NovelToon NovelToon

Terjerat Pesona Gadis Tomboy

Bab 1

Pagi ini, di sebuah rumah sederhana di kota x negara A, terlihat seorang gadis tengah kelimpungan sendiri. Karena dirinya, bangun kesiangan seperti biasa.

" jovia, ayo bangun! ini sudah hampir setengah tujuh loh. nanti kamu telat!" teriak seorang wanita paruh baya ruang meja makan.

Seketika itu pula, gadis yang bernama jovia Adelia Putri itu, terbangun dari tidurnya dan langsung melirik ke arah jam dinding yang berada di belakang tubuhnya itu.

" Astaga! sepertinya aku terlambat lagi!" ucapnya Seraya menepuk kepalanya sendiri. dan tanpa basa-basi lagi, gadis cantik bak seorang Barbie itu, segera berlari menuju ke kamar mandi dan langsung saja mencuci mukanya tanpa membasuh tubuhnya terlebih dahulu.

Dengan langkah terburu-buru, Jovita menyambar tas selempang dan juga kunci motor kesayangannya itu. Kemudian, dengan segera langsung menemui ibundanya. Yang sepertinya, sudah berteriak-teriak memanggil namanya.

" Eh, kamu nggak makan dulu?" tanya sang ibu saat melihat anaknya berjalan melewatinya begitu saja.

" nanti saja di sekolahan. sepertinya, Jovita sudah telat." ujar Gadis itu Seraya menyambar segelas susu coklat yang ada di atas meja. dan juga Burger Mini yang memang sengaja dibuatkan oleh ibunda tercinta.

" dadah Mami! Jovita pergi dulu!" teriaknya Seraya mengecup pipi wanita paruh baya itu. dan dengan segera, langsung berlari menuju ke arah garasi. untuk mengambil motor kesayangannya.

" semoga, nanti kita nggak telat ya," ucap Gadis itu mengajak berbicara terhadap motor kesayangannya. memang, Gadis itu terlihat sangat aneh karena sering berbicara seorang diri.

" cantik-cantik kok ngomong sendiri." tiba-tiba saja, terdengar suara seseorang yang tengah mencibirnya. hingga membuat gadis itu, seketika menoleh dengan menatap tajam ke arah sumber suara.

" kau lagi, kau lagi kau memang harus diberi pelajaran!" ucapnya mengeram kesal. dan dengan segera, dan secepat kilat, gadis cantik itu langsung menerjang laki-laki yang pernah mencibirnya itu hingga membuatnya ambruk di tengah jalan.

Jovita langsung meninju wajah laki-laki itu dengan sangat brutal dan keras. hingga membuat laki-laki terakhirnya terkapar tak berdaya.

" Jangan pernah menghinaku seperti itu. atau kau akan merasakan akibatnya!" ujarnya Seraya melangkahkan kaki untuk meninggalkan tempat itu.

Karena memang sepertinya gadis itu sudah sangat terlambat untuk menuju ke sekolahannya. Dengan langkah tergesa-gesa, dan juga hati sedikit dongkol, Gadis itu memacu kendaraan roda duanya meninggalkan kawasan komplek perumahan milik orang tuanya itu.

****

Di sepanjang perjalanan, Jovita tak henti-hentinya mengomel seorang diri. Untung saja, gadis itu hanya mengumpat mengatakannya di dalam hati. jika tidak, maka orang-orang akan semakin memandangnya dengan tatapan aneh.

Saat dirinya sedang melamun, tak sengaja motor yang telah Ia kendarai, menabrak sebuah mobil berwarna putih yang tengah melaju pelan dari arah sampingnya.

Seketika itu pula, Jovita menghentikan laju kendaraannya dan langsung menghampiri si pengemudi mobil yang menurutnya tidak becus membawa kendaraan itu.

"woy! turun kau! dasar laki-laki tidak tahu diri!" ujarnya dengan gaya yang sangat Barbar dan juga kata-kata sedikit kasar.

Sementara orang yang tengah berada di dalam mobil, menatap Jovita dengan tetapan yang sangat dalam. dan juga tanpa berkedip sama sekali.

" cantik." satu kata langka itu, seketika meluncur bebas dari dalam mulutnya.

Karena merasa sedikit terganggu dengan tingkah gadis itu, membuat si empunya mobil, keluar agar tidak menimbulkan sesuatu yang lebih besar yang mungkin saja akan terjadi jika dirinya masih tetap berada di dalam mobil itu.

Saat laki-laki yang ada di dalam mobil keluar, sejenak gadis Barbar itu terdiam. entah apa yang ia pikirkan. tapi yang jelas, gadis cantik itu mematung di tempatnya.

" Mbaknya Kenapa sih, kok marah-marah terus lagi PMS ya?" tanya Dion Alexander Soraya menyunggikan senyuman tipis.

Plak

Seketika itu pula, Dion mengusap pundaknya akibat geplakan yang cukup kuat dari gadis itu.

" Kasar banget sih jadi cewek, dinikahin baru kapok nanti." ucapnya mendengus kesal.

Sementara Jovita yang mendengar itu, seketika membulatkan mata karena merasa tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh laki-laki yang ada di hadapannya itu.

" Maksudnya apa ini? Anda mau menikahi gadis di bawah umur? lagipula, saya itu sudah punya pacar." ucapnya Seraya menatap ke arah Dion dengan tetapan tajam.

" aku Dion Alexander." laki-laki itu tidak menggubris ucapan dari Jovita. malah mengulurkan tangan untuk berkenalan.

Tentu saja hal itu membuat Jovita yang melihatnya, seketika bergidik ngeri. saat melihat tingkah aneh yang ditunjukkan oleh laki-laki yang ada di hadapannya itu.

" dasar sinting!"

Jovita langsung saja menuju ke arah motornya dan langsung menaikinya. tanpa memperdulikan keadaan sekitar.

" nama yang cantik." ujarnya Seraya tersenyum manis. dan setelah itu, Dion segera kembali menuju ke dalam mobil. karena hari ini, laki-laki Tampan itu akan mengunjungi cabang kedai martabak yang ada di kota x.

Di sepanjang jalan, pikiran laki-laki itu tidak terlepas dari gadis yang baru saja ia temui itu." ah sepertinya menantang. aku harus mendapatkannya." ujar Dion Seraya memajukan kendaraannya lebih cepat.

***

Sementara itu di lain tempat, Jovita tak henti-hentinya memaki." is Kenapa sih, hidupku sial banget. udah ke sekolah telat, ketemu sama orang aneh lagi, hii" Jovita seketika bergidik ngeri.

Tak lama berselang, gadis cantik dan tomboy itu, telah sampai di depan sebuah rumah yang terbilang minimalis.

" baru datang?" tanya seorang gadis Seraya berjalan menghampiri Jovita.

"hmm,"

Gadis itu, seketika menautkan alis karena melihat reaksi dari sahabatnya itu yang sangatlah datar.

" ada masalah lagi sama Brian?" tanya gadis cantik itu Seraya menghampiri Jovita.

Sementara Jovita yang mendengar itu, menggelengkan kepala." bukan, gue nggak punya masalah sama Brian." ucapnya Terdengar sangat lesu.

" Lalu, kenapa?" tanya Gadis itu Seraya menatap Jovita dengan tatapan serius.

Mendapat beberapa pertanyaan dari sahabatnya itu, membuat Jovita menghela nafas panjang terlebih dahulu. sebelum akhirnya, menceritakan semuanya pada sahabatnya itu.

" orangnya gimana, ganteng gak?" gadis yang bernama Sandrina itu, spontan bertanya seperti itu. membuat Jovita, seketika melayang ketetapan tajam ke arah gadis cantik itu.

" sialan lu," ucapnya mendengus kesal. Bukannya merasa prihatin dengan apa yang baru saja ia alami, malah bertanya Yang tidak-tidak. dasar Sahabat nggak ada akhlak. Pikirnya.

Sementara Sandrina sendiri, hanya terkekeh pelan. Kemudian, Tanpa rasa malu, Gadis itu menaiki motor Jovita.

" Ayo berangkat! Ngapain sih masih ada di sana? mau minta sarapan ya?" tanya Sandrina setengah meledek gadis tomboy itu.

" sialan lu!" ucapnya Soraya mencebikkan bibir. Kemudian, dengan segera melangkahkan kakinya untuk mendekati Sandrina yang sudah nangkring di atas motornya itu.

Bab 2

Sesampainya di area sekolah, Jovita dan Sandrina, sudah dihadang oleh dua sahabatnya yang lain. Yaitu, Ochi dan juga Cherry yang terlihat Tengah bersedekap dada.

" lama amat kalian berdua, Emang rumah kalian pindah ya?" tanya Ochi Seraya melirik ke arah Jovita dan juga Sandrina.

" nih, Kanjeng Ratu Kalian nih yang lama." ucap Sandrina Seraya menunjuk ke arah Jovita dengan dagunya.

Sementara, gadis yang tengah dibicarakan oleh ketiga temannya itu, memutar bola mata malas. Kemudian, dengan segera berjalan mendahului ketiga gadis itu. hingga membuat mereka semua, tampak menautkan alis karena merasa keheranan.

" Kamu Kenapa Jovita?" tanya Sandrina yang ikut Duduk di hadapan gadis itu.

Jovita yang ditanya, hanya menghela nafas panjang. Kemudian, mulai membuka buku pelajarannya Yang sebentar lagi, guru pelajaran itu akan masuk ke dalam kelas Jovita.

" Halo Jovita sayang, Reiner kangen banget sama Jovita." tiba-tiba saja, seorang laki-laki tampan datang menghampiri kerumunan gadis itu dengan gaya slengeannya.

Sementara gadis yang namanya Tengah dipanggil itu, menatap tajam ke arah laki-laki yang bersajak tiba itu. hingga membuatnya, seketika terkekeh pelan.

" Kamu kenapa sih? kok sepertinya lagi bad mood gitu?" tanya Reiner dengan duduk di samping gadis itu.

" jangan ganggu gue! Pergi sana!" ucapnya Seraya mendorong tubuh laki-laki itu. hingga tubuh kekar Reiner, terdorong ke belakang.

"ish galak banget sih. teman kalian ini kenapa?" tanya laki-laki itu Seraya menatap ke arah ketiga teman Jovita.

" jangan macam-macam. gadis itu sepertinya sedang kumat sifat aslinya." ucap Sandrina berbisik di telinga laki-laki itu.

Hingga membuat Reiner, menelan ludah sangat kasar. Karena, laki-laki Tampan itu tahu jika Jovita Tengah kumat seperti ini, maka, dirinyalah yang akan menjadi sasaran bulan-bulanan gadis itu.

Dengan perlahan, trainer melangkah mundur untuk keluar dari ruangan yang terlihat sangat mengerikan tuh. Namun, sepertinya Dewi Fortuna belum berpihak terhadapnya. Saat, laki-laki Tampan itu mendengar namanya dipanggil oleh gadis yang ia dambakan itu.

" tunggu, Lu mau ke mana Reiner sayang?" tanya Jovita dengan seringai di bibir mungilnya itu.

Tubuh Reiner tiba-tiba membeku saat suara Jovita sudah mulai lemah lembut. Karena, jika Gadis itu telah berkata dengan nada lembut, maka sesuatu yang buruk, akan segera terjadi kepadanya.

****

Sementara itu di tempat lain, lebih tepatnya di perusahaan milik Alexandro Group, terlihat Tengah dinasehati oleh kedua orang tuanya.

" kamu mau sampai kapan kerja terus Dion? Apakah kamu tidak pernah berpikiran untuk menikah?" tanya Olivia sang ibu.

" benar Dion, umur kamu itu sudah terlalu matang. segeralah berumah tangga. agar kami, juga sempat untuk menimang cucu." sahut Edgar sang papa.

Sementara Dion yang mendengar itu, seketika memutar otak. untuk mengingat kejadian saat dirinya bertemu dengan gadis tomboy itu.

" Kenapa kamu senyum-senyum seperti itu? Apakah ada yang lucu? atau kamu meledek kami berdua?" tanya Olivia melayangkan tatapan tajam ke arah putranya itu.

Dion segera menggelengkan kepala." bukan itu mah maksudku. Tapi, Sepertinya aku sudah jatuh cinta." ucapnya tanpa melunturkan senyuman dari wajah tanpanya itu.

Mendengar ucapan dari Putra mereka, membuat Olivia dan Edgar, seketika saling memandang satu sama lain.

" Siapa orang itu? dari keluarga mana? Ayo kita berangkat sekarang. kita lamar gadis itu." ujar Edgar penuh dengan semangat.

Maklum saja, Dion adalah anak mereka satu-satunya dan saat ini, sudah menginjak usia 29 tahun. usia yang menurut Olivia dan Edgar, adalah usia yang pas untuk menikah.

Dion yang mendengar dan melihat reaksi sang papa, seketika menggelengkan kepala. tentu saja hal itu membuat Edgar dan Olivia, menatap putranya itu, dengan tatapan bingung.

" kenapa? Apa kamu menyukai istri orang?" tanya Edgar menatap putranya dengan tatapan menyelidik.

Dion yang mendengar ucapan sang ayah, mendengus kesal." enak aja Papa bilang. dia masih single tahu," ucapnya sewot.

" tahu dari mana kamu kalau orang yang kamu temui itu masih single?" kini giliran Olivia yang bertanya.

" tahulah dia masih sekolah kok." ujar Dion santai.

Sementara Edgar dan juga Olivia yang mendengar itu, seketika membulatkan mata karena merasa tak percaya dengan ucapan putranya itu.

" kamu menyukai anak-anak, jangan bilang kalau kamu,---" belum sempat ibunya meneruskan ucapannya, Dion sudah terlebih dahulu mengatakan sesuatu.

" dia sudah berusia 17 tahun." ucap laki-laki itu Seraya menyerahkan sebuah kartu di atas meja. dan dengan segera, Olivia mengambil kartu itu.

"Jovita Adelia Putri?" tanya wanita paruh baya itu Seraya menatap ke arah plafon rumahnya. Sepertinya, wanita paruh baya itu Tengah mengingat sesuatu.

" Mama kenal?" tanya Dion Seraya menatap ke arah ibunya dengan tatapan kebingungan.

Olivia yang mendengar pertanyaan putranya itu, menatap dengan tatapan sedikit berbinar." Kalau benar dia anak temen Mama, Mama akan langsung merestui kalian." ucap Olivia Soraya tersenyum kecil.

Tentu saja itu membuat Dion yang mendengarnya, seketika terdiam. Sepertinya, laki-laki Tampan itu, tengah mencerna ucapan dari ibunya. tak lama berselang, matanya berbinar.

" segerakan saja Mah, sepertinya Anak kita sudah tidak sabar." ucap Edgar Seraya melirik ke arah putranya itu.

" tapi dia masih sekolah sepertinya." ucap Olive Seraya menghela nafas panjang.

" itu tidak akan menjadi masalah mah, Kalau benar dia adalah anak dari teman mama, kita bisa atur semuanya." ucap Edgar.

Dion yang mendengar itu, menetap kedua orang tuanya dengan wajah berbinar-binar." Oke kalau gitu, Dion Serahkan semuanya sama mama sama papa." ucapnya Seraya Beranjak Pergi dari sana.

Sementara Edgar dan juga Olivia yang melihat itu, seketika tersenyum tipis." akhirnya kita akan mendapatkan menantu dan cucu Pah." ujar Olivia Soraya mengusap air matanya karena merasa terharu.

" tapi tidak masalah kan, kalau Gadis itu masih sekolah?" tanya Edgar sedikit khawatir.

" tidak masalah. kalau dipermasalahkan juga, kita cari sekolahan lain dan menyuruh homeschooling saja. Lagi pula, sekolahan itu milik mereka sendiri kok." ucap Olivia menenangkan suaminya.

****

Sementara itu di tempat lain, lebih tepatnya di kantin, Jovita telah menikmati semangkuk bakso dengan tenang. Seperti, seorang yang tidak ada beban. Padahal, Gadis itu telah membuat teman laki-lakinya babak belur karena pelampiasan amarahnya.

" kasihan banget kamu Reiner." ucap Sandrina Iba. Sementara Jovita yang mendengar itu, segera menyerahkan semangkuk bakso dan sejumlah uang kepada laki-laki itu.

" ini buat kamu." ujarnya Seraya menyerahkan dua benda itu pada Reiner. yang membuat laki-laki itu, seketika tersenyum tipis.

" terima kasih." ujarnya Seraya mengambil bakso dan uang itu dari tangan Jovita.

" lain kali, aku janji tidak akan menyakitimu lagi." ucap Jovita penuh dengan penyesalan.

Bab 3

Waktu pulang sekolah, telah berbunyi beberapa saat yang lalu. Namun, Jovita dan ketiga temannya, sepertinya masih enggan untuk meninggalkan ruang kelas itu. Entahlah, mungkin mereka masih merindukan suasana kelas yang sangat tenang itu. hingga membuat Jovita dan teman-temannya, memilih untuk berlama-lama berada di dalam kelas itu.

" Jovita, kamu nggak mau pulang?" tanya Reiner Soraya melangkahkan kakinya menghampiri Jovita dan teman-temannya itu.

" kenapa?" tanya Jovita dengan tatapan menyelidik. Karena, gadis itu bukanlah gadis bodoh yang tidak tahu apa maksud dari laki-laki yang ada di hadapannya itu.

" Hehehe kamu tahu aja sih Beb, pinjami aku kartu identitas kamu dong, Aku mau ke perpus. Tapi, aku lupa bawa kartu identitasku." ucap Reiner tersenyum kecil.

" Huh dasar!" ucap Jovita Seraya memutar bola mata malas. dan dengan segera, langsung membuka tas miliknya untuk mencari keberadaan benda itu.

Seketika itu pula, wajah Jovita seketika berubah total. dari yang awalnya tenang, menjadi sangat panik saat mendapati dan menyadari, kartu identitasnya telah hilang entah ke mana.

" astaga! di mana kartu identitasku?!" tanya Gadis itu Seraya membongkar seluruh isi yang ada di dalam tasnya itu.

" lu cari apa?" tanya Sandrina serayah mendekati Jovita yang masih kebingungan untuk mencari kartu identitasnya itu.

" kartu identitas gue nggak ada." ucapnya masih dengan usaha mencari benda kecil itu.

" Memangnya, lu taruh di mana tadi?" tanya cherry yang juga ikut mencari keberadaan benda itu.

" tadi, waktu gue berangkat sekolah, gue taruh di tas ini. tapi sekarang, kok malah hilang?" tanya Jovita dengan raut wajah kebingungan.

" Ya udahlah Jovita, kalau nggak ada aku pamit." ucap Reiner Seraya melangkah menjauh dari keempat gadis cantik itu.

Reiner tidak ingin menjadi bulan-bulan gadis galak itu lagi. hanya karena, hilangnya benda berharga milik gadis itu.

Sementara Jovita dan teman-temannya, masih berusaha mencari keberadaan benda kecil itu. Namun, sayangnya usaha mereka sia-sia. Karena, sampai waktu menunjukkan pukul 02.30 sore, benda itu masih belum diketemukan.

Akhirnya, Jovita merasa lelah dan memutuskan untuk pulang ke rumah. Karena, Gadis itu beranggapan, jika kartu identitasnya, mungkin saja jatuh di depan rumahnya. dan jika benar itu terjadi, maka Jovita akan bernapas dengan lega.

" Sudahlah guys. lebih baik kita pulang saja. mungkin saja, kartu identitas gue jatuh di depan rumah." ucap Jovita beranjak dari duduknya. Kemudian, dengan segera melangkahkan kakinya menuju ke parkiran. di mana sepeda motornya saat ini berada.

" lo Yakin?" tanya Sandrina memastikan.

" aku yakin, udahlah kita berangkat aja." ujar Jovita melangkahkan kaki terlebih dahulu untuk keluar kelas.

di sepanjang koridor sekolahan, pikiran Jovita tak henti-hentinya memikirkan sesuatu hal." apa jangan-jangan, jatuh saat melabrak orang yang berada di lampu merah itu?" tanya Gadis itu pada dirinya sendiri.

****

Sementara itu di tempat lain, lebih tepatnya di sebuah kedai martabak, seorang laki-laki tampan Tengah sibuk membuat martabak manis untuk para pelanggannya. wajahnya yang tampan, sikapnya yang ramah dan murah senyum, membuat para kaum hawa itu, seketika merasa terhipnotis dengan kehadiran laki-laki itu.

Siapa lagi orangnya jika bukan Dion Alexander. Pemilik sekaligus penjual martabak manis di kedai yang diberi nama "martabak Alexandro" itu. Memang, nama itu terdengar aneh di telinga sebagian orang. Namun, itulah yang membuat martabaknya Laris Manis. karena namanya, beda dari yang lain.

" Halo Mas Dion, saya pesan martabak manis 3 kotak keju semua. sama 3 martabak telur yang spesial ya," ucap seorang wanita dengan nada yang sangat genit. hingga membuat Dion, seketika melangkah mundur. karena melihat, tingkah wanita yang ada di hadapannya itu sedikit agresif.

"iy-a mbak, Nanti saya buatkan." caption dengan sedikit rasa gugup yang menyergap hatinya.

Sementara dua orang laki-laki yang berada di belakang Dion, merasa sedikit geram terhadap wanita itu. jika tidak ditahan oleh si pemilik kedai martabak, mungkin mereka berdua akan langsung mengusir wanita yang ada di hadapan mereka itu. Karena, sudah Berlaku tidak sopan terhadap orang lain.

Setelah melalui perjuangan cukup lama, akhirnya pesanan dari wanita itu terselesaikan. dan dengan segera, Dion menyerahkan beberapa bungkusan berwarna putih itu kepada wanita yang ada di hadapannya.

" ini mbak, semua totalnya 200.000." ucap Dion Seraya mengulurkan tangan menyerahkan pesanan wanita itu.

" masnya nggak ingin minta nomor saya?" tanya wanita itu sedikit menggoda.

" Mbak, lebih baik Mbaknya minggir. itu banyak yang ngantri loh!" ucap salah satu karyawan Soraya menunjuk ke arah Beberapa pelanggan yang memang Tengah mengantri di belakang wanita itu.

Akhirnya, Wanita itu pergi dengan rasa dongkol yang menyelinap di dalam hatinya. hal itu tentu saja, membuat Dion dan kedua karyawannya itu, seketika bernafas dengan lega.

" akhirnya, pergi juga pengganggu itu." ucap Dion dengan nada yang sangat Lirih.

Tentunya, ucapan dari Dion membuat kedua karyawan yang ada di sampingnya itu, terkekeh pelan.

" makanya bos, Segera cari istri deh biar gak digangguin terus." celetuk laki-laki yang ada di sebelah kanan Dion.

Sementara Dion yang mendengar itu, hanya membalasnya dengan senyuman tipis. Kemudian, dengan segera mulai kembali menjalankan aktivitasnya untuk melayani para pembeli yang telah antri itu.

***

" nama yang cantik." gumam Dion, Seraya terus menetap wajah gadis yang ia temui tadi pagi. yang saat ini, berada di dalam kartu identitas gadis itu.

Dion, menemukan kartu identitas di depan mobilnya. dan saat melihat, laki-laki itu seperti mempunyai rencana untuk mendapatkan gadis yang diinginkan.

Karena, Dion baru pertama kali ini merasakan jatuh cinta yang sedahsyat ini. di usianya, yang menginjak usia hampir 30 tahun itu. Setelah sebelumnya, laki-laki itu merasa trauma jika berdekatan dengan seorang wanita. itu karena, kejadian buruk di masa lalu. hingga membuat laki-laki itu, menutup diri dari lawan jenisnya. dan sekarang, saat dirinya melihat gadis Barbar itu, perasaan yang dulu sempat hilang, seketika muncul kembali.

" aku akan mendapatkan kamu dan menjadikanmu sebagai Ratu." gumamnya dalam hati.

Tok tok tok

Tak berapa lama, terdengar pintunya diketuk dari luar. dan dengan segera, Dion bangkit dari tempat duduknya.

" Bos maaf mengganggu. tapi di luar,-" belum sempat karyawannya itu melanjutkan ucapannya, Dion telah melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan Rahasianya itu.

Degh

Laki-laki Tampan itu, seketika terpaku di tempatnya saat melihat pemandangan yang ada di hadapannya itu.

" Bos kenapa?" tanya karyawannya Seraya menepuk pundak laki-laki itu. hingga membuat Dion seketika tersadar. Kemudian, melangkahkan kaki untuk mendekati beberapa orang yang ada di depan sana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!