Selamat membaca para pengemar Author, semoga tetap selalu suka dengan cerita-cerita yang Author tulis. Salam sayang jangan lupa like, komen, tambah favorit dan kasih hadiah.
Awali tahun 2023 dengan semangat, senyum dan kebahagian. Semoga di tahun 2023 rezeki kita pada lancar serta apa yang diinginkan terwujud semua, yang terutama semoga kita selalu di kasih kesehatan.
.
.
.
Setelah satu minggu selesai acara pernikahannya, kini Alesa pamit dengan keluarga besarnya akan ikut suaminya di daerah rantauan di mana usaha suaminya berdiri.
"Kita langsung berangkat ayah, ibu, paman, bibi" kata Mas Ilham sembari mencium punggung tangan satu persatu anggota keluarga Alesa dengan takzim
"Hati-hati di jalan" ujar Kelurga besar Alesa sedih melepas putri bungsu mereka
Dengan mengendarai sepeda motor Alesa dan suaminya pergi meninggalkan kediaman kedua orang tua Alesa, Alesa sangat bahagia akhirnya pernikahan yang di dambakannya selama ini telah terwujud dan kini ia akan menjalani kehidupan barunya dengan status seorang istri dan tentunya ibu rumah tangga.
Perjalanan yang mereka tempuh lumayan lama hingga memakan waktu 5 jam akhirnya Alesa dan suaminya tiba di depan ruko satu lantai yang berukuran 5x7 milik suaminya yang berdiri sudah lima tahun di desa tersebut, suaminya memiliki usaha sebuah toko sembako.
Dari usaha suaminya inilah Alesa di pertemukan dengan suaminya di pusat kota, di mana waktu itu Alesa bekerja di sebuah toko sembako dan suaminya yang ingin mengisi barang-barang di tokonya tak sengaja bertemu dengan Alesa hingga satu bulan setelah itu suaminya langsung melamar Alesa.
Alesa yang memang sudah bosan bekerja dan jatuh cinta pada pandangan pertama tanpa pikir panjang menerima lamaran dari suaminya, apalagi sedikit di ketahuinya selain suaminya memiliki usaha sendiri, suaminya juga termasuk ahli ibadah yang di dengarnya dari orang-orang yang mengenal suaminya.
"Ayo masuk, kenapa masih berdiri disitu" ujar Mas Ilham
Alesa hanya memperlihatkan deretan gigi putihnya yang sedikit berantakkan karena ia memilih dua gigi ginsul di sebelah kanan dan sebelah kiri, Alesa yang memang dari tadi melamun tak menyadari kalau suaminya telah membuka rolling door ruko milik suaminya.
Alesa pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruko tersebut sembari menenteng tas yang berisi semua pakaiannya, ruko yang ukuran memang kecil namun ternyata di dalamnya cukup untuk menjadi tempat tinggal mereka.
Di bagian depan adalah toko sembako suaminya sedangkan sekat kedua ada kamar tidur serta ruang TV dan bagian paling belakang ada dapur serta kamar mandi, Alesa cukup kagum dengan bangunan ruko milik suaminya yang ternyata tatahan setiap ruang begitu rapi.
Alesa tetap bersyukur meski kecil setidaknya dirinya tak akan pusing memikirkan uang sewa jika mereka masih mengontrak, beruntungnya ruko ini memang milik suaminya yang di bangun oleh suaminya jauh sebelum mereka kenal.
"Makan siang nanti kita beli aja ya, di seberang ada warung makan" kata Mas Ilham
"Iya, bahan-bahan buat masak juga belum ada di kulkas jadi mau tak mau tetap harus beli" kata Alesa menyahut dari dalam kamar yang tengah menyusun pakaiannya ke lemari
Hari pertama di tempat tinggal yang baru membuat Alesa sangat bahagia karena suaminya begitu mengistimewakan ia layak seorang ratu, dan karena mereka baru pulang ke ruko jadi untuk hari ini toko di tutup dahulu kemungkinan besok baru buka lagi karena mereka juga ingin istirahat dahulu.
Kini Alesa dan suaminya sedang menikmati serta menyantap makan siang yang mereka beli tadi di seberang ruko mereka, meski daerah ini hanya sebuah desa dan agak terpencil namun sudah ramai penduduk di sini bahkan banyak sekali ruko-ruko lain yang juga berjualan segala macam jualan.
Alesa juga suka suasana di desa ini karena masih asri bahkan di belakang ruko milik suaminya saja masih ada hutan belantara, dengan perpohonan kayu jati serta bambu-bambu yang menjulang tinggi.
Alesa yang sedang berdiri di pintu belakang begitu menikmati angin sepoi yang menerpa wajahnya, mesti terasa sedikit dingin tapi tak mempengaruhi Alesa untuk beranjak dari pintu belakang.
Suaminya yang melihat Alesa menikmati suasana disini ikut senang, dari belakang suaminya memeluk Alesa sembari meletakkan dagunya di pundak Alesa.
"Sejuk banget ya, udara disini" kata Alesa
"Iya, aku aja betah disini. Semoga kamu betah juga ya" kata Mas Ilham
Kini siang telah berganti dengan gelapnya malam, Alesa dan suaminya yang tak memiliki kerjaan setelah sholat isya dan selesai makan malam mereka memilih menghabiskan waktu menonton TV sembari bercanda gurau.
"Mas, kalau nanti aku hamil. Mas pengen anak pertama jenis kelamin apa" kata Alesa masih di posisi yang sama guling di pangkuan suaminya
"Terserah apa yang di kasih, yang penting sehat" jawab Mas Ilham sembari membelai rambut Alesa yang tergerai
Alesa jadi membayangkan bagaimana rasanya masa kehamilan seperti kata teman-teman ada yang mual parah, ada yang biasa saja. Alesa langsung tersenyum jika itu terjadi dengan ia dan ia harap suaminya siap siaga menemaninya di saat masa kehamilannya nanti.
"Kenapa tu senyum-senyum?" tanya Mas Ilham
"Gak apa-apa Mas, aku gak sabar di dalam sini di titipkan benih cinta kita" kata Alesa sembari mengelus perutnya yang rata
"Semoga secepatnya kita di titipkan kepercayaan" kata Mas Ilham ikut mengelus perut Alesa yang rata
Hari yang kian malam Alesa dan suaminya pun memutuskan untuk beristirahat di kamar tidur mereka, apalagi mereka memang sangat lelah dari perjalanan yang sangat jauh belum lagi waktu selesai acara pernikahan mereka rasanya tak ada istirahat sama sekali.
Karena suasana di kediaman Alesa masih banyak kerabatnya tentu sulit untuk istirahat, apalagi sepupu-sepupu Alesa yang masih kecil-kecil selalu membuat kegaduhan di setiap waktu.
Namun seperti layaknya pengantin baru tiba di kamar tidur Alesa dan suaminya melakukan ritual pasangan suami istri terlebih dahulu sebelum tidur sekalian mereka berusaha kalau saja Tuhan secepatnya memberi mereka kepercayaan untuk dititipkan momongan.
"Good night sayang" ucap Mas Ilham sembari mendaratkan ciuman di pipi kanan dan pipi kiri Alesa
"Good night too, Mas" jawab Alesa sembari menyunggingkan senyumannya yang sangat manis
Suaminya segera memeluk Alesa untuk segera tidur apalagi kini sudah semakin larut malam, Alesa tentu suka dengan perlakuan suaminya itu dan membalas pelukan suaminya sembari memejamkan kedua kelopak matanya.
Setelah selesai ritual di atas ranjang, kini Alesa dan suaminya pun akhirnya tertidur dengan pulas dalam keadaan saling berpelukan dan mereka pun masuk ke alam mimpi masing-masing.
Prang......
Alesa yang hendak menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya langsung terkejut saat melihat suaminya melempar piring yang berisi nasi goreng, pecahan piring pun ada yang mengenai kakinya sehingga membuat Alesa terluka dan nasi goreng pun berserakan kemana-mana.
"Makanan apaan ini, asin banget. Kenapa sih kamu itu akhir-akhir ini ngerjain apapun gak pernah becus, mana wajah kusam bikin nafsu makan jadi hilang aja" kata Mas Ilham marah sembari beranjak dari duduknya
Alesa yang memang merasa bersalah tak berani menjawab bahkan ia memilih untuk bungkam sembari membereskan pecahan piring, dirinya sadar berjalannya pernikahannya yang kedua bulan ini Alesa agak malas untuk merawat wajahnya meski memang kulitnya putih bersih jika tak di rawat tentu lama kelamaan akan kusam.
Bahkan pekerjaannya akhir-akhir ini memang banyak tak beres, masak kadang keasin kadang gak ada rasa dan pernah juga lupa memencet tombol cook pas masak nasi di rice cooker sehingga suaminya terpaksa membeli nasi di warung seberang karena menunggu nasi yang tak kunjung mateng.
"Masakin aku mie rebus aja pake telor, kalau udah mateng antar ke depan" ujar Mas Ilham saat sudah sedikit menjauh dari Alesa
"Iya" jawab Alesa segera beranjak kemudian merebus air untuk memasak mie
Pecahan piring yang di bereskan oleh Alesa sudah di masukannya ke dalam kantong plastik dan di buangnya ke dalam tong sampah, dan selagi menunggu air yang di masak oleh Alesa mendidih ia menyempatkan diri makan nasi goreng di piringnya yang belum tersentuh tadi.
Rasa nasi goreng itu memang sedikit asin namun bagi Alesa cukup lezat jika di nikmati, selesai makan dan air yang di rebus oleh Alesa mendidih dengan cekatan Alesa memasukan telur kemudian mie ke dalam air tersebut.
Selesai mie rebus itu mateng langsung Alesa antar ke depan agar suaminya tak menunggu lama lagi, namun ketika hendak kembali ke dapur Alesa merasa mual sehingga dirinya buru-buru ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya.
"Ada apa lagi sih kamu ini, muntah sampe kedengaran ke depan sana. Udah tau aku lagi makan jadi benar-benar buat gak nafsu makan aja" kata Mas Ilham marah-marah sembari menghampiri Alesa ke kamar mandi
"Maaf Mas, aku gak sengaja. Sepertinya aku hamil, karena udah satu bulan ini aku belum datang bulan" kata Alesa yang terlihat pucat dan begitu lemas
"Syukurlah kalau kamu hamil, bulan depan kita ke kota buat periksa ke Dokter benaran hamil gak" kata Mas Ilham kemudian berlalu begitu saja
Alesa hanya bisa mengelus dada mendapat perlakuan dari suaminya seperti itu, bukannya kasihan tapi suaminya justru biasa saja. Alesa pun keluar dari kamar mandi dan hendak minum, namun matanya tertuju dengan mangkok bekas suaminya makan mie barusan.
"Tadi bilang gak nafsu makan, tapi nyatanya juga habis tu mie sampe kuah mie aja ludes kayak orang kelaparan" kata Alesa pelan berbicara dengan diri sendiri sembari menggelengkan kepala
Alesa yang merasa lebih baik segera melanjutkan pekerjaan rumah, banyak yang harus di kerjakannya selain masak buat makan siang mereka nanti belum lagi pakaian miliknya dan suaminya yang sudah terendam di dalam baskom dari tadi.
Alesa memilih mencuci pakaian terlebih dahulu agar bisa segera di jemur dan tentu akan cepat kering, walaupun masih sedikit lemas Alesa terus berusaha untuk kuat agar semua pekerjaan rumah selesai.
.
.
"Oek...oek...oek"
Lagi-lagi Alesa memuntahkan semua isi perutnya, padahal ia baru saja mengisi perutnya bahkan belum sampai setengah jam.
"Mas, tolong pijitin tengkuk leherku" kata Alesa yang masih berada di dalam kamar mandi
"Ahh, manja banget sih. Pake minyak kayu putih sana biar agak mendingan, resiko jadi ibu hamil memang kayak gitu. Jadi harus di biasakan" kata Mas Ilham kemudian berlalu begitu saja
Alesa yang gak tahan di marah dari pagi makin sakit hati di tambah bawaan bayi ia menjadi lebih sensitif, Alesa pun memilih masuk ke dalam kamar tidur dan karena sudah tak sanggup lagi untuk menahan air matanya yang sudah mengenang dari tadi Alesa pun menumpahkan rasa sedihnya sembari tangannya sibuk mamembalurkan minyak kayu putih di tengkuk lehernya.
Alesa pikir sikap suaminya takkan pernah berubah meski ia membuat kesalahan namun ternyata pikirannya salah, bahkan suaminya selalu mempermasalahkan segala hal meski itu hal kecil dan soal wajahnya yang kini terlihat kusam bukan karena tak mau merawatnya mungkin itu termasuk bawaan bayi sehingga ia sangat malas jangankan untuk merawat wajahnya melihat cermin saja ia malas.
"Alesa, bangun" ujar Mas Ilham sembari terus menggoyangkan tubuh Alesa
Alesa yang tertidur dengan sangat pulas pun akhirnya terbangun dan membuka kedua kelopak matanya sembari beranjak duduk.
"Jaga warung sana, gantian aku juga mau tidur siang" kata Mas Ilham sembari menarik tangan Alesa agar segera berdiri
Alesa yang belum sepenuhnya sadar pun hampir saja menabrak dinding jika tangannya tak buru-buru berpegangan di tepi ranjang, Alesa yang di perlakukan seperti itu memilih diam saja lalu pergi dari situ apalagi melihat suaminya seperti tak merasa salah sedikit pun bahkan justru suaminya langsung guling dan memejamkan kedua kelopak matanya.
"Kok pucet mbak?" tanya Ibu paruh baya yang sedang membeli sembako
"Iya bu, baru bangun dari tidur" jawab Alesa sembari berusaha menyunggingkan senyumannya dengan ramah
Ibu paruh baya itu hanya menjawab dengan anggukkan, setelah membayar semua belanjaannya ibu paruh baya itu pun pamit pulang dengan Alesa. Alesa sebenarnya masih lemas bahkan kepalanya terasa sangat pusing, namun ia tak mungkin membangunkan suaminya yang sedang tertidur sangat lelap bisa-bisa ia kena amuk.
Syukurnya yang datang ingin membeli ke warung sembako suaminya tak langsung beramai-ramai namun para pembeli datang secara bergantian sehingga membuat Alesa tak begitu kelelahan, dan sesekali Alesa juga bisa beristirahat meski hanya sebentar.
"Kok cuma segini pemasukannya, kamu ini jaga warung aja gak bisa. Bisa kamu tu apa sih" kata Mas Ilham ketika bangun dari tidur langsung memeriksa laci tempat uang
"Memang agak sepi hari ini, bahkan jalanan aja dari tadi sepi kok" kata Alesa membela diri
"Ah, udah sana. Malas aku lama-lama lihat wajah kamu" kata Mas Ilham mengusir Alesa
Alesa pun menuruti kemauan suaminya yang mengusirnya, ia pun memilih untuk mengangkat pakaian yang di cucinya pagi tadi di jemuran halaman belakang dan syukurnya semua pakaian itu kering karena tak punya kerjaan selesai mengangkat semua pakaian tadi jadi langsung di lipatnya agar tak menumpuk di keranjang.
"Kandungan ibu Alesa sekarang memasuki 9 minggu, di jaga baik-baik kandungannya. Apa ada keluhan bu?" tanya Dokter kandungan tersebut
"Sering mual muntah dan pusing, Dok" jawab Alesa menyampaikan keluhannya
"Iya itu memang sering terjadi kepada ibu hamil apalagi di trimester pertama, nanti saya kasih resep obat mual muntah" kata Dokter kandung itu lagi
"Dok, apa saat hamil ada perubahan hormon yang terjadi kepada sang ibu atau sang ayah?" tanya Alesa sedikit ragu
"Ohh iya, sering terjadi perubahan hormon baik ke sang ibu atau sang ayah bayi. Bawaannya kadang emosi" jelas Dokter kandung itu
Alesa menganggukkan kepalanya paham dengan semua penjelasan Dokter, kini ia bisa memahami mengapa suaminya akhir-akhir ini juga sering emosi kepadanya dan kemungkinan karena salah satu yaitu faktor hormon selama ia hamil.
Alesa menyerahkan resep obat tersebut kepada penjaga apotek, setelah membayar obatnya dan mendapatkan obatnya Alesa menghampiri suaminya yang menunggunya dari tadi di parkiran klinik tersebut.
"Ayo, cepat naik. Kita harus segera pulang, sayang warung kelamaan tutup" kata Mas Ilham menegur Alesa yang sibuk membaca foto USG
Alesa pun tersadar setelah mendengar teguran suaminya, dengan buru-buru Alesa segera naik di jok belakang. Sepeda motor pun mulai di lajukan suaminya dengan kecepatan sedang, dan menuju ke desa dimana ruko suaminya berdiri.
Baru berapa menit suaminya menghentikan sepeda motornya sejenak di warung makan yang begitu ramai pengunjung, kemudian turun dan masuk ke dalam warung makan itu sedangkan Alesa memilih menunggu di samping sepeda motor.
Setelah membayar dan mendapatkan nasi bungkus yang di beli tadi suaminya kembali ke sepeda motor dan naik, kemudian suaminya melajukan sepeda motornya lagi meninggalkan warung makan itu.
Sepanjang perjalanan tak ada percakapan yang keluar dari mulut Alesa maupun suaminya, setelah masuk ke daerah desa Alesa juga menikmati suasana jalanan yang di sebelah kanan mau pun sebelah kiri ada pohon-pohon karet dan pohon-pohon sawit perkebunan milik orang dan karena perpohonan ini yang membuat suasana disini jadi masih terasa sejuk.
Rencana kemarin Alesa dan suaminya ingin ke kota untuk periksa ke Dokter kandungan, namun tetangga mereka memberi tahu sebuah klinik yang tak jauh dari desa mereka yang sudah banyak sekali pasien datang kesana untuk periksa kandungan sehingga suaminya memutuskan ke klinik tersebut saja.
Setengah jam kemudian Alesa dan suaminya telah sampai di depan ruko milik suaminya, setelah memasukan sepeda motor ke teras ruko suaminya pun turun dari sepeda motor dan membuka pintu rolling door.
"Nasi bungkusnya jangan lupa di bawa masuk" ujar Mas Ilham yang tengah menata barang-barang di warungnya
Alesa hampir saja lupa jika tak di ingatkan suaminya, akhirnya Alesa mengambil kantong plastik yang berisi dua nasi bungkus beserta lauk pauk yang di beli suaminya ketika hendak pulang ke ruko.
Alesa masuk ke dalam ruko dengan menenteng kantong plastik tersebut menuju dapur, di dapur Alesa segera memindahkan semua lauk pauk tersebut ke dalam mangkok dan nasi bungkus di biarkannya di dalam kantong plastik itu ketika hendak di makan nanti baru akan di ambil di siapkannya.
"Mas makan yuk, udah siang ni. Bentar lagi adzan dzuhur" kata Alesa menghampiri suaminya yang tengah melayani pembeli
"Iya sebentar lagi, siapkan aja dulu" jawab Mas Ilham tanpa menoleh
Alesa pun hanya mengangguk dan kembali ke dapur membentang tikar untuk alas mereka makan, kemudian di tatanya semua lauk pauk tadi bersamaan dengan nasi bungkus itu dan tentunya alat-alat makan juga piring dengan sendok serta tak lupa seteko air minum bersama gelas.
Kini Alesa dan suaminya pun mulai menyantap dan menikmati makan siang mereka yang beli dari sebuah warung makan yang tadi kelihatan sangat ramai, suaminya memang selalu membeli nasi bungkus jika habis dari luar.
Inilah yang membuat Alesa tetap kagum dengan suaminya, tetap memikirkannya ketika berpergian apalagi jika pulang dari membeli barang-barang untuk mengisi warung pasti banyak sekali makanan yang di belikan suaminya.
Mungkin wajar suaminya marah-marah kemarin karena mungkin ia juga yang salah, jadi sekarang sebisa mungkin Alesa hati-hati jika mengerjakan pekerjaan rumah agar suaminya tak marah-marah lagi.
"Aku duluan tidur, soalnya ngantuk banget" kata Mas Ilham yang pulang dari masjid setelah melepas baju koko dan sarung
"Ya udah, aku ke depan dulu mau jaga warung" jawab Alesa mengalah dan segera keluar dari kamar tidur mereka
Karena warung milik suaminya tadi pagi sempat tutup jadi siang ini begitu ramai para pembeli berdatangan, dengan cekatan dan tentunya sangat ramah Alesa melayani para pembeli itu serta dengan begitu hati-hati ia menghitung belanja para pembeli karena tak ingin sampai salah.
"Kabarnya udah isi ya mbak?" tanya Salah satu pembeli
"Iya Bu, alhamdulilah di kasih Allah kepercayaan begitu cepat" jawab Alesa sembari menyunggingkan senyumannya dengan ramah
"Tapi bukannya ibu hamil muda itu harus banyak-banyak istirahat, biar masuk trimester kedua kuat apalagi mendekati hari lahiran" kata ibu-ibu itu tadi
"Ahh iya bu, gantian dengan Mas Ilham. kan tadi habis dari luar, jadi dia kelelahan" jawab Alesa mencari alasan
Ibu-ibu itu hanya mangut-mangut seperti sedang memahami perkataan Alesa, selesai membayar belanjaannya ibu-ibu itu pun pamit pulang kepada Alesa. Para pembeli juga mulai berkurang dan kini tak ada lagi, Alesa pun duduk sejenak di kursi yang di sediakan suaminya sembari memijit kedua kakinya yang terasa pegal akibat terlalu lama berdiri tadi.
Sudah setengah jam di tunggu-tunggu para pembeli tak kunjung datang sehingga membuat Alesa mengantuk, Alesa pun memejamkan kedua kelopak matanya sejenak selagi menunggu pembeli datang.
"Alesa, bangun" kata Mas Ilham menggoyangkan pundak Alesa
Alesa pun buru-buru bangun dan mengucek kedua kelopak matanya, ia gak sadar kalau tadi ternyata ketiduran sampai suaminya saja sudah bangun dari tidur siangnya.
"Kenapa tidur, kan aku nyuruh jaga warung. Gimana kalau ada yang mencuri barang di warung, kalau kamu tidur kayak gini. Mana tidur kayak kebo" kata Mas Ilham nyerocos memarahi Alesa
"Maaf Mas, aku tadi ngantuk makanya ketiduran" kata Alesa sembari menundukkan kepalanya
"Kebiasaan ngerjain apa pun gak pernah becus. Pergi sama" kata Mas Ilham menarik tangan Alesa
Alesa pun pergi dan memilih masuk ke dalam kamar tidur, lagi-lagi Alesa hanya bisa menangis di dalam kamar tidur dan menangis tanpa suara sembari mengingat perlakuan kedua orang tuanya yang selama ini tak pernah sedikit pun memarahinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!