Di sebuah kamar tengah terjadi kehebohan dan kepanikan, bagaimana tidak panik, pengantin wanita yang ingin dinikahkan beberapa jam lagi kabur entah kemana.
"Velia ... Velia, bagaimana ini? Kakakmu pergi," pekik Mommy Mila.
"Mommy tenang dulu, yah! Tarik nafas, buang, tarik nafas buang." Instruksi Velia.
"Heh kamu... Bukan saatnya tarik nafas hembus," omel Mila.
"Memangnya mau melahirkan apa," kesal Mila.
"Lalu. Mommy maunya, apa?" Velia pun ikut kesal juga.
"Cepat cari kakakmu Sherlin, kalau tidak! Kamu... Kamu yang akan menggantikan kakakmu menikah dengan. Daniello," cetus Mommy Mila.
"What?" Pekik Velia.
"Mommy, aku gak mau ahh." Protes Velia.
"Velia. Mommy, mohon kalau tidak. Usaha keluarga kita bakal bangkrut sayang, Tuan Samanta mau membantu usaha kita dengan melunasi hutang-hutang yang Daddy mu tinggalkan, nak!"
"Tapi Mommy..."
"Velia, Mommy mohon," pinta mommy Mila memelas.
"Atau kita harus mengganti uang, pada Tuan Samanta sebanyak 10 Milyar nak!"
"What?" pekik Velia lagi.
Velia menghembuskan nafasnya secara pelan, dia bukannya tak mau membantu Mommy-nya. Tak ada orang yang tahu, jika Daniello itu penyuka sesama jenis. Dari mana Velia tahu?
****
Saat itu Velia sedang menunggu Indi di club malam, Velia hanya diam di depan meja bartender. Dia sedang memperhatikan bartender yang sedang melayani pelanggan.
"Si Indi mana, sih? Lama banget," kesal Velia.
Tak lama Indi pun datang dengan seorang laki-laki. Namun, laki-laki itu agak melambai. Tapi Velia tak peduli, dia pun menatap tajam Indi.
"Kenapa sih? Ngeri banget tatapannya setajam silet," kekeh Indi.
"Dari mana sih, lo? Lama," cibir Velia.
"Sabar dong say," sahut lelaki tersebut, mendorong Velia yang hampir tersungkur.
"Shit! Kurang asem nih cowok," umpat Velia, karena walau melambai tenaganya besar juga.
Indi mengenalkan lelaki yang bernama Ello tersebut pada Velia, dengan ogah-ogahan Velia menerima uluran tangan Ello.
"Di, ini beneran gini? Sayang loh ganteng-ganteng, kaya gini ihh..." bisik Velia bergidik ngeri.
"Ya gitu lah, entah apa yang buat dia kaya gini."
"Terus, ngapain lagi sih kita, disini?" tanya Velia, sudah mulai risih karena banyak laki-laki hidung belang yang menatapnya.
"Nunggu pacarnya. Ello," jawab Indi.
"Pak Alvaro," pekik Velia, lelaki yang selalu mengadakan pesta di perusahaannya.
Namun, pekikan Velia tersebut terdengar oleh Indi dan Ello, membuat Ello menatap tajam Velia.
"Loh Velia! Kamu disini? Sedang apa?" tanya Alvaro.
"Eumm... It-itu pak anu saya..."
"Ahh itu... Saya sedang menemani teman saya. Pak," jawab Velia melirik ke arah Indi.
Alvaro hanya beroh saja, kemudian dia memeluk Ello dan menciumnya dengan mesra di hadapan Velia. Bagi Indi itu sudah hal biasa. Namun, bagi Velia itu tak biasa, dia sampai melongo di buatnya dan merinding lebih ke jijik.
"Astaga Tuhan," batin Velia. "Mata gue udah gak suci lagi.”
Sementara Indi menatap ciuman panas mereka, Velia pun menarik Indi dari pasangan belok tersebut.
"Ish... Apaan sih lo. Ve, main tarik-tarik aja?" kesal Indi.
"Gila lo ya. Di, mata gue udah tercemar tau gak?" cetus Velia.
“Lebay lo, gue udah biasa liat kayak gitu.” Sahut Indi.
"Lo, kok gak bilang sih kalo mereka itu...." Velia membuat tanda V dengan dua jarinya lalu memberikan tanda kutip.
"G*y maksud lo?" ujar Indi frontal.
"Iya gitu lah, geli gue liatnya. Gimana pedang sama pedang beradu," kekeh Velia tertular mesum dari Indi.
Membuat Indi pun tertawa terbahak, mereka pun memutuskan untuk pulang. Tujuan Indi ke club adalah untuk mempertemukan Ello dan Alvaro, karena Alvaro adalah sepupu sekaligus orang yang membayar Indi. Agar tak ada orang yang curiga bahwa Alvaro menyimpang.
***
Lamunan Velia buyar, saat Mommy Mila melempar bantal tepat pada wajahnya.
"Mommy," pekik Velia.
"Apa, apa? Apa hah?" marah Mommy Mila melotot pada Velia.
"Bukannya bantuin mikir, malah bengong. Sekarang gimana, Velia? Bentar lagi pernikahannya mulai loh!" ujar Mommy Mila dengan lirih, dia pun harus pasrah jika istana yang dia bangun bersama mendiang suaminya diambil oleh Tuan Samanta.
Saat seperti ini, salah satu staf WO masuk dan memberitahu pada Mila. Bahwa mempelai pria sudah datang, sedang berada di kamar untuk berganti pakaian.
Mila memegang dadanya yang terasa sesak, dan memijat pangkal hidungnya.
"Tolong katakan pada Nyonya dan Tuan Johnson, kalau pernikahannya batal. Dan kami rela menggantinya dengan uang," ujar Mila dengan lirih.
"Mommy."
Velia pun merasa iba melihat sang ibu, dan dia pun memutuskan untuk menerima tawaran Mommy-nya. Untuk menikahi laki-laki tersebut.
"Mom, aku bersedia menggantikan Kak Sherlin," celetuk Velia, membuat Mila langsung berbinar menatap sang anak.
"Benar? Gak bohong kan?" tanya Mila, menangkup pipi sang anak.
"Engga. Mom," lirih Velia, mana mungkin dia bohong bisa durhaka dia.
"Terima kasih sayang," Mila memeluk Velia dengan erat, dia masih bisa mempertahankan perusahaan keluarganya.
Sementara Velia di rias, Mila keluar untuk menemui Nyonya Grasia yang sedang menemani Tuan Samanta Johnson.
"Tuan. Nyonya," sapa Mila dengan ramah.
"Hai Mila, saya sudah dengar semua. Dan saya bersyukur anakmu. Velia, mau menggantikan kakaknya," ujar Samanta.
Mila pun hanya tersenyum saja, mereka pun berbincang sebentar. Lalu Mila meminta izin untuk melihat sang anak, saat tiba di kamar. Mila dibuat kagum akan kecantikan Velia, tubuh Sherlin dan Velia memang sama. Sehingga gaun pernikahannya tak perlu dicari yang lain.
Velia tampak cantik walau sedang cemberut sekalipun, gaun pengantin berwarna putih tulang dengan model Sabrina tanpa lengan. Dan tiara yang menghiasi rambut yang telah ditata sedemikian rupa, membuat Velia seperti putri dari negeri dongeng.
"Kamu cantik sekali sayang," puji Mila.
"Aku memang cantik. Mom, dari lahir malah," ketus Velia, membuat Mommy Mila tertawa
"Ayo acara sudah mau mulai," ajak Mommy Mila, Mommy Mila pun menutup tudung wajah sang anak dan menggenggam tangan anaknya menuju altar pernikahan.
Walau terkesan terpaksa. Namun, pernikahan tanpa sosok ayah. Membuatnya sedih, tak ada sang ayah yang menggenggam tangannya yang ada hanya paman kesayangan Velia. Milano.
"Jangan sedih, Daddy mu pasti bahagia." Ujar Milano.
Milano pun menyerahkan Velia pada Daniello, dan menepuk pundak Ello. Sejak tadi Velia merasakan Ello menatapnya dengan tajam tanpa ekspresi, membuat Velia risih dan berdebar.
Perkataan pendeta mengalihkan atensi mereka, dan memulai ritual pernikahan.
Ello dan Velia pun sah menjadi suami istri, Ello membuka penutup wajah Velia. Dan untuk sesaat Ello mengagumi wajah cantik Velia, dia pun mencium bibir Velia dengan sedikit melumat.
"Ciuman pertama gue," teriak Velia dalam hati. "Dih, dasar g*y mesyum."
"Astaga bro, sabar dong." Teriak teman-teman Ello, yang Velia tahu mereka pun belok.
Namun, entah mengapa mereka bisa terlihat macho jika di depan umum, sama dengan Ello. Dia pun bersikap laki-laki di depan orang tuanya.
Setelah selesai pemberkatan, Velia dan Ello menghampiri para tamu undangan. Yang kebanyakan rekan kerja orang tua Ello dan orang tua Velia, resepsi akan diadakan pada malam hari pukul delapan malam.
"Abang," pekik seorang gadis yang mirip dengan Ello.
"Selamat yah, akhirnya laku juga. Aku kira abang g*y," celetuk Helena adik Ello, Velia melirik sekilas Ello yang menatap tajam Helena.
"Lena," tegur Grasia.
"Sorry. Mom, bercanda kok." Kekehnya.
Setelah selesai menyalami para tamu, Velia dan Ello masuk ke dalam kamar hotel. Yang akan di gunakan malam pertama oleh mereka. Namun, mereka memasuki kamar hotel yang di gunakan Velia ganti baju.
"Ingat ini hanya sementara, untuk menutupi siapa aku sebenarnya. Jika aku sudah mendapatkan apa yang aku mau, bersiaplah untuk pergi." Ucap Ello, setelah mereka sampai kamar hotel.
Velia pun menatap Ello dengan tajam, tak perlu diingatkan pun dia akan ingat.
"Tak perlu dibahas dan diingatkan, aku pun tahu Tuan Daniello." Balas Velia dengan sinis.
"Baguslah."
Ello pun keluar dari kamar, entah akan pergi kemana laki-laki jadi-jadian itu. Velia tak peduli, dia meratapi nasib hidup yang berantakan. Menggantikan sang kakak untuk menikahi laki-laki yang menyimpang.
Velia menghembuskan nafasnya dengan kasar, dia pun duduk menghapus riasannya dan akan beristirahat sebelum nanti malam melakukan resepsi. Velia melirik jam menunjukan pukul enam sore, masih ada dua jam lagi untuk dia istirahat sebentar sebelum di rias.
Bersambung…
Maaf typo
Jangan lupa tambahkan ke favorit, komen, like dan bintang 5 nya. Makasih 🙏🥰
Kemeriahan pesta pernikahan putra pertama keluarga Johnson dengan putri kedua dari keluarga Lawrence, tersebut sangatlah meriah. Para tamu undangan pun tak tahu jika. Velia, hanya pengantin pengganti, kabar kaburnya Sherlin ditutup rapat oleh kedua belah pihak.
Velia tampak cantik dengan balutan gaun berwarna Maroon tanpa lengan, rambutnya dihias sedemikian rupa dan terdapat mahkota di kepalanya. Sementara Ello tampak gagah dengan jas warna senada, banyaknya yang hadir membuat Velia tampak sedikit bosan.
Dan terpaksa dia mendudukkan dirinya di kursi pelaminan, sedangkan Ello. Dia sedang bersama para rekan bisnisnya, Velia pun menghela nafas pelan melihat sekeliling dan menatap Mila yang tampak berbinar di wajahnya.
"Semua aku lakuin demi. Mommy, bukan cinta." Gumam Velia mencoba membangun benteng untuk hatinya.
"Velia," pekik Indi.
"Indi," balas Velia langsung memeluk sang sahabat.
"Ya Tuhan... OMG, gak nyangka gue lo nikah sama Ello." Heboh Indi, mengundang tatapan dari para tamu. Membuat Velia tersenyum tipis.
"Lo tau kan, gue terpaksa. Kalau bukan karena Mommy, gue ogah nikah sama cowok macam sepupu lo itu," bisik Velia, semua orang tahu jika Alvaro dan Ello adalah laki-laki normal pada umumnya. Namun, siapa sangka di balik itu semua hanyalah kebohongan semata, atau kedok untuk menutupi kalau mereka penyuka sesama jenis.
"Iya gue tahu, harusnya kak Sherlin, kan?"
"Iya entah dimana kakak laknat gue itu, kalau ketemu awas aja. Gue hajar dia," kesal Velia.
"Udah lah jangan gitu, gimana pun juga dia kakak lo," cetus Indi membuat Velia cemberut.
Velia dan Indi pun menuju ke stan makanan.
"Sayang."
Deg!
"Ehh, sayang?" batin Velia menatap Indi, dia pun menoleh pada Ello yang tersenyum manis.
Entah mengapa panggilan sayang di telinganya merasa begitu gelay, ihh ... Velia rasanya ingin menghajar wajah sok tampan Ello dan Alvaro.
"Ada apa?" tanya Velia memasang wajah ketus.
"Papa ingin berbicara sama. Kamu," ucap Ello dengan wajah tanpa ekspresi.
"Baiklah, Di. Gue ke tempat mertua gue dulu," pamit Velia.
"Iya," balas Indi.
Kini tinggallah Indi, Ello dan Alvaro.
"Kamu masih ingatkan perjanjian, kita?" tanya Alvaro pada Indi.
"Ya aku ingat," ketus Indi.
Indi pun kembali di samping Alvaro, agar perilaku mereka tak dihargai oleh semua orang. Mereka pun berjalan bertiga menuju meja yang sudah disediakan.
***
Velia pun sudah duduk di hadapan Tuan Samanta, sejak lima menit yang lalu tak ada pembicaraan di antara mereka.
Velia menatap lelaki yang mirip dengan Ello, tengah menghela nafasnya dengan pelan.
"Aku sudah tau," ucapnya.
Velia mengerutkan keningnya menatap Tuan Samanta.
"Apa maksud, Tuan?" tanya Velia tak mengerti.
"Velia jangan panggil saya. Tuan, panggil saya Papa. Kamu menantu ku saat ini dan panggil istri ku Mommy," perintah Samanta.
"Ba-baik. Pa,” balas Velia.
"Saya sudah tau, tentang anak saya. Ello,” lirih Tuan Samanta
Samanta menatap Velia dengan lekat, lalu dia kembali berbicara dengan lirih.
"Daniello menyukai laki-laki." Lanjutnya.
"Selama beberapa tahun saya selalu memantau dia, karena curiga dengan tingkahnya yang secara tak sengaja saya lihat dia bertingkah kemayu. Dan saya pernah memergoki dia..."
Samanta pun menceritakan semua fakta yang dia tahu pada Velia, dia tak pernah memberitahukannya pada istrinya. Jika di beri tahu dia takut sang istri shock, lalu jatuh sakit karena Ello adalah anak kesayangan Grasia.
"Berjanjilah Velia! Berjanji untuk mengubah anakku menjadi menyukai mu, apa pun akan saya berikan untuk mu. Bukan hanya perusahaan Ayahmu yang selamat, aku pun akan memaafkan kelakuan kakak mu yang kabur," papar Samanta.
"Papa aku ... Pasti sulit rasanya untuk membuat dia kembali ke jalan yang benar. Pa," ujar Velia, menatap ayah mertuanya.
"Papa mohon. Velia, hanya kamu yang Papa percaya." Samanta memohon pada Velia, dan sampai akan berlutut. Namun, Velia melarangnya.
"Tapi..."
Velia ragu dan enggan, dia ingin hanya satu tahun menikah dengan Ello lalu dia bebas.
"Velia," lirih Tuan Samanta.
"Baiklah. Pa, aku akan merubah Ello menjadi lebih baik. Tapi berikan aku waktu selama satu tahun, jika selama itu dia tak berubah. Maka izinkan aku meninggalkannya," kata Velia memberikan keputusan.
"Baik. Papa, setuju terima kasih. Nak,” balas Tuan Samanta, berjanji akan memberikan apapun yang gadis itu mau.
Jika meminta sebagian besar hartanya, maka akan dia berikan. Asal anaknya bisa menjadi lelaki sejati.
Velia pun hanya mengangguk, kemudian Tuan Samanta mengajak Velia untuk bertemu dengan kerabatnya yang lain. Velia sendiri mencari dimana keberadaan suami beloknya tersebut.
Dia membulatkan mata saat mendapati Ello dan Alvaro di pojok ruang, yang terlihat sedang berciuman.
"Astaga orang itu," geram Velia.
Velia pun meminta izin untuk mengambil minuman
Tiba-tina Helena memanggil Velia, dan menghentikan langkahnya.
"Perlu aku temani, kak?" tanya Helena.
"Tidak perlu. Lena," balas Velia, jika Helena tahu makin kacau saja.
Velia pun berjalan menuju dua orang kekasih aneh tersebut, walau di luar Negeri hal yang wajar. Berbeda di Negara Indonesia, orang seperti itu akan habis di hujat oleh netizen +62.
Velia tengah berdiri menghadap Ello dan Alvaro, dia melipat tangan di dada dan menatap dengan tajam.
Ello melepaskan ciuman mereka, balik menatap Velia. Dengan wajah tak suka.
"Ada apa?" tanya Ello tak berdosa, ya walau sedikit terkejut.
"Cih ... Ada apa kamu, bilang? Kamu sadar gak, sih! Ini tuh tempat umum dan banyak orang," ucal Velia dengan tegas, menatap sekeliling orang yang tengah menyantap hidangan, ada juga yang tengah mengobrol.
"Sayang aku gabung sama yang lain aja dulu," sela Alvaro malas jika bertemu Velia, ya walau Velia dan Sherlin adalah rekan bisnisnya.
"Iya, nanti malam kita ketemu lagi, yah?" balas Ello menggoda, sambil meremas bokong Alvaro dengan genit.
"Hii ... Amit-amit jabang bapak," umpat Velia dalam hati.
"Kenapa? Kamu juga mau? Sorry gue gak nafsu," cibir Ello, kembali pada mode judes, sinis, kulkas 1000 pintu dan macho.
Velia berdecak menatap laki-laki belok di depannya.
"Gue juga gak nafsu liat lo, malah gue jijik." Cibir Velia, dia tak peduli kalau kata-katanya menyakiti Ello atau tidak?
Sementara Ello menjadi kesal, dengan perkataan Velia. Tak pernah ada wanita mana pun mencibirnya, semuanya selalu terpesona pada ketampanan dirinya. Dia pun menarik Velia ke dalam lorong, dan kemudian menciumnya dengan kasar.
Velia yang terkejut pun hanya bisa meronta, dan terus mendorong tubuh kekar Ello.
"Sialan!" desis Velia mengusap bibirnya.
"Heh ... Berani kamu bilang seperti itu, kamu akan tau akibatnya!" ancam Ello.
"Gue gak takut," balas Velia.
Ello pun meninggalkan Velia yang shock berat, Velia pun sempat bertanya apakah Ello benar-benar g*y atau hanya terpaksa?
"Lalu apa, salahnya? Gue emang gak nafsu sama cowok yang suka makan jeruk," dengusnya tak suka.
Dengan mood berantakan, Velia pun kembali ke tengah acara. Saatnya sesi foto, antara keluarga, sahabat, teman dan rekan kerja.
Dan kini tibalah saatnya mereka foto berdua, membuat Velia harus berpura-pura tersenyum.
"Mbak Velia, ganti dulu gaunnya." Ujar salah satu asisten MUA.
Velia pun menurut dan mengekor asisten MUA tersebut bersama Ello, Velia tampak cantik dengan gaun berwarna putih. Dan rambutnya di gerai, lalu Ello menggunakan setelan jas berwarna Dongker.
Mereka berfoto sesuai arahan sang fotografer, saat berpose lebih intim. Jantung Velia berdebar begitu kencang, dia teringat akan ciuman beberapa menit yang lalu dia menatap Ello yang memang tampan dengan tatapan mata yang tajam.
Ello pun menyadari itu, dia mengambil kesempatan untuk mencium bibir yang menurutnya cerewet tersebut. Velia yang mendapatkan ciuman mendadak pun membulatkan matanya, setelah ciuman itu usai dia menatap Ello dengan tatapan tak suka.
Berbeda dengan Velia si pelaku pun tampak tak berdosa sama sekali, membuat Velia kesal bukan main.
"Awas ya lo," geram Velia dalam hati.
Tepat pukul sebelas malam, acara resepsi pun sudah selesai. Tamu undangan satu persatu telah meninggalkan ballroom hotel tersebut, Velia dan Ello pun sudah masuk ke dalam kamar pengantin mereka.
Bersambung…
Maaf typo
Velia dan Ello pun melangkah bersama menuju presidential suit, kamar mewah dan mahal yang berada di Arkha Hotel's.
Jangan berharap ada adegan romantis di lift, tentu saja tidak ada. Itu karena kini Velia menjaga jarak dari Ello, saat tiba di lantai atas Velia lebih dulu keluar lalu masuk ke dalam kamar.
Kamar temaram yang sudah dihias sedemikian rupa, harusnya ini akan menjadi malam pertama yang romantis untuk pasangan pengantin baru. Tapi tidak bagi Ello dan Velia, mereka hanya diam terpaku menatap hamparan kelopak bunga mawar merah dan semerbak lilin aromaterapi.
"Lo atau gue, yang mandi, duluan?" tanya Ello pada akhirnya.
"Lo duluan sana," ketus Velia.
"Oke."
Ello pun masuk ke dalam kamar mandi, tak sampai lima menit suara ketukan di pintu kamar membuat Velia menoleh.
"Siapa, ya? Ahh... Lebih baik aku lihat saja."
Velia berjalan membuka pintu, dan mendapati Helena yang tengah tersenyum menggoda.
"Ada apa, Lena?" tanya Velia.
Helena menyerahkan koper kecil pada Velia.
"Itu dari Mommy, dia ingin segera punya cucu." Ujar Helena mengedipkan matanya.
"Ini apa?"
"Sudah pakai saja, itu untuk mu dan kak Ello. Kalau gitu, aku pergi dulu. Bye," pamit Helena langsung berjalan cepat meninggalkan Velia.
"Kak Velia jangan lupa pakai, ya! Kalau gak di pake Mommy marah," teriak Helena sebelum pintu lift tertutup.
"Ada-ada saja."
Saat Velia masuk, dia terkejut mendapati Ello yang telanjang bulat. Walaupun telat, Velia tetap berteriak dan menutup matanya.
"Akhhhh...."
"Apaan sih, lo! Kok keluar gak pake handuk sih?" kesal Velia.
Ello tersenyum sinis, menatap gadis yang berstatus istrinya tersebut.
"Buat apa gue tutup, hah? Toh gue gak bernafsu liat lo," cibir Ello.
Akhirnya Velia membuka matanya dan menatap tajam Ello, dia kesal akan perkataan Ello tersebut. Tapi sekilas dia curi-curi pandang pada sosis di bawah sana.
"Kurang ajar," umpat Velia.
"Oke! Jika lo, gak nafsu liat gue! Gue juga sama gak nafsu liat lo," bentak Velia.
Velia pun melepaskan semua aksesoris yang ada di kepalanya, dia melemparkan ke sembarang arah. Lalu terakhir dia membuka gaunnya, dan hanya menyisakan bagian dalamnya saja.
Membuat Ello tertegun untuk sesaat, dia terpaku dan matanya sulit untuk beralih dari tubuh Velia. Yang berisi di bagian yang tepat.
Tanpa Velia sadari Ello menatap payudara Velia yang menunjukan sedikit belahannya, Ello menelan ludah dengan kasar. Dia pun berbalik, dan melihat kebanggaannya bereaksi.
"Oh, shit!" umpat Ello langsung balik badan.
"Heh! Kenapa, lo? Gue yakin lo gak akan tergoda kan?" ledek Velia menatap punggung kekar Ello.
Dia pun pergi menuju kamar mandi, tak lupa membawa koper pemberian Helena.
Ello pun bernafas dengan lega, dia berbalik melirik ke arah pintu kamar mandi yang tertutup dan terdengar gemericik air.
"Tenang Ello, dia bukan tipe lo." Gumamnya, Ello pun hanya memakai boxer saja. Karena dia lupa tidak membawa tas yang berisi pakaian, dan akan meminta Alvaro untuk mengantarkan bajunya besok.
Cekrek!
Pintu kamar mandi terbuka, dan nampak lah Velia dengan Lingerie berwarna hitam. Ello menelan ludahnya dengan kasar, dia tak bisa mengalihkan tatapannya pada Velia yang menurutnya sangat seksi. Kini dia dapat melihat dengan jelas, dua bulatan indah tanpa bra. Dan celana dalam yang menerawang.
Velia memang sengaja melakukan itu, dia ingin tahu apakah Ello tidak suka perempuan?
Velia pun acuh, dia pun duduk di meja rias. Seperti biasa dia melakukan perawatan rutin pada wajahnya di malam hari sebelum tidur.
Pov Ello
Saat Papa memintaku untuk menikah dengan salah satu anak dari keluarga Lawrence, awalnya aku menolak. Tapi itu adalah salah satu syarat agar aku naik jabatan menjadi CEO, di Johnson corp. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Furniture dan berbagai usaha di bidang kuliner.
Awalnya Papa memberikan aku waktu selama satu bulan. Namun, aku tidak menemukan wanita yang cocok. Belum lagi Alvaro, kekasih pria ku terus saja merengek enggan aku menikah. Dan hanya dengan dia aku harus menikah, tapi aku yakin orang tuaku akan menolak. Mereka pun belum tahu aku jadi g*y.
Satu bulan berlalu aku pun menerima tawaran untuk menikahi Sherlin Lawrence, dan kami pun setuju untuk melakukan pernikahan itu diadakan dua minggu lagi. Dengan janji Papa akan melunasi semua hutang perusahaan Lawrence pada bank.
Dua minggu berlalu, aku pun sudah siap menuju gereja yang tak jauh dari hotel. Sesampainya aku sekeluarga kami mendapatkan kejutan bahwa mempelai wanita kabur, dan awalnya aku senang.
"Tuan Johnson, adik dari Nona Sherlin yang akan menggantikannya menjadi pengantin Tuan Daniello." Ujar panitia WO.
"Siapa namanya?" tanya ku pada panitia tersebut.
"Velia Lawrence Tuan," jawab panitia.
"Velia?" batin ku, merasa tak asing akan nama itu.
Aku menebak Velia teman Indi, acara pernikahan tiba. Aku pun menunggu gadis yang bernama Velia, aku menatap gadis yang tengah berjalan bersama seorang lelaki. Yang aku taksir dia seumuran dengan Mommy, saat gadis yang bernama Velia di hadapan ku. Dia menatapku dengan tajam dan raut wajah tidak suka.
Upacara pemberkatan selesai, kini saatnya aku membuka tudung wajah Velia. Aku penasaran apakah benar Velia sahabatnya, Indi? Jika benar, aku beruntung karena dia tahu semuanya tanpa perlu aku mencari alasan.
Dan ya tebakan ku benar, dia adalah Velia sahabat Indi. Aku menatapnya dengan intens dia cantik, walau wajahnya sedikit ketus dan judes. Aku pun menciumnya dengan sedikit melumat, aku tahu ini ciuman pertamanya.
Waktu berjalan begitu cepat, setelah istirahat. Aku dan Velia kembali ke pelaminan, semua yang memilih adalah Mommy Grasia dan Mommy Mila. Hanya dua wanita itu saja yang paling antusias mempersiapkan semuanya, dan lagi-lagi Velia begitu cantik.
Tapi aku selalu ingat Alvaro yang selalu mengancam jika aku jangan jatuh cinta pada Velia, entahlah siapa hati yang tahu kedepannya.
Saat aku tengah asik mengobrol dengan teman-teman ku, tiba-tiba Papa menyuruhku memanggil Velia.
"Papa tunggu di ruang. Vip,” kata Papa.
"Ya." Jawabku singkat.
Aku pun mencari Velia kesana kemari, dan ternyata dia sedang berada di stan makanan bersama dengan Indi.
Saat aku memanggilnya sayang, dia begitu terkejut terlihat dari raut wajahnya. Namun, itu nampak menggemaskan bagi ku.
Singkat cerita, acara resepsi selesai. Aku dan Velia menuju kamar yang sudah Mommy pesankan untuk kami malam pertama, hah! Malam pertama, aku saja gak bernafsu liat gadis cerewet di depan ku ini.
Saat sudah masuk ke dalam kamar, kesan romantis dan wangi lilin aromaterapi serasa menenangkan.
"Lo atau gue dulu, yang mandi duluan?" tanyaku pada Velia.
"Lo duluan sana," ketus Velia, walau menjawab dengan ketus entah mengapa gadis cerewet ini masih saja terlihat cantik.
Aku pun masuk ke dalam kamar mandi, melakukan ritual mandi. Saat berendam sejenak, getaran ponsel mengalihkan atensi ku.
"Alvaro," gumamku.
Aku pun mengangkat panggilan video, dari kekasih ku. Ya kekasih, sejak satu tahun yang lalu aku berpacaran dengannya secara rahasia.
"Halo sayang," sapa ku dengan lemah lembut, eh entahlah kenapa terdengar sangat menjijikan sekarang. Atau hanya perasaan ku saja?
Saat dengan Alvaro aku bisa menjadi genit, tapi saat bersama keluarga dan orang lain aku menjadi laki-laki pada umumnya. Begitu pun dengan Alvaro.
"Kamu pasti lagi ena-ena, sama wanita itukan?" tanya Alvaro.
"Nggak sayang, aku lagi berendam. Aku kangen kamu, tapi gak bisa keluar malam ini sorry."
"It's oke gak papa, asal kamu gak nyentuh wanita itu. Aku gak masalah,” kata Alvaro.
"Enggak lah, aku gak nafsu liat dia." Kekeh ku.
"Yaudah sampai ketemu besok sayang," pamit Alvaro, aku pun mematikan panggilan tersebut.
Aku pun memutuskan untuk segera menyelesaikan mandi ku, tapi aku lupa tak membawa handuk. Akhirnya aku berjalan keluar tak mengenakan apa pun, aku yakin Velia bakal mengomel karena lantai basah.
Saat keluar pandangan ku dan Velia bertemu, Velia pun berteriak karena melihat ku telanjang.
"Apaan sih, lo! Kok keluar gak pake handuk, sih?" kesal Velia.
"Liat lantai juga jadi, basah!" omel Velia, ternyata seru juga menjahili Velia.
Aku pun tersenyum sinis, menatap gadis yang berstatus istri ku tersebut.
"Buat apa gue tutup, hah? Toh gue gak bernafsu liat lo," cibir ku.
Aku melihat Velia tersenyum, lalu dia membuka semua aksesoris dan gaun yang melekat di tubuhnya. Saat semua sudah lolos dan menyisakan dalaman saja, aku tak bisa berkutik untuk yang kedua kalinya aku melihat tubuh wanita kembali. Tubuh Velia terkesan berisi di bagian yang pas, aku pun menelan ludah dengan susah payah saat melihat belahan dada Velia. Tanpa aku sangka kebanggaan ku bereaksi.
"Wait tunggu, apa, ini? Junior kau beraksi?" tanya ku menatap kebanggan ku yang sedikit tegang.
Terbukti bahwa aku memang normal, dan entah sejak kapan aku menyukai sesama ku. Aku mendengar Velia menutup pintu kamar mandi, kemudian aku berbalik dan segera mengeringkan tubuh ku, dan aku hanya memakai boxer saja.
Saat asyik bermain ponsel, aku pun menoleh pada pintu kamar mandi yang menampakan Velia dengan balutan Lingerie hitam favoritku. Begitu menggoda dan err... Seksi sekali, dan aku dapat melihat dengan jelas kedua melon kembar Velia yang padat dan berisi.
Aku pun menatap ke bawah yang menerawang, rasanya hawa di kamar ini menjadi panas. Saat melihat Veli berjalan menuju meja rias, dan pantatnya pun begitu padat.
"Astaga... Cobaan apa lagi ini," desah ku frustasi, reflex aku pun memegang Juniorku yang sudah menegang walau belum sempurna.
"Tidak! Tidak, aku berjanji tidak akan menyentuhnya." Batin ku. “Junior diam lah.”
Bersambung…
Maaf typo
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!