NovelToon NovelToon

Pesawat Kertas Zeffan Al'Bareck

Violine Al'bareck

Bandung,,,

Malam festival yang biasa menjadi perayaan tiap tahun bagi penduduk lokal, dan menjadi minat para pengunjung luar daerah yang datang hanya sekedar menikmati hiruk pikuk malam di belahan salah satu kota yang terletak di Bandung ini.

Wanita yang memiliki faras cantik dengan tinggi semampai ini, juga tidak melewati acara malam ini. Niatnya ingin melakukan kejutan untuk sang pacar mengingat hari ini hari jadi mereka yang pertama.

Senyum lembut terpapar kala melihat paper bag yang berisi Jam tangan yang membuat beberapa tabungan nya harus lolos demi hadiah sang pacar.

Violine Al'bareck,, gadis cantik yang saat ini berumur dua puluh tahun ini sedang menjalani masa kuliah nya yang hampir rampung. Violine bukan lahir dari keluarga yang berada apa lagi memiliki aset-aset tertentu, Violine besar dan tumbuh di panti asuhan hingga memasuki usia remaja ada keluarga donasi yang ingin memberikan Violine beasiswa untuk melanjutkan belajar di luar panti.

Beruntung selain memiliki faras yang cantik, Violine juga anak yang cerdas. Violine ditemukan oleh pengurus sebuah gereja waktu berumur satu tahun. Sampai saat ini tidak ada yang tahu siapa orang tua Violine, bahkan selembar kertas tidak mereka tinggal kan selain gelak perak bertuliskan Al'bareck.

Nama Violine sendiri di berikan oleh pengasuh di panti yang merawat nya, juga sudah seperti ibu bagi nya Lalisa merupakan seorang suster yang berjasa menemukan dan merawat Violine hingga sekarang.

Violine yang bisa melanjutkan impian nya untuk belajar tentang Desain, bukan hanya karna keberuntungan nya saja tapi faras dan otak nya juga membuat nya lebih unggul di bandingkan anak yang berada di panti yang sama usianya dengan Violine.

Hari ini Violine berniat memberikan hadiah untuk sang kekasih Anan, Violine menjalin hubungan dengan Anan setahun yang lalu saat itu Anan adalah senior di kampus nya. Dengan wajah yang tampan bukan hanya Violine bahkan semua junior juga tertarik dengan sosok Anan. Violine yang awalnya takut untuk mengakui perasaan nya selain karena tidak percaya diri soal penampilan, Violine juga tahu kalao orang tua Anan adalah salah satu orang ternama di Indonesia.

Violine hanya melewatkan perasaan nya, sampai suatu hari Anan yang mengajak nya bicara soal beberapa tugas dan setelah nya Anan sering memuji kemampuan Violine. Hingga akhirnya hubungan mereka dekat, setelah beberapa bulan mengenal Violine. Anan mencoba mengungkapkan perasaan nya lada Violine di depan temannya. Saat itu Violine merasa bahagia dia merasa perasaan nya terbalas kan oleh senior nya, tanpa berpikir Violine langsung menerima nya.

Banyak yang meneror Violine untuk memutuskan hubungan dengan Anan, bahkan tak jarang Violine menjadi bulan-bulanan para wanita populer di kampus nya yang merasa iri karena Violine bisa menjadi pasangan Anan. Bahkan setelah tahu Violine bukan dari keluarga berada atau lebih tepatnya hanya anak panti asuhan. Bukan menjadi rahasia umum lagi tentang jati diri Violine bahkan hampir semua murid tahu bahwa Violine bisa masuk dalam kampus yang termasuk salah satu kampus terbaik di Bandung hanya karna kemampuannya. Bukan nama belakang seperti yang dimiliki hampir rata-rata murid disini.

Namum Violine tidak pernah mengambil hati, Violine selalu ingat pesan dari orang yang selama ini di panggil nya ibu. Untuk tidak boleh menyakiti hati orang lain, dan selalu berkata untuk tetap sayangi musuhmu meskipun Violine tidak pernah menganggap siapa pun musuh nya.

Niat nya hanya ingin belajar dan lulus secepatnya, agar bisa bekerja membantu keuangan di panti dan bisa memenuhi biaya untuk adik-adik nya disana.

Pukul 20:01 waktu setempat..

Sebenarnya setelah pamit dengan ibu ingin pergi melihat acara, Violine melanjutkan perjalanan nya dengan temannya mencari hadiah untuk Anan. Ya teman Violine bernama Bella Laurent anak bungsu dari pemilik salah satu brand mode ternama di Inggris ini menjadi satu-satunya orang yang mau berteman dengan Violine secara tulus tanpa melihat status kehidupan Violine.

Drrrt,,

Getaran dari benda pipih di saku nya, membuyarkan lamunan Violine untuk melihat sekitar mencari sosok yang sedari tadi pergi namun belum ada kabar.

"Bell?, Dimana kamu? Bukannya hanya ketoilet? Kenapa lama sekali?, Apa terjadi sesuatu??" Tanya Vio beruntun membuat pendengar di sebrang sana glapan dengan jawaban nya.

"Vio, bisa tidak satu persatu saja!!"

"Kamu membuat ku panik"

" Vio, aku minta maaf ya" lirih Bella yang hampir tak terdengar oleh Vio

"Bel?, Apa terjadi sesuatu?"

"Tidak!!, Benar-benar tidak ada "

"Lalu??"

" Vio, aku janji lain kali aku akan menebus nya denganmu tapi untuk sekarang aku tidak bisa menemani mu dan aku sungguh minta maaf " ucapan Bella yang dengan satu nafas membuat pendengarnya terpaksa menjauh kan telepon dari telingan nya.

"Bella, aku sungguh tidak mengerti apa maksud mu, bisa bicara pelan-pelan??"

" Begini, saat aku pergi tadi pengawal Mommy ku menadangku dan memaksa aku untuk kembali. Sekarang aku sedang dalam perjalanan pulang" ucapnya dengan nada lirih

"Aku mengerti, tidak apa-apa Bell"

"Tapi ini hari penting mu, dan aku juga sudah berjanji"

" Tapi Mommy mu tidak akan mengirim orang jika itu tidak penting kan??" Bella membenarkan perkataan sahabat nya dari sebrang telepon. Meskipun dari keluarga terpandang Nyonya Jane tidak pernah melarang Bella berteman dengan siapapun termasuk Vio, selama itu tidak akan menggangu pelajaran anak nya

"Ahh!!, Seperti nya kamu benar"

"Kalau begitu kamu sudah bertemu dengan Kak Anan, kan??"

Tambahnya lagi yang masih khawatir dengan Vio

"Belum, bahkan aku masih belum tahu dimana letak Restaurant nya"

"Begini saja, aku akan kirim kan alamat nya kamu tinggal ikuti saja. Paham!"

"Hey!!, Nona Laurent apa sekarang kamu pikir aku anak bodoh yang tidak tahu arahan!!" Nada kesal Vio tentu saja Bella rasakan disana

"Hahha,, iya-iya aku minta maaf"

Bella yang masih terdengar suara tertawa nya, berbeda dengan Vio yang saat ini masih memasang wajah datarnya

"Aku sudah mengirimkan nya, kamu lihat jika tidak ketemu telpon aku lagi, mengerti!!" Ancam Bella

"Aku tau'

Sambungan telepon lalu terputus. Vio membuka lokasi yang di bagikan oleh Bella. Sebenarnya malam ini Vio ingin memberikan kejutan tanpa sepengetahuan dari Anan. Vio tahu kalau Anan sangat menyukai musik selain mengikuti club basket Anan juga aktif di club musik nya

Seperti malam ini Anan dan teman-temannya ada pertunjukan amal di sebuah tempat makan mewah. Vio merasa dulu Anan menyatakan perasaannya didepan teman sekelasnya, saat ini dia ingin membalas nya dengan memberikan hadiah Anniversary mereka di depan orang. Mungkin tidak mudah bagi Vio selain anak yang jarang bergaul Vio juga anak yang pemalu. Persiapan ini sudah di sip nya dari beberapa Minggu yang lalu, meski pun Bella selalu mengatakan tidak setuju tapi Vio tetap akan keyakinan nya untuk memberikan kejutan.

Membagi waktu belajar nya, dan berkerja part time di kantin menjadi rutinitas harian Vio dalan Beberapa bulan ini demi memberikan hadiah yang diinginkan oleh Anan. Bukan Anan tidak mampu membeli nya hanya saja Anan selalu berkata ingin sesuatu yang spesial dari orang spesial juga. Untuk itu Vio selalu bekerja keras untuk membeli kan sebuah jam tangan yang menurut nya sangat mahal. Namun tetap ingin membeli nya demi Anan, terlihat bodoh bukan?

Tapi Vio selalu percaya dengan hatinya, perasaan nya pada Anan membutakan segalanya. Bahkan Bella selalu merasa kalau sahabat nya ini dimanfaatkan oleh Anan. Tapi demi melihat senyum Vio yang selalu menemani wajah cantik nya ketika bersama Anan, Bella lebih memilih membiarkan nya dan selalu jaga-jaga kalau Anan akan menyakiti sahabat kecilnya ini.

Memutari beberapa simpang jalanan, akhirnya langkah Vio terhenti melihat pamplet nama restaurant Vio yakin ini tempatnya.

"Akhirnya ketemu" ucapnya dengan nafas yang memburu

Namun saat melangkah, terasa pergelangan kakinya terasa sakit. '' aiish!!, Sebentar lagi ok? Kita sudah hampir tiba"

Ucap nya sambil memukul pelan dengkulnya

''selamat malam, Pak?''

''selamat malam, Nona ada yang bisa saya bantu?''

''emh, saya ingin reservasi table tapi agak jauh dari panggung, bisa??''

'' bisa, silahkan kartu nama nya Nona''

''ini'' Vio menyodorkan tanda pengenal nya kepada petugas resepsionis.

Restoran yang Vio tuju adalah tempat makan cukup elit baginya, tapi karena sering ketempat seperti itu dengan Bella Vio tahu apa yang harus dilakukan nya sebelum masuk. Setelah di antar Vio duduk dengan jarak beberapa meter dari panggung, terlihat Anan yang sedang bernyanyi dengan memangku gitar kesayangan nya.

Senyum merekah tergambar di wajah Vio, tapi tentu saja kehadirannya tidak disadari oleh Anan selain ramai pengunjung. Anan juga tidak tahu kalau Vio akan menonton nya tampil malam ini.

Tidak lupa Vio mengirim kan gambar candid ke Bella hanya sekedar untuk pamer, dan tentu saja balasan sengit selalu di balasnya namun Vio tidak pernah kecil hati karena dia tahu kalau Bella tidak pernah berniat menyakiti nya, Bella tidak setuju dengan hubungan nya tapi Bella belum pernah menentang Vio untuk pacaran dengan Anan. Sibuk dengan ponselnya hingga tiba-tiba terdengar suara Anan yang menyapa mengejutkan nya.

''cek,,cek ok selamat malam semua nya'' sapa Anan lembut

''malam ini, malam spesial buat saya selain berpartisipasi dalam acara amal yang diadakan disini. Saya juga ingin menyampaikan sesuatu ''

Vio terperanjat kaget dengan ucapan Anan.

''apa Kan Anan tahu aku disini??" Ucapnya bingung dengan mata yang masih tertuju di arah panggung.

''malam ini saya ingin menyampaikan kalau saya telah lulus menyelesaikan pendidikan saya. Tapi saya memiliki janji dengan seseorang setelah saya lulus dan melanjutkan usaha keluarga saya, saya ingin menunjukkan pada orang lain kalau saya punya bidadari cantik yang selalu menemani saya''

Anan dengan bangga menunjukkan senyumnya, dengan para pengunjung dan teman-temannya yang penasaran dengan sosok yang Anan sebutkan, bahkan seseorang yang duduk sendiri di meja paling pojok juga menatap nya nanar dengan jantung yang tidak bisa tenang sedikitpun. Ada perasaan aneh di hati Vio jauh dari kata senang tapi malah beralih ke kata takut, takut apa yang mungkin akan didengar nya sekarang. Dan benar saja tak jauh dari tempat Anan ada sosok gadis yang berdiri dan berjalan perlahan menuju ke Anan Vio bahkan melihat jelas wanita yang di sambut oleh Anan dengan senyum lembut itu. Senyum yang sela.a ini Vio rasa itu hanya untuk nya.

''Chelsea???''

Vio langsung berdiri dari tempatnya, bahkan pelayan yang ingin mengantar kan minuman kaget dengan gerakkan Vio yang tiba-tiba langsung berdiri.

''ja,,jadi selama ini kak Anan dan Chelsea i,,itu a??''

''Nona, anda tidak apa-apa??''

Ucap pelayan laki-laki yang sedikit menopang tubuh Vio yang perlahan mundur.

Air mata nya lolos begitu saja setelah menyaksikan Anan dan Chelsea yang berciuman dipanggung dengan sorakan selamat dari pengunjung dan beberapa teman Anan.

''Anda mengenal mereka??'' tanya Vio tanpa melihat

''jika maksud anda yang berada di panggung, tentu saya kenal Nona ''

''be,,benarkah??'' Vio menatap pelayan disampingnya

''kalau yang wanita, itu Nona Chelsea putri dari pemilik tempat ini dan juga termasuk pewaris tunggal Deralt, apa Nona tidak pernah melihat berita di televisi? Nona Chelsea baru kemarin kembali dari Eropa setelah menyelesaikan study nya.''

''bagaimana dengan yang pria??'' tanya nya kembali

'' setahu saya itu tunangannya Nona Chelsea, ada romur yang mengatakan kalau mereka dijodohkan waktu masih muda hingga sekarang, tapi mungkin akan segera menikah'' bisik nya perlahan takut kalau ucapannnya akan di kenal oleh orang lain

''Nona, mengenal mereka??'' tanya nya balik

''tidak,, saya tidak mengenal nya. Kalau begitu saya harus permisi dulu'' ketusnya dan berlalu dari meja pikiran dan hati nya sedang tidak baik-baik saja sekarang. Toilet mungkin tempat yang sedikit nyaman untuk nya bersembunyi sekarang

Dengan perasaan hancur Vio bergegas berlari ke toilet dan langsung ambruk dilantai, tanpa berpikir lagi akan ada yang mendengar nya, hatinya sakit tapi masih belum begitu percaya bagaimana Anan bisa menyakiti nya selama ini Vio selalu mencoba melakukan yang terbaik atau memang dia belum melakukan nya.

Hiks,,hiks,,hiks

Isakan tangisan Vio terus memenuhi ruangan yang tidak terlalu besar itu, sampai akhirnya dia mendengar suara langkah kaki. Vio menutup mulut nya dan bergegas bangun mencoba menetralkan suasana hatinya dengan cuci wajahnya agar tidak ada yang tahu kalau dia habis menangis.

''kenapa berhenti??'' suara ketus membelah keheningan

''Chelsea!!''

''No,,no bukan Chelsea tapi Nona Chelsea''

Wanita yang lebih tinggi sedikit dari Violine ini menggerakkan jari telunjuk nya di depan Vio seolah tidak setuju dengan cara bicara Vio.

''kenapa?? Tidak suka, hah!!''

Vio yang sedikit lebih pendek dari nya memudahkan nya merangkai dagu Vio dengan kasar agar melihat ke arah nya.

''lepaskan'' teriak Vio yang berusaha menarik tangan diwajahnya

''haha!!, Ternyata kamu masih bisa di bully ya. Vio,, Vio bahkan sudah beberapa tahun pun kamu masih saja lemah!!'' tubuh Vio langsung terlempar ke lantai dengan dorongan Chelsea

Chelsea langsung berjongkok dengan wajah yang sedikit mengejek ke arah Vio.

''Seharusnya kamu tahu kalau yang pantas dengan Anan itu cuma aku, Chelsea Deralt! Bukan anaka yang tidak tahu asal usulnya kek kamu!!'' lagi-lagi Chelsea menggunakan telunjuknya untuk menekan kepala Violine.

Perundundungan sudah sanagat sering Vio rasakan setelah memasuki sekolah elit, selain karena latar belakang nya terlebih lagi sejak banyak yang iri karena kedekatan nya dengan Anan. Menjadi puncaknya

Isak tangis Vio kembali terdengar yang malah membuat Chelsea makin mengolok-olok nya.

''nangis yang kuat, bukannya cuma itu yang bisa kamu lakukan, hah!!''

''sekali lagi kamu berani deketin Anan, kamu akan tau apa yang bisa seorang Chelsea lakukan'' Chelsea merasa kalau Vio sudah tak berdaya memilih bangun terlebih lagi takut jika tiba-tiba ada yang masuk dan melihat nya. Citra nya akan buruk sebagai seorang model.

''tapi Kak Anan menyukai ku''

Langkah Chelsea yang hampir keluar kini terhenti karna ucapan yang di dengar nya, namun bukannya marah Chelsea justru berbalik dan menaikan senyumnya.

''kamu yakin Anan beneran suka atau hany pura-pura suka!!''

Kali ini langkah nya langsung keluar tanpa memperdulikan keadaan Vio yang masih dilantai dengan tangisnya.

''pura-pura suka,, hahaha pura-pura suka''

''konyol'' Vio terus terisak di balik tawa sakitnya cinta pertama nya begitu berkesan dalam hati nya. Kini berubah menjadi paling sakit untuk nya, Vio berusaha bangun tapi rasa kecewa membuat nya lemah bahkan sulit untuk bangun.

kekuasaan Darren Andreason

Hari semakin malam saat Violine memilih keluar dari restoran. Perjalanan nya sedikit gontai karna kejadian yang baru saja di alami nya. Kalau bukan karena panggilan telepon dari sahabatnya mungkin saat ini Vio masih berada di toilet dengan tangisnya.

Memberi tahu Bella, tentu saja ada dalam pikirannya tapi saat Bella bercerita kalau Mommy nya ingin menjodohkan nya yang membuat nya kesal. Vio mengurung kan niatnya dia hanya tidak ingin menambahkan beban pikiran orang selalu baik. Bukan emang satu-satunya yang baik selain Ibu Lalisa.

Malam semakin dingin, namun untuk kembali ke panti pasti sudah cukup telat karena bus yang mengarah kesana pasti sudah habis. Vio hanya menyusuri jalanan mengikuti angin dengan pikiran yang berkecamuk di kepalanya. Memilah dengan berusaha mengingat lagi kebersamaan nya dengan Anan apakah semuanya itu bohong. Bagaimana Anan bisa melakukannya padahal sudah ada Chelsea dihatinya.

Chelsea Deralt,,

Adalah putri tunggal pemilik resort dan hotel bintang lima, Chelsea dan Anan kuliah di jurusan yang sama, banyak kabar mengatakan kalau mereka pacaran. Tapi karena Chelsea menyukai dunia modeling dan memilih pindah ke Italy untuk melanjutkan study nya Vio tidak pernah melihat lagi interaksi keduanya, sampai akhirnya Anan menyatakan perasaannya pada Violine dia berpikir kalau Anan memang benar menyukai nya.

Vio yang sudah menyiapkan penampilan nya, bahkan hadiah yang masih ditangan nya. Kini merasa semua sia-sia kerja kerasnya seperti nya malah berbalik menyakitinya hari ini.

''apa dia orangnya??''

''sepertinya benar, dia memakai warna gaun yang sama sesuai dengan yang Tuan katakan.''

Beberapa pria berpenampilan rapi serba hitam menatap kearah Vio yang berjalan melambat ke arah mereka tanpa melihat arah depan.

Dengan langkah pasti mereka mendekati Violine. Dan ingin menyerahkan kepada Tuan yang menyuruh mereka.

''siapa kalian??!'' Violine yang ketakutan

''bekerja samalah jika tidak ingin terluka ''

''aku tidak tau maksud kalian'' Vio berusaha menghindar

''Nona, dengar Tuan Darren bukan orang yang bisa anda singgung!!''

''Darren??, Singgung?''

''apa maksud kalian? Aku tidak mengerti''

''hey!!, Jangan banyak memakan waktu Tuan sedang menunggu. Kita disuruh membawanya bukan bernegosiasi dengan wanita ini''

Setelah mendapatkan instruksi dari temannya pria yang berpakaian serba hitam ini, langsung menangkap Vio yang ingin mencoba kabur menarik tangan kecilnya dan memasukkan kepala nya dengan penutup hitam. Tapi apa lah daya walaupun memiliki tubuh kecil tapi suara dan jeritan Violine cukup menyakiti telina mereka. Hingga terpaksa salah satu dari mereka mengeluarkan sapu tangan yang sudah di beri obat bius dan langsung membekam mulut Violine.

''hey!! Apa yang kau lakukan??''

''bukankah lebih memudahkan pekerjaan kita''

''tapi Tuan Gery tidak akan menyukainya!!''

''benar, Tuan Gery saja sudah menakutkan apa lagi Tuan Darren'' hardik salah satu dari mereka dengan menopang tubuh kecil Vio yang sudah tak berdaya akibat obat bius mereka.

''selesaikan ini, bawa gadis itu masuk kita akan mengantarkan nya. Tuan Darren tidak akan mau menunggu lebih lama lagi soal alasan, nanti aku yang akan menyelesaikan nya.''

Ucap Leo yang merupakan pemimpin dari keempat orang tersebut. Mereka pun melakukan apa yang di tugaskan oleh Leo, namun saat hendak berangkat salah satu dari mereka menemukan paper bag milik Vio.

''Leo?, Bagaimana dengan ini?''

Ucapnya sambil melempar ke arah Leo, dengan cekatan Leo menangkap dan melihat isinya. Tanpa membuka box kecil di dalam nya Leo bisa menebak lewat merk brand dari box tersebut.

''kalian kembali ke Mansion, aku yang akan mengantar gadis ini ke Tuan Darren'' titah nya yang di jawab anggukan oleh yang lain.

Dua mobil itu pun memilih jalan yang berlawanan, sedangkan mobil yang membawa Violine mengarah ke sebuah hotel mewah. Jika ini liburan Violine mungkin akan senang karena membawa nya ke tempat yang belum pernah didatangi nya. Tapi naas nya adalah Violine bahkan tidak tahu nasib nya kedepannya malam ini.

Tubuh yang lemas itu tergeletak begitu saja di kursi penumpang dengan wajah yang masih tertutup kain hitam. Gaun Violine yang sedikit terangkat melihat kan paha putih mulus nya yang langsung ditanggapi oleh Leo, Leo memiringkan tubuh nya untuk meraih pakaian Violine dan membenarkan nya, Setelah itu kembali duduk ke tempatnya.

''ada apa!!?'' ketusnya dengan teman sebelahnya

''ku pikir kau akan mencicipi nya sedikit'' goda seseorang yang kini duduk di belakang kemudi.

''aku masih ingin hidup aman, apa yang milik Tuan Darren tidak akan ada berani menyentuhnya walaupun hanya sebuah debu!!'' hardiknya yang di jawab anggukan oleh teman sebelahnya.

Hanya butuh sepuluh menit, mereka sudah sampai pada tujuan kini di parkiran sudah di sambut oleh Geryl dan beberapa pengawal dibelakang nya.

''bagaimana??'' Gery tanpa basa-basi

''sudah Tuan'' ucap Leo yang membuka pintu bekalang melihat kan Sorang gadis yang tertidur.

''ada apa dengannya??'' sorot mata Gery menunjukkan kewaspadaan yang membuat suasana langsung berubah bertambah dingin

''begini Tuan'' ucap supir namun terhenti

''Biar aku saja'' potong Leo yg di jawab anggukan

''Leo??!'' dan Leo langsung menoleh dan mengerti

''Ger, gadis ini mencoba melawan dan berusaha kabur lagi''

''kalian bisa membawa nya tanpa melukainya!!''

''apa kalian lupa, Tuan Darren tidak akan mau dengan wanita yang tidak dalam keadaan sadar!!'' bentak Gery

''tapi Gery, wanita ini ingin melakukan percobaan bunuh diri'' jawaban spontan Leo langsung membuat supir yang menemani nya merasa bingung dan langsung menatap nya.

''benarkah??'' ucap Gery yang sedikit ragu

''benar Tuan, ''

'' baiklah kalau begitu bawa dia ke ruangan Tuan Darren, Sekarang ''

''tapi Ger??''

''ada apa lagi, Leo?''

''apa Tuan Darren akan baik-baik saja jika saya menggendong wanitanya?''

''ahh!!, Kamu benar aku melupakan nya karena terlalu panik''

''karena kita biasa nya membawa yang bisa langsung berjalan ke ruangan, Tuan'' potong Leo

''kalu begitu aku akan menelepon Tuan Darren''

Namun belum sempat melakukan panggil lan, sang Tuan sudah menelepon lebih dulu membuat semua orang memasang wajah panik masing-masing.

''Tuan''

''sudah hampir tiba,Tuan? Tapi ada masalah Tuan''

''orang Leo terpaksa membius nya karena mencoba melakukan bunuh diri Tuan, jadi untuk saat ini wanita yang Tuan mau sedang tidak sadar''

Entah apa yang dilaporkan oleh Gery tapi semua nya hanya bisa mendengar jawabannya dari sini.

''baiklah Tuan''

Sambungan telon pun langsung terputus, Gery memilah satu-satu, kira-kira siapa yang harus naik dan mengambil jas milik Tuannya ke atas. Hingga akhirnya pilihan nya jatuh kepada supir yang selalu bersama Leo.

'' kamu keatas ambil barang di ruangan Tuan'', dan cepatlah langsung kembali'' titah Gery agar segera di laksanakan.

''baik, Tuan'' sopir langsung berlari ke arah lift sebelum benar-benar hilang bersama lift nya menyisakan Leo dan Gery juga beberapa pengawal yg masih betah di belakang Gery.

Gery memgendong tubuh gadis yang bahkan tak terlihat wajahnya, dengan balutan jas milik Darren.

''masuk!!'' Pemilik suara berat dalam sebuah kamar presiden suite, saat mendengar ada yang mengtuk pintu. Tanpa berlama-lama Gery meletak kan tubuh wanita itu di ranjang dengan pandangan Darren yang duduk tak jauh dari nya dengan tatapan mata yang tidak mampu di tebak.

''Tuan''

''ada apa dengannya??'' ketus Darren memotong Gery

''wanita ini berusaha kabur, dan melakukan perlawanan Leo terpaksa membius nya, Tuan'' jelas Gery dengan hormat

''kabur, he'' bangkit dari duduk nya Darren berjalan perlahan mendekati ranjang.

''kau boleh pergi!!''

''baik Tuan, saya permisi''

Berjalan mundur dan lalu berbalik Gery melanjutkan keluar ruangan meninggalkan Tuannya sendiri.

''kalian boleh istirahat, sisanya tetap berjaga disini''

Titah nya dengan memandang Leo lalu menatap dua pria berbadan tegap di belakang nya.

Gery pergi di ikuti oleh Leo, dan meninggalkan dua pria di depan kamar Darren berjaga-jaga kalau ada yang tidak beres dengan Tuannya.

Darren yang menatap tajam wanita yang sudah dibuka penutup wajah nya ini, memandang kagum dielus nya dari dahi sampai dagu nya menyingkirkan rambut-rambut halus yang menutupi wajah cantik nya. Senyum dingin terus menghiasai wajah Darren malam ini dengan hanya memakai bathrobe, berada di atas tubuh Vio yang saat ini masih belum sadar akibat obat dari anak buah Darren dengan menghampit tubuh nya diantara kedua paha Darren.

''masuh tidak bangun''

Ucapnya pelan dengan tangan yang bergerak bebas menyentuh liku bentuk tubuh Vio, sampai akhirnya tangan Darren menarik atasan gaun Vio yang berbentuk Sabrina itu. Dalam kamar yang senyap ini hanya terdengar nafas berat Darren dan kini berubah suara sobekan pakaian Vio yang ditarik paksa oleh Darren.

Namun pemiliknya masih juga belum terbangun meski tubuh nya kini hanya menyisakan pakaian dalam nya.

''tidak bangun juga?? Hah!!''

''baiklah, gadis kecil kau ingin bermain dengan ku kan''

Darren melangkah turun dan mengambil botol air miniral yang ada di nakas, tanpa aba-aba darrren langsung menuangkan di wajah Vio yang membuatnya kelagapan seperti kehabisan nafas.

Uhhuuk uhhuuk..

''akhirnya bangun juga''

''siapa kamu??'' Vio yang mulai membangun kesadaran nya langsung berusaha manrik mundur tubuh nya hingga menabrak atas ranjang.

''berani sekali kau menaikkan suaramu!!''

''sepertinya aku terlalu baik hati dengan mu, saat ini''

Darren dengan mata tajam nya perlahan mendekati Vio yang sudah ketakutan, dengan tubuh gemetar dan sahdar tidak menggunakan pakaian yang lengkap Vio menutupi dada nya yang terekspos dengan kedua tangan nya. Air mata nya terus mengalir dengan bibir yang terus berbicara pelan seperti memohon tapi masih terdengar oleh Darren.

Bukan merasa kasihan apa lagi iba bagi Darren justru itu lebih menarik, biasa nya tiap gadis yg disediakan oleh Gery selalu dominan untuk bermain dengannya namun malam ini gadis kecil di hadapan nya seperti tikus yang ketakutan ketika melihat singa lapar.

''kemarilah, gadis kecil'' ucap nya dengan suara yg parau

''ti,,tidak, aku mohon Tuan'' hiks hiks

''jika kau menjadi baik aku janji tidak akan kasar''

''to,,tolong Tuan''

''tolong!!,, Hahha menarik sekali gadis kecil''

''aaahhh!!!''

Teriak Vio yg kaki nya ditarik Darren dengan paksa, kini tubuh Vio tilelah sampai di ujung ranjang, dengan Darren diantara kedua pahanya.

''kamu mulai menggoda ku, Hem!!''

Tanpa aba-aba Darren langsung menyusup di sela leher jenjang Vio, mencium nya dengan paksa dan tentu saja meninggalkan noda merah disana. Vio terus berontak mendorong dada Darren dengan tangan kecilnya walaupun dia tahu akan kalah tenaga dengan tubuh sixpack milik Darren. Merasa terganggu dengan tangan Vio, Darren menarik kedua tangan nya tepat di atas kepala wanita itu. Bukan merasa kasihan mata hitam pekat milik Darren malah menatap takjub pemandangan di bawah tubuh nya, tangisan Vio seperti nada erotis bagi nya yg membuat libido nya makin meningkat. Dengan tangan satu yg menahan tahan Vio tangan Darren yg lain menekan paksa dagunya. Bibir tipis yg berwarna pink muda itu menjadi target Darren selanjutnya dengan perlawanan dari sang pemilik Darren menggigit bibir bawah nya hingga terluka, setelah merasa bibir itu memberi jalan lidah nakal Darren menerobos masuk dengan paksa. Menikmati kenikmatan yg berbeda malam ini.

Dalam tangis dan tenaga yg tersisa Violine terus melawan meskipun dia tahu akan sia-sia, memohon sudah tidak mampu dia ucapkan tapi hati nya terus menjerit agar orang yg kini memaksa nya menghentikan kegiatannya.

Sreeek,,

Tarikan paksa Darren pada kain tipis yg menutupi bagian inti dari wanita yg kini dibawah kendali nya. Tanpa perlawanan seperti tadi Vio seperti mulai menyerah sperti sudah pasrah dengan apa yg akan terjadi, Vio hanya menangis dengan tangan yg sudah di lepas oleh Darren yg kini beralih memukul dada Darren berharap ini berhenti. Namun berbeda dengan Darren yg makin menggebu-gebu.

''sudah saat nya!!'' ucapnya parau di telinga Vio dengan mengangkat satu kaki Vio, Darren siap melanjutkan aksi nya. Tapi Darren ada yg aneh dengan tubuh Vio dia menatap bawah dan bergantian menatap wajah Vio yg sengaja menutup mata nya, membiarkan air matanya terus lolos membasahi pipi putih nya.

''tidak mungkin kan??''

''to,,tolong Tuan, saya mohon'' lirih Vio yg tidak dihiraukan

''kalau begitu aku akan perlahan''

''ini mungkin akan terasa sakit, ok''

Darren merenggut kembali bibir tipis milik Vio, dengan gerakkan perlahan namun pasti dengan sekali hentakan mahkota milik Vio yg telah dijaga nya, kini telah direbut paksa oleh laki-laki yg bahkan tidak dikenal nya.

''Ahhh!!'' teriak Vio yg menahan sakit yg luar biasa dibawahnya, namun bukan menghentikan nya Darren malah makin bersemangat memuaskan nafsunya, seperti mendapat mainan yg terbaik wajah puas selalu melekat di wajah tampan Darren, berbeda dengan Vio yg menahan sakit yg luar biasa di sekujur tubuhnya.

Malam terus berlanjut hingga menjelang subuh, entah berapa kali Darren melakukan kegiatannya, kini mencapai puncaknya Darren menghujani tubuh Vio dengan kepuasan nya, tanpa pengaman bahkan dilakukan Darren sengaja sejak tau kalau dia menjadi yg pertama untuk tubuh kecil di hadapannya.

''mulai sekarang jangan berpikir kabur, atau bunuh diri lagi kamu tidak akan pernah lepas dari genggaman ku gadis kecil''

Bisik Darren lembut ditelinga gadis yg telah rubuh karna perbuatan nya, biasanya setelah selesai dengan keinginan nya Darren akan memanggil anak buah nya untuk masuk dan mengantarkan wanita yg menemani nya tapi kali ini jangan kan untuk memanggil bahkan untuk melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri saja terasa malas bagi Darren.

Dia memilih tidur dan memeluk dari belakang tubuh kecil yg kini dan kedepannya akan menjadi candu baginya. Setidaknya itu yg dipikirnya sekarang.

penyesalan

Pagi mulai menampakkan sinar nya, cahaya perlahan masuk diantara tirai berwarna Navi tersebut. Membangunkan mata cantik milik gadis kecil yg kini dalam pelukan seseorang.

Vio perahan menyadarkan ingatannya tentang kejadian semalam. Bergerak perlahan menggeser tangan kekar yg memeluk pinggang nya dengan erat. Rasa sakit menahan tubuh apa lagi bagian bawahnya yg seperti ingin rontok rasa nya tak mengurangi niat nya ingin bangun dengan wajah yg ingin menangis namun harus tertahan nya, memilih kabur dengan cepat adalah keinginan terbesar nya saat ini.

''Tuan Gery?''

''apa Tuan Darren belum bangun?

''belum Tuan, kami menunggu disini dari tadi malam belum ada pergerakan kalau Tuan Darren sudah bangun'' jelasnya

''aneh sekali''

''apa ada yg kalian dengar tadi malam??''

''tidak ada, selain teriakkan wanita dari dalam Tuan''

''baiklah kita tunggu saja?!''titah nya pada semua anak buah nya.

''apa tidak kita periksa saja, Tuan?'' ucap Leo

''sepertinya kali ini Tuan menyukai nya''

''maksud anda??'' serempak mereka yg bingung

''nanti kalian akan tahu, Leo??''

''ya, Tuan??''

''panggil pelayan yg membawa pakaian dan sarapan tadi''

''baik Tuan'' Leo pun menunduk lalu melangkah pergi yg diikuti oleh dua orang lagi di belakang nya.

Meskipun memiliki wajah dingin tapi kali ini suasana hati Gery sedikit baik, terlihat jelas dari wajah yg menunjukkan senyum tipis dengan pandangan yg tak lepas dari pintu kamar yg ada di depannya. Bahkan para pengawalnya menatap bingung dengan lelaki yg termasuk irit bicara ini bisa menunjukkan juga wajah manusia, biasanya Gery akan memasang wajah kaku yg orang lain akan berpikir dia ini adalah robot bukan manusia.

Vio yg sudah keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri dan hanya menggunakan bathrobe. Celingukan dikamar mencari cara agar bisa kabur yg pasti kalau bisa jangan berlari bahkan berjalan saja dia hampir menggunakan seluruh tenaganya,

''pikirkan Vio, berpikir''

Ucapnya dengan tubuh yg masih saja gemetaran takut laki-laki yg masih tidur itu terbangun. Akhirnya Vio memilih berjalan perlahan ke depan, namun benar saja baru akan membuka terdengar suara beberapa pria di balik pintu yg membuat nya mengintip keadaan diluar.

''astaga!!''

Deg!!

Kagetnya melihat sudah banyak pria yg berbadan kekar seperti yg membawa nya semalam, ketakutan kembali melanda nya. Dan tanpa sadar air mata nya kembali mengalir tanpa izinnya gemetar tentu saja bahkan kalau tidak berpegangan pada pintu mungkin Vio sudah Ambur di lantai dan membuat monster yg saat ini tertidur di ranjang akan terbangun, meskipun jarak mereka cukup jauh tapi dalam ruangan ini hanya ada mereka berdua kalau Vio membuat keributan sudah pasti akan kedengaran oleh pria tersebut. Bayangan buruk terulang kembali lagi dalam pikiran Vio bagaimana kalau dia bangun dan melakukan hal serupa lagi sekarang membayangkan nya saja jantung Vio sudah berdetak tak karuan bagaimana kalau beneran Vio seperti nya akan tewas disini sekarang.

''tuhan, tolong Vio. Vio ingin pulang''

Isak tangis nya yg tertahan dengan mata yg terpejam

Tokk,,tokk

''Tuan boleh saya masuk??''

Suara seseorang membuyarkan lamunan Violine yg menangis tadi, Vio tetap berdiri di tempat nya dengan merasakan pintu terbuka perlahan jantung nya kembali berdetak ketakutan. Namun lebih baik saat yg dia lihat bukan pria berjas hitam melainkan seorang wanita dengan mendorong troli berisikan menu sarapan yg jelas dia tahu milik orang yg tertidur.

''aahhhh!!! Emh''

Wanita yg terlihat lebih tua dari Vio ini pun kaget kala menyadari Vio berdiri di balik pintu dengan jubah mandi nya dengan keadaan rambut yg masih basah. Vio yakin jika dia tidak cepat membekap mulut wanita itu pasti buka hanya yg tertidur yg terbangun tapi yg berada di balik pintu juga akan menerobos masuk semua.

''diamlah,, aku mohon'' pinta Vio lembut yg dijawab anggukan

''apa yg Nona lakukan disana??''

''sssts!!!'' Vio yg meletakkan jari nya di depan bibirnya

''ahh!!, Maafkan saya Nona''

''Nona, aku mohon tolong aku''

Kali ini Vio berlutut membuat wanita yg dipegang nya ini kebingungan.

''Nona, jangan seperti ini''

''aku mohon tolong aku''

''baiklah, apa yg bisa saya bantu? Nona''

''bantu aku keluar dari sini??'' pintanya memohon

''hah!!?''

''aku mohon, tolong bantu aku. Aku ingin pulang tapi mereka membawa ku paksa kemari, aku mohon Nona'' kini dengan isakan tangis Vio memohon membuat

''ta,, tapi??'' timbang wanita itu dengan menatap Vio bergantian dengan Tuan Darren yg masih tertidur di ranjang

Selang tiga puluh menit akhirnya Vio yg di bantu wanita itu kini sudah ada di lobi hotel, dengan langkah yg gontai Vio akhirnya keluar tujuan adalah kembali ke panti memeluk ibu Lalisa adalah obat untuk nya saat ini. Hari yg cerah hari ini justru menyeramkan bagi Vio, selama perjalan air mata bahkan tidak ada hentinya menetes di wajah nya, beruntung sebelum pergi Vio masih menemukan tasnya, dengan baju yg disediakan oleh pria yg tak di kenalnya Vio pergi begitu saja tanpa menyapa bahkan melewati para pengawal dengan wanita yg menemani nya. Tidak tahu nama apa lagi wajah yg Vio tahu lelaki yg merenggut hidup nya adalah pria yg tak bisa disentuh dan hanya tato burung phoenix di punggung lelaki yg menjadi ingatan buruk untuknya.

Sampai di depan panti, air mata nya bertambah deras tempat di dunia ini yg paling nyaman adalah panti menurut nya, disini tidak akan ada yg berniat menyakiti nya. Justru sebalik nya hanya ada cinta dan kasih sayang disini, melangkah perlahan melewati gerbang Violine bisa melihat ada mobil sahabatnya yg parkir disana, berusaha menutup sedih nya Vio percepat kan langkah nya dan masuk.

Benar saja Bella dan ada Tasya juga yg sedang menunggu nya dengan ibu Lalisa pandangan mereka ke arah pintu begitu tahu orang yg mereka tunggu telah kembali

Bella berlari memeluk Vio dengan senyum hangat nya yg di ikutin oleh Tasya, sedangkan ibu hanya tersenyum memperhatikan tingkah mereka yg seperti Teletubbies

''kamu dari mana saja sih?? Kami menunggu kabar baik''

Bella yg protes karena sahabatnya tidak bisa dihubungi dari semalam.

''Bell?,'' suara parau Vio mulai kedengaran membuat Bella dan yg lain ikut panik, kini tangis nya mulai pecah kembali Violine anak yg pemalu tapi selalu ceria itu, kini menangis sejadi-jadinya di pelukan Bella.

Bella yg bingung menatap ibu Lisa, dan seperti meminta tolong dengan keadaan Vio sekarang,,

''Vivi??'' suara lembut ibu Lisa memanggil nya

''ibu, tolong Vivi bu'' dengan terhambur dalam pelukan suster Lisa Vio menangis sejadinya kini tubuh ambruk kelantai yg diikutin ketiga nya, semua nya panik dengan keadaan Vio. Namun mereka tidak ingin bertanya lebih dalam takut Vio hanya akan menangis terus.

''ayo kita masuk dulu, lalu setelah Vivi siap baru ceritakan dengan ibu'' ucapnya pelan setelah Vio mulai tenang dengan mengelus rambut panjang Vio yg dibiarkan terurai. Yg lalu di jawab anggukan oleh vio.

Dalam kamar yg tidak terlalu besar ini Vio merebahkan tubuhnya tapi dengan kepala yg berada dipangkuan ibu Lisa dan Bella dan Tasya yg saling memegang tangan nya seolah memberi kekuatan untuk Violine.

''Vivi minta maaf bu'' dengan tatapan kosong. Ibu Lalisa tahu ada yg tidak beres dengan Violine dia terus membelai kepala gadis yg sudah seperti anaknya ini agar terasa nyaman.

''Vivi minta maaf kenapa??''

'' Vivi menyesal sudah tidak mendengar kan perkataan ibu''

Bella dan Tasya saling memandang heran

''Buu???''

''yaa''

''kenapa dunia kejam??''

Violine kembali menangis namun tidak histeris seperti tadi

'' dunia memang akan seperti ini, hanya tergantung cara manusia memandang nya nakk''

''tapi kenapa semua nya menyakiti Violine Buu''

''apa maksud Vivi??''

Violine bangkit dan berdiri membelakangi tiga orang yg sedari tadi menemani nya, wajah bingung terus mereka pasang kala Vio mulai membuka perlahan baju nya mereka serempak kaget membulat kan mata bahkan Bella ikut menangis melihat tubuh Vio yg banyak meninggalkan bercak merah,

''Vio, i ini??'' Bella yg bingung berdiri dan membalik tubuh sahabat nya, dan benar saja penampakan depan jauh lebih parah dari belakang.

''siapa yg melakukan nya Vio??'' Tasya yg mulai panik

Hiks hiks hiks

Tangisan kembali pecah bahkan ibu Lalisa tidak tahu lagi harus bereaksi seperti apa tangisan mereka semua mengisi ruangan kecil itu, bahkan ruangan yang tidak kedap suara itu menarik perhatian anak-anak panti yg bingung dan berkumpul di depan kamar Violine.

'' anak-anak, ayo kembali bermain tidak baik disini''

Ucap lembut suster Santi yg menggiring anak-anak agar menjauh,

''Sus, apa Kaka Vio baik-baik saja??'' tanya anak laki-laki itu

''iya, Kaka Vio baik-baik saja kalian jangan khawatir ya''

''tapi Sus, kenapa Kaka menangis??'' cercah anak yg lain

''terkadang dengan menangis perasaan kita jauh lebih baik''

''oooh'' anak-anak serempak menjawab

''biarkan Suster kepala yg mengurus nya ya, anak-anak tidak boleh ikut campur urusan dewasa'' Suster Santi memberi pengertian kepada anak-anak dengan lembut

Kesedihan berlanjut di panti, berbeda dengan keadaan di hotel yg ditinggalkan oleh Violine kekacauan terjadi setelah sang Tuan terbangun dan tidak melihat wanita yg menemani nya semalam.

''bodoh!!'' caci nya kepada bawahan nya

''maafh kan kami, Tuan''

''aku meminta kalian untuk berjaga, kenapa bisa lolos??!''

''Tuan, wanita itu keluar dengan pakaian yg anda minta, kami pikir Tuan sudah selesai makanya membiarkan nya pergi''

Braaak!!!!

Lemparan gelas wine yg di tangan Darren mendarat tepat di pelipis Leo, emosi Darren kali ini benar-benar membuat nya hilang kendali Gery yg paham dengan keadaan menyuruh mereka keluar dan berbicara pribadi dengan Tuannya.

''Leo!, Obati luka mu dan yg lain tetap jaga diluar jangan ada yg berani bergerak tanpa perintah!!''

''baik Tuan Gery''

Setelah tunduk memberi hormat pengawal yg lebih dari sepuluh orang itu keluar dari ruangan dan berbaris di depan pintu, berbeda dengan Leo yg pergi mengobati luka di kepala nya yg mulai mengeluarkan darah.

''Tuan??''

Gery memberanikan diri memanggil setelah mendengar Tuan nya berulang kali membuang nafas kasar.

''bagaimana bisa kecolongan Ger??''

''maafkan saya, Tuan?''

''hanya gadis kecil saja kalian bisa terlewatkan!!'"

Gery berusaha mencerna omongan Tuannya yg masih membelakangi nya.

''apa kali ini special, Tuan??''

''siapa yg menjual nya kemarin?''

''saya mendapatkan penawaran gadis itu dari Pedro, Tuan?''

''Pedro??''

''benar, Tuan''

''jangan bilang??'' Darren membalik tubuh nya menatap Gery

''benar, Tuan setelah eksekusi keuangan yg kita lakukan di kasino yg dijalankan Pedro bermasalah kemarin. Dia menawarkan seorang wanita untuk anda, sampai dia tahu siapa dalang di balik kekacauan di tempat kita'' jelas Gery

'' jadi wanita itu umpan, agar aku tidak membahas nya dan secara tidak langsung memberikan dia waktu semalam!!'' tukas dareen

Mulai mengerjakan keadaan, Darren duduk dengan mengambil botol Wine dan meminum nya dengan perasaan yg mulai tersulut emosi.

''jadi, apa perlu kita cari wanita itu lagi Tuan?''

''apa kamu yakin Pedro yg memberikan wanita itu??''

''saya yakin, Tuan meski saya tidak melihat wajah nya tapi pakaian yg mereka pakai sama dengan ciri-ciri wanita yg sempat lepas dari pengawal'' jelas Gery

''siapa yg seharusnya membawa nya kemari??''

'' supir kita, Tuan''

''Bram??''

''benar Tuan''

''kalau begitu panggil dia kemari!!'' titah Darren tanpa melihat

Gery yg langsung meminta pengawal memanggil Bram pun sedikit heran, biasa nya Tuan nya tidak akan pernah perduli dengan siapa teman wanita nya, tapi kali ini selain membiarkan wanita itu menginap dengaan nya semalaman Tuannya langsung mengamuk saat terbangun tanpa wanita itu di samping nya, seperti anak anjing yg di tinggalkan oleh induk nya.

''saya menghadap, Tuan"

Darren yg menatap dingin ke arah supir yg menunduk pada nya sekarang, dapat terasa ruangan yg memiliki View terbaik ini berubah seratus delapan puluh derajat Celcius menjadi seperti kutub hanya dengan pandangan Darren.

''kau yg menjemput wanita itu semalam??'' tanya dingin Darren

''benar, Tuan tapi di pertengahan jalan ada beberapa sepeda motor yg menghalangi jalan jadi saya meminta bantuan Love untuk datang kesana''

''kau kenal mereka!?''

''sama sekali tidak, Tuan"

''sepertinya mereka salah satu anak buah mmusuh anda dan hanya menargetkan anda, setelah mereka tahu anda tidak ada bersama saya mereka pergi''

''bukankah menurut mu aneh??''

''saya yakin kalau mereka mengenal gadis itu Tuan, karena tanpa saya sadari gadis itu meloloskan diri dan kabur memasuki gang-gang sempit, saya sempat mengejar yg tidak berselang lama di bantu oleh Leo dan yg lain'' jelasnya

''berarti kamu melihat wajahnya??''

''tentu saja Tuan, bahkan saya yg membantu Tuan Pedro untuk membawa nya masuk dalam mobil''

''jadi gadis ini memang menolak??!''

''sepertinya begitu, Tuan terlihat dari cara anak buah Tuan Pedro yg menarik nya paksa dari dalam Kasino hingga masuk ke mobil''

Darren bangkit dari duduk nya, dan memandang ke luar lewat kaca besar di sudut kamar nya suasana dingin masih terus terasa, hingga sang supir menatap ke arah Gery berharap menyuruh nya keluar. Namun Gery hanya mengedip kan matanya memberi tanda kata sebentar yg di pahami oleh Bram.

''Gery??''

''ya,Tuan??''

''menurutmu apa mungkin Pedro akan menyediakan gadis yg sama sekali belum pernah tersentuh??''

''maksud anda masih perawan, Tuan?''

''benar!!'' Darren kembali berbalik

''sepertinya tidak mungkin Tuan, mengingat kembali watak Pedro tidak mungkin dengan mudah dia mendapatkan gadis yg masih suci hanya dalam waktu beberapa jam''

''apa lagi dia juga tahu saat anda butuh wanita anda tidak akan benar-benar meniduri nya'' jelas Gery yg di jawab anggukan oleh Darren.

''Baiklah, Bram kau boleh pergi'' Gery menyentuh pundak laki-laki yg terlihat kaku karna ketakutan dengan suasana saat ini. Namun belum lagi benar-benar melewati pintu seperti panggilan maut, Bram terkejut kala ada yg memanggil nya.

''Bram??!''

''i,,iya Tuan'' balas nya kembali berbalik

'' apa kau memiliki foto gadis itu??!''

Tampak Bram yg berpikir, lalu mengeluarkan ponsel miliknya

''ada, Tuan'' ucapnya sambil menyerahkan benda pipih itu ke atasan nya.

''hah!!, Sudah ku duga mereka orang yg berbeda''

Senyum tipis diperlihatkan oleh Darren dan mengembalikan ponsel milik bawahannya.

''Gery, seperti nya Pedro memang mencari masalah denganku''

''maksud, Tuan?''

''gadis yg ingin di beri nya, dan gadis yg naik di atas ranjang ku itu dua orang yg berbeda'' jelas Darren dengan wajah kesal nya.

Kekesalan Darren terus berlanjut, bahkan Gery bingung mengembalikan fokus Tuan nya. Sedangkan Leo berusaha mencari jejak wanita yg kabur dan menjadi masalah untuk nya dengan mengehack semua jalur CCTV. Tapi seperti mencari semut di kandang singa Leo dan Beberapa bawahan kalang kabut di buat nya.

''temukan wanita itu secepatnya, meskipun kalian harus sampai ke lubang semut sekali pun!!''

''baik, Tuan''

Gery langsung pergi meninggalkan Darren yg masih dengan wajah datarnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!