NovelToon NovelToon

Angkasa

Bagian 1

"Jangan cemberut nan manyun. Daripada mie ayamnya tak tersentuh, sini biar gue yang makan," Angkasa meraih mangkok Bintang yang masih utuh entah sedang moodly Bintang  terlihat enggan memakan jajanan kantin yang membuat siapa saja ngiler dan nagih.

"Sakittt banget sih," gumam Bintang menghentakkan kedua kakinya kesal walaupun suaranya cempreng seisi kantin dilantai dua itu sudah memakluminya setiap satu bulan sekali.

"Gak beli kiranti?" tanya Angkasa yang sudah faham.

Bintang tambah manyun. "Kalau kebanyakan itu mah gak sehat ini kan nyerinya bisa di hilangkan dengan herbal sendiri."

Angkasa menghela nafas lelah, kedatangan tamu bagi kaum hawa memang seperti ini? Kalau bisa biar sakitnya Bintang di pindahkan ke dirinya. "Emang di kantin ada asem sama garam?"

"Kan ada warung didekat sekolah. Beliin ya terus racikin dalam bentuk minuman. Gue gak bakal rewel lagi deh,"

"Tapi habisin ini dulu ya,kan nanti ada ekstrakulikuler seni musik buat seminggu lagi." Angkasa malah bersantai mengunyah mie ayam milik Bintang hingga habis. Yang punya pun hanga menggeram kesal, ditunda-tunda itu sakit! Andai Bintang bisa menyulap rasa sakitnya menjadi hilang sesuai harapannya.

🌸🌸🌸

"Udah mendingan gak?" tanya Angkasa setelah ia kembali dan membawakan asem garam yang sudah ia racik untuk penghilang alamiah nyeri datang tamu.

Wajah Bintang mulai kalem lagi. Ah, syukurlah herbal alami yang di rekomendasikan Bintang memang manjur. "Udah, makasih Angkasayang." Bintang berkedip manja Angkasa berdiri dan menuju kelas mengabaikan Bintang yang menggerutu di belakangnya.

"Kedipan gue gak mempan, padahal

seantero sekolah ini cowok-cowok pada antri sembako hati buat nunggu kepastian yang di nanti."

"Jangan cepet-cepet dong." Bintang menyamakan langkah Angkasa yang tergesa-gesa. 'Kalau pelan mana bisa? Gue belum belajar kimia lagi bisa gak ulangan kimia selasa aja?' batin Angkasa kesal.

Angkasa masuk ke kelas 11 Ipa 2 sedangkan Bintang 11 Ipa 3 padahal Bintang berharap bisa sekelas dengan Angkasa. Lumayan Angkasa mengajarinya pelajaran Matematika, Fisika, dan Kimia atau nyalin tugas dari Angkasa yang sudah di kerjakan agar mendapat nilai bagus tanpa berpikir keras.

"Eh kedetakan dengan Binatang yakin gak bikin Belang cemburu?" tanya Virgo setelah Angkasa duduk manis dan mulai membaca materi Kimia yang akan diujikan.

"Bintang bukan Binatang, Bela bukan Belang. Pikiran lo animal semua." ralat Angkasa tetap dengan wajah datarnya tapi membuat Virgo ngagak geli. Diajak bercanda malah flatface apalagi serius dua kali lipatnya pasti.

"Gak, lagian Bela udah tau kalau kita sahabatan. Wajar kan kalau ada kedekatan? Gak mungkin juha jauhan?"

Virgo mengangguk, benar juga. Tapi setiap Bintang melekat layaknya perangko dengan Angkasa membuat Bela cemburu, walaupun lewat tatapan sendu tapi cewek itu tetap tersenyum memaklumi meskipun dirinya kadang menjadi obat nyamuk diantara keduanya. Bintang yang cerewet dan moodly mampu membuat suasana ramai untuk Angkasa.

🌸🌸🌸

"Ayo pulang," suara berat nan dingin itu membuat Bintang dan Bela  menoleh, mendapati Angkasa yang berdiri disebelah Bintang. Entah siapa yang diajak membuat Bela mengangguk antusias. Tapi Angkasa hanya mengatakan Bintang pulang bersamanya.

Bela yang merasa di kesampingkan pun hanya mengangguk memaklumi. 'Wajar mereka memang sahabatan dari kecil. Tapi, Angkasa kenapa gak mengajak aku pulang bareng akhir-akhir ini, notice! Pacarnya!' teriak Bela dalam hati.

Bintang yang melihat tatapan sendu Bela yang sendu merasa bersalah, seharusnya Angkasa juga perhatian dengan Bela. Jangan hanya durinya yang di prioritaskan. "Maaf ya Bel, mungkin besok Angkasa bisa anterin kamu pulang kok," ucap Bintang berusaha menghibur.

"Aku duluan, udah dijemput nih," Bela pergi dengan langkah kecewa, dalam hati ia berharap Angkasa mencegahnya dan berubah pikiran. Atau setidaknya menyuruh Bintang pulang dengan Virgo, ah mana mungkin cowok bergengsi tinggi itu mau mengantarkan siapapun kalau keadaannya tidak mendesak?  Tapi Bela yakin kalau suatu saat Angkasa juga akan perhatian dengannya. Mengajak dinner, jalan-jalan, dan nonton bioskop seperti halnya dua remaja yang jatuh cinta di masa SMA-nya. Tapi terhalang Bintang juga prioritasnya Angkasa.

🌸🌸🌸

Bintang melambai dengan Bela  ketika motor Angkasa melewati sahabatnya. Bela membalas dengan senyuman tipis, andai dia di posisi itu. "Hati-hati ya Bin,"

"Dikira pak Bin apa?" Bintang terkekeh, ah guru dengan pemberian tugas praktek itu. Ia menoleh ke belakang sebelum motor Angkasa melaju cepat.

"Ya gak apa-apalah, pak Bin lagian juga masih muda dan ganteng, usianya 22 tahun," ucap Bela sendiri walaupun Bintang sudah menjauh.

"Cantik-cantik kok ngomong sendiri? Ketawa juga, masih waras kan?" tanya Virgo dengan nada mengejeknya.

"Lo bilang gue gila? Mau dikasih mainan buaya lagi?!" ancam Bela walaupun tak membawa yang bisa menggigit jari siapapun. Virgo hanya menggunakan lambang peace.

"Maaf, kalau itu gak. Makasih, makin cantik kok tiap detiknya. Jangan lupa gosok gigi ya," peringat Virgo kemudian cowok itu melaju takut berurusan dengan mainan ganas itu.

"Dikira makan coklat  gulali? Kalau penyebab sakit gigi ngapain juga dimakan," Bela masih menggerutu hingga sang sopir datang melihat nyonya kecilnya itu berbicara sendiri.

"Non gak apa-apa?" tanya pak Mus ketika Bela  sudah masuk ke dalam mobil. "Jalan aja pak," jawabnya datar.

🌸🌸🌸

Bagian 2

Suara deru motor yang berhenti membuat Bintang menggeram kesal. Di sibaknya gorden polkadotnya dan mendapati Angkasa melambai dengan senyum tipisnya.

"Ganggu aja, berangkat setengah tujuh kan bisa. Lagi enak-enaknya mimpi dapet pangeran yang turun dari kayangan." dumel Bintang kesal. Melangkah malas dan mengambil handuknya.

Setelah 5 menit lulur Bintang sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. Ketika membuka pintu ia dikejutkan dengan Angkasa yang berwajah datar, hampir saja ciuman. Kapan-kapan Bintang akan menambah tinggi badannya lagi agar Angkasa tak bisa mengejutkannya walaupun hampir menyuri first kiss-nya.

"Main muncul bae lo." Angkasa menyingkir di ikutinya langkah Bintang ke meja makan. Cewek berisi angin itu mulai sarapan dengan roti dan selai strowberi kesukaannya.

"Kenapa gak jemput Bela? Jangan nempelin gue terus dong sa, dia kan pacar lo." ucap Bintang di sela-sela makannya. Angkasa hanya menggeleng, Bela sudah selalu diantar jemput dengan supir pribadinya.

"Gak, lagian Bela kan diantar jemput sama sopirnya. Kalau bareng lo kan lebih enak, rame karena ngomel terus. Dulu pas ngelahirin lo itu ibu ngidam apa sih?" tanya Angkasa penasaran, kalau dua hari saja Bintang tak masuk karena demam ia jadi sepi, tak ada lagi omelan atau cubitan gemas Bintang bila dirinya tak peka-peka dengan moodnya.

Bintang berpikir dan...

"Oh cuman makan nasi lauk lele dan sambal terasi. Kenapa?"

"Pantesan mulutnya kayak mercon." goda Angkasa. Bintang mengacak rambut Angkasa yabg sudah tertata rapi, jambul berdiri karena gel rambut kini berantakan. "Hahaha, kadar kegantengan lo berkurang 95 persen."

"Gantengnya dikit dong?" Angkasa tak marah, ia merapikan kembali rambutnya dengan modal kaca di manik mata coklat milik Bintang.

"Ayo, lima belas menit lagi gerbang ditutup. Gak mau kan hafalin pasal yang ditebak oleh bu Ghina?" terkadang Angkasa kesal sendiri jika Bintang mengulur waktu seperti membenarkan liptint yang kurang ala ombre-ombre itu, maskara biar lentik, tambah bedak biar putih dan manis, rambut ditata ala-ala model cantik. Dan berakhir dengan pasal yang ditebak bu Ghina, mana hafal pasal-pasal? Yah berujung menyapu halaman sekolah yang luasnya subhanallah.

🌸🌸🌸

Ketika Bela memasuki gerbang ia melihat Angkasa yang kini melepaskan helm Bintang.

"Kenapa yah kamu gak pernah peka sama perasaan aku sa? Walaupun aku dintar jemput, setidaknya kan aku bisa bilangin mama kalau ada penggantinya yaitu kamu, pacar aku." Bela melangkah pelan dengan pandangan menunduk tak ingin melihat kemesraan Angkasa dengan Bintang.

"Bela, ke kelas bareng yuk." Bintang langsung merangkul pundak Bela akrab. Sedangkan Angkasa berjalan sendiri tak mempedulikan dirinya, apalagi menyapa.

Bela tersenyum ramah. "Ayo,"

🌸🌸🌸

"Yah nyawa gue habis." keluh Virgo ketika ia kalah memainkan game candy crush soda saga pada super hard level.

Angkasa panik dan menatap Virgo bingung. "Katanya nyawanya habis? Kok masih hidup?" lebih tepatnya ucapan nyinyir itu menambah kekesalan Virgo, aduh Angkasa! Kalau bicara itu di filter dulu jangan main gas!

"Yang nyawanya habis itu game ini, ya kali gue. Masih mau hidup ya dan pingin ngerasain yang namanya nikah."

"Bu Elok masuk tuh ponsel sembunyiin. Kalau pemeriksaan tas lagi? Habis deh nyawa lo." peringat Angkasa dan Virgo menyembunyikan ponselnya di kaos kaki, iya kalau bu Elok tak mengetahui, tapi kalau benda itu mengecap ya tinggal dapat hadiah poin dan panghilan orang tua sebagai peringatan pertama.

Suasana kelas hening, tak ada yang berani berisik apalagi berbisik yang jelas tatapan bu Elok itu tajam. Pemeriksaan tas setiap dua kali seminggu dan tanpa pemberitahuan itu memvuat pelajaran tersendiri bagi kalangan murid, terutama siswi yang membawa parfum, sisir, bedak, lipstik dan kosmetik lainnya akan disita dan dikembalikan lagi setelah lulus dari sekolah ini. Sama halnya dengan ponsel, bukan disita tapi juga diperiksa isinya takut ada video hal-hal negatif, atau menjerumus ke arah transaksi narkoba.

"Letakkan tas kalian diatas bangku!" perintah bu Elok, seisi kelas hanya berdoa dalam hati bahwa barang-barang yang di sembunyikan di kaos kaki, atau terpaksa di injak yang lebih tidak enak ya di sembunyikan didalam baju. Jijik? Gak, memilih tempat sembunyi itu rumit.

🌸🌸🌸

Virgi menghela nafas lega, ia menghabiskan dua botol air mineral dingin untuk menetralkan degup jantungnya. Pemeriksaan tas tadi benar-bebar memacu adrenalin.

"Minum terus lo? Beser tau rasa." ejek Angkasa.

"Buat menghilangkan kegugupan ini, untung ya bu Elok gak melirik kaos kaki gue. Aduh ngapain juga sih ada pemeriksaan tas? Tanpa pemberitabuan lagi! Kan kalang kabut bingung cari tempat sembynyi." Virgo protes, sekolah elite dengan peraturan ketat memang membuat siapa saja mengeluh. Untung CCTV tidak ada, kalau iya yang jelas akan diketahui siapa yang membawa barang-barang yang dilarang.

Suara cempreng datang tak diundang pulang tak diantar itu mengusik gendang telinga Virgo.

"Bintang kecil di langit Angkasa.. Kerlap-kerlip indah selalu... Keman emm." Virgo membungkam mulut Bintang, tak terlalu menekan. Seisi kantin lantai dua ini pun tersenyum menatap Virgo yang menderita dengan suara  cempreng Bintang yang merusak gendang telinga.

"Diem lo, habis jedag-jedug malah ada bedug." ucap Virgo terusik, ia melepaskan tangannya. Bintang megap-megap, sok akting seakan kehabisan stok nafas.

"Sewot banget, gue kan nyanyi buat Angkasa. Liat dia, gak keberatan atau merasa kesal kok dengan suara gue." Bintang melirik Angkasa yang tampak tenang.

"Lo bandingin gue dengan Angkasa? Bisa-bisa gue tuli muda tang!" Virgo melahap kembali nasi goreng yang kini sudah dingin.

"Emang gue binatang apa? Pilih penggalan nama yang bagus dong." protes Bintang. Kan masih bisa memanggil Kejora atau Cahaya dan Indah.

"Males."

"Virgo nyebelin."

"Biarin"

"Diem!" Angkasa mulai jengah, telinga berdengung melihat pertengkaran kecil Bintang dan Virgo yang tak pernah akur.

🌸🌸🌸

Bagian 3

Bela senang karena hari ini Angkasa menjemputnya, berangkat ke sekolah bersama itu adalah hal langka terutama Angkasa yang baru kali ini meluangkan waktu dengannya.

Sedangkan Bintang yang masih memoles make up tipis pun terburu-buru, biasanya ada suara deru motor. Sekarang? Mana sih Angkasa! Naik angkot? Mana mungkin ini masih area komplek perumahannya, motor? Dipakai ibu untuk kerja ke butik, mobil? Mobil mainan yang ada.

"Angkasa, lo dimana sih? Biasanya sudah ngongol didepan pintu kamar gue." Bintang membuka pintu kamarnya, tak ada Angkasa. Bisa saja kan motornya itu cuman di gelindingkan tanpa bunyi?

'Ya udah deh jalan kaki dulu, kalau nemu angkot tapi ke sekolah telat? Haduh lewat jalur belakang.'batin Bintang menyusun rencana kalau nantinya telat, mau menghafal pasal-pasal yang diteba oleh bu Ghina?

🌸🌸🌸

Bruk!!

Bintang menghela nafas lega, akhirnya masih ada 5 menit sebelum bel masuk berbunyi. Bintang sudah tau kalau gerbang depan sudah ditutup dan ada guru BK yang berjaga. Jalur yang pernah Virgo tunjukkan padanya beberapa minggu yang lalu, sekesal-kesalnya dengan cowok itu nyatanya berguna pula ide-ide ini.

'Bentar, kayaknya gue mencium bau-bau PR nih? Sekarang pelajaran... Ha? PR Fisika yang soalnya satu sampai duapuluh itu?! Angkasaaa gue nyontekk dong' Bintang berlari dengan kakinya yang lincah dan dipercepat, menuju kelas Angkasa yang harus menaiki tangga menuju lantai tiga yang bisa menyita waktu bagaimana berlaku sistem kebut copas PR?

"Angkasa, gue..nyontek..PR Fisikanya..lo kan jam terkahir." ucap Bintang tersengal, dan masih diambang pintu karena kakinya merasa lelah menaiki tangga. Angkasa menoleh mendapati Bintang yang kini rambutnya acak-acakan dan seragam yang tak lagi rapi.

"Jangan nyontek, percuma kalau 30 detik lagi bel masuk." peringat Angkasa yang membuat Bintang terbelalak. Dengan cemasnya Bintang kembali ke kelasnya, masa bodoh dengan hukuman nantinya. Simpel saja tinggal drama, ke toilet dan bilang ke bu Zaskia kalau dirinya lagi dapet.

🌸🌸🌸

Masih dengan perasaan kesal Bintang akhirnya selesai dengan hukuman lari mengitari halaman sekolah 4 kali. Bintang duduk di tanah dan menyelonjorkan kakinya.

"Apes banget yah gue, aish gara-gara tadi malam baca novel aksi sampai ketiduran." Bintang mengusap bulir keringat di pelipisnya dengan punggung tangannya, tak lagi wangi, bedak luntur, bibir mulai pucat karena lupa sarapan.

Sensasi dingin dan sejuk menempel di pipi kanannya. Bintang menoleh dan mendapati Virgo yang menyodorkan air mineral padanya, tumben baik?

"Gak ada racunnya." ucap Virgo ketika Bintang menatapnya curiga.

"Makasih Vir." Bintang menerimanya, menghabiskan air itu dan membuang botolnya ke tempat sampah. Malas diomelin dengan Virgo kalau dirinya membuang sampah sembarangan.

"Gue kasihan deh sama lo, datangnya mepet, nagih cotekan sama Angkasa. Gak tau apa kalau Bela itu dijemput sama Angkasa?" tanya Virgo menatap Bintang seperti orang tukang, seragamnya basah dengan keringat dan kuncir kudanya yang akan lepas.

"Nyindir lo?" sewot Bintang. Tak masalah kalau Angkasa dengan Bela mereka kan memang pacaran, hanya dirinya saja yang teledor dan ketiduran sampai lupa akan adanya PR.

"Dikasih tau malah ngegas. Yaudah gue balik, males denger mulut lebah." Virgo pergi dan Bintang berteriak tak terima. "Virgong kayak gong nyemplung tong gak ada yang nolong." Bintang bernyanyi seperti penggalan lirik 'Burung kakak tua'.

'Kok lo betah ya sa sahabatan sama Binatang? Tapi sama sekali gak tertarik, dia itu luc..aish ngapain bilang lucu? Orangnya galak dan sengak omongannya.' batin Virgo tak lupa pula tersenyum tipis mendengar nyanyian fals dari Bintang. Geli gimana yah? Bintang sekarang fans-nya, Virgo bersyukur kalau kadar kegantenganya tak diragukan.

"Gagal lagi deh gue drama ke bu Zaskia. Matanya itu loh kayak detektif, cari alesan apapun tetap hukuman dijalankan." keadaan Bintang masih sama duduk seperti anak terlantar tapi untunglah masih jam pelajaran jadi tak ada yang namanya tontonan gratisan.

🌸🌸🌸

"Haduh ini apaan kok asin banget? Gue kira tampilannya itu kayak enak." Virgo mulai kesal karena bekal dari Bintang yang tadinya ingin diberikan pada Angkasa pun diambil alih oleh Virgo.

Suara lembut dan anggun itu menyapa Angkasa agar ke kantin bersama. "Ke kantin yuk sa," ajak Bela dan Angkasa menyanggupinya meninggalkan Virgo dan Bintang yang beradu debat tentang nasi goreng yang kelebihan garam itu.

"Ya tapi kan ada manfaatnya juga keasinan gitu, bisa nambah darah kan? Gak pernah denger ya kalau yang darah tinggi kebanyakan darah malah ngelunjak?" tanya Bintang sok polos padahal ia berusaha menahan tawa melihat Virgo yang menahan rasa asin itu, Bintang tambah bersyukur mengingat Virgo pernah berpegang teguh kalau makanan itu tidak boleh dibuang-buang. Masih beruntung kita makan sesuap nasi tanpa bersusah payah mencarinya, sedangkan diluar sana masih ada yang kelaparan dan membutuhkan.

"Makasih yah, kalau asin lagi mending kasih ke kucing piaraan lo tuh." kesal Virgo dan berjalan meninggalkan Bintang yang sendirian dikelas.

"Siapa ya yang beruntung dapat Virgo nantinya? Makanan asin aja dimakan, protes sih iya. Tapi masih menghargai ya gak kayak yang buang-buang makanan. Andai itu gue, mana mungkin tiap hari masih berselisih."

🌸🌸🌸

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!