NovelToon NovelToon

Terjerat Scandal Cinta Saudara

Bab 1 keluarga Argantara.

Kota Jakarta kota yang padat. Seperti biasa jika pagi hari kota Jakarta akan semakin padat macet pasti manjadi langganan orang-orang. Belum lagi bunyi klakson yang begitu bising. Maklumlah namanya juga kota Jakarta ya mau bagaimana lagi begitulah kalau tinggal di Ibu Kota. Dari tahun ke tahun memang tidak akan ada perubahan sama sekali.

Di salah satu komplek perumahan mewah. Yang lumayan jauh dari perlintasan padatnya kota Jakarta. Salah satu rumah mewah yang di huni keluarga Damian Argantara dan ibu Anggika Haneda yang mana pasangan suami istri itu yang memiliki 2 orang anak 1 putra dan 1 dari putri.

Putra pertama mereka bernama bernama Sean Argantara yang seorang pengusaha yang berusia 27 tahun. Sean cukup di katakan Pria yang cuek, dingin dan juga tegas dalam suatu keputusan.

Di perusahaan Sean juga menjadi seorang bos yang galak dan tidak tawar menawar sama sekali dalam urusan apapun. Karena bagi Sean apa yang di katakannya harus di laksanakan. Tanpa ada tawar menawar sama sekali

Mungkin karena memiliki tampan yang sempurna seperti dewa Yunani. Jadi sangat wajar kalau dia seperti itu. Karena sejatinya pria tampan itu akan semakin tampan jika galak, memiliki raut wajah seperti monster yang memancarkan aura dingin seperti es. Ya itu menambahkan nilai plus sendiri dari seorang Pria tampan.

Sean juga tipe Laki-laki yang jarang bicara dan mungkin hanya terhitung bicara beberapa kata saja. Bicara hanya dengan seperlunya saja. Dia hanya bisa banyak bicara pada adik bungsunya Citra putri ke-2 Damian Argantara dan Anggika Haneda.

Untuk putri ke-2 mereka yaitu Citra Elsa Argantara yang berusia 21 tahun yang sekarang menempuh pendidikan di universitas ternama di ibukota yang mengambil jurusan bisnis manajemen yang ingin mengikuti jalur papa dan kakaknya menjadi pengusaha.

Berbanding terbalik dengan sikap Sean dan Citra. Citra yang cantik di atas rata-rata memiliki sifat yang humbel dan dan wanita yang ceria. Citra merasa hidupnya sempurna mungkin karena memiliki seorang kakak yang bisa melakukan apa saja untuknya dan selalu ada untuknya. Citra yang manja selalu mendapatkan apapun yang dia mau dari keluarganya dan juga kakak tersayangnya.

Pagi-pagi seperti biasanya sebelum keluarga kecil itu memulai melaksanakan aktivitas masing-masing. Argantara, Anggika dan Sean sedang menikmati sarapan.

" Morning mama, morning papa," sahut Citra yang menghampiri meja makan dengan suara cemprengnya yang begitu khas yang dengan cerianya di pagi hari.

" Morning sayang," sahut Anggika dan Citra langsung mencium mamanya itu.

Tidak lupa Citra juga akan mencium papanya. Dia memang sangat manja pada orang tuanya itu. Citra juga tidak melupakan untuk menghampiri tempat duduk kakaknya yang tampan itu dan mencium pipi kakaknya.

Mmuah, suara kecupan bibir Citra pada pipi Sean terdengar khas. Ternyata Citra yang sudah mencium sang kakak masih tetap berada di dekat kakaknya dengan tubuhnya yang membungkuk sedikit.

" Ada apa?" tanya Sean. Citra menunjuk pipinya dengan jarinya yang pertanda ingin dicium.

" Kamu ini," sahut Sean yang langsung mencium pipi adiknya itu. Argantara dan Anggika saling melihat dengan mereka yang sama-sama tersenyum.

" Ya sudah ayo sarapan Citra!" ajak sang mama.

" Oke mah," sahut Citra yang langsung mengambil setangkap roti. Sean yang duduk di sampingnya pun sarapan dengan tenang.

" Ka Sean, olesi," ucap Citra yang manjanya minta di olesi selai blueberry kesukaannya.

Sean menghembus napas perlahan kedepan dan menuruti Citra. Manjanya Citra pada mama dan papanya. Lebih manja pada Sean yang super duper dingin. Namun hanya pada Citra Sean biasa berubah menjadi pria yang humbel dan hangat. Dia juga begitu memanjakan Citra. Karena baginya adik perempuannya itu harus di ayomi agar tidak merasa kurang kasih sayang sedikitpun dan tidak merasa sendiri.

" Kamu ini ya Citra apa-apa harus kakak kamu yang melakukannya. Kamu ini sudah dewasa tau," sahut Anggika geleng-geleng kepala melihat ke lakukan anak bungsunya itu.

" Benar kata mama kamu. Bagaimana kalau kakak kamu menikah. Masa iya kamu manja-manjaan dengannya. Apa lagi nanti ada istrinya. Nanti istrinya bisa cemburu lo," sambung sang papa.

" Tidak boleh menikah," sahut Citra dengan cepat. Anggika dan Argantara saling melihat.

" Kak Sean hanya milik Citra dan Citra tidak akan mengijinkann kak Sean menikah secepat itu. Jadi kak Sean tidak boleh jauh-jauh dari Citra. Karena Citra membutuhkan kak Sean. Hanya kak Sean," ucap Citra yang sangat posesif pada kakaknya.

Sean yang mengunyah makanan dengan tenang, tersenyum mendengar kata-kata Citra. Senyum tipis itu menggambarkan bahwa dia bahagia mendengar Citra yang terus bergantung padanya yang artinya dia berhasil menjadi seorang kakak yang selalu ada untuk adiknya dan adiknya itu tidak merasa sendirian.

" Kamu itu tidak boleh seperti itu citra," sahut Argantara.

" Issss, papa sudahlah jangan bahas itu lagi. Pokoknya kak Sean tidak boleh menikah dalam waktu dekat ini. Benarkan kak Sean, kak Sean tidak akan menikah dan tidak boleh dekat dengan wanita manapun," ucap Citra melihat ke arah sang kakak dan Sean pun melihatnya dan masih saja diam.

" Kak Sean benarkan?" tanya Citra sekali lagi yang mendesak Sean.

" Iya. Terserah kamu saja," sahut Sean dengan suara beratnya.

Lihatlah wajah Citra mengeluarkan senyum mengembang mendengar kata-kata Sean. Dan Sean kembali mengalihkan pandangannya pada sarapannya yang kembali melanjutkan makannya.

" Tapi mau sampai kapan?" tanya Anggika menjeda omongannya dan melihat ke arah Sean, " Sean kamu juga sudah dewasa. Di usia kamu seharusnya kamu mencari istri," ucap Anggika menyarankan putranya.

" Isshhh, mama malah di perpanjang lagi. Semakin di perjelas. Lagian kak Sean juga kalau mau dekat sama wanita nggak boleh yang sembarang. Apa lagi sampai yang cemburuan. Karena dia harus tau siapa Citra dan bagaimana Citra," tegas Citra pada orang-orang yang ada di meja makan itu.

" Apa itu artinya. Kamu yang akan mensortir para wanita yang dekat dengan kakak kamu?" tanya Argantara.

" Yes. itu harus. Tapi nanti-nanti dulu. Kak Sean sekarang harus fokus padaku. Karena aku ingin terus bisa bersama kak Sean. Dan kalaupun kak Sean nanti menikah. Citra tidak mau kak Sean kasih sayangnya berkurang sedikit pun pada Citra," sahut Citra yang menuntut banyak dari kakaknya itu.

" Mana bisa seperti itu Citra," sahut Anggika.

" Harus bisa. Iya kan kak?" tanya Citra yang memastikan lagi.

" Iya Citra. Sudah kamu sarapan saja. Jangan membahas soal pasangan lagi. Makan yang banyak supaya kamu gemuk," sahut Sean.

" Tuh, dengerin pa, ma, kak Sean aja tidak mau membahas masalah itu dan setuju dengan Citra," sahut Citra tersenyum yang merasa menang.

" Ya sudah kita sarapan aja," sahut Anggika geleng-geleng.

Bersambung.

...Di tunggu komen, like yang banyak, vote yang banyak untuk karya terbaru aku. Terima kasih para readers yang selalu setia bersamaku....

Bab 2 Penolakan.

Di tengah sarapan yang penuh bercandaan itu tiba-tiba Argantara melihat anak istrinya itu. Seperti ada yang ingin di katakannya.

" Hmmm, oh iya papa ingin menyampaikan sesuatu pada kalian," sahut Argantara tiba-tiba di tengah sarapan itu.

" Menyampaikan apa pa?" tanya Citra dengan mengunyah makannya.

Argantara, melihat istri dan ke-2 anaknya secara bergantian yang kelihatan berat menyampaikan masalah itu.

" Reya akan ka Jakarta," sahut Argantara membuat mereka ber-3 tiba-tiba menghentikan aktivitas dengan sejenak dan menatap serius pada Argantara.

" Apa maksud mu mas?" tanya Anggika yang tidak melanjutkan makannya dan bahkan suara hentingan sendok terdengar di atas piring saat di jatuhkan nya sendok itu.

" Anggika. Aku memang belum membicarakan ini padamu. Tetapi aku sudah membuat keputusan. Jika Reya akan ke Jakarta," tegas Argantara.

" Mas," sahut Anggika dengan suara penolakan.

" Apa yang papa bicarakan. Kenapa tiba-tiba papa membawa anak dari wanita itu ke Jakarta," sahut Citra yang kelihatannya tidak setuju dengan keputusan papanya dan langsung protes.

" Citra. Reya itu kakak kamu. Jadi jangan bicara seperti itu," sahut Argantara.

Citra mendengus kasar mendengarnya, " apa papa bilang. Kakak. Kakak yang mana. Citra hanya punya kakak laki-laki yaitu kak Sean dan wanita itu bukan kakak ku. Dia hanya anak dari perselingkuhan papa dengan wanita itu. Anak yang menghancurkan keluarga kita," sahut Citra yang terlihat marah dengan mengecam wanita yang bernama Reya itu.

" Cukup citra!" bentak Argantara yang marah dengan penghinaan dari Citra, " Reya itu anakku juga dan dia bukan anak perselingkuhan. Dia anak dari ibu ke-2 mu," sahut Argantara yang sangat marah jika Citra mengatakan hal itu yang dulu juga pernah di katakan Citra.

" Lihatlah! papa akan marah padaku. Jika aku mengatakan yang sebenarnya. Padahal yang aku katakan adalah kenyataannya. Itu kenyataannya yang yang tidak akan pernah bisa di ubah," sahut Citra merendahkan suaranya dengan penuh kekecewaan.

" Citra kamu selalu saja seperti ini. Reya itu kakakmu dan ibunya juga ibumu. Berapa kali papa mengatakan hal itu kepadamu," tegas Argantara.

" Jangan menyuruh anakku memanggil wanita lain juga ibu. Anak ku hanya punya satu ibu yaitu aku bukan wanita itu," sahut Anggika dengan suara dinginnya yang memprotes pernyataan suaminya.

" Anggika masalah ini sudah berlalu. Kau dan Erina sama-sama istriku. Jadi tolong hargai keputusanku. Reya juga anakku," sahut Argantara membuat Anggika hanya bisa menyimpan kemarahannya.

" Dia bukan istri mu lagi. Bukannya kalian sudah berpisah," sahut Anggika.

" Walaupun seperti itu. Reya anakku darinya dan tetap saja Citra atau pun Sean harus menghormati Erina sebagai ibu kedua mereka," tegas Argantara merendahkan suaranya.

" Itu tidak akan pernah terjadi," desis Citra.

" Cukup Citra!" sentak Argantara.

" Kenapa harus membawanya kemari?" Sean baru mengeluarkan suaranya dinginnya dengan menatap papanya serius. Dia harus ikut berpendapat dengan keputusan sang papa yang pasti akan membuat kacau keluarganya setelah beberapa tahun cukup damai.

" Sudah cukup dia berada di luar Negri selama bertahun-tahun. Aku sudah mengasingkannya sesuai keinginan kalian saat usianya 16 tahun saat itu dan sekarang sudah 5 tahun berlalu. Reya harus kembali ke Jakarta dan ikut andil dalam mengurus perusahaan bersamamu," jawab Argantara dengan penegasannya.

" Ini keterlaluan mas. Aku tidak setuju," sahut Anggika membantah.

" Apa yang keterlaluan Anggika," sahut Argantara.

" Mas. Kau tidak seharusnya melibatkan dia ke dalam Perusahaan. Kembali saja ke Jakarta kau tidak seharusnya melakukan itu dan apa lagi melibatkannya dalam Perusahaan. Citra saja belum berada di sana dan dia wanita asing yang tidak seharusnya ikut-ikutan bekerja di perusahaan," sahut Anggika menegaskan yang membantah keras.

" Anggika selama ini aku sudah menuruti kemauanmu. Setelah semuanya terbongkar aku juga membiarkan Reya tinggal di luar Negri bersama ibunya dan sekarang apa salahnya dia ada di sini. Dia juga menderita di sana," sahut Argantara kembali menguatkan volume suaranya.

" Apa papa tidak memikirkan perasaan kami," sahut Citra.

" Papa memikirkan perasaan kalian dan juga Reya," sahut Argantara.

" Kalau iya. Papa tidak akan melakukan ini," sahut Citra.

" Sudah. Kalian jangan membantah lagi. Ini keputusanku. Reya akan berada di Jakarta. Kalian sudah sama-sama dewasa dan sudah saling mengerti dan hilangkan rasa benci kalian. Dia juga tidak tau apa-apa. Jika harus ada yang di salahkan itu aku dan juga Erina," tegas Argantara.

" Papa benar-benar tega sama Citra. Papa itu jahat," ucap Citra yang emosian dan langsung berdiri dari tempat duduknya yang pergi begitu saja.

" Citra!" Panggil Sean.

" Keterlaluan kamu mas. Aku pikir akan ada kebahagiaan dalam keluarga kita tanpa permasalahan ini itu. Tetapi nyatanya kamu tetap saja seperti ini dan malah membuat semuanya berantakan. Kamu benar-benar tidak bisa adil. Selalu saja menyakiti keluarga ini," ucap Anggika dengan kemarahannya dan juga langsung pergi berlalu dari meja makan.

" Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran papa dan bisa-bisanya papa benar-benar melakukan semua ini. Apa salahnya membuat mama dan Citra tidak sedih. Papa tidak bisa belajar dari kesalahan dengan membawa dia kembali ke kehidupan kita," ucap Sean dengan suara dinginnya.

" Sean dia juga adikmu dan juga anak papa. Papa melakukan semua ini untuk kebaikannya. Jadi mengertilah," sahut Argantara.

" Kebaikan apa pah. Luka di hati Citra dan Sean belum hilang sama sekali dan papa sudah melakukan itu lagi. Apa papa pikir membawanya ke rumah ini adalah jalan yang terbaik. Tidak pah. Tidak sama sekali. Semua hanya akan menjadi petaka," ucap Sean mengingatkan sang papa.

" Tapi semua ini juga tidak mungkin seperti ini Sean. Reya juga berhak mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah. Dan juga kau sebagai kakaknya," sahut Argantara menegaskan.

" Jangan mengatakan aku sebagai kakaknya. Aku tidak pernah mempunyai adik selain Citra. Sampai detik ini aku tidak mengakui sebagai adikku. Seharusnya papa mengerti perasaan kami semuanya," ucap Sean menekan suaranya dengan mata memerah yang terlihat menahan sakit saat berbicara.

" Papa selalu mencoba untuk memahami perasaan kalian dan berusaha menjadi yang terbaik. Tetapi tidak bertanggung jawab pada Reya juga hanya membuat papa terus berdosa. Papa juga butuh pengertian dari kalian," ucap Argantara dengan suara rendahnya.

" Itu lah yang namanya ke egoisan. Papa menyelamatkan perasaan 1 orang dengan menyakiti perasaan 3 orang," ucap Sean menegaskan dan langsung berdiri dari tempat duduknya yang meninggalkan sarapan yang tidak selesai itu.

Argantara tidak menanggapi dan hanya diam dengan mengusap kasar wajahnya. Sean cukup bicara seadanya saja dan juga akhirnya meninggalkan sarapan itu. Argantara menghela napas beratnya kala mendengar kata-kata Sean.

" Apa kalian pikir dia juga menginginkan semua ini. Dia juga tidak menginginkan semua ini. Aku juga memaksanya untuk ke Jakarta," batin Argantara yang mengusap kasar wajahnya dengan ke-2 tangannya.

**********

Setelah keputusan suaminya tadi Anggika memasuki kamarnya dengan membanting pintu. Anggika langsung duduk di pinggir ranjang dengan menghapus kasar wajahnya dengan ke-2 tangannya. Napasnya naik turun.

" Kenapa kamu melakukan semua ini mas. Apa belum cukup semuanya. Dulu aku memaafkan perselingkuhan mu. Tetapi bukannya kau meninggalkan wanita itu. Malah kau menikahinya di belakangku dan aku tidak mengetahui hal itu sampai semuanya terjadi 16 tahun. Aku masih mempertahankan semuanya dengan kau berjanji. Tetapi apa sekarang kau ingin membawa Reya kerumah ini. Walau tidak bersama ibunya. Tetapi apa kau tidak memikirkan perasaan ku dan juga anak-anak ku," ucap Anggika yang hanya bisa menangis dengan keputusan suaminya.

" Kurang sabar apa lagi aku mas. Apa aku masih kurang memberikan segalanya padamu," Anggika hanya bisa bersedih dengan apa yang terjadi. Karena semuanya sudah terlanjur. Jika ada niat ingin berpisah seharusnya di lakukannya dari dulu bukan sekarang.

Bersambung

Bab 3 Reya.

Flassback.

Seminggu sebelum hari ini ternyata Argantara ke Paris untuk menemui Reya anak dari istri ke-2 nya.

Dalam pernikahan Argantara dan Anggika ternyata di warnai dengan penghiyanatan setelah usia pernikahan Argantara dan Erina sudah memasuki usia ke 7 tahun. Diam-diam Argantara menikah dengan wanita lain yang bernama Erina dan di karunia seorang anak perempuan bernama Reya Bhatara Argantara.

Perselingkuhan itu terbongkar saat Erina Reya berusia 5 bulan yang saat itu juga Anggika melahirkan Citra. Makanya usia Citra dan Reya hanya berbeda 5 bulan saja.

Rumah tangga di pertahankan Anggi karena anak-anaknya. Tetapi Anggika meminta suaminya itu meninggalkan Reya dan juga Erina dan semua itu di turuti Argantara.

Reya merupakan darah dagingnya, tidak membuat Argantara harus melepas tanggung jawabnya. Dia beberapa kali menemui Reya yang sama-sama tinggal di Jakarta juga tanpa sepengetahuan istrinya. Argantara tidak sepenuhnya menuruti keinginan Anggika. Hal itu karena dia merasa bertanggung jawab pada Reya.

Tetapi sepandai-pandainya tupai melompat akan jatuh juga yang pada akhirnya ketahuan juga saat Reya berusia 16 tahun. Kejadian itu menimbulkan konflik hebat, pertengkaran kekecewaan Sean dan Citra yang pasti sudah dewasa saat itu yang memang tidak mengetahui jika sang papa mempunyai wanita lain dan juga anak dari wanita itu.

Keributan itu akhirnya membuat Reya dan ibunya kembali di asingkan dan benar-benar di jauhkan dari kehidupan Argantara dan semua atas persetujuan keluarga Argantara jika memilih mempertahankan rumah tangganya bersama Anggika.

Saat masih kecil sampai remaja. Reya juga tidak mengetahui jika papanya itu ternyata sudah beristri dan mempunyai anak. Hal itu juga membuat Reya kecewa. Namun tetap anak dari wanita yang di nikahi sirih dan berselingkuh hal itu justru membuatnya tidak pantas untuk protes atau marah kepada papanya.

Reya dan Erina pun di kirim ke luar Negri 5 tahun lalu dan sama sekali Argantara tidak pernah melihat dan hanya mengabari lewat telpon saja dan tetap mengawasi kehidupan putrinya di sana dengan orang suruhannya.

Banyaknya laporan dari orang yang di suruh ya mengawasi Reya membuat Argantara harus berangkat ke Paris untuk menemui putrinya itu.

Setibanya di Paris Argantara langsung menuju rumah yang ingin di tujuannya Argantara berdiri di depan pintu menunggu pintu di buka dan tidak lama akhirnya pintu di buka yang menampilkan wanita cantik berkulit putih dengan rambut sebahunya.

" Papa!" Lirih Reya yang terkejut melihat kedatangan Argantara.

" Reya!" Argantara begitu terkejut. Bukan karena baru bertemu Reya. Tetapi melihat wajah Reya dan dengan cepat Reya membalikkan tubuhnya.

Luka lebam di wajah itu dan bahkan tangan memar yang mengejutkan Argantara.

" Reya ada apa dengan kamu?" tanya Argantara yang menghampiri Reya berdiri di depan Reya dan Reya terlihat menghindar dengan menutup wajahnya dengan rambutnya yang tidak mau di lihat oleh papanya.

" Reya, lihat papa. Kamu kenapa?" tanya Argantara.

" Aku tidak apa-apa. Kenapa papa datang tiba-tiba. Pergilah!" usir Reya dengan terus menghindar dari sang papa.

Argantara memegang ke-2 bahunya dan melihat putrinya itu yang mana Argantara menunduk agar bisa melihat wajah Reya yang terluka.

" Apa ini perbuatan ibumu?" tanya Argantara yang bisa menebak luka-luka itu karena siapa.

" Kalau iya kenapa?" Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang begitu lantang yang berada di ujung anak tangga. Argantara membalikkan tubuhnya dan melihat wanita itu yang tak lain adalah Erina. Di mana wajah Erina yang terlihat sangat.

" Masih untung kau masih bisa melihatnya sebelum dia mati," sahut Erina dengan sinis.

" Apa yang kau lakukan Erina. Apa kau ingin membunuh anakmu sendiri," sahut Argantara dengan penuh emosi.

" Iya. Aku akan melakukannya. Agar kau menyesal seumur hidupmu. Aku sudah sabar dengamu dan menerima semua apa yang kau lakukan padaku dan juga Reya. Jika Reya mati bukankah akan membuatmu puas dan juga keluargamu akan jauh lebih bahagia dengan tidak melihatnya," sahut Erina dengan penuh emosi.

" Erina yang terjadi adalah kesalahan kita. Bukan Reya yang bersalah. Jadi jangan mengorbankan nya," teriak Argantara.

" Jika kau tau bukan Reya yang bersalah. Lalu kenapa kau juga lepas tanggung jawab padanya hah! Jika ingin membuangku. Maka buang ku. Tapi tidak dia," teriak Erina yang selama ini di lakukannya hanya ingin mendapat ke adilan untuk anaknya.

Ya Erina mempunyai sifat tempramental dan semua akan di korbankannya pada Reya. Argantara juga mengetahui itu dari beberapa anak buahnya yang di suruh ya mengawasi Reya dan Erina dan laporan yang menakutkan jika Reya sering mendapat kekerasan fisik dari Erina yang memang kadang-kadang waras dan kadang-kadang tidak.

" Baiklah!' Argantara menarik napasnya panjang dan membuangnya perlahan, " aku akan membawanya tinggal bersamaku," sahut Argantara memutuskan.

Reya terkejut mendengarnya dan melihat papanya dengan serius.

" Aku tidak mau," sahut Reya yang langsung menolak.

" Tidak Reya. Kamu harus ikut papa. Papa tidak ingin menyesal. Jika kamu harus berakhir di tangan ibumu," sahut Argantara memutuskan.

" Itu jauh lebih baik. Dari pada aku harus ke Jakarta. Aku tidak mau di sana," Reya yang tampak takut terus menolak keinginan papanya.

" Ini adalah keputusan. Kau juga anakku dan tidak seharusnya kau menanggung semuanya," sahut Argantara.

Erina di sana hanya diam saja yang mana mungkin itu keinginannya. Dia tidak peduli dengan dirinya. Ya dari pada Reya mati di tangannya karena kerap kali menjadi imbas kemarahannya mending suaminya itu membawanya dan penolakan Reya tidak akan berpengaruh apa-apa.

Falssback on

" Dia adalah putriku. Aku tidak mungkin membiarkannya tersiksa terus menerus. Aku tau ini hanya akan membuat kegaduhan. Tapi aku percaya kalian semua akan mengerti semuanya dan akan menerima masalah ini lama kelamaan," batin Argantara dengan membuang napasnya dengan kasar.

" Maafkan aku Anggika, maafkan papa Sean, Citra. Papa sangat menyayangi kalian semua," batin Argantara yang begitu sulit untuk memilih.

*********

Paris.

Erina mama dari Reya berada di dalam kamar yang tersenyum duduk di meja rias yang menatap dirinya di cermin.

" Akhirnya aku berhasil juga memasukkan Reya kedalam rumah itu. Tidak sia-sia dengan semua yang aku lakukan. Aku dan Reya sudah di buang selama bertahun-tahun. Dan kali ini aku tidak akan membiarkan kalian semua bisa bahagia setelah menghancurkan kehidupanku," batin Erina yang ternyata memiliki niat yang jahat. Makanya tega memperlakukan buruk Reya agar Argantara kasihan.

" Selagi kau tidak mengetahui jika Reya bukan putri kandungmu. Maka tidak akan ada masalah. Pada intinya Reya harus mendapatkan apa yang di dapatkan anak-anak mu walau Reya tidak ada hubungan darah denganmu," batin Erina dengan menyunggingkan senyumnya yang ternyata ada rahasia besar yang di simpannya yang tidak di ketahui Argantara dan bahkan sengaja memanfaatkan Reya untuk keinginannya yang besar.

***********

Seperti biasa Sean akan mengantarkan Citra ke kampus. Namun wajah Citra terlihat di tekuk dan begitu kesal. Apa lagi jika bukan karena masalah sarapan tadi pagi.

Mobil Sean sudah berhenti di depan kampus dan Sean melihat ke arah Citra yang mana Citra masih tetap dengan ekspresi wajah manyunya dengan matanya yang berkaca-kaca.

" Citra kita sudah sampai," ucap Sean dengan lembut.

" Citra tidak mau kuliah," jawab Citra.

" Kenapa?" tanya Sean.

" Mood Citra sedang tidak bagus dan tidak baik untuk Citra harus mengikuti mata kuliah hari ini," jawab Citra.

" Jangan banyak alasan Citra. Ayo kamu harus kuliah. Jangan melibatkan masalah keluarga kita dengan kuliah kamu yang hanya akan merugikan diri kamu sendiri," ucap Sean memberikan nasehat pada adiknya itu.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!