"Sela, bisa keluar kamar sekarang tidak, mama mau bicara" Sarah mama Sela terlihat sangat gusar ketika mendobrak pintu kamar anak perempuannya
"Apa lagi sih Ma, yang perlu kita bicarakan, Sela pikir semuanya sudah selesai dan tidak ada yang perlu kita bahas lagi" Sela membuka pintu dan berbicara dengan malas seraya kembali ke kasurnya setelah membuka pintu
"Kamu benar-benar tidak tahu cara menghormati orang tua. Mama mau bicara malah seenaknya kamu tinggalin mama" Masih dengan suara tinggi Sarah berucap
"Mama mau Sela hormati? Tapi, menurut Sela Mama memang tidak pantas untuk dihormati" Sela juga tidak mau kalah
"Mama yang hanya peduli pada uang, dan tidak pernah ada perhatian sama sekali untuk Sela, apakah seperti itu perilaku orang tua yang harus Sela hormati? Bagi Sela, ada atau tidak ada mama di rumah ini, Sela sudah tidak peduli" Lanjutnya
"Mama hanya minta kamu untuk tidak putus dengan Marcel, selain itu terserah kamu mau berbuat apa, mama tidak peduli"
"Iya, karena Marcel selama ini yang selalu mengisi rekening Mama dengan uang orang tuanya yang tidak seberapa. Asal Mama tahu perbuatan Marcel terhadap Sela sudah seperti binatang. Melakukan semua yang diminta Marcel sedangkan Mama dengan seenaknya menghamburkan uang pemberiannya, Apakah uang dari Papa masih kurang?" Sela mengeluarkan semua yang telah dia pendam selama menjadi pacar Marcel atas permintaan Mamanya
"Kalau kamu putus dengan Marcel lebih baik saat ini juga kamu pergi dari rumah ini" Sarah membentak Sela dengan penuh amarah
"Pa, anak perempuanmu sudah tidak mau lagi berpacaran dengan Marcel, lalu bagaimana nasib perusahaan Papa?" Sarah mencari dukungan dari suaminya Prabu
"Sel, tolong bantu Papa, perusahaan Papa bakal gulung tikar jika kamu putus dengan Marcel, karena keluarganya adalah pemegang saham terbesar di perusahaan Papa" Prabu juga berusaha membujuk Sela
"Jadi, kalian lebih memilih peduli dengan berjalannya perusahaan dari pada perasaan anak kandung yang tersiksa" Sela berlari ke kamarnya setelah tadi sempat keluar dari sana
Sarah dan Prabu memilih meninggalkan rumah menuju ke perusahaan, karena hari ini ada janji bertemu dengan Broto ayah dari Marcel. Mereka tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan anak gadisnya, yang terpenting bagi mereka bisnisnya masih bisa berjalan tanpa ada hambatan yang berarti.
Pertemuan dengan Broto selalu pemegang saham terbesar di perusahaan Prabu berjalan dengan beberapa kesepakatan yang tentunya sangat menguntungkan bagi perusahaan Prabu.
****
Sela merasa sesak jika hanya berada di dalam kamarnya, dengan mengendarai motor sport keluaran terbaru yang dia peroleh dari Papanya saat ulang tahunnya yang ke dua puluh tahun sebulan yang lalu, mengelilingi kota tanpa ada tujuan pasti, baginya saat ini dia hanya butuh udara segar untuk mengembalikan semangatnya setelah bersitegang dengan orang tuanya tadi pagi.
"Sel... Sela...." Teriak Tania ketika melihat sahabatnya sedang menikmati semangkok bakso di warung pinggir jalan
Sela yang melihat keberadaan sahabatnya tidak jauh dari tempat dia duduk, melambaikan tangannya agar sahabatnya mendekat ke arahnya
"Tumben makan di sini" Tania ikut memasukkan bakso ke dalam mulutnya sambil duduk di samping sahabatnya
"Kangen saja, sudah lama banget tidak makan di sini, sejak kita lulus SMA" Warung bakso ini adalah langganan Sela dan Tania ketika SMA dulu
Mereka berdua asyik mengenang masa-masa sekolah dulu. Dari yang sering bolos ke kantin hingga sering nongkrong bersama di waktu malam dengan alasan keluar rumah mengerjakan tugas sekolah.
"Sel, bagaimana hubunganmu dengan Marcel?" Tania tahu banget hubungan sahabatnya yang sudah terjalin sejak mereka masih berseragam putih abu hingga saat ini tidak pernah ada konflik apapun
"Gue sudah putus dengan Marcel" Jawab Sela singkat tanpa berniat untuk menjelaskan alasannya
"Apa?" Tania bertanya seolah dia tidak. mendengar apa yang sudah diucapkan Sela baru saja
"Hubungan Lo sama Marcel yang selalu lengket disetiap saat dan setiap waktu, bisa putus juga?" Tania masih belum percaya dengan ucapan Sela
"Yang sudah nikah saja bisa cerai apalagi gue yang baru pacaran" Sela menjawab tanpa berpikir panjang
"Ya.... benar juga apa yang Lo bilang, tapi Sel... Dulu gue pikir kalian akan bersama sampai ajal memisahkan kalian" Tania tidak melanjutkan perkataannya
"Sudahlah tidak perlu dibahas lagi, mending kita senang-senang" Sela tidak ingin membahasnya karena dialah yang meminta untuk mengakhiri hubungan mereka
Tidak ada rasa sedih maupun penyesalan dalam hati Sela, tidak seperti orang di luar sana yang akan menangis berhari-hari untuk meratapi hubungan yang belum jelas. Menurut Sela hidupnya akan tetap berjalan seperti biasa bahkan lebih bahagia jika dia tidak memiliki hubungan apapun dengan cowok manapun.
Hingga tengah malam, Sela baru pulang. Tangannya yang baru memegang gagang pintu dan belum berhasil menarik handelnya, tapi dia sudah dihentikan oleh Mamanya yang baru saja turun dari mobil bersama Papanya.
"Sela, tunggu" Sarah berlari menghampiri anak gadisnya
"Apa lagi Ma.... Sela capek, Sela mau masuk dan ingin segera tidur" Sela tidak menghiraukan teriakan Mamanya dan memilih segera berlari menuju kamarnya yang terletak di lantai dua
"Sela... turun tidak" Suara Sarah semakin keras
Sela yang tidak ingin mengganggu tetangga mereka, memilih untuk turun berjalan menuju ke sofa dan berbaring di sana.
"Kamu dari mana, tengah malam baru pulang?" Sarah menginterogasi
"Bukan urusan mama juga kan Sela pergi kemana, lagi pula sejak kapan Mama perduli dengan kegiatan Sela, bukannya selama ini Mama tidak pernah perduli dengan hidup Sela?" Sela semakin berani membantah pembicaraan Sarah
"Apakah kamu tahu mengapa selama ini Mama tidak perduli dengan mu, itu dikarenakan Mama percaya dengan Marcel yang akan selalu menjagamu kapanpun dan dimanapun" Sarah memang sangat percaya dengan Marcel
"Iya, Mama lebih percaya dengan orang lain dibanding dengan anaknya sendiri. Bahkan Mama tega membiarkan anak Mama berada dalam genggaman cowok bejat seperti Marcel" Sela semakin berani mengeluarkan Unek-unek yang dia pendam selama ini
"Marcel bukan cowok seperti itu, dia cowok yang bertanggung jawab dengan apa yang dia lakukan, kamu pasti membuat cerita agar Mama tidak menjodohkan kamu lagi dengan dia" Sarah tidak pernah mengakui kejelekan Marcel, karena dimata Sarah Marcel adalah cowok yang bertanggung jawab
"Iya, cowok yang bertanggung jawab terhadap semua cewek yang rela tidur bareng dengan dia"
"Sela" Sarah menampar pipi Sela yang putih mulus hingga meninggalkan bekas lukisan tangan di sana "Jangan pernah berbicara seperti itu lagi"
"Sela tidak akan pernah menjelekkan Marcel lagi di depan Mama, namun Mama akan mendengar semua kejelekan dan kebejatan Marcel dari mulut di luar sana" Sela berlalu meninggalkan Sarah yang masih terlihat sangat gusar
Pagi ini, Sela tidak beranjak dari kamarnya. Dia tidak ingin bertemu dengan kedua orang tuanya yang sudah mengeluarkan sumpah serapahnya sejak semalam. Suara musik yang berbunyi keras menemani Sela yang sedang bermalas-malasan.
Pintu kamar yang masih tertutup rapat disertai suara musik yang terdengar keras serta tidak adanya tanda-tanda pergerakan dari dalam kamar Sela, membuat mamanya semakin naik darah.
"Pa, harusnya papa lebih tegas terhadap Sela" Sarah melontarkan protesnya terhadap sang suami
"Harus tegas bagaimana, Papa tidak bisa memaksanya lagi. Karena saat ini dia sudah dewasa dan bisa memilih mana yang terbaik buat dirinya" Prabu masih bisa mentoleransi dengan sikap memberontaknya sang anak gadis, baginya anak gadisnya memperlihatkan jati dirinya
"Bukan memaksa Pa.... tapi mengarahkan" Sarah masih mempertahankan pendapatnya
"Mengarahkan untuk tidak putus dengan Marcel? Mama lupa, bagaimana kisah percintaan anak-anak muda, putus-nyambung... Sudah berapa kali kejadian seperti ini, pada kenyataannya mereka masih berhubungan lagi" Memang beberapa tahun Sela dan Marcel berhubungan selalu putus-nyambung. Bukan suatu peristiwa yang membuat Prabu ataupun Broto menjadi panik
"Sudahlah Ma, Papa harus cepat pergi ke kantor, agar pekerjaan segera selesai dan keuntungan yang kita dapatkan semakin besar" Prabu mengambil tas kerja yang berada di genggaman Sarah dan mengecup sekilas kening istrinya
Hingga malam menjelang, Sela masih tetap setia di dalam kamarnya. Dia keluar dari kamar ketika mengambil pesanan makanan yang dipesan dari sebuah aplikasi di telepon pintarnya.
Sarah semakin geram dengan tingkah anaknya seharian ini. Bertemupun tidak ada yang menyapa. Baru kali ini Sela berbuat semaunya.
Prabu pulang dengan wajah tidak bersahabat. Semangat pagi tadi kini sudah luntur digantikan dengan wajah masam dan tidak ada semangat untuk sekedar berbicara.
"Pa, ada apa? Baru juga masuk rumah wajahnya sudah masam begitu, nanti rejekinya diambil orang lho" Sarah membuka pembicaraan untuk mencairkan suasana yang sangat kaki tidak seperti biasanya.
Awalnya Sarah ingin mengeluarkan unek-uneknya mengenai Sela, namun karena suaminya dalam keadaan seperti itu, Sarah mengurungkan niatnya.
Makan malam hanya ada Sarah dan Prabu, tidak ada pembicaraan apapun selama mereka makan. Baru setelah selesai makan Prabu menanyakan keberadaan anak gadisnya yang tidak terlihat sejak dia memasuki rumah.
"Sela ada di mana Ma?"
"Mungkin ada di kamarnya"
"Kok mungkin?"
"Papa tahu tidak, karena toleransi dari Papa, sejak pagi dia tidak keluar dari kamar dengan suara musik yang memekakkan telinga. Di rumah ada makanan tapi dia malah pesan makanan dari luar, tidak menegur mama sama sekali" Akhirnya yang sejak tadi Sarah tahan keluar juga mengungkapkan kekesalannya
"Sebenarnya apa sih maunya anak itu?" Prabu beranjak dari kursi makan dengan gusar menuju kamar Sela
Beberapa kali mengetuk pintu kamar Sela, namun tidak ada jawaban sama sekali dari dalam, sehingga Prabu mendobraknya beberapa kali, namun tidak berhasil membukanya. Sela yang tidak tahan dengan pintu yang didobrak membukanya dan segera berlalu menuju ke kasur merebahkan diri di sana.
"Papa sudah sangat sabar dengan perilakumu akhir-akhir ini, namun Papa harap hubunganmi dengan Marcel segera membaik agar tidak berpengaruh buruk dengan perusahaan Papa" Prabu mendekat dan membel*i rambut hitam lurus milik Sela
"Sela tidak mau Pa, aku sudah tidak mencintai Marcel dan tidak akan pernah kembali dengan dia meskipun Papa memaksa" Sela masih menjawab dengan lembut
"Tapi Sel, apakah Sela tahu jika pagi ini Broto ayahnya Marcel mengancam Papa jika kalian tidak kembali bersama maka kerja sama kami akan berakhir juga"
"Kalau Papa ingin berhasil dengan usaha sendiri, bukannya itu berita terbaik.... Papa bisa membuktikan kepada dunia jika Papa mampu menjadi orang yang sukses tanpa adanya pihak dari luar mencampurinya"
Sarah ikut masuk ke kamar Sela, mendengar ucapan anaknya yang begitu ringan menganggap kehidupan begitu mudah dalam pikirannya.
"Memangnya semudah itu untuk mencapai kesuksesan? Tidak seperti yang ada dalam khayalanmu, dalam bisnis kita membutuhkan orang lain untuk memperkuat dan mempertahankan posisi" Sarah sudah mulai bicara dengan nada tinggi
"Bisa saja kita bisnis dengan usaha kita sendiri tanpa harus bergantung dengan dukungan dari orang lain" Sela juga semakin tinggi
"Buktikan kalau kamu bisa memulai bisnis dengan usahamu sendiri, jika kamu bisa membuktikannya maka Mama akan menyetujui semua perkataanmu"
"Baik, akan Sela buktikan jika Sela mampu memiliki bisnis sendiri dengan kekuatan sendiri menjadi sukses"
"Dengan cara apa? Kalau kamu masih di rumah ini, itu berarti kamu masih butuh dukungan orang lain, bukan berdiri di atas kakimu sendiri"
"Ok akan Sela buktikan, malam ini juga Sela akan keluar dari rumah ini dan akan membuktikan jika Sela mampu bertahan hidup dan memiliki bisnis yang kuat dikemudian hari" Sela memasukkan baju-bajunya ke dalam sebuah koper dan mengambil kunci mobil miliknya yang merupakan hadiah ulang tahunnya bulan kemarin
"Tanpa barang berharga yang diberikan Papamu, kalau kamu masih menikmati semua fasilitas dari kami, itu berarti kamu belum percaya kepada dirimu sendiri"
Mendengar perkataan mamanya mengenai semua fasilitas, Sela ikutan panas dan menguatkan semua kartu yang dia pegang selama ini untuk memenuhi semua kebutuhannya, tidak lupa semua kunci mobil dan motor miliknya juga diserahkan kepada Sarah.
"Ok Mama, ini adalah semua fasilitas yang kalian berikan selama ini kepada Sela, dan mulai saat ini Sela tidak membutuhkannya, Semoga Mama dan Papa tidak pernah menyesali dengan apa yang sudah Mama putuskan" Sela keluar kamar dengan menarik kopernya menuju pintu utama dan benar-benar keluar dari rumah orang tuanya hanya berbekal handphone ditangannya yang merupakan hadiah dari Tania.
"Sel... Sela... Apakah kamu tidak merubah keputusanmu Nak. Papa mohon tetaplah tinggal di sini, kalau kamu tidak di sini siapa nanti yang akan merawat Papa dan Mama ketika kami sakit Nak" Prabu masih saja mencoba membujuk Sela agar membatalkan niatnya untuk keluar dari rumah ini
"Bukannya kalian memiliki banyak uang, dengan uang itu kalian besi membeli apapun termasuk orang yang akan merawat kalian" Sela sudah membulatkan tekadnya untuk keluar dari rumah malam ini juga
Di depan rumah besarnya sudah terparkir mobil milik Tania karena beberapa waktu lalu, sebenarnya mereka berniat untuk pergi keluar untuk sekedar melepas penat.
"Sela, mengapa kamu bawa koper besar? Kita tidak akan menginap di tempat yang out kan...?" Tania yang melihat Sela menarik koper besar langsung mengajukan pertanyaan
"Mungkin hanya gue yang akan bermalam di sana" Sela menjawab dengan lesu
"Sebenarnya ada apa sih Sel, hingga kamu kabur dari rumah Lo?"
Malam ini Sela dan Tania tetap melanjutkan rencananya untuk menghabiskan malam di luar sambil bercerita apapun yang bisa membuat Sela melupakan masalah di rumahnya.
"Malam ini kamu mau tidur di mana?" Tania berharap jika sahabatnya akan ikut pulang bersamanya
"Entahlah yang pasti tidak ke rumahmu, kalau sampai ketahuan aku ke rumahmu bisa-bisa mamaku akan memaksaku pulang" Sela berkata dengan suara lirih
"Padahal gue berharap Lo akan ikut pulang ke rumah, tapi kalau Lo punya alasan seperti itu, gue tidak bisa memaksa" Dengan sedikit kecewa Tania menerima keputusan sahabatnya
"Atau gue bantu buat mencari tempat tinggal sampai dapat?" Lanjutnya
"Jangan, biar nanti gue mencari sendiri. Takutnya Nyokap bokap Lo nyariin" Sela tidak mau membebani sahabatnya yang sudah menemaninya
"Bagaimana dengan biaya hidup Lo?" Tania tahu jika semua fasilitas yang selama ini dinikmati oleh Sela dari orang tuanya diminta oleh mereka kembali kecuali handphone yang merupakan pemberian darinya
"Gue masih ada uang di dompet digital, meskipun nominalnya tidak seberapa setidaknya kalau hanya untuk mencari kost selama satu atau dua bulan masih ada" Sela teringat dengan dompet digitalnya yang tidak pernah dia gunakan namun selalu dia isi untuk keperluan mendesak
"Syukurlah kalau masih ada uang, jangan sungkan jika membutuhkan bantuan dari gue" Tania merasa lega karena sahabatnya masih memiliki biaya untuk hidup
Waktu semakin malam, sebelum hari beranjak tengah malam, Sela memutuskan untuk mencari tempat kos yang biayanya cukup murah, hal ini dia lakukan selain untuk menghemat pengeluarannya juga untuk menghindari orang-orang yang berusaha mencari keberadaannya.
Bukan tidak mungkin jika orang tuanya akan mencarinya demi kelangsungan bisnis mereka. Apalagi Marcel dipastikan akan segera mencarinya.
Sebuah kamar dengan diisi satu buah kasur serta lemari kecil juga meja, serta kamar mandi di dalam kamar sudah lebih dari cukup untuk istirahat malam ini bagi Sela. Badan yang sudah terasa capek, membuat Sela terlelap dalam tidurnya setelah melakukan bersih-bersih badan.
Handphone yang berulang kali berbunyiipin tidak membuat Sela terbangun.
Beberapa hari berada di kamar kos membuat keuangan Sela semakin menipis, karena uangnya sudah dia gunakan untuk membayar sewa kamar kos selama tiga bulan ke depan. Sela mulai berfikir untuk mencari pekerjaan yang bisa memberikan dia setidaknya makan siang serta bisa mendapatkan gaji secara harian.
Dengan menscroll hanphonenya Sela mencari beberapa informasi lowongan pekerjaan hanya untuk beberapa hari saja, yaitu bekerja pada even-even besar perusahaan. Sela tidak ingin meminta bantuan siapapun karena dia sudah berjanji tidak akan pernah merepotkan orang lain untuk mendapatkan kesuksesan diri, sebagai bentuk pembuktian terhadap orang tuanya yang pernah meremehkannya.
Suatu berkah bagi Sela, baru beberapa kali membaca iklan lowongan pekerjaan, dia menemukan informasi yang cocok bagi dirinya yang belum pernah sama sekali bekerja dengan orang lain, bekerja menyediakan minuman dan makanan di meja-meja pada sebuah even perusahaan besar di kota ini dengan fasilitas makan tiga kali, waktu kerja jam sepuluh pagi hingga jam tujuh malam, serta lokasinya yang tidak jauh dari tempat kosnya. Gaji yang diberikan harian, namun even tersebut hanya berlangsung selama sepuluh hari.
Meskipun hanya sepuluh hari, namun bagi Sela dengan gaji dia ratus lima puluh ribu sehari merupakan uang yang sangat besar, bahkan diaa bisa menghemat biaya makan dan juga bisa menghindari orang-orang yang akan mencarinya.
Pagi ini, Sela bersiap untuk berangkat kerja dengan menggunakan baju bermerk miliknya. Berjalan menyusuri trotoar dengan wajah riang. Sampai di tempat even, Sela mendapatkan pembekalan sebelum bekerja, diberikan seragam kerja.
"Mbak, minta tolong bajunya ganti dengan yang ini, kami tidak ingin mbak memakai baju dengan merk itu, karena merupakan salah satu merk yang bersaing dengan perusahaan kami" Seorang laki-laki muda, yang bertugas membagi pekerja paruh waktu meminta Sela untuk mengganti baju yang dia kenakan saat ini dan memintanya untuk memakai merek lain di lain waktu
"Iya Pak, maaf karena saya tidak tahu" Sela tidak tahu jika perusahaan ini juga bergerak dibidang fashion
"Tidak apa-apa yang penting besok-besok jangan memakainya lagi, lebih baik pakai yang biasa saja" Saran dari lelaki itu sambil menyerahkan dia buah seragam kepada Sela
Sela bergegas mengganti bajunya sebelum ketahuan dengan pemilik perusahaan, seandainya ketahuan bukan tidak mungkin jika dirinya harus kembali pulang.
Pekerjaan yang diterima oleh Sela tidaklah berat, dia sangat menikmati pekerjaannya, atasan dan juga teman-temannya juga sangat baik dan selalu bekerja sama tidak saling menjatuhkan karena mereka semua bekerja hanya untuk beberapa hari saja.
Hari terakhir even berlangsung, semua pekerja diminta untuk membantu membereskan semua barang milik perusahaan dan dijanjikan dengan dua kali lipat gaji mereka. Sela bersemangat mendengar janji tersebut, meskipun cukup melelahkan namun dia sudah membayangkan uang yang dia terima jumlahnya tidaklah sedikit.
Pukul sepuluh malam semua pekerjaan sudah selesai, Sela mengganti bajunya dan bersiap untuk pulang. Wajahnya cerah karena saat ini dompetnya sudah terisi uang yang lumayan banyak, hampir tiga juta hasilnya bekerja selama sepuluh hari ditambah membantu beres-beres hari ini.
"Hai mbak, bisa kemari sebentar tidak?" Seorang pemuda dengan hanya mengenakan kaos putih dengan celana jeans rapi, memanggil Sela yang sudah berjalan sampai depan pintu keluar
"Saya mas?" Sela menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan jika lelaki itu memanggilnya
"Iya, siapa lagi kalau bukan kamu, lagi pula tidak ada orang lain selain dirimu" Jawab pemuda itu
Sela berjalan mendekat dan menanyakan keperluannya memanggil dirinya yang sudah selesai bekerja.
"Ada apa ya, bukannya pekerjaan saya sudah selesai?"
"Memang sudah selesai, tetapi saya punya pekerjaan tambahan buat kamu" Sela kaget dengan penuturan lelaki itu
"Jangan takut, saya hanya minta kamu menemani duduk disini, dan ini bayarannya"
Sela marah melihat beberapa lembar uang berwarna merah di atas meja, dia berfikir jika dirinya dianggap seperti seorang p*lac*r
"Jangan marah, saya tahu kamu anak baik-baik, makanya saya memintamu untuk menemaniku, karena saya tahu pasti jika kamu tidak akan melakukan apapun terhadap saya jika nanti terjadi sesuatu denganku"
Sela duduk dengan bermain hanphone sambil menemani lelaki berkaos putih yang sedang menikmati minuman dan sesekali meracau entah apa yang dibicarakan, Sela tidak mau tahu dengan perkataan yang keluar dari mulutnya.
Beberapa jam kemudian, lelaki itu sudah tidak berdaya, kemudian Sela membawa ke mobil milik lelaki itu sesuai permintaannya dan mengantarnya ke sebuah alamat yang tertera dalam secarik kertas yang dia Terima.
Sebuah apartemen mewah, Sela membawa lelaki itu ke sebuah unit dan memapahnya hingga masuk ke dalam kamar. Sela ingin segera pulang karena hari sudah tengah malam, namun dicegah oleh lelaki itu. Meskipun setengah sadar, namun lelaki itu masih bisa berfikir normal.
"Kamu, tidur di kamar sebelah saja, karena saat ini tengah malam, tidak baik untuk bepergian bagi seorang perempuan sepertimu"
Sela mengikuti intruksi lelaki itu, lagi pula dia juga sudah sangat lelah dan mengantuk. Sela segera berbaring di sebuah kasur yang sangat nyaman.
Tanpa terasa ketika Sela membuka matanya ada seseorang yang berbaring di sampingnya dengan bert*lanj*ng dada, dengan tangan yang melingkar di pinggang rampingnya.
Sela menikmati wajah yang terlihat bersih dan tampan, dengan hidung mancungnya. Dia belum sadar dengan keadaannya sendiri yang saat ini sudah tidak ada sehelai benangpun yang menutupi tub*hnya.
Setelah dia tersadar Sela langsung mencari bajunya dan keluar dari kamar apartemen tanpa berniat untuk membangunkan lelaki itu.
Sampai di tempat kos, Sela mengingat apa yang sebenarnya semalam terjadi degan dirinya, karena dia sama sekali tidak menyadarinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!