Ini hari ke 2 dimana Daren seorang penyidik atau reserse dari bareskrim Jawa Timur melakukan pemeriksaan divilla Seruni. Ia telah diberikan perintah untuk tinggal disana bersama 8 orang tamu yang ada di villa dalam penyidikan ini.
Ternyata dengan istri korban dan pembantu total yang ada divilla total 8 orang jumlahnya, mereka adalah Thea seorang wanita cantik dan elegan istri pemilik villa, Jacki dan Ruli suami istri pemilik toko emas di Surabaya, pak Larso pemilik motel Duma di Malang, Pak Sumitro wakil direktur jendral pajak Jawa Timur dan bu Rini istrinya, Rumi teman dan pacar gelap almarhum Utha, sang pemilik villa dan Suwiryo atau pak Wir pembantu rumah tangga villa.
Daren dikirim kesana karena perintah Kabareskrim Surabaya atas laporan Thea bahwa suaminya Utha Kaihulu tadi malam telah meninggal dibunuh seseorang di villa.
...○○○○...
Hari itu masih pagi, kira kira jam 10 ketika Daren dipanggil kepala bagian urusan kriminal bahwa ada laporan dari istri pemilik sebuah villa didaerah Batu Malang, Jawa Timur bahwa suaminya didapatkan meninggal dunia, kemungkinan diracun orang.
Korban sendiri ditemukan pak Wir ketika ia hendak membersihkan kamar dan melaporkan kepada Thea atas kejadian itu.
"Daren, kamu langsung menuju kelokasi, mungkin lusa pak Lukas Bareskrim Malang akan menyusul kesana membantumu" ucap pak Kepala Bareskrim
"Siap pak!"
"Langkah awal, Semua yang ada disana tidak boleh pergi sampai ada titik terang langkah kedua kamu akan tinggal disana sampai kasus ini selesai, Ketiga laporkan langsung kesaya setelah 1 hari penyidikan agar Tim bareskrim dan Forensik bisa hadir"
"Siap!"
"Baik sebelum terlambat, kamu berangkat sekarang"
"Siap pak saya menuju lokasi sekarang"
"Kamu bawa senjata, daftarkan terlebih dulu"
"Siap!"
Pukul 10.30 setelah mendapatkan sepucuk pistol dan amunisi secukupnya ia langsung berangkat dengan mengendarai Avanza hitam miliknya pribadi.
Didalam mobil memuju kelokasi Daren sempat berpikir, ini kasus penting karena Utha Kaihulu adalah teman dekat pak Roni Pasaribu Kabareskrim bosnya.
Ia harus jeli dan berhati hati dalam mengungkap kasus ini, karena para tamupun orang orang berada dan mempunyai jabatan tinggi. Berarti bukan orang orang sembarangan, salah bidik urusannya akan panjang. Salah satunya Pak Sumito yang jabatannya wakil dirjen itu.
Tiba tiba teleponnya berdering...
"Selamat siang pak! saya sujiwo pak! dari Forensik, maaf pak tadi pak kepala bilang saya suruh kesana besok saya rasa ini tidak boleh besok harus hari ini juga, namun karena masih sibuk saya baru bisa kesana sore hari ini pak!" ucap seseorang ditelepon.
"Siap pak Sujiwo! Ada langkah khusus yang harus saya lakukan sebelum pak Sujiwo datang?"
"Pak maaf..setelah bapak menyaksikan tubuh korban, tidak ada yang boleh mendekat..kalau posisinya dikamar tidur, pintu dikunci kalau diruang luar tidak ada satupun yang mendekat ya pak"
"Baik..menurut laporan korban meninggal karena keracunan bukan hasil tembakan atau tusukan benda tajam"
"Siap! Bagus pak! Pokonya tidak ada yang boleh mendekat sampai kami tiba"
"Siap..Siap"
"Oke pak..sampai nanti, kami datang bersama mobil ambulan jadi akan ada 2 kendaraan"
"Baik..saya sekarang sudah mau masuk jalan tol..sampai nanti ya"
...○○○○...
Selama perjalanan Daren memikirkan istri dari sang korban..ia jadi sedikit bingung dengan laporannya, kenapa yang menemukan korban adalah pembantu bukan istrinya? Dan ada kejanggalan lainnya..disana ada wakil direktur jendral tapi tidak ada laporan dari pihak departemen pajak ke Kapolda? Lha ko aneh...
Ahirnya setelah lepas kota Malang dan masuk daerah Batu kendaraannya lurus menuju desa PujonKidul. Setelah melalui beberapa desa Daren memasuki sebuah jalan yang hanya muat 1 kendaraan satu arah saja.
Ia melewati persawahan dan berhenti disebuah area seperti jalan setapak. Nampaknya disana ada 8 kendaraan yang parkir juga pasti kepunyaan para tamu villa. Daren memarkirkan mobilnya dibawah sebuah pohon yang rindang.
Sebelum melangkah masuk, Daren sempat menikmati keindahan tempat itu. Memang tempat ini cocok untuk istirahat, udaranya yang dingin, tenang tidak ada tetangga dan sekelilingnya dikelilingi persawahan yang hijau.
Daren mengambil tas jinjing berisi pakaian ganti dan mulai melangkahkan kakinya ketika angin gunung mulai meniup kearahnya, ia tutup pistol dipinggang dengan sweaternya.
Ia mendorong pintu gerbang kayu dan berjalan diatas jalan setapak berkrikil batu batu kecil. Diujung jalan setapak ia melihat sebuah rumah berukuran besar dengan design model rumah kayu, rumah itu dibangun 2 lantai.
Sepi dan sangat hening, tidak suara manusia sedikitpun.
Daren mengetuk daun pintu berkali kali namun tidak ada jawaban,..ia baru sadar ada tulisan "Tarik Bell untuk resepsion". Aaah..aku tidak liat, katanya dalam hati.
Seutas kabel ia tarik 2 kali, ia mendengar suara Bell berbunyi didalam rumah.
Tidak lama seorang laki laki berumur kurang lebih tiga puluh lima tahun keluar dari dalam, ia berusaha tersenyum tapi bagaimanapun juga Daren melihat ada kegusaran dalam wajahnya.
"Iya pak,Selamat siang bapak.."
Daren mengeluarkan badge sambil tersenyum ia memperkenalkan diri.
"Selamat siang bapak, saya Daren Waluyo dari Bareskrim Surabaya"
"Oh bapak polisi ya..silahkan masuk pak sudah kami tunggu" ucap laki laki itu sambil membukakan pintu.
Daren masuk dan menatap sekeliling ruang tamu. Meskipun didesign dengan kayu tapi villa itu sangat menarik. Ada sofa kulit panjang berwarna coklat tua, 2 single sofa juga berwarna coklat tua dipadukan dengan meja antik kayu. Sebuah lukisan gadis Bali berukuran jumbo terpampang didinding. 2 Vas besar berisi bunga mawar merah berdiri dipojok ruangan.
"Mari pak, saya kenalkan demgan ibu Thea" ucap laki laki itu.
"Oh ya terima kasih"
Daren mengikutinya dari belakang sambil memandang kebeberapa ornamen yang dipanjang rapih disetiap dinding dilantai bawah itu. Rupanya ia dibawa kearah ruangan belakang.
Baru saja ia meninggalkan ruangan depan hendak masuk keruangan tengah tiba tiba muncul dari balik pintu kaca dorong seorang wanita.
Wanita ini Daren perkirakan berumur 35 atau 36 tahun, cantik dan anggun. Ia mengenakan kaos hitam dan celana coklat tua. Wajahnya lesu dan terlihat letih, tapi kecantikannya memang tidak bisa mengelabui mata Daren.
"Oh pak polisi sudah datang..maaf tadi saya sedang menyiapkan teh panas dibelakang" ucapnya sambil mencoba memberikan senyum.
"Selamat siang..apakah ini ibu Thea?"
"Iya betul pak..dengan bapak siapa?"
"Saya Daren buk..saya dari bareskrim Surabaya, ibu tadi kontak dengan bos saya bapak Roni Pasaribu Kabareskrim Jawa Timur dan saya diutus paling awal kesini"
"Oh ya pak Daren terima kasih sekali sudah datang" ucapnya dan ia terdiam sejenak. Daren melihat ibu muda ini menyeka air mata dari wajahnya, selanjutnya ia menyibakkan rambutnya kebelakang.
"Pak, maaf saya tidak bisa bicara sekarang..didampingi pak Wir boleh?" Suaranya terdengar agak serak.
"Baik..ibu kalau begitu dikamar saja dulu..nanti kalau sudah tenang baru saya ajak bicara..pak Wir, boleh tolong diantarkan dimana posisi korban sekarang?"
"Ya pak"
Thea langsung berbalik badan dan berjalan kearah sebuah kamar.
"Pak Wir.." ucap Daren berbisik.
"Iya bapak?" bales pa Wir dengan berbisik juga.
"Ibu kearah mana itu? kamar tidurnyakah?"
"Oh..ibu kekamar tamu pak..soalnya dikamarnya kan ada jenazah bapak"
"Oo.." Daren mengatakan kepada dirinya sendiri, bahwa sesuatu yang aneh telah terjadi disini..
...■■■■...
"Pak Wir..disini ada siapa saja selain bu Thea?"
"Saat ini ada 8 orang termasuk saya pak" jawab pak Wir.
"Nah..mereka dimana sekarang?"
"Mereka semua berkumpul diruang tamu dilantai 2 menunggu kedatangan bapak"
"Oh begitu ya..baik, setelah kita liat korban..saya mau ketemu mereka"
Pak Wir langsung membawa Daren kesebuah kamar yang letaknya paling ujung. Dengan perlahan pak Wir membuka pintu sambil mengucapkan salam, kemudian ia menyalakan lampu.
Daren menengok keadaan kamar tidur itu, semuanya keliatan biasa saja dan tidak berantakan. Daren melongok kesana kesini mencari tubuh korban, pak Wir melirik kearah Daren yang mencari cari sesuatu.
"Pak..ini disini" ucapnya singkat sambil menunjuk kearah lantai disamping tempat tidur.
Daren agak terkejut karena letak posisi korban yang tidak ia perkirakan..ia berpikir paling tidak diatas tempat tidur..loh ko ini dilantai?
Daren langsung kesamping tempat tidur, kemudian jongkok didekat tubuh korban. Ia melihat sesuatu yang agak kurang pas dengan wajah korban, khususnya dibagian mulut.
"Pak..tolong bukain korden biar saya bisa liat kewajahnya lebih jelas" ucap Daren.
Pa Wir langsung menuju jendela kaca yang besar didekat tempat tidur dan membukanya lebar lebar.
Daren mengambil pulpen dari saku baju dan mendekatkan ujung pulpen kemulut korban. Ia memberikan tekanan sedikit kebibir.
Ternyata setelah ia tekan, keluar Cairan berwarna hijau tapi ada juga darah yang mengalir keluar dari mulutnya.
"Oke..pak Wir, setelah bapak liat korban dilantai dan memberitahukan ibu dan para tamu..apakah ada orang lain menyentuhnya?"
"Wah..tidak ada pak, mereka semua ketakutan..apalagi ibu..Dia langsung kaya histeris gitu pak! Teriak teriak kaya kesurupan!"
"Gitu ya..oke kamar ini sekarang kita tutup dan kunci, nanti pihak ambulan akan datang, biar mereka yang atur semuanya..sementara itu kita semua akan keruang tamu dilantai atas"
"Baik pak!"
...○○○○...
Pak Wir mengantar Daren kelantai atas, disana ada para tamu villa. Satu persatu mereka diperkenalkan pak Wir kepada Daren.
"Pak Wir, bisa tolong panggilkan ibu kesini?"
"Ya pak..sebentar saya panggilkan"
"Silahkan bapak dan ibu ibu duduk dikursi, mohon tunggu sebentar sampai ibu Thea datang"
Mereka semua mengambil posisi masing masing dan yang duduk paling dekat dengan Daren adalah pak Sumitro yang mana satu satunya pejabat pemerintah.
Selang 5 menit kemudian Thea masuk dan mengambil posisinya.
"Baiklah..terima kasih sebelumnya, pertama tama saya mengucapkan bela sungkawa kepada ibu Thea atas musibah yang terjadi..Dan berhubung dengan kejadian ini maka hari ini akan ada 2 sesi. Sesi pertama saya akan tanyakan secara serentak disini dan sesi kedua akan saya wawancarai secara tertutup satu persatu..apa ada yang tidak setuju?"
Semuanya terdiam, Daren langsung mengatakan bahwa karena tidak ada suara balasan maka dianggap 2 sesi itu disetujui.
"Jadi, kronologisnya..pa Wir seperti biasa kekamar pak Utha dan bu Thea untuk membangun karena acara breakfast akan segera dimulai..betul pak Wir?"
"Betul sekali pak!"
"Jam berapa itu?"
"Jam 5.30 pak"
"Lalu bagaimana bisa pak Wir menemukan sang korban?"
"Pintu kamar tidur bapak dan ibu tidak terkunci dan sedikit terbuka pak..Jadi karena hari ini jadwal pak Utha untuk main tennis dengan pelatih tennis saya memberanikan diri mengetuk dan mengetuk"
"Loh kan ada ibu Thea didalam? Tugas pak Wir kan hanya mengetuk membangunkan bukan masuk kekamar tidur?"
"Bukan begitu pak..ibu malam ini tidur dikamar depan sendirian dan bapak dikamar tidur utama sendirian juga"
"Oh gitu ya..padahal kan tadi malam ada pesta besar disini?" tanya Daren bingung.
"Iya betul ada pesta, tapi suami saya banyak minum minuman keras hingga dia merasa agak mabuk, dia bilang kesaya.."
"Sebentar..maaf, bapak minum minuman keras?" sela Daren atas ulasan Thea ketika memotong penjelasan Thea.
"Iya..betul kadang kadang kalo acara pesta, bang Utha minum alkohol atau bir" jawab Thea
"Oh oke..coba teruskan bagaimana kejadian selanjutnya" kata Daren kepada pak Wir.
"Jadi setelah saya ketok berkali kali, ahirnya saya putuskan masuk..soalnya saya tau dikamar tidak ada ibu..Nah, waktu saya masuk saya sempet denger Gubraak! kaya ada yang jatoh keras banget..saya langsung masuk, dikamar ada 1 lampu samping tempat tidur yang nyala..saya masuk..Loh ko bapak tidak ada ditempat tidur?"
"Sebentar pelan pelan ya pak Wir..jadi pak Wir masuk kekamar mengetahui ibu tidak dikamar bersama bapak..waktu masuk kedengeran suara sesuatu jatoh kelantai dengan keras..gitu ya?"
"Betul pak! Saya pikir bapak kenapa itu? terus saya masuk dan coba cari bapak..saya liat ternyata bapak jatoh dilantai..tapi tangannya kaya nyekek lehernya sendiri!"
"Apakah pak Wir datang dan membantu?"
"Tidak pak..saya hanya kaget dan melihat dari jarak 2 meteranlah..bapak seperti kecekek, tangannya memanggil saya, cuma saya ga berani..saya lari keluar dan membangunkan ibuk"
"Setelah itu?"
"Setelah itu saya lari bersama pak Wir kekamar, waktu kita dikamar saya melihat suami saya sudah tergeletak dan ada buih buih putih dimulutnya..saya coba bangunkan tapi dia sudah tidak respons lagi" Sela Thea.
"Langkah ibu selanjutnya?"
"Saya teriak teriak karena panik, rupanya terdengar oleh pak Sumitro dan bu Rini istrinya selanjutnya tamu yang menginap lainnya ikut datang..dan saya dibawa keluar kamar"
"Kapan ibu tau dengan jelas bahwa bapak sudah meninggal?"
"Pak Wir yang mengatakan kesaya..katanya bapak sudah ga ada buk..saya terus lari lagi, saya liat buih putih tambah banyak keluar"
"Lalu ibu Thea kontak ke bos saya pagi tadi betul?"
"Betul pak"
"Selain ibuk..ada lagi yang memegang tubuh pak Utha?" tanya Daren kepada semua yang hadir.
Semuanya mengatakan tidak, bahkan para tamu laki laki tidak memperbolehkan para istri untuk masuk dan melihat.
...○○○○...
Daren langsung mencium bau tidak pas dalam sesi pertemuan malam itu. Pertama kenapa suami istri tidak tidur dalam satu kamar, kedua kenapa seorang pembantu rumah tangga berani sekali masuk kekamar majikan? Ketiga tidak ada satupun yang mencoba menolong pak Utha? Lalu apa salahnya kalau mereka saling bantu untuk menyelamatkan nyawa kawan mereka? Ini sungguh aneh..
"Baiklah..bapak bapak dan ibu ibu, sambil menunggu Tim saya datang..saya akan melakukan sesi kedua yaitu wawancara secara pribadi satu demi satu..mohon maaf sebelumnya"
Daren memulai dengan mewawancarai bapak Jacki dan bu Ruli, karena dari semua yang hadir 2 tamu ini nampak santai dan tanpa ekspresi.
"Sebelumnya mohon maaf saya harus memulai dengan bapak dan ibu duluan sebab dari tadi saya lihat bapak dan ibu bersikap santai..hehe jadi saya juga tenang..boleh saya mulai?"
"Silahkan..monggo mau tanya apa?"
"Kita mulai dari acara pesta ini dulu ya pak"
...■■■■■...
Sosok pa Jacki dan bu Ruli diperkirakan berumur antara 45 tahun ke 48 pokoknya dibawah 50tahun, itu pikir Daren. Dan juga ada ketenangan yang luar biasa, khususnya pa Jacki orangnya kalem dan santai, senyuman selalu terkulum dibibirnya membuat siapapun lawan bicara akan merasakan kehangatannya.
Berbeda dengan bu Ruli istrinya yang agak cerewet dan menjurus kepada kegenitan. Bu Ruli menyukai aksesoris, mulai dari bando anting dan kalung semuanya bling bling. Cocoklah disebut sebagai juragan toko emas.
"Pa Jacki dan bu Ruli ceritakan pesta tadi malam divilla ini"
"Jadi kami ini teman lama Utha, kami berkenalan setahun yang lalu ketika beliau datang ketoko emas kami. Waktu itu kita saling ngobrol dan ahirnya dari ngobrol santai menjadi teman. Kebetulan dia suka main tennis dan saya juga, Utha suka sekali dengan emas dan hampir setiap bukan membeli gelang, kalung dan lain lainnya dari kami pokoknya customer kami yang paling setia. Last week dia undang kami kepesta divillanya ya villa ini..ternyata ini adalah pesta anniversary perkawinan mereka ya kita happy aja, karena pulang kemaleman ahirnya kita ditawarkan nginap semalam..hingga pagi tadi ketika kejadian mengejutkan terjadi"
"Pada waktu itu siapa yang memberitau bahwa pak Utha meninggal dunia?"
"Tidak ada..tapi karena saya biasa bangun pagi, mendengar keributan dikamar paling ujung. Saya keluar dan melihat ibu Thea keluar kamar menangis dan waktu itu ada juga tamu yang lain didepan kamar Utha..saya bangunkan istri dan kita ikut menyaksikan"
"Dimanakah pak Wir waktu itu?"
"Saya lihat ada dikamar didekat tempat tidur dimana Utha tergeletak"
"Ada siapa lagi dikamar?"
"Seinget saya ada pak Wir dan didekat pintu masuk ada pak Mitro dan disampingnya selain istrinya ada juga seorang wanita yang saya baru kenal pagi ini namanya mba Rumi"
"Pak Jacki tau siapa sosok mba Rumi itu?"
"Maaf saya tidak tau siapa dia..yang saya tau dia salah satu tamu yang ikut nginap disini"
"Hmm..oke bapak ibu terima kasih atas keterangannya"
"Kalau boleh tau, apakah kami harus tetap disini hari ini? soalnya saya ada meeting sama beberapa klien saya"
"Bapak blom boleh pulang pak..saya sedang menunggu kabareskrim Malang mohon tunggu disini dulu pak, tolong tinggalkan kartu nama untuk arsip agar kami bisa mengontak bapak
apabila diperlukan"
"Oh ya terima kasih" ia mengeluarkan satu kartu nama dari sakunya dan menyerahkan ke Daren.
○○○○
Menarik sekali sosok Rumi ini..apa hubungannya dengan Utha dan Thea?
2 menit kemudian ia memanggil pak Sumitro dan istrinya untuk diinterogasi.
Pak Sumitro adalah sosok berwibawa apalagi dibarengi dengan suaranya yang berat, orangnya kalem tapi mempunyai pandangan mata yang tajam.
"Monggo bapak dan ibuk silahkan duduk, ini tidak terlalu lama"
"Njjih silahkan..saya akan coba bantu sebisanya"
"Ramai tadi malam pestanya pak?"
"Cukup rame ya, mas Utha benar benar menjamu kita dan tamu tamunya dalam acara anniversarynya"
"Bapak ko ahirnya nginep disini..apakah memang diundang nginep atau bagaimana?"
"Ya kebetulan besok saya ada libur..terus mas Utha kemaren bilang, pak besok keacara pesta anniversary saya ya di villa Seruni..saya tau villa ini karena pernah nginep juga bulan lalu. Bawa ibuk dan nginep ya, wah saya langsung bilang oke kebetulan hari ini libur tidak kerja"
"Loh hari ini kan hari kamis, ko libur pak?"
"Iya saya sudah bilang pak dirjen mau ambil 1 hari off"
"Hmm gitu ya..Nah tadi pagi bagaimana kejadiannya? Apakah semalam ada keanehan disini?"
"Seinget saya biasa saja..hanya memang saya liat mas Utha happy sekali dan minumnya juga banyak..saya inget kira kira jam 12 malam dia mau tidur dulu, itu setelah beberapa tamu terahir pulang..saya dan ibuk waktu itu masih duduk duduk diteras. Kan memang suasananya tenang saya suka sekali"
"Nah kapan bapak dengar ada kejadian itu?"
"Kira kira mau subuhlah, saya dengar teriakan pak Wir pembantu sini"
"Dimana posisi pak Wir waktu teriak?"
"Seinget saya didepan kamar tidur Utha..Loh saya pikir ada apa ini? Lha kemana bu Thea? saya ga tau kalau bu Thea malam itu tidurnya beda kamar"
"Apa bapak masuk dan membantu atau menolong pak Utha?"
"Wah setelah saya liat mas Utha tergeletak disamping tempat tidur apalagi ada busa busa putih keluar dari mulutnya saya mundur. Soalnya ini masalah medis saya takut nanti bisa salah"
"Ya tapi kan ini teman bapak, paling tidak bapak ikut membantu mengangkat keatas tempat tidur atau membetulkan letak posisi badan..sebab saya liat posisinya aneh, badannya seperti melintir begitu tidak dalam posisi terlentang"
"Maaf saya sudah bilang, karena banyak busa keluar dari mulutnya saya tidak berani pegang badannya"
"Apakah pak Wir mencoba menidurkan keposisi normal?"
"Seinget saya tidak..memang dibiarkan dalam posisi demikian"
"Kapan bu Thea masuk kekamar tidur?"
"Hampir bersamaan dengan kedatangan kita didepan kamar tidur"
"Kira kira berapa lama bapak dan ibuk ada disana?"
"Kalau ibuk hanya sebentar mungkin 1 atau 2 menit saya mungkin sepuluh menitan disana"
"Siapa saja ada dikamar itu bersama bapak?"
"Seinget saya ada satu lagi, mba Rumi namanya selain ada bu Thea"
"Baik bapak dan ibuk saya rasa sekian dulu, bapak ibu boleh duduk diluar dulu..Mohon dibantu ya pak kalau kami membutuhkan bantuan informasi selanjutnya"
"Njjih pasti pak, terima kasih sebelumnya"
...○○○○...
Selanjutnya ia memanggil pak Larso sang pemilik motel. Pak Larso mempunyai postur tubuh agak subur, tapi karena ia tinggi membuat tubuhnya menjadi tinggi besar.
"Mari silahkan duduk pak, maaf ya pak saya harus melakukan wawancara ini..kebetulan saja pak Larso menginap divilla siapa tau bisa memberikan titik terang sebab kematian bapak Utha"
"Siap pak! saya akan bantu sebisa mungkin"
"Pak..bapak satu satunya yang tidak melihat kejadian apa betul?"
"Betul pak..lha saya tadi malam minum banyak ya bersama mas Utha dan mba Rumi kita happy sekali"
"Terus..apa bapak tidak mendengar keributan yang terjadi pagi tadi?"
"Saya kalau tidur ya blek sek gitu aja terus bangunnya ya nanti hehe..tapi emang saya sedikit denger ada orang menangis, saya sempet kepintu kamar dan mendegarkan dari dalam cuma saya ga keluar"
"Kapan bapak tau ada kematian?"
"Setelah mandi saya mau breakfast lha ko diluar ada rame rame saya ketemu mba Rumi terus saya tanyakan..kaget bukan main denger berita nya mas Utha..lha tadi malam kan kita masih
happy happy saja"
"Pak Utha kan temen deket ya..kenapa bapak tidak masuk dan melihat kondisinya tadi pagi?"
"Sempet pak..saya sempet masuk sebentar tapi setelah melihat posisinya begitu saya tidak tega dan keluar lagi"
"Bapak tidak mencoba cari tau dari orang sekitar sini apa sebab kematiannya?"
"Saya tanya ke pak Wir dan pak Mitro, mereka bilang mas Utha keracunan itu saja"
"Yang bilang keracunan siapa pak?"
"Pak Wir dan pak Mitro bareng bareng bilang gitu"
"Oh ya oke pak..selesai terima kasih pak, bapak boleh duduk diluar, tolong saya ditinggalkan kartu nama untuk penyimpanan data
5 saksi sudah diinterogasi tinggal bukThea, pak Wir dan tentunya mba Rumi.
Dari ke 5 saksi ini Daren mencatat hal yang sama di buku kecilnya.
Ia mencatat ada kejanggalan..kenapa tidak ada satupun yang membantu?
...■■■■■...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!