🌊 KISAH INI HANYALAH KHAYALAN BELAKA, AKAN ADA ADEGAN - ADEGAN YANG MEMBUAT EMOSI DAN MENAMBAH TENSI, JADI MOHON TINGKAT KESABARANNYA DI TAMBAH YA GENGS 🌊❤️🌹
💐 HAPPY READING 💐
Dua bulan setelah kejadian itu, kini Lyla juga sudah bisa berjalan karena bantuan alat dari Arvan yang dulu. Lyla mengatakan dia tidak akan menikah lagi dan akan fokus pada dirinya dan juga bayinya.
Ya, Satu bulan sejak kematian Derry, Lyla positif hamil dan sudah mengandung 10 minggu. Yang berati hanya 2 minggu saja dia kosong dan langsung menghasilkan janin.
“Sayang,” sapa Freya ketika dia mengunjungi anaknya yang bekerja di Rumah sakit milik keluarga Lesham di Italia.
“Eh, mamah sudah datang?” Tanya Lyla, menyapa mamahnya yang terlihat masuk ke dalam ruangannya.
Hari ini Lyla dan Mamahnya sedang ada janji untuk pemeriksaan kandunganya yang ke dua. Meskipun mereka sudah sangat kenal dengan Dokternya, Lyla mau Mamah dan Papahnya ikut dalam pemeriksan bayinya.
“Papah di mana Mah?” Tanya Lyla pada Mamahnya, sembari bersiap - siap untuk pergi ke rumah sakit.
“Papah katanya akan menyusul di sana, jadi kita berdua saja dulu berangkat Nak,” jawab Freya, memperlihatkan pesannya dengan suaminya.
Lyla menganggukan kepalanya pelan, lalu mempercepat gerakannya untuk mengemasi barang - barang miliknya, karena akan ada dokter lain yang menggunakan rungan sebagai shift sore.
**
“Oke, Lyla sudah siap Mah.” Ajaknya pada mamahnya yang terlihat memainkan ponselnya.
“Iya ayo, ini mamah sambil liat - liat baju bayi, lucu banget deh.” Sahut Freya, dengan memperlihatkan kembali ponselnya yang menunjukanan foto - foto baju bayi dari brand - brand terkenal.
“Ihhh, Mamah, Kan kita belum tahu bayi Lyla cowok atau Cewek Mah,” protes Lyla, sambil mereka berdua jalan ke parkiran, tempat Lyla mermarkirkan mobilnya.
“Hishhh, tidak apa - apa dong, Papah sama Mamah itu antusias banget loh sama kelahiran bayi kamu ini, bahkan Mamah dan Papah tadi sudah membicarakan konsep - konsep kamar yang bagus banget untuk Baby,” balas Freya lagi, yang sepertinya lebih menunjukan antusiasnya di banding Lyla sendiri.
Bahkan Lyla sampai tersenyum mendengar Mamahnya yang begitu sayang pada bayinya. Lyla selalu bersyukur, Papah dan Mamahnya menggantikan Figure Dery sebagai suami untuk menjaganya.
“Kalau Lyla sih pengen anak cowok Mah, biar bisa menggantikan Papah di Perusahaan, kasihankan Papah gak punya penurus, aku malah jadi Dokter,” tandasnya, memberitahu Mamahnya apa yang ada di dalam keinginannya.
“Loh, memangnya kenapa sayang kalau jadi Dokter? Itu berartikan kamu sama kaya Oma Stella sama - sama Dokter,” balas Freya, tapi tatapannya masih tetap fokus pada ponselnya.
“Mau perempuan atau laki - laki, tergantung mereka, kalau mereka mau mengurus perusahaan Papah, ya mereka urus, kalau tidak ya tidak apa - apa,”
“Papah dan Mamah tidak akan memaksa cucu Mamah untuk melakukkan hal yang tidak mereka sukai, jika mereka mau mereka bisa lakukkan, tugas kita adalah membimbing dia.” Freya memberikan nasehat kepada putrinya. Agar Lyla tidak selalu merasa bersalah jika dia melihat papahnya kelelahan dalam bekerja.
Lyla tersenyum dan memandang mamahnya, betapa beruntungnya dia masih memiliki support system yang bisa membantunya bangkit dari sakitnya masa lalu.
***
Sesampainya di Rumah sakit khusus ibu dan Anak, Aiden lebih dulu mendatangi mobil mereka dan bahkan membukakan pintu untuk putrinya. “Hallo Putri Papah.” Sapanya lalu mengecup kening Lyla sejenak.
“Hishhh, jadi Lyla saja yang di sayang? Aku tidak?” Tanya Freya, berpura - pura ngambek karena Aiden lebih menyayangi putrinya.
“Hahahah, Mamah cemburu tuh Pah.” Sahut Lyla, menunjuk ke arah mamahnya.
“Aduh - aduh istriku yang cantik, yang sebentar lagi akan menjadi Kakek dan Nenek, muaacchh.” Aiden juga mendaratkan sebuah kecupan di kening istrinya.
“Aduh, kalau cucu Papah perempuan lagi nih bahaya nih, Papah di bagi tiga dong.” Seru Aiden, yang membuat ke dua wanitanya tertawa mendengarnya.
“Hahahah doain saja anak Lyla laki - laki ya Pah, biar bisa nemenin Papah.” Sahut Lyla mengusap perutnya yang sudah mulai buncit.
Aiden mengusap lembut perut Lyla, “Hallo Cucu Papah, gimana kabarnya hari ini?” Tanya Aiden pada perut Lyla.
“Loh, kok Papah sih? Inikan anak Lyla Pah, bukan adik Lyla,” protesnya, tidak mau kalau Papahnya di panggil Papah juga sama anaknya.
“Tapi Papah masih muda Lyla, masa iya sudah di panggil Kakek?” Protesnya, yang mendapatkan tawa dari Freya.
“Sudahlah sayang, terima saja takdir kita menjadi Akung dan Uti.” Sahut Freya yang membuat wajah Aiden mendadak cemberut.
“Ya sudah - ya sudah, Anak Lyla manggil Mamah dan Papah, tetap Mamah Papah, tapi manggil Lyla harus Bunda. Bagaimana?” Tanya Lyla lagi pada Mamah dan Papahnya.
“Boleh dong sayang, mamah malah setuju banget.” Kali ini Freya yang lebih antusias, karena tidak jadi di panggil Nenek oleh Cucunya.
“Nah gitu dong.” Timpal Aiden, yang merasa dirinya tidak terlalu tua.
“Ya sudah, kalau begitu ayo kita masuk Mah, Pah.” Ajak Lyla, yang langsung menggandeng papah dan mamahnya untuk masuk.
Postur tubuh Lyla yang mungil, serta dirinya yang menggunakan rok dan baju T-shirt biasa, membuat perut Lyla sama sekali tidak terlihat.
Malah mungkin orang - orang yang melihat Lyla saat ini dia sedang mengantar Mamahnya pergi periksa dan mungkin saja Lyla adalah anak Tunggal yang akhirnya mendapatkan adik baru.
***
“Kalyla Nafezza.” Panggil seorang suster dan Lyla langsung masuk ke dalam di ikuti oleh Mamah dan Papahnya.
“Hallo, Lyla. Bagaimana kabarnya hari ini? Ada keluhan?” Tanya Dokter yang Bernama Elizabeth itu. Sudah menjadi dokter langganan keluarga Lyla semenjak kehamilan ini dan juga dia adalah Sahabat Lyla sedari waktu SMA. Hanya saja mereka terpisag karena Elizabeth mengambil Sekolah Kedokteraanya di Inggris, sedangkan Lyla di Roma. Namun mereka bertemu lagi di saat Lyla melakukkan pemeriksaan pertama kali dan betapa bahagianya Lyla di saat dia mengetahui dokter kandungannya adalah sahabatnya yang sudah 5 tahun ini tidak bertemu, pantas saja ketika komunikasi Elizabeth selalu menyarankan Lyla untuk ke rumah sakit Thamson ini. Ternyata Elizabethlah dokternya.
“Hallo Girl, hemm, keluhannya sih tidak ada dok, tidak semual dua minggu pertama, cuman kalau pagi itu sering banget pusing dok, kaya butuh waktu agar bisa kembali normal gitu dok.” Jelasnya pada Elizabet.
“Oke, kalau di liat di sini, kandungannya udah mau masuk minggu 12 ya,” ucap Elizabeth itu, melihat catatan pemeriksaan Lyla terakhir kali.
“12 minggu berarti udah 3 bulan ya?” Tanya Freya, merasa awam dengan kata - kata minggu.
“Heheh iya Bun, 3 bulan lewat 3 hari sih dari hitungannya.” Jawab Elizabet, menanggapi pertanyaan Freya.
“Kalau begitu, silahkan baring dulu ya bu.” Pinta Elizabeth pada Lyla.
“Suster tolong bantu ya.” Asistennya membantu Lyla untuk berbaring dan menurungkan rok milik Lyla.
“Kita mulai pemeriksaannya ya.” Ucap Elizabet lalu meminta izin agar dia boleh menuangkan Gel di perut Lyla.
Sejenak Lyla menghirup nafasnya panjang, lalu menghelanya dengan panjang di saat Elizabeth mulai memutar - mutar alat Usg itu di perutnya.
*To Be Continue. **
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ***🙏🏻🙏🏻* dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
*Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰 jangan Sinder.*
*Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya**😎*
Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal **😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya****😘😘
**Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ***😭😭😭*
*Terima kasih**🙏🏻🙏🏻*
🌊 KISAH INI HANYALAH KHAYALAN BELAKA, AKAN ADA ADEGAN - ADEGAN YANG MEMBUAT EMOSI DAN MENAMBAH TENSI, JADI MOHON TINGKAT KESABARANNYA DI TAMBAH YA GENGS 🌊❤️🌹
💐 HAPPY READING 💐
“Wahhh ini babynya sudah memiliki wajah yang lenhkap ya, udah ada mata, hidung, dan mulut. Tulang dan ototpun juga sudah terbentuk. Kuku-kuku pada jari pun sudah mulai tumbuh.” Ujar Elizabeth, memperlihatkan layar yang 4D itu pada Freya, Aiden dan Lyla.
“Ya ampun, kira - kira, jenis kelaminnya sudah terlihat belum Liz?” Tanya Freya, yang sejak tadi sudah begitu antusias mengetahui jenis kelamin cucu pertamanya.”
“Untuk alat kelamin sudah mulai terbentuk, namun belum berkembang secara sempurna Bun, sehingga belum terlihat jelas jenis kelaminnya.”’ Jawab Elizabet dengan sopan, sehingga memanggil Freya dengan sebutan Bunda, karena sudah menganggap Freya sebagai ibunya.
“Eh, tapi tunggu, kok saya merasa ada yang aneh ya?” Guman Elizabeth dengan kembali memperhatikan layar di depannya.
“Waaahhhhhhhh, Selamat ya Lyla, kamu sepertinya akan melahirkan dua bayi sekaligus nih.” Tunjuk Elizabeth pada layar komputer, memperlihatkan ada 2 kantong yang berisikan janin di dalam perut Lyla.
“Ha? Kembar Liz? Kamu serius?” Tanya Freya lagi.
“Iya Bunda, kembar.”
“Bayi Lyla kembar Bun,” Elizabeth memperbaiki kalimatnya.
“Aaaahhhhhh Yeyyyyyy, sayang itu berarti dia ikut keturunanku, Aku kembar, dan sekarang cucuku kembar.”
“Iya, kita akan mendapat dua cucu.” Sorak - sorak Aiden dan Freya. Terdengar mereka berdualah yang paling ribut di dalam ruangan itu.
Sedangkan Lyla, terlihat meneteskan air matanya, dia begitu terharu dengan kado indah yang Tuhan berikan.
Tuhan mengambil Dery dari hidupnya, Namun Tuhan kembali mengirimkan dua malaikat yang akan menemainya sampai tua nanti.
Tidak bisa di bendung lagi, bagaimana rasa bahagia di dalam hati Lyla. Bahkan Elizabeth saja juga ikut meneteskan air matanya, karena ikut terharu dengan perjuangan Lyla.
“Selamat ya Lyla, semangat.” Ucapnya, memberikan semangat pada sahabatnya itu.
Dari Elizabethlah Lyla belajar bagaimana bisa bertahan sampai saat ini. Elizabeth juga memiliki nasib yang sama dengannya, di tinggal suami untuk selama - lamanya.
Malah bahkan Elizabeth adalah seorang yatim piatu dan dia tidak mempunyai siapa - siapa untuk tempatnya mengadu. Hanya putrinya yang menjadi sandaran untuknya. Saat ini putrinya juga sudah berusia 2 tahun.
“Kamu harus ingat Lyla, di Usia kehamilan 3 bulan ini merupakan fase di mana janin mulai melakukan pergerakan - pergerakan kecil di dalam perut ibunya. Tapi, walauapun sudah dapat bergerak, kebanyakan ibunya mungkin belum begitu merasakannya karena tubuh janin yang masih sangat lemah dan gerakannya yang juga belum sempurna.” Elizabeth kembali memberikan nasehat kepada Lyla, agar sahabatnya itu mrnjaga janinnya dengan sebaik mungkin.
“Terima kasih ya Liz, kamu memang teman terbaikku.” Sahut Lyla, merasa bersyukur karena di pertemukan lagi dengan Elizabeth.
“Untuk kehamilan ini, aku sarankan kamu memperbanyak Makanan yang Kaya Vitamin B6, karena Vitamin B6 bisa membantu melawan mual dan muntah, contohnya makanan yang kaya akan B5 itu, daging tanpa lemak, daging unggas, telur, buah jeruk, kacang-kacangan, kedelai, dan alpukat.”
“Terus Makanan Kaya Folat, Makanan yang Mengandung Omega-3, sayur - sayuran, buah - buahan, ya You knowlah ya makanan sehat pokoknya.” Jelasnya lagi, di ucap dengan senyumannya.
“Dan oh ya, ini paling penting nih, dan ini wajib banget loh ya, apa lagi kamu suka banget makan Sushi, itu gak boleh ya kalau mentah ingat tu! Daging mentah, apapun Makanan laut yang mentah dan daging sapi atau unggas langka atau kurang matang harus dihindari Ya, selama kehamilan karena risiko kontaminasi dengan bakteri coliform, toksoplasmosis, dan salmonella.” Sambungnya lagi, dan itulah yang membuat Lyla merasa sangat bete sekali.
“Padahal that is my favorite food.” Balasnya dengan memayunkan mulutnya.
Elizabeth, Aiden dan Freya tertawa mendengarnya, “sudah tidak apa - apa, bertahan 6 bulan saja sayang, sampai para Baby lahir.” Freya menenangkan putrinya, agar tidak sedih karena demi kebaikan anak - anaknya.
“Ya terpaksa sih.” Sahut Lyla, sembari mengusap perutnya yang sudah mulai menonjol.
“Oh ya, malam ini ke rumah ya Liz, bawa putrimu, aku kangen sama Joanna.” Pinta Lyla, agar sahabatnya itu main ke rumahnya malam ini.
“Iya Liz, ke rumah aja, Bunda juga masak banyak malam ini, tadi pagi Bunda ke pasar dan berencana akan BBQ malam ini.” Ajak Freya lagi.
“Baikalah, nanti aku ajak Joanna ya,” sahut Elizabeth yang menerima tawaran Lyla dan Ibunya.
“Baiklah, ini aku tuliskan resepnya, dan ingat bulan depan periksa lagi, mana tahu jenis kelaminnya ponakan aku udah kelihatan.” Tandasnya, memberikan resep obat pada Lyla.
“Siap Bos, sampai bertemu nanti malam ya.” Pamit Lyla, yang baru beranjak dari tempat tidur.
“Hati - hati Bumil, ya ampun udah gemoy banget sih.” Lirihnya menggoda Lyla.
“Hahahahah, ya gimana bayinya aja 2 pasti gemoy lah.” Balas Lyla penuh dengan tawa.
Melihat putrinya yang masih mau tertawa setelah kehilangan orang yang dia cintai, Aiden sangat bersyukur semenjak hadirnya Elizabeth dalam hidup putrinya, Lyla lebih sering menghabisi waktu bersama dengan sahabatnya itu dan banyak memperlihatkan tawa dan kebahagiaanya.
***
Di sisi lain, Sama dengan Lyla, Historia dan Griffin terlihat baru pulang dari Rumah sakit ibu dan anak yang ada di Paris.
Namun, berbeda dengan reaksi Lyla dan keluarganya yang bahagi.
Griffin yang awalnya merasa bahagia karena di usia kandungan istrinya yang sudah 5 bulan setengah ini, anaknya terlihat sangat sehat, dan bahkan jenis kelaminnya sudah di ketahui adalah perempuan.
Begitupun dengan Briell dan Albert, yang sejak dulu ingin memiliki anak perempuan, karena tidak kesampaian kini mereka merasa senang karena calon cucu mereka adalah perempuan.
Tetapi beda dengan Historia, istrinya itu lebih sering merasa sedih dan bahkan menangis dengan tiba - tiba. “Kamu tadi sudah bilang Fin sama dokternya? Kalau Histo perutnya sering sakit?” Tanya Briell, mengelus perut menantunya yang sudah membesar.
“Sudah Mah, aku juga udah bilang kalau Histo sering kram di kaki dan lain, di gunung kembarnya, tapi kata dokter juga itu adalah hal yang normal yang terjadi di trisemester ke dua.” Jawab Griffin, memberitahu mamahnya tentang hasil pemeriksaan istrinya.
“Tapi Mah, tadi dokter juga bilanh kalau tekanan darah Histo sangatlah tinggi mah, dan curiga bahwa Histo sedang stress.” Seru Griffin lagi, memberitahu Mamahnya tentang hasil pemeriksaan tadi.
“Dokter bilang ini sangat bahaya, karena kalau benar Historia merasa Strees itu akan sangat berbahaya untuk ibu dan juga bayinya, Mengingat bahaya stres saat hamil bisa memengaruhi ibu dan janin, dan katanya kita sebagai keluarga baiknya segera mencari solusi untuk menghilangkan stres yang di miliki Histo Mah.” Jelasnya lagi sedetail mungkin, agar Mamahnya membantu untuk mencarikan solusinya.
“Stress? Memangnya seberapa besar dampaknya?” Tanya Albert pada Istrinya yang merupakan mantan seorang dokter.
“Kemungkinan ibunya meninggal, atau Bayi yang lahir lebih berisiko terkena depresi, obesitas, massa otot minim, penyakit jantung, dan osteoporosis,”
“Bayi juga bisa lahir prematur dan berisiko mengalami gangguan pencernaan dan pernapasan, Bayi juga berisiko lahir dengan berat badan rendah dan memiliki daya tahan tubuh lemah, Bayi rentan mengalami gangguan perkembangan saraf dan mengidap autisme, skizofrenia, sampai attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).” Jelas Briell, pada suami, anak dan menantunya.
Lali Briell menatap ke arah Historia yang diam saja sejak tadi. “Histo kenapa? Histo mau apa? Kalau ada apa - apa, kasih tau Mamah atau Griffin deh, jangan di pendam sendiri sayang, kasihan janinnya.” Briell mengusap puncak kepala Historia yang terlihat hanya senyum saja menanggapinya.
“Histo tidak apa - apa kok Mah, Pah, maaf ya sudah membuat kalian khawatir.” Sahutnya, dengan menggengam tangan Briell dan Griffin yang ada di sampingnya.
*To Be Continue. **
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ***🙏🏻🙏🏻* dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
*Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰 jangan Sinder.*
*Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya**😎*
Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal **😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya****😘😘
**Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ***😭😭😭*
*Terima kasih**🙏🏻🙏🏻*
🌊 KISAH INI HANYALAH KHAYALAN BELAKA, AKAN ADA ADEGAN - ADEGAN YANG MEMBUAT EMOSI DAN MENAMBAH TENSI, JADI MOHON TINGKAT KESABARANNYA DI TAMBAH YA GENGS 🌊❤️🌹
💐 HAPPY READING 💐
“Sayang, kalau kamu tidak apa - apa, kenapa bisa tekanan kamu naik seperti itu?” Tanya Briell lagi.
“Tidak apa - apa Mah, Histo pasti cerita sama Mamah, Papah atau Griffin kok, kalau ada yang salah sama Histo, janji deh,” jawab Historia lagi, lebih memilih untuk menyembunyikan apa yang dia rasakan.
Briell menghela nafasnya, dan tidak akan lagi memaksa Histo untuk mengatakan apapun jika dia tidak mau. Mungkin saja dia memang menyimpan bebannya, tapi dia tidak mau mengatakannya.
“Oh ya, Papah kamu akan ke sini sore ini, jadi kita akan makan malam bersama mereka.” Seru Albert memberitahu Historia bahwa Papahnya akan datang berkunjung ke sini besok untuk melihat keadaan Historia dan juga calon cucunya.
“Flago?” Tanya Briell pada suaminya.
“Iya sayang Flago, dan Aurora, sepertinya dia ibu tirimu ya?” Jawab Albert, lalu bertanya kembali pada Historia.
“Iya, dia adalah ibu tiriku.” Jawab Histo singkat, namun mulai masuk ke dalam otak Griffin.
Selama dia menikah dengan Historia, dia belum pernah bertanya tentang kehidupan keluarga istrinya itu. Mungkin stress istrinya ini juga berhubungan dengan keluarga itu.
“Kalau begitu, Griffin ajak Historia istirahat dulu di dalam, Mamah akan ke supermarket untuk mencari bahan - bahan untuk nanti malam.” Pintanya agar putranya itu membawa istrinya istirahat dulu sebelum makan malam bersama nanti malam.
“Baik Mah.” Sahut Griffin, lalu mengajak Historia untuk naik ke lantai 3, di mana kamar mereka berada.
****
Sesampainya di kamar, Griffin membantu Historia berkemas, dia bahkan membantu istrinya mandi untuk membersihkan tubuhnya.
“Mau mengoles kream perut ya?” Tanya Griffin, ketika melihat istrinya hanya mengenakan celana pendek dan kaca mata sprots saja.
Historia menganggukan kepalanya pelan, dan membiarkan suaminya itu yang mengoleskannya. “Histo, kamu tidak bahagia ya? Menikah denganku?” Tanya Griffin tiba - tiba, ketika istrinya itu sedang memperhatikan dirinya yang mengelus - ngelus perut buncit Histo.
“Kenapa kamu berpikir demikian? Apakah aku pernah mengatakannya?” Tanya Historia balik, dan itu membuat Griffin menoleh ke arahnya.
“Tiga bulan ini kamu lebih banyak diam, jarang menanggapi aku, Mamah dan Papah. Bahkan dua kali kita melakukkan pemeriksaan hasilnya selalu sama, tekanan darah kamu tinggi.” Jawab Griffin, memberitahu istrinya tentang perubahan sikap Histo yang berbeda saat di awal dan sekarang.
Historia memperbaiki tidurnya, dan meminta agar Griffin juga tidur di sampingnya. “Dulu dan sampai sekarang, Papahku membenci diriku,” ungkap Historia, yang akhirnya memilih untuk jujur pada suaminya.
“Benci? Tapi kenapa?” Tanya Griffin, semakin penasaraan dengan kehidupan istrinya.
“Kata Papah, Mamah meninggal di saat melahirkan aku, Mamah terlalu takut untuk melahirkan, di tambah mamah punya penyakit jantung, dan di saat mamah mau melahirkanku, ternyata Jantung Mamah berhenti dan tidak bisa di selamatkan.” Jawabnya dengan sejujur mungkin.
Dia mendapatkan cerita itu dari Tantenya, adik Mamahnya yang merawatnya sedari bayi, karena Papahnya sama sekali tidak mau melihat dirinya. Sedangkan Kakaknya? Mendapatkan kasih sayang yang penuh.
“Apakah itu sebabnya, kamu merasa bahagia, ketika aku menikahimu dan mengeluarkanmu dari rumah itu?” Tanya Griffin lagi dan Historia menganggukan kepalanya pelan.
Kini Griffin paham, apa yang sebenanrya di rasakan oleh istrinya. Selama ini dia tidak pernah mau tahu tentang keadaan dan perasaan Historia. Selama ini dia pikir Historia adalah gadis yang manja dan hanya bergantung pada orang tuanya, tapi ternyata dia salah, kehidupan Historia malah lebih buruk darinya.
Ketika Griffin mau mengulurkan tanganya untuk mengusap wajah istrinya. Historia lebih dulu mengambil tangan Griffin dan meletakan tangan Griffin di dadanya bagian kiri di mana tempat jantungnya berdetak.
“Tidak ada yang tahu, jika di sini sakit.” Adunya pada Griffin, yang membuat pria itu bangkit dari posisinya.
“Maksud kamu apa Historia?” Tanyanya pada istrinya.
Lalu Historia tersenyum, dan kembali meminta suaminya untuk berbaring di sampingnya. “Aku mempunyai penyakit kelainan jantung bawaan seperti Mamahku Fin,” jawabnya lagi dengan jujur. kali ini Historia ingin membaginya dengan Griffin suaminya, dia tidak ingin pikirannya membuat anaknya tersakiti di dalan sana.
“Apakah Papah kamu tahu?” Tanya Griffin, lalu Histo menjawab dengan gelengan kepalanya.
“Tidak, dulu Ada Tanteku yang tahu, tapi semenjak tanteku meninggal, rasanya hanya kamu yang tahu Fin, dan aku baru memberitahumu saat ini.” Jawab Historia pada suaminya.
Membuat Griffin sebenarnya merasa dongkol karena Historia menutupi hal sebesar ini darinya. “Kenapa kamu menyembunyikan hal ini?” Tanya Griffin lagi, dan kali ini terdengar seperti tuntutan padanya.
“Aku tidak mau merepotkan siapapun lagi di dalam hidup ini, cukup Mamahku yang meninggal karenaku, cukup aku merepotkan keluargaku dan tidak mau merepotkan hal yang lainnya.” Jawabnya jujur, tanpa terasa air matanyapun mulai menetes.
“Lalu tindakan apa yang sudah kamu lakukkan selama ini? Apakah kamu sudah menjalani operasi?” Tanya Griffin lagi, jika bisa, dia ingin melakukkan hal yang berguna untuk istrinya.
“Aku pernah menjalani 2 tindakan, pertama memasukan alat di mulut yang di sebut Endoskopi, tujuannya untuk melihat bagian jantung mana yang bocor.”
“Dan yang ke dua, tindakan memasukan Kateter dari bawah, aku belum operasi karena aku belum memiliki uangnya.” Jawab Historia jujur, dan membuat Griffin langsung memuluk tubuh istrinya itu dengan erat.
“Bagaimana kalau kita melakukkan operasinya sekarang? Kita akan menemui dokter Jantung yang terbaik agar kamu bisa sembuh. Oke? Kamu maukan?” Tanya Griffin lagi, yang tepatnya bukan pertanyaan, melainkan penegasan karena dia tidak akan memberikan opsi lain untuknya.
“Tapi Fin, sebenarnya.” Kalimat Historia terhenti, dia takut mengungkapkan hal ini pada suaminya.
“Sebenanrnya apa? Masih ada yang kamy sembunyikan dari aku?” Tanya Griffin, terdengar seperti memaksa.
“Katakan semuanya sama aku Histo, katakan! Aku tidak mau sampai ada lagi yang kamu sembunyikan di belakangku!” Tegasnya lagi, dan
Kali ini Historia termenung, dan menundukkan kepalanya, bahkan dia menangis sebelum mengatakan apa pun pada suaminya. “Aku takut Fin, aku takut melahirkan bayi kita, aku - aku, aku merasa belum siap, aku takut sakit, aku takut aku harus meninggalkan bayiku di dunia ini sendiri, aku takut anakku akan mengalami nasib yang sama dengan aku, aku takut kamu membencinya, semua. Hiskk.” Serunya, merasakan ketakutan itu akhir - akhir ini mulai menghantuinya.
Griffin dengan sigap memeluk tubuh Historia seerat mungkin, Seandainya Historia mengatakan ketakutaanya ini sejak awal, maka Griffin pasti akan menggugugurkan janin ini lebih dulu, dan bersepakat untuk Childfree dengan Histo, tapi kandungannya sekarang sudah jalan 6 bulan, sudah terlalu lambat untuk membunuhnya. Griffin saat ini menjadi sangat dilema sekali.
Griffin memilih untuk menenangkan istrinya lebih dulu saja, dan akan mengobrol dengan Mamahnya nanti.
*To Be Continue. **
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ***🙏🏻🙏🏻* dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
*Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰 jangan Sinder.*
*Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya**😎*
Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal **😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya****😘😘
**Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ***😭😭😭*
*Terima kasih**🙏🏻🙏🏻*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!