NovelToon NovelToon

Antariksa S1 & S2

1. MOS

Hari ini Rinai senang bisa bersekolah di SMA PERMATA, ia seperti peran utama di novel. Katanya SMA ini memiliki ikatan erat dengan GARUDA.

Rinai sudah memakai nama pengenal di kardus sesuai ukuran yang di anjurkan. "Jangan masuk MIPA deh, pusing gue sama kimia fisika."

Rinai menghabiskan roti gandumnya, ia pamit pada Aurel, mamanya. "Rinai berangkat dulu ma,"

"Iya, yang pinter sekolahnya." Aurel memberikan uang berwarna biru kepada Rinai.

Rinai diantar supir pribadinya.

Selama perjalanan Rinai ber-halu ria bagaimana ya jika masa SMA-nya di isi dengan cinta, cogan, dan teman barunya.

"Non Rinai, sudah sampai. Buruan gerbangnya mau di tutup," suruh pak Suryo.

Rinai tersadar, benar. Ia keluar dari mobil dengan langkah terburu-buru hingga ia menabrak dada seseorang yang hm keras. Rinai tak berani menatapnya, mungkin orang ini akan marah.

"Jalan matanya di gunain apa?" datar tapi menusuk, Rinai memberanikan diri melihatnya.

'Pangeran nyasar darimana nih? Masa sekolah disini?' Rinai terkagum-kagum.

Antariksa berdehem. "Gak usah liatin gue, sana gabung sama yang lain."

'Kalau seragam beda, pakai jas OSIS ya? Yang di novel emang gitu sih. Siapa ya namanya? Pingin bawa pulang,'

Rinai bergabung di barisan cemara sesuai saat pendaftaran sebelumnya. Di barisan belakang Rinai bisa menghalau sinar matahari, bukan takut bedak luntur tapi barisan terdepan sama saja akan terlihat OSIS dan pangeran tadi jelas ada disana.

"Kalian masuk sesuai nama grup yang sudah diberikan. Nanti pengumuman kelas sebenarnya ada di mading," ujar kepala sekolah.

"Silahkan ke kelas masing-masing nanti kalian akan diberi tugas oleh kakak OSIS,"

Rinai mampus sendiri, pasti cowok galak itu ikut. Semoga di kelas lain.

☁☁☁

Yang pertama kali Rinai masuki adalah sejuk, kelas ini terdapat kipas angin. Tapi siangnya pasti panas lagi. Rinai duduk didepan, ukuran tubuhnya mungil. Nanti tidak keliatan penjelasan dari OSIS.

Tiga OSIS memasuki kelas, Rinai cemas semoga bukan dia.

"Selamat pagi," sapa Rafi ceria, dia yang paling humble dan ramah.

"Pagi juga kak," jawab mereka kompak.

"Nah, siapkan selembar kertas ya. Minta tanda tangan OSIS yang kalian temui pakai jas kayak kakak ya, sertakan namanya juga. Disini sudah jelas?"

"Iya," mereka bersorak senang, waktunya modus ke OSIS, cari yang bening. Sekolah baru, pacar baru, mantan baru, teman baru.

Di sebelah kiri Rafi, Antariksa hanya diam. "Eh jangan galak-galak, ntar adik kelas takut sama lo," Rafi menyikut lengan Antariksa.

"Biarin, baguslah kalau takut."

"Tugas itu dimulai dari sekarang," Agung mengalihkan agar Rafi tak memulai debat.

Semuanya berhambur keluar, ada yang masih di kelas meminta tanda tangan ketiga OSIS ini.

Rafi yang paling dulu. "Sudah, waktunya 25 menit ya. OSIS disini berpencar, semangat,"

Para cewek-cewek dibuat senang, namanya Rafi Guntur, tampan, dan murah senyum, mudah memikat hati semua orang.

Mereka beralih ke Agung. "Nanti kalau ketemu sama saya sapa aja ya, disini gak ada batasan senior junior."

Lalu Antariksa, cowok irit bicara dan sensi. Menandatangani dengan cepat, hanya tertulis nama Antariksa saja tanpa nama lengkap.

"Ih yang ini galak ya, diem aja serem kalau deket-deket, takut dimakan gue."

"Iya, gak ramah banget. Dari awal masuk emang gini kok,"

Dua cewek itu berbisik saat keluar dari kelas, di depan Antariksa? Sayang dengan nyawa.

☁☁☁

Rinai berjalan sendirian, sudah ada dua tanda tangan. "Duh bentar lagi habis waktunya," Rinai melirik jam tangannya, tinggal 10 menit. Dua ini pun susah, bagaimana lengkapnya?

Sebuah tangan meraih kertasnya paksa, kasar sekali. Rinai mendapati pangeran galak lagi. "Pelan-pelan dong, sobek nanti," ucap Rinai tak terima.

Antariksa menyodorkan kertas itu.

Rinai membaca nama lengkapnya. 'Antariksa Zander Alzelvin? Susah banget, tapi bagus sih,'

Rinai tak ingin membuang waktu, ia kembali mencari OSIS yang lain.

Antariksa menatap kepergian cewek itu. "Unik," dua kuncir yang melekat dengan pita merah semakin menambah kesan manis tapi cupu.

Rinai mendapati OSIS yang tadi di kelasnya. Ia menyodorkan kertasnya. Di kantin, tapi mereka tak makan hanya duduk dan menunggu kedatangan siswa baru

Brian menahannya. Rinai bingung.

"Gak semudah itu Ferguso," Rinai kira apa, OSIS ini ingin memberikan tantangan, entah apa tapi wajahnya main-main.

"Nyanyi cicak di dinding,"

Rinai suaranya pas-pasan. Pasti bisa. "Cicak cicak di dinding, diam-diam merayap. Datang seekor nyamuk, hap. Lalu ditangkap,"

Rafi menggelengkan kepalanya. "Maksutnya apa sih yan, yang lain gak lo suruh nyanyi."

"Suaranya bagus, gimana kalau ikut band kita?" tawar Brian, fenomena langka yang pernah ada. Band The Rocket hanya anggota laki-laki, dan semua dibawah pimpinan Antariksa.

"Nanti aku pikirin kak. Kan suara aku pas-pasan," Rinai tersenyum kikuk.

"Gak masalah, nanti saya yang akan melatih kamu." Brin meraih kertas itu, membubuhkan tanda tangannya. Lalu Rafi dan Agung.

"Apa masih banyak ya?" gumam Rinai, tapi Brian dengar.

"Gak kok, selesai. Silahkan liat mading ya, sudah di tempel dimana kelas sebenarnya."

Rafi terheran-heran, Brian itu garang, mudah tersinggung, sama seperti Antariksa. "Lo tertarik sama dia?" Rafi menggodanya.

"Kalau iya kenapa?"

Agung bertepuk tangan. "Brian udah gede,"

"Kalian berdua sama Antariksa juga jomblo kan?"

Benar juga ya.

☁☁☁

2. Kelas baru

"Boleh aja sih Ips, tapi kok 5. Kan kelasnya pasti nakal, dicap yang jelek sama guru. Aduh mending 1 deh." Rinai melihat kertas mading dengan berjinjit, susah sekali karena siswa baru berebut saling dorong. Rinai mencari kelas tersebut, hanya tulisan besar dengan kertas ukuran buku gambar A4 X Ips 5.

Rinai menaiki tangga dulu. Sudah didepan kelas barunya barulah Rinai masuk dan duduk didepan dekat dengan pintu kelas. "Disini aja deh, lebih kena anginnya."

Mulai berdatangan siswa baru memasuki kelas ini, dan seorang OSIS lebih tepatnya cowok galak itu. Sehari wajah itu absen saja sehari.

Antariksa meletakkan kertas absen memastikan bahwa yang di kelas ini sudah terisi lengkap sesuai yang di mading. Ia meletakkan dari dekat pintu dulu. "Gak masalah gak urut, yang terpenting nama kalian ada," jelasnya.

Antariksa duduk di meja guru, menunggu selesai absen.

Rinai teetegun, ia mencari-cari namanya namun tak ada. "Loh, nama gue mana?" gumamnya.

Di sebelahnya seorang cewek mengernyit heran. "Kenapa? Ada yang salah ya?"

Terdengar kasak-kusuk, Antariksa menghampirinya. "Ada apa ini? Kenapa absennya masih disini? Lama sekali kalian," tegasnya.

Antariksa meraih kertas itu. "Kenapa?"

"Namanya gak ada kak," jawab cewek di sebelahnya kelewat jujur. Rinai, habislah di marahi.

Antariksa gregetan sendiri. Apa membaca tidak bisa?

"Nama siapa?"

"Rinai-"

"Jelas-jelas disini gak ada," Antariksa sudah membaca sampai 37.

"Tapi kan kelas ini Ips 5 kak," Rinai membela dirinya, apa Antariksa rabun? Atau absen itu yang kelupaan mengetik namanya?

"Dodol banget sih, kelas Ips 5 di sebelah." Antariksa menekan perkatannya, sabar sa.

Rinai menunduk. "Maaf, tadinya saya gak tau."

"Sekarang keluar, masuk ke kelas kamu,"

Dan seorang siswi menunggu diluar, katanya kelas ini penuh. Ia terheran-heran, padahal sudah jelas namanya tercantum di mading menunjuk ke kelas ini. Ia mendapati cewek yang menunduk. "Hei lo kenapa?"

Rinai menoleh, pasti ini yang akan masuk ke kelas ini. Gara-gara dirinya cewek ini jadi menunggu dan berdiri diluar kelasnya. "Buruan masuk, di absen loh." Rinai mencoba ceria.

"Wah telat dong," cewek itu masuk dengan terburu-buru.

Rinai menatap kelas barunya, tak ada tempelan kertas disana. Lalu yang tadi? Tapi disini sudah di isi teman-teman barunya serta seorang OSIS, dia Brian.

"Permisi, boleh saya masuk?"

Brian menoleh, menjeda penjelasan tentang lingkungan sekolah. "Oh kamu, masuk aja. Kok telat?" Brian ramah, seisi kelas sempat bertanya heran sudah kenal dengan OSIS ganteng ini? Hebat sekali.

Rinai berdiri, tak sopan jika langsung duduk. "Ke toilet benyar kak, kebelet tadi." di marahin singa kak, mau di makan.

Brian mengangguk. Ia sempat khawatir, hanya satu nama yang belum hadir. Rinai Pelangi. "Duduk aja, nih tanda tangan dulu," Brian menyerahkan kertas absen.

Rinai menandatangani, sedang beberapa cewek berbisik.

"Rinai kok kenal ya? Apa mereka udah deket?"

"Gak mungkin, masa cewek cupu gitu di lirik kak Brian?"

Rinai menyerahkan kembali ke Brian. Duduk di belakang dan pojok kiri, lebih baik yang tadi tapi di ingat sakit hati.

Rinai duduk dengan cewek yang rambutnya di kepang dua, yang cupu memang di jauhi. "Hai, boleh kenalan?" Rinai menyapa dulu.

"Adel,"

"Rinai,"

"Udah tau kok, tadi lo di omongin."

"Pasti yang buruk ya?"

"Pastilah, secara mulut cewek di kelas ini ngalahin pedesnya boncabe malah," Adel saja sampai di usir-usir, gak ada satu pun cewek yang mau duduk sebangku dengannya. Tapi Adel yakin, Rinai tak akan seperti yang lain.

"Haha, bisa aja. Emang kalau cewek udah nyinyir ya gitu, maklumin aja,"

Adel tak terima. "Gak bisa, kalau di diemin nanti ngelunjak dan malah parahnya lagi nginjek kita nanti,"

Brian tampak terganggu dengan suara itu, melihat ke belakang Rinai mengobrol tanpa mendengarmendengarkan penjelasannya. "Rinai, tolong temenmu itu suruh diem ya," ucapan Brian terlalu lembut di dengar, bahkan para hawa yang hadir pun heran.

"Enak banget gak di marahin, tadi yang rame aja di bentak. Sedeket apa sih Rinai sama Brian?"

"Pacar mungkin,"

"Bisa aja adeknya,"

"Wajahnya gak mirip,"

"Iya kak, diem dong. Nanti kan bisa ngomong pas istirahat,"

Adel saja tak percaya jika itu Brian. "Iya, kak Brian jinak ya sama lo,"

"Gak tau, emang gitu pas minta tanda tangan. Malah di suruh nyanyi lagi, terus masuk ke band-nya,"

"Selamat Rin, tau gak-"

"Ssst, nanti di marahin lagi."

Brian sampai tak fokus melihat tingkah lucu Rinai.

"Kak, maaf kertasnya ke balik," tegur salah satu dari mereka.

Brian membaliknya, jadi bawa tertawaan kan. "Ya, maaf. Tadi gak fokus," sungguh kehadiran Rinai di kelas ini membawa hawa sejuk, Brian berubah seratus persen yang galak menjadi jinak.

☁☁☁

3. Pdkt Brian

"Kantin yuk," ajak Adel. Rinai mengangguk, hanya Adel yang ramah dengannya.

"Eh, di sebelah bukannya Ips 5 ya? Kok disini?" tanya Rinai, ia lupa menanyakan hal itu.

"Oh, soalnya di sebelah kelas kita itu ruang musik. Jadi bakal rame deh, pasti mereka ikutan nyanyi."

"Tau banget ya?"

"Iya, malah sebelum masuk ke sekolah ini semuanya udah gue cari sendiri. Sampai cogannya juga,"

"Jangan harap bisa dapet yang begituan del, pasti mereka gak suka cewek cupu kayak kita."

Sampai di kantin Adel memilih duduk di pojok kanan kantin. "Disini aja,"

"Kan yang lain sama aja del, sukanya mojok sih." Rinai lebih memilih di tengah saja, karena cowok galak dan temannya itu duduk selisih satu meja dengannya.

"Mau pesen apa?"

"Sama aja,"

Adel pergi sebentar. Dan Brian melihat Rinai sendirian. Ia menghampiri adik kelasnya. "Hai," sapanya duduk di sebelah Rinai.

Rinai terkejut, kehadiran Brian menarik seisi kantin. Mereka menatap Rinai. "Kak Brian? Ngapain kesini?"

"Mau tau jawaban kamu yang ikut band, gimana?"

Rinai lupa, Adel belum sempat bercerita karena Brian memperingatinya. "Antara mau dan gak sih kak. Aku kan cewek sendirian di band,"

"Gak masalah, nanti kita bisa ngobrol bareng."

Disana, Antariksa menatapnya datar. 'Duh di liatin mak lampir lagi.'

Adel datang dengan dua mangkuk mie ayam. "Akhirnya sampai juga, tangan gue panas nih." keluhnya, si penjual tadi memberikan nampan.

"Maaf, tau aja belinya bareng."

Adel sempat takut dengan kehadiran Brian. Tapi cowok itu tersenyum.

"Boleh kan duduk disini?"

Antariksa berdiri menghampiri Brian, memanggil cowok itu untuk segera menghabiskan makanannya. "Mau gue buang?" sinisnya.

'Bawaannya marah, apa-apa melotot, bentak. Kalem dikit dong, biar ganteng,' batin Rinai menggosip.

"Apa?" wajah Brian berganti cuek.

"Yaudah, soto lo gue buang." Antariksa berlalu. Brian mengikutinya. "Jangan, belum makan."

Rafi dan Agung melihat interaksi mereka faham. Brian yang tertarik dengan Rinai, dan Antariksa bertindak menganggunya.

"Mereka lucu ya. Ya gue kira Antariksa itu gak normal sih, mana ada cewek yang dia lirik?" Rafi langsung terdiam saat Antariksa sudah duduk dan Brian menatapnya tak suka.

"Kalian berdua juga jomblo, gak usah ngaku-ngaku punya." kesal Brian. Aksinya di batalkan Antariksa, entah siasat apa yang di lakukan ketua OSIS itu.

Rafi dan Agung pura-pura tuli, meladeni Brian? Dimakan hidup-hidup.

☁☁☁

"Nah mumpung jamkos nih gue boleh dong pinjem hp lo Rin." Adel hanya punya ponsel jadul yang ada tombolnya. Sedangkan Rinai layar sentuh.

Rinai sedang membuka Instagram, mengecek followers barunya, private lebih aman. Rinai terpaku pada username @antariksa.zander mengikutinya.

Adel ikut melihatnya. "Kenapa sih? Kak Antariksa follow lo Rin? Wah, follow balik dong. Kesempatan emas Rin,"

Untung Adel tidak heboh.

Adel meraih ponsel Rinai. Mulai follow kembali Antariksa, dan mengirimkan dm.

Good poetry

Isi Instagram Antariksa puisi alam.

Tak lama Antariksa membalasnya.

Hah?

Puisinya bagus kak

Rinai meriah ponselnya. "Jangan dm cowok galak itu dong. Nanti marah-marah lagi gimana?"

"Masa SMA itu dibuat berwarna Rin, misalnya jatuh cinta, dm cogan, punya pacar."

Rinai menghapus percakapannya dengan Antariksa. Enak saja cowok itu baper, dimana-mana cewek menunggu bukan di tunggu.

Di kelas lain Antariksa tersenyum sampai Brian heran. "Gila lo?"

"Hush, gak boleh gitu mas Brian. Masa temennya sendiri di katain gila," nasehat Agung.

Namun senyum Antariksa redup saat pesan percakapannya menghilang, Rinai menghapusnya?

☁☁☁

Pernakah menemukan cowok yang lucu, di bikin gemes satu kelas? Andre namanya. Kali ini menggoda Siti dengan melagukan tiruan tiktok yang pernah hits.  Jamkos di Ips 5 semakin meriah dengan kehadiran Andre. "Siti munawaroh, Siti jahe, Siti bawang, Siti micin, Siti maimunah, Siti Magh maghfiroh,"

Dan Siti bukannya marah malah terhibur. "Duh gak nyesel gue masuk di kelas ini, lo lucu ya An."

Seisi kelas semakin riuh dan gema tawa bersahutan. Tiga tahun yang akan di lalui akan bermakna sekali.

Rinai pun menyesal pernah menuduh kelas ini pasti nakal, tapi sebelum kenal mungkin kelebihan teman barunya belum terlihat.

"Senang kan?" tanya Adel, wajah Rinai memerah.

"Banget, daripada salah kelas. Bersyukur deh Ips 5,"

Rinai ada ide. Jika jenuh ia akan menyanyikan lagu itu.

"Biasanya kalau MOS selesai pasti ada pensi," Adel baru ingat, pasti band The Rocket akan tampil.

'Semoga gue gak masuk pas pensi. Kak Brian maksa banget,'

"Seru ya?"

"Pasti, malah penontonnya ngalahin tribun sepak bola. Rame Rin,"

Rinai ingin hadir, tapi Brian pasti menanyakan hal itu lagi.

Dan aksi Andre tadi berhenti, ada guru piket. Pasti memberikan tugas titipan.

Guru tersebut memasuki kelas, menuliskan halaman tugas yang di berikan. "Kerjakan ya,"

Setelah berlalu kelas menjadi ricuh, Andre kembali membuka konser lagu Siti

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!