah.

Sedangkan di malam hari Aldo selalu melihat Aqilah duduk di balkon untuk menatap bintang-bintang sambil tersenyum lebar.

Bukan Aldo mencari tau tentang Aqilah, tapi balkon ia dan Aqilah memang berhadap-hadapan, tentu tau apa yang di lakukan Aqilah dari dalam kamarnya yang memang sengaja ia hanya menggunakan hordeng tipis agar pemandangan itu masuk ke dalam kamarnya.

Pada akhirnya Aldo meninggalkan Aqilah saat melihat Aqilah selalu menujukan sifat baik-baik saja.

Namun tetap saja selama hampir 1 tahun ini Aldo selalu bertanya-tanya apa Aqilah itu wanita normal atau wanita setengah gila.

Aqilah masih sibuk mengunyah makanya sambil melihat ombak, bukan ombak yang membuat Aqilah tersenyum, tapi angin yang menerpa hingga menjadi ombak membuat ia senang.

"Aku merindukan Mommy, semenjak menikah aku tidak bisa mengujungi makam Mommy setiap Minggu lagi ." batin Aqilah

Walau pun sudah dewasa dan selalu terlihat kuat, hanya satu yang selalu membuat Aqilah rapuh, yaitu rasa rindunya terhadap Mommynya membuat Aqilah selalu rapuh, dan air mata yang akan menetes itu hanya ada rasa rindu terhadap Mommynya.

Selain rasa rindu pada Mommy, Aqilah tidak tau kapan terakhir ia menangis dan berhenti menjadi wanita cengeng.

Aqilah tidak bisa melanjutkan makanya, matanya sudah ingin menangis setiap kali mengingat sang Mommy.

Aqilah langsung pergi ke kamar, hari ini ia akan mengunjungi makam sang Mommy.

Aqilah mengganti pakaiannya dengan dress hitam sebawah lutut dan lengen panjang, tidak lupa mengalungkan syal di lehernya termasuk kacamata hitam yang ia letakan di leher dressnya.

Aqilah langsung mengambil tas kecil dan memakai sepatu hak tinggi, lalu ia langsung keluar dari rumah itu tanpa memasan taksi, ia akan mencari taksi di jalan raya.

Bukan Aqilah tidak bisa memesan taksi online, tapi ia malas kalau ketahuan Tante dan sepupu dari suaminya yang akan membuang banyak waktunya.

Aldo melihat Aqilah yang memakai serba hitam, dari dress, syal, kacamata, tas kecil dan sepatu hak tingginya, ia menjadi penasaran mau kemana Aqilah karena yang ia tau Aqilah tidak memiliki kerabat di Jakarta.

Aldo langsung naik ke mobil untuk mengikuti kemana perginya Aqilah karena hari ini ia tidak memiliki pekerjaan.

Setelah sudah keluar dari kompleks perumahan Aqilah langsung menghentikan taksi dan masuk ke dalam taksi itu.

"Pak, pergi ke toko bunga Cempaka."

"Baik Nona."

Setelah sekitar 10 menit mereka berdua sampai di toko bunga Cempaka.

"Pak tunggu dulu di sini, saya mau beli bunga dulu."

"Baik Nona."

Aqilah langsung turun dari taksi, ia langsung membeli bunga seperti biasanya.

"Hallo, saya minta bunga seperti biasa."

Pemilik toko bunga Cempaka yang bernama Sasa itu langsung tersenyum lebar saat melihat siapa yang datang.

"Baik Nona Vero, itu sebuah kehormatan untuk kami, sudah lama sekali tidak melihat Nona Vero beli bunga saya."

Sasa memang mengetahui identitas asli Aqilah karena Aqilah selalu membeli bunga di tempat ia dari usia Aqilah 11 tahun.

"Iya akhir-akhir ini saya sedang sibuk, jadi saya tidak bisa berkunjung ke makam mommy."

"Ini sudah selsai Nona, terima kasih sudah berkunjung di toko kami lagi."

"Sama-sama bu."

Aqilah mengambil bunga itu dan membayatnya dengan harga 700 ribu rupiah.

Setelah itu Aqilah langsung masuk ke dalam taksi lagi.

"Pak, kita pergi ke pemakaman pondok Indah."

"Baik Nona."

Supir taksi itu langsung melajukan mobilnya lagi ke arah tempat yang di tuju hingga mereka sampai di sana.

"Ini bayarnya pak."

"Ini hanya 150 ribu Nona."

"Ini kelebihan 100 ribu."

"Ambil saja."

Setelah mengatakan itu Aqilah langsung buru-buru pergi ke arah makam Mommynya.

Aqilah langsung berjongkok, ia meletakan bunga yang di belinya tadi.

"Mommy, aku sangat merindukan Mommy, maaf karena putrimu ini tidak pernah datang kemari lagi." batin Aqilah

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!