Kim Nana seorang wanita yang berusia 24 tahun, dia berkerja sebagai guru di salah satu sekolahan SMA.
Kim Nana turunan Korea dan Indonesia, papanya orang Korea sedang ibunya orang Indonesia.
Kim Nana setiap hari menjalani hidupnya di sebuah Apartemen kecil miliknya, ia sengaja tidak tinggal dengan kedua orang tuanya karena enggan terus berdebat dengan sang ibu, karena sudah usia 24 tahun Nana belum menikah juga, entah apa yang Nana tunggu?
Padahal Nana ini seorang wanita yang sangat cantik, tubuhnya mungil, badannya putih bahkan biarpun Nana sudah usia 24 tahun masih banyak yang tidak percaya karena wajahnya yang imut itu membuat Nana terlihat masih sangat muda, jika mengajar murid-muridnya juga Nana sudah seperti sahabat mereka semua, Nana juga tidak pernah membatasi para muridnya untuk kapan saja curhat dengannya atau pun berbagi cerita, selain guru yang cantik Nana juga bisa menjadi pendengar yang baik saat murid-muridnya bercurhat, para muridnya juga mempunyai panggilan khusus untuk Nana yaitu Bu Guru Cantik.
Karena kecantikan Nana, banyak guru-guru mudah yang tampan menaksirnya tapi lagi-lagi Nana menolak mereka semua di saat mereka menyatakan perasaannya, Nana selalu bilang ingin fokus dengan karirnya dulu, dan belum siap untuk menikah, makanya Nana tidak mau pacaran, bukan tanpa alasan Nana tidak mau pacaran, tapi sampai saat ini tidak ada yang pernah tahu apa alasan Nana tidak mau pacaran?
Di kelas tempat Nana mengajar Nana terlihat begitu tenang mengajarkan pelajaran hari ini, para muridnya juga fokus dengan pelajaran yang Nana ajarkan.
Hingga beberapa lama akhirnya Nana selesai mengajar.
"Bu guru cantik, apa Bu guru sudah mempunyai kekasih?" tanya Andi, terukir senyum kecil di sudut Andi, ia malu-malu tapi penasaran.
"Andi, ibu tidak punya kekasih," jawab Nana dengan nada lembut, ia membalas senyum Andi.
"Bu guru cantik, jika Andi mendaftar menjadi kekasih bu guru, jangan di terima ya!" pinta Lissa yang tidak lain adalah teman sebangku Andi.
Nana hanya tersenyum, sedangkan Andi menatap Lissa dengan kesal. Tapi Lissa malah tertawa melihat Andi merasa kesal.
Nana sudah tidak kaget lagi dengan pertanyaan seperti ini dari para muridnya, biarpun minggu lalu mereka sudah ada yang bertanya pasti di minggu depannya akan ada yang bertanya dengan hal yang sama, karena ingin memastikan dirinya sudah punya kekasih atau belum.
"Anak-anak kalian istirahatlah!" kata Nana, lalu di anggukin oleh semua muridnya. "Siap Bu guru cantik," jawabnya dengan serempak.
Nana meninggalkan kelas sedangkan murid-muridnya pergi ke kantin untuk makan siang.
"Bu Kim Nana...."
Mendengar suara yang tidak asing Nana menghentikan langkah kakinya, lalu menoleh ke sumber suara itu. "Pak Fras, ada apa?" tanyanya dengan nada lembut.
"Bagaimana kalau kita makan siang bersama? Saya yang telaktir," kata Fras terlihat canggung di hadapan Nana. Fras adalah salah satu guru laki-laki yang berusaha mendapatkan hati Nana, berharap Nana mau menjadi kekasihnya.
"Maaf pak, saya sudah membawa bekal tadi dari rumah, sayang kalau tidak di makan." Nana menolak ajakan Fras dengan sopan.
"Ya tapi Bu....."
"Saya permisi dulu pak, masih ada urusan soalnya," belum sempat Fras melanjutkan kata-katanya, Nana dengan cepat memotong kata-kata Fras.
Fras itu guru yang terkenal playboy, padahal usianya sudah 30 tahun tapi Fras tidak menikah-menikah, ia selalu mendekati guru-guru cantik, bukan hanya Nana saja yang Fras dekatin guru cantik yang lainnya juga banyak, makanya Nana lebih memilih tidak menerima ajakan makan siangnya daripada ujung-ujungnya jadi korban keplayboyan Fras.
Nana melangkahkan kakinya dan berlalu pergi dari hadapan Fras.
Dengan nafas kesal, Fras menatap Nana dengan sorot mata tajam. "Dasar sombong, lihat saja aku pasti akan mendapatkanmu Kim Nana," batin Fras dengan begitu yakin.
Sesampainya di kantor guru, Nana duduk di kursi kerjanya, ia membuka bekal yang ia buat sendiri untuk dirinya sendiri.
"Makan siang dulu....."
"Tring....tring......!!!"
Belum sempat menyuapkan makannya satpam Nana menelpon, siapa lagi kalau bukan sang ibu tercinta.
Nana mengangkat telpon dari ibunya, karena jika tidak di angkat pasti ibunya akan mengocehinya 7 hari 7 malam.
"Naaaanaaa...."
Terdengar suara begitu nyaring, Nana langsung menjauhkan ponselnya dari telinganya karena takut kendang telinganya akan pecah.
"Ibu, bicaralah yang pelan! Nana masih di sekolah."
Suara Nana begitu lembut, jauh sekali dari ibunya yang suaranya begitu cempreng, suara lembut Nana ini menurun dari sang Ayah.
"Ibu tidak perduli, kamu kerja terus, lalu kapan kamu akan menikah? Nana usiamu sudah tidak muda lagi nak." Oceh Hana, yang tidak lain adalah ibunya Nana.
"Ibu, Nana akan menikah jika sudah saatnya menikah," jawab Nana dengan nada lembut, hatinya terasa sedih saat mendengar pertanyaan yang sama dari ibunya, namun Nana bisa apa?
"Selalu saja kamu menjawab seperti itu, Nana banyak sekali yang ingin datang melamarmu nak, kamu mau memilih yang seperti apa nak?" Hana terus mengoceh, rasanya kawatir melihat anaknya yang sudah cukup umur ini tapi belum menikah juga sampai sekarang, ia takut anak gadis satu-satunya akan menjadi prawan tua.
"Ibu, nanti Nana akan pikirkan, Nana mau yang seperti apa?" jawab Nana, lalu ia mematikan saluran telpon dari ibunya.
Hana menatap ponselnya dengan sorot mata kesal. "Dasar anak kurang ajar, setiap ibunya membicarakan tentang pernikahan pasti kamu seperti ini nak," kata Hana sambil menaruh ponselnya di atas meja.
"Kamu kenapa sayang?" suara yang begitu lembut, membuat Hana yang sedang kesal seketika menoleh dengan lembut.
"Ayah, biasalah yah anak gadis kamu menyebalkan disuruh menikah selalu saja jawabannya sama," oceh Hana sambil membanting tubuh mungil duduk di sofa dengan kasar.
Kim Yun, yang tidak lain adalah ayahnya Nana ia duduk di sebelah istrinya, lalu ia menggenggam tangan istrinya dengan lembut dan penuh rasa sabar.
"Hana, anakmu Nana itu bukan anak kecil lagi, jika pun dia akan menikah pasti dia akan pikirkan secara matang, jadi kita sebagai orang tuanya jangan terlalu banyak bicara, kasian nanti Nana bisa stress," tutur Yun dengan begitu lembut, tatapan mata Yun terlihat sangat sabar menghadapi istri kesayangannya ini.
"Tapi ayah, teman-teman ibu sudah pada punya cucu, ibu juga ingin segera gendong cucu," celoteh Hana dengan suara cempreng seperti biasanya.
Yun hanya tersenyum kecil, lalu menarik istrinya itu masuk ke dalam pelukannya, berharap pelukannya ini bisa sedikit menenangkan rasa kawatir istrinya karena memikirkan anak gadisnya yang kunjung menikah-menikah.
Bagi Yun usia 24 tahun itu ya wajar-wajar saja jika belum menikah, apalagi seorang wanita karir jika di kota asalnya sana banyak juga yang menikah di usia 30 tahunan entah itu wanita ataupun laki-laki, jadi Yun tidak pernah ambil pusing.
"Kita doakan saja biar Nana segera bertemu dengan jodohnya," kata Yun di sela-sela pelukannya.
Kedua orang tua Nana ini adalah orang-orang yang sangat baik, jika ayahnya Nana beliau begitu sabar dan penyayang, tutur katanya juga sangat lemah lembut, tapi jika ibunya Nana beliau begitu cerewet, suka mengomel, orangnya juga tidak sabaran.
Setelah selesai makan siang dengan bekal yang Nana bawa dari rumahnya, ia menghela nafas dengan pelan, ia memikirkan ocehan sang ibu yang hampir setiap hari menelpon dan menyuruhnya untuk cepat-cepat menikah?
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
Jam menunjukkan pukul 1 siang, Nana baru saja sampai di Apartemen miliknya, dengan kasar ia membanting tubuh mungilnya itu ke atas kasur.
"Menikah.....menikah dan menikah."
"Apa hanya itu yang ada di dalam otak ibu?"
Nana komat-kamit sendirian, ia selalu mengingat kata-kata sang ibu yang terus-menerus menyuruhnya untuk menikah dengan cepat.
"Nana, kamu juga, kenapa kamu terus menunggunya? Padahal ini sudah lima tahun berlalu, tapi kamu masih menunggu laki-laki itu, Nana kamu itu bodoh, kamu itu cantik banyak laki-laki yang ingin melamar kamu, tapi kamu selalu saja mengatakan belum siap untuk menikah hanya karena satu laki-laki yang sudah entah kemana?" dalam hatinya, Nana hanya bisa mengutukti dirinya sendiri, sebodoh inilah dirinya sampai-sampai menunggu seseorang laki-laki yang sudah tidak pernah memberikan kabar selama 5 tahun ini.
Nana yang selalu menolak laki-laki yang ingin melamarnya dengan alasan ingin fokus dengan karirnya, itu hanyalah alasan Nana saja, untuk masalah karir Nana sudah punya karir yang cukup bagus, gaji mengajar dia juga sudah lebih dari cukup, apalagi jika ada anak-anak les privat itu juga menjadi uang tambahan untuk Nana.
Nana menolak laki-laki yang ingin melamarnya itu karena satu laki-laki yang sudah di tunggu selama 5 tahun ini, laki-laki itu berjanji akan datang menemui Nana, lalu akan menikahinya, karena Nana juga mencintai laki-laki itu, akhirnya Nana setia menunggu laki-laki itu datang, entah kapan laki-laki itu akan datang kembali menemui dirinya? Nana pun tidak tahu.
"Apa kamu akan menepati janjimu?" Nana memejamkan matanya, ia mengingat hal-hal masalalunya saat bersama laki-laki yang 5 tahun ia tunggu ini.
Kenangan yang begitu manis, tawa canda saat bersama laki-laki itu, dan itu membuat Nana setiap hari mengingat laki-laki itu, ia bahkan selalu menunggu dimana laki-laki itu akan datang dan melamar dirinya, lalu menjadikan Nana sebagai istrinya, manis bukan impian Nana? Namun tidak ada yang tahu dimana laki-laki itu, Nana sendiri juga tidak tahu.
"Dia tidak akan pernah menepati janjinya padamu itu Na," suara yang tidak asing itu terdengar di telinga Nana.
Nana membuka matanya, lalu ia melihat ke ambang pintu kamarnya dan melihat Angel sedang berdiri disana. "Angel, kapan kamu datang?" tanya Nana, sorot matanya begitu tajam melihat sahabatnya yang datang tiba-tiba dan seperti biasanya tidak menekan bel ataupun mengetuk pintu lebih dulu, Angel jika datang ia selalu main masuk saja apalagi Angel juga punya kunci Apartemen milik Nana, jadi mudah baginya untuk masuk kapan saja.
"Sekitar beberapa menit yang lalu," jawab Angel, ia berjalan mendekat ke Nana lalu duduk di tepi ranjang Nana.
"Kamu mendengar semuanya?" Nana memastikan dengan sorot mata kesal.
"Tentu, aku mendengar semuanya, sudahlah jangan menunggunya lagi! Nana, kamu itu cantik, banyak laki-laki yang menyukaimu, terimalah salah satu di antara mereka," tutur Angel pada Nana.
"Angel, berapa kali kamu harus mengatakan hal seperti itu padaku? Apa tidak ada kata-kata lain?" Nana membenarkan posisinya menjadi duduk, lalu ia melihat Angel dengan sorot mata lembut.
Angel hanya tersenyum kecil, ia sadar mungkin kata-katanya ini sudah membuat Nana bosan, karena hampir setiap bertemu pasti Angel menyuruh Nana jangan menunggu laki-laki itu lagi.
"Nana, mungkin laki-laki itu sudah mempunyai kekasih, makanya dia tidak pernah lagi datang padamu," kata Angel.
Nana memejamkan matanya, ia menarik nafasnya dengan pelan.
"Entah Njel, kadang aku juga merasa diriku ini terlalu bodoh, aku menunggu laki-laki yang jelas-jelas tidak pasti," mata Nana tampak berkaca-kaca, haruskah ia menangis kerena laki-laki yang ia tunggu selama 5 tahun ini?
"Makanya, sekarang saat yang tepat untuk kamu melupakan laki-laki itu!" ujar Angel, membuat Nana hanya bisa terdiam.
"Aku lapar, ayo kita pergi makan siang Njel!" Nana mengajak Angel makan siang, ia juga tidak mau jika terus-terusan membahas laki-laki itu.
Mereka berdua pun pergi makan siang bersama, mereka makan di restoran yang ada di Apartemen itu.
Nana dan Angel memesan makanan yang sama, lalu mereka menikmati makanan pesanan mereka itu dengan nikmat.
"Angel, hubungan kamu dan laki-laki rahasiamu itu bagaimana kabarnya sekarang?" tanya Nana, cukup penasaran karena Angel tidak mau memberitahu siapa laki-laki yang sedang dekat dirinya? Angel hanya mengatakan pada Nana kalau dia punya laki-laki rahasia.
"Baik-baik saja Na, aku juga sudah pernah melakukannya dengan dia," jawab Angel terukir senyum kecil di sudut bibirnya.
"Tunggu, melakukan apa?" Nana tampak bingung, membuat otaknya langsung berputar seperti komedi putar.
"Hubungan suami-istri Na," jawab Angel yang lagi-lagi dengan senyum bahagia.
Nana ternganga, sungguh Angel yang tidak lain adalah sahabatnya ternyata ia cukup berani dalam menjalani sebuah hubungan.
"Angel, apa kamu tidak takut, jika kamu sampai hamil bagaimana?" Nana tampak menghawatirkan sahabatnya ini.
"Nana, aku dan dia itu sudah sama-sama dewasa, kita bukan anak ABG lagi dan jika melakukannya pasti ada caranya agar tidak sampai hamil," tutur Angel dengan yakin.
Nana hanya mengangguk, lagian Nana biarpun dia sudah berusia 24 tahun tapi ia tidak pernah melakukan hal yang neko-neko bersama dengan laki-laki.
"Aku dan laki-laki rahasiaku juga sudah membicarakan tentang pernikahan, malam ini aku juga akan datang ke Apartemennya," celoteh Angel pada Nana.
"Kamu akan datang ke Apartemennya?" tanya dengan sorot mata tidak yakin.
"Tentu saja Na, aku saja tadi ke mall dulu untuk membeli baju tempur," jawab Angel yang begitu yakin.
"Njel, kalian itu belum menikah, ada baiknya kalian jangan melakukan hubungan suami-istri, aku takut kamu hamil dan laki-laki itu tidak mau bertanggung jawab," ujar Nana dengan penuh rasa kawatir pada Angel.
"Sudahlah Na, itu tidak akan terjadi, lagian aku dan dia juga akan segera menikah Na," Angel terlihat begitu tenang, di matanya hanya ada sorot mata yang penuh cinta untuk laki-laki rahasianya itu.
"Baiklah," hanya jawaban singkat yang bisa Nana katakan, Nana sadar jika seseorang sedang jatuh cinta pasti tidak akan mau mendengarkan apa nasehat dari kita.
Setelah selesai makan siang, Angel langsung berpamitan pada Nana untuk pergi ke Apartemen laki-laki rahasianya itu, sedangkan Nana langsung kembali ke Apartemen miliknya.
Sesampainya di Apartemen miliknya, Nana kembali membaringkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Ia terlihat bingung mau melakukan apa? Hingga akhirnya Nana memilih memejamkan matanya dan tidur dengan nyenyak.
*****
Di saat Nana sedang tidur nyenyak, kini Ibunya Nana terlihat sedih, entah apa yang sedang ibunya ini pikirkan?
Karena sepulang arisan tadi, Hana tampak diam saja membuat Yun juga merasa bingung, kenapa dengan istrinya ini?
"Kamu, kenapa sayang?" Yun mengusap punggung Hana dengan lembut, sorot matanya terlihat begitu tenang.
"Ayah, suruh Nana menikah! Ibu malu, semua teman-teman arisan ibu sudah pada gendong cucu," pinta Hana dengan raut wajah sedih.
"Iya ibu kan bisa gendong cucu salah satu dari mereka untuk sementara bu," saran Yun dan langsung di tatap oleh Hana dengan sorot mata seperti singa, membuat Yun takut.
"Ayah, aku ini pinginnya gendong cucu sendiri, titik aku tidak mau tahu!" Hana marah dan langsung beranjak dari tempat duduknya, lalu pergi meninggalkan Yun begitu saja.
Seketika Yun hanya terdiam, mau gendong cucu bagaimana? Sedangkan putri satu-satunya belum mau menikah juga sampai saat ini. "Itu anak kucing banyak, apa aku suruh istriku menggendongnya saat pergi arisan nanti?" batin Yun dalam hatinya, ia tertawa membayangkan istrinya menggendong anak kucing, pasti itu akan lucu, namun Yun sendiri tidak berani mengatakan hal seperti itu pada Hana, jika berani maka Yun akan terkena jurus andalannya yaitu ocehan tujuh hari tujuh malam.
Hana memilih masuk ke dalam kamar sedangkan Yun hanya diam memikirkan bagaimana caranya agar putri satu-satunya mau menikah?
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
Jam menunjukkan pukul 7 malam, Angel sudah sampai di Apartemen milik laki-laki rahasianya itu.
Angel dengan semangat membuka pintu Apartemen milik laki-laki rahasianya itu, lalu dia langsung masuk ke dalam kamar.
"Sayang, kamu kenapa baru datang?" tanya laki-laki rahasia itu dengan lembut.
"Kenapa, apa kamu menunggu aku kelamaan?" Angel dengan manja bersandar di dada bidang laki-laki rahasianya itu. "Kamu tahu sayang, aku membeli pakaian tempur, supaya kamu mainnya lebih kuat dan semangat," sambung Angel dan ia mengeluarkan pakaian tempur yang ia beli dari dalam paper-bag.
Seketika lelaki rahasia Angel, dia langsung tersenyum sumpringah. Bahkan sudah tidak sabar lagi untuk unboxing Angel malam ini.
"Sayang aku juga membawa ini, setelah tiga bulan lamanya kita baru bertemu lagi, aku sangat merindukanmu sayangku," lelaki itu membelai pipi Angel dengan lembut sambil menunjukkan sebuah botol kecil.
"Ini apa?" Angel mengambil botol kecil yang ada di tangan laki-laki itu.
"Ini agar dua gunung kembar kamu lebih besar sayang, kamu cukup oleskan saja!" Jawab laki-laki itu, terukir senyum mesum di sudut bibirnya.
Angel tersenyum senang, bahkan miliknya sampai tidak sabar ingin menikmati pertempuran malam ini dengan laki-laki rahasianya itu.
"Ini bagaimana cara menggunakannya sayang?" tanya Angel, ia terlihat bingung karena baru pertama kali memakai ramuan seperti ini untuk gunung kembarnya.
"Di oleskan saja sayang, sini aku oleskan!" Laki-laki itu mengoleskan ramuan yang di bagian gunung kembar Angel seraya memijatnya dengan lembut.
Merasakan sentuhan demi sentuhan hasrat Angel mulai memanas dan akhirnya pertempuran yang begitu hangat mereka lakukan.
*****
Setelah beberapa lama tertidur nyenyak di kasurnya yang empuk, Nana akhirnya terbangun dari tidurnya, ia melihat jam dinding dan ternyata sudah menunjukkan pukul 9 malam. "Entah, aku tidur berapa lama?" gumamnya dengan suara pelan.
Nana yang merasa sangat lapar, ia pun pergi ke dapur untuk membuat makanan.
Di dapur Nana hanya membuat mie instan untuk dirinya makan, setelah selesai membuat mie instan Nana pun memakan mie instan itu dengan lahap.
Karena perutnya yang sudah merasa kenyang, Nana pergi ke ruang tengah untuk menonton televisi.
Menonton televisi tapi tidak ada acara yang bagus membuat Nana merasa bosan.
"Angel sedang pergi kencan...."
"Rasanya bosan sekali, jika aku pergi nonton ke Bioskop, ah janganlah disana itu tempat orang pacaran."
"Lalu aku mau melakukan apa? Pergi ke rumah mama pasti akan di bahasi masalah pernikahan lagi."
Nana memejamkan matanya, ia membayangkan bagi wanita-wanita diluaran sana yang sudah berpasangan pasti hidupnya bahagia dan tidak akan sekesepian dirinya saat ini.
Malam yang semakin larut akhirnya Nana memilih masuk ke dalam kamar dan kembali tidur.
*****
Pagi yang cerah kini menembus jendela kamar hotel Angel dan kekasih rahasianya itu.
Angel dan kekasihnya itu yang masih bergulat hangat di dalam balutan selimut yang tebal, mereka berdua masih merasakan kehangatan karena sentuhan kulit mereka.
"Selamat pagi sayang..." sapa kekasih rahasianya itu, seraya memberikan kecupan manis di kening Angel.
"Kamu sudah bangun, bagaimana apakah semalam kamu puas sayang?" Angel balik menyapa, dan bertanya dengan sorot mata genit.
"Aku sangat puas sayang," jawab sang kekasih seraya tersenyum mesum pada Angel.
Angel tersenyum senang, padahal Angel ini masih prawan tapi bukannya menjaga miliknya yang suci dengan baik, ia malah memberikan keperawanannya itu dengan mudahnya untuk kekasih rahasianya itu.
Sungguh Angel ini sudah di butakan oleh Cinta, ia tidak memikirkan akibat dari yang ia perbuat itu, baginya asalkan kekasihnya bahagia, apapun akan Angel berikan dengan senang hati.
Di saat Angel sedang sibuk dengan kebahagiaan, Nana sudah berada di sekolahan dan siap mengajar murid-muridnya pagi ini.
Nana berdandan cantik dengan dress selutut berwarna hitam dan berkra putih, ia menguraikan rambutnya yang lurus itu sehingga membuat dirinya tampak cantik dan begitu manis. Biarpun Nana sudah berumur tapi wajah begitu manis dan terlihat awet muda.
"Selamat pagi anak-anak....."
"Selamat pagi juga Bu Nana....."
Dengan kompak semua murid-murid Nana menjawab sapaan dari Nana, Nana pun tersenyum senang.
"Kita mulai pelajaran pagi ini, oh iya apakah tugas dari ibu sudah kalian kerjakan?" tanya Nana, seraya membuka buku dan tatapan matanya menatap para muridnya untuk meminta jawaban pada mereka.
"Sudah bu.....!!!"
"Kumpulan! Erin, kamu kumpulkan tugas-tugas itu lalu bawah ke meja ibu!"
"Baik bu." Erin pun bergegas untuk mengumpulkan tugas-tugas teman-temannya dan membawanya ke meja guru.
Setelah semuanya terkumpul dan Erin sudah menaruh semua tugas-tugas itu di atas meja Nana, pelajaran pun di mulai dengan tenang.
Nana mengajar anak kelas 3 SMA, di dalam ruangannya itu ada 23 murid, 18 murid laki-laki dan 10 murid perempuan.
Setelah beberapa lama akhirnya pelajaran selesai, Nana pun kembali ke kantor untuk beristirahat seraya memeriksa tugas-tugas dari muridnya itu.
"Na....kamu sudah makan siang?" tanya Silvi, yang tidak lain adalah rekan kerja Nana, Silvi berumur 27 tahun.
"Belum kak," jawab Nana, Nana memanggil Silvi dengan sebutan kakak.
"Ayo makan siang dulu!" ajak Silvi dan Nana pun mengangguk, lalu mereka bersama-sama pergi ke kantin guru untuk makan siang bersama.
Sambil makan mereka juga asik mengobrol.
"Na, bagaimana apa orang tua sudah berhenti menyuruhmu menikah?" tanya Silvi, ia tersenyum kecil pada Nana.
"Kalau di ladenin bisa setiap hari kak, kakak tahu ibuku menelponku hanya membahas masalah pernikahan, tidak pernah dia menanyakan aku sehat atau waras gitu kak?" jawab Nana, ia tampak kesal membuat Silvi tertawa kecil.
"Makanya nikah saja!" saran Silvi, membuat Nana terdiam.
"Na, dulu ibuku pun begitu, hampir setiap hari menyuruhku menikah, karena aku terlalu lelah mendengar celotehan ibuku, akhirnya aku menikah dengan laki-laki yang telah di pilihkan oleh ibuku," cerita Silvi, raut wajahnya tampak tidak bahagia tapi Silvi selalu berusaha menerima semuanya dengan iklhas.
"Apakah kakak mencintai laki-laki itu?" tanya Nana, kali ini begitu antusias.
Silvi menggelengkan kepalanya. "Sampai saat inipun aku tidak mencintai suamiku, tapi dia begitu sabar Na, bahkan aku abaikan dia saja, dia tidak pernah berhenti berusaha untuk membuat aku mencintai dirinya, mungkin untuk saat ini aku belum mencintai dia Na tapi suatu saat aku tidak tahu Na," dari hati Silvi menceritakan pengalaman percintaannya dengan laki-laki yang di jodohkan oleh ibunya dulu.
Nana pun tersenyum kecil, dalam hatinya tidak mudah mencintai seseorang yang tidak pernah kita cintai, tapi cintakan bisa datang kapan saja? Tapi aku sendiri selalu memikirkan laki-laki masa laluku dan aku tidak pernah mau mencoba membuka hatiku untuk laki-laki lain, Nana kamu itu bodoh dan egois.
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!