Luo Feng, Tuan Muda dari keluarga kaya-raya mengendarai mobilnya di jalur pegunungan di tengah cuaca huja badai.
Mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, Luo Feng dikejutkan dengan pohon yang tumbang tak jauh di depannya.
Membanting stir mobil ke arah kiri, dikarenakan kecepatan yang terlalu tinggi, Luo Feng kehilangan kendali mobil.
Brak...
Mobil Luo
Feng menabrak pembatas jalan, dan terjun bebas ke jurang dengan dasar jurang adalah aliran sungai yang sedang meluap.
Mengira dirinya sudah mati setelah mengalami kecelakaan, Luo Feng justru membuka mata di tempat asing dengan pemandangan bola cahaya tepat berada di hadapannya, dengan tubuh sedikitpun tak bisa di gerakan.
“Kematianmu adalah takdir yang aku ciptakan di kehidupanmu, tapi kematianmu bukanlah akhir dari segalanya. Aku memberimu kesempatan hidup sekali lagi di tempat baru, dan kamu aku berkati dengan setengah dari kekuatanku.”
Mendengar suara dari bola cahaya di hadapannya, Luo Feng hanya bisa mengerutkan kening kebingungan dengan apa yang dia dengar.
“Ingat, di Alam Semesta yang akan kamu tempati, Dewa hanyalah sebutan untuk manusia yang telah menapaki jalan setengah abadi. Akan tetapi, dengan memiliki setengah dari kekuatanku, kamu akan menjadi Dewa yang sesungguhnya, yang tak akan pernah mati sekalipun tubuhmu berubah menjadi abu.”
Bingung, Luo Feng
bingung dengan apa yang terjadi, tapi belum juga terjawab kebingungannya, dia merasa kesadarannya tertarik ke suatu tempat.
...----------------...
Kembali membuka matanya, gambaran kecelakaan mobil yang baru dialaminya masih tergambar jelas dalam ingatannya, Luo Feng merasa seharusnya saat ini dua sudah mati setelah kecelakaan itu terjadi padanya, tapi dia sendiri tak menyangka ada kesempatan hidup kedua untuknya.
Semula dia mengira jiwanya akan pergi ke alam baka, untuk mempertanggungjawabkan apa saja yang diperbuat selama hidupnya. Akan tetapi, saat dalam bentuk jiwa dia dipertemukan dengan sosok bola bercahaya, yang memberi kesempatan hidup kedua padanya.
“Bersiaplah untuk memulai kehidupan keduamu, dan pergunakan apa yang telah aku berikan padamu untuk menegakkan keadilan dan memberantas angkara murka.” Selesai bicara untuk terakhir kalinya, keberadaan bola cahaya mulai meredup sebelum menghilang tanpa jejak.
“Apa yang terjadi dengan tubuhku? Kenapa tiba-tiba aku bisa merasakan hawa hangat dan juga dingin di waktu bersamaan?” Baru juga kehilangan sosok bola cahaya terang di hadapannya, Luo Feng merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya, bersama dengan itu dia melihat keadaan di sekitarnya mulai memancarkan cahaya.
Seiring berjalannya waktu Luo Feng merasa cahaya sekitarnya semakin terang, dan anehnya dia kembali merasakan detak jantungnya, selain itu dia juga merasa napas halus keluar masuk lewat kedua lubang hidungnya.
Tubuh Luo Feng yang semula kaku dan tidak bisa digerakkan, perlahan tubuhnya bisa bergerak meski masih sangat kaku. Namun, apa yang dirasakannya saat ini, itu menunjukkan kalau dirinya masih hidup, dan apa ini yang dimaksud oleh bola cahaya tentang kehidupan kedua untuknya?
“Apa aku akan bangkit dari kematian dan mengejutkan semua orang?” Luo Feng pernah mendengar istilah mati suri, tapi dia sendiri tidak yakin kalau yang dialaminya adalah mati suri.
Jelas kecelakaan itu seharusnya berbuah kematian untuknya.
Mobilnya menabrak pembatas jalan dan terjun bebas ke dasar jurang, sedalam puluhan meter.
Sebelum pandangannya menjadi gelap sesaat setelah kecelakaan, dia melihat percikan api, dan kejadian dia tidak tahu seperti apa kejadian selanjutnya. Dia hanya tahu sesaat yang lalu membuka mata di tempat asing dengan bola cahaya tepat berada di hadapannya.
Ketika memikirkan apa dirinya benar-benar mengalami mati suri, tiba-tiba saja pemandangan di sekitarnya berubah. Tak lagi ada cahaya yang membuat silau, melainkan apa yang dia lihat adalah pepohonan dengan daun lebat, seolah dia sekarang berada di tengah-tengah hutan.
“Dimana ini? Apa ini dasar jurang tempat aku mengalami kecelakaan?”
“Akan tetapi, bukannya dasar jurang adalah sungai, kenapa tiba-tiba berubah menjadi hutan?”
Apa yang dilihat Luo Feng benar-benar hutan dengan pepohonan menjulang tinggi, yang dipenuhi dedaunan hijau. Tak ada aliran sungai di dekatnya, yang menunjukkan dia tidak terseret arus sungai sampai ke tengah-tengah hutan.
“Mungkinkah ini surga, atau justru neraka?” Mencubit tangannya, Luo Feng merasakan kesakitan. “Ini bukan keduanya dan rasa sakit menunjukkan kalau aku masih hidup.” Menggerakkan tubuhnya mencoba bangkit lalu duduk, melihat sekeliling dia merasa sangat asing dengan apa yang dilihatnya.
“Apa ini benar-benar kehidupan keduaku, dan aku menjalani kehidupan kedua bukan di Bumi melainkan di tempat asing yang sama sekali tidak aku kenal?” Luo Feng mulai yakin jika saat ini dia tidak lagi di Bumi, dan keyakinannya semakin bertambah saat dia menengadahkan kepala dan melihat bayangan dua bulan di langit.
Itu bukan fatamorgana, halusinasi, atau karena matanya salah mengenali jumlah bulan. Nyatanya di langit memang ada dua bayangan bulan, dan saat malam tiba semua akan terlihat semakin jelas dibandingkan siang hari seperti saat ini.
“Hidup di tempat asing tanpa petunjuk, bukannya sama saja bola cahaya itu menyuruhku mati untuk yang kedua kalinya?” Luo Feng bergumam dengan pandangan bergerak melihat sekelilingnya.
Bingung harus melakukan apa, Luo Feng bangkit berdiri. Baru juga berdiri, dia merasa tubuhnya jauh lebih ringan dari sebelumnya, dan saat melihat pakaiannya, dia melihat pakaian yang dia gunakan mirip pakaian para bangsawan di era Kerajaan masa lalu.
“Apa aku kembali ke era masa lalu? Akan tetapi, jelas tempat ini bukan Bumi.” Luo Feng dibuat bingung dengan keadaannya.
Daripada mati bingung di tengah hutan yang dia sendiri tak tahu ada apa saja di dalam hutan ini, Luo Feng bermaksud pergi ke suatu arah untuk mencari keberadaan Desa. Kalaupun tidak ada Desa, dia berharap bertemu seseorang yang dapat menjawab semua kebingungannya.
BOOMM...
Belum genap seratus langkah berjalan meninggalkan titik awal yang dia tinggalkan, Luo Feng mendengar suara ledakan keras bersamaan dengan bergetar nya tanah yang dia pijak. Suara ledakan berasal tak jauh dari arah depan. Bukannya takut, dia justru penasaran apa yang terjadi di tempat itu.
“Aku berharap dapat melihat keberadaan orang lain di tempat itu!” Luo Feng mulai melihat harapan keberadaan orang lain di salah hutan, dan dengan mempercepat langkah kakinya dia merasa bukannya berjalan cepat tapi justru terasa seperti sedang berlari, tapi bukannya berlari selayaknya manusia pada umumnya.
Larinya sangat cepat, bahkan dia merasa kakinya tak lagi menapak tanah karena efek kecepatan larinya. Lari dengan kecepatan selayaknya motor sport di lintasan lurus, Luo Feng semakin dekat dengan sumber suara ledakan, tapi sekarang dia menghadapi sebuah masalah yang mungkin akan terdengar lucu.
“Ini buruk, sangat-sangat buruk dan memalukan! Aku yang sudah tumbuh dewasa tidak tahu cara berhenti saat berlari!” Luo Feng bergumam, dan saat belum tahu cara berhenti dia dikejutkan dengan keberadaan sosok mirip harimau tapi memiliki ukuran sepuluh kali gajah dewasa.
Bukan hanya terkejut, tapi di waktu bersamaan dia juga mendapati kabar buruk. Sosok yang dia lihat tepat di jalur larinya, dan sampai detik ini dia belum tahu cara terbaik menghentikan kecepatan lari yang semakin cepat.
“Apanya yang kehidupan kedua? Jika sebelumnya mati setelah menabrak pembatas jalan dan terjun bebas kesasar jurang, sekarang aku pasti mati karena menabrak harimau raksasa!”
Saat sedang berlari, sebuah fakta tentang dirinya tak diketahui oleh Luo Feng. Tubuhnya saat ini telah terselimuti cahaya biru aneh, tak hanya itu, kilatan petir juga muncul di sekeliling tubuhnya, tapi tak sedikitpun dia menyadari semua itu.
Swuuussshh...
Tak sadar kecepatan larinya telah menyamai kecepatan suara, dan jarak antara dirinya dan sosok harimau raksasa semakin dekat. Melihat jarak yang semakin dekat, Luo Feng hanya bisa pasrah dan tanpa penyesalan dia akan menerima kematian kedua, dalam kurun waktu yang begitu dekat.
Di sisi lain, lima orang dengan pakaian serba putih yang sudah kotor akibat noda darah dan tanah, dengan mata kepala mereka sendiri, mereka melihat kilatan selayaknya cahaya dari kejauhan, dan kilatan itu bergerak semakin mendekat.
“Kilatan cahaya apa itu?”
“Itu terlalu cepat untuk dapat aku lihat!”
“Cahaya itu bergerak ke arah harimau api. Apa dia bala bantuan?”
“Aku tidak yakin apa cahaya itu bala bantuan, tapi semoga saja itu bukan sosok yang lebih menyeramkan dari sosok harimau api!”
Lima orang yang terdiri dari dua pria dan tiga wanita, mereka dalam keadaan jauh dari kata baik setelah berkali-kali menghindari terkaman harimau api. Tau bukan lawan sepadan sosok harimau api meski mereka menyatukan kekuatan, melihat cahaya yang begitu cepat bergerak lurus ke arah harimau api, mereka berharap cahaya itu adalah bala bantuan untuk mereka.
Sementara itu, Luo Feng yang pasrah jika harus mati, dia mengepalkan tinju lalu mengayunkan pukulan ke arah tubuh harimau api saat jaraknya dengan sosok itu sangat dekat.
“Setidaknya aku mati dengan kebanggaan setelah memukul seekor harimau raksasa.
BOOOMM...
Ledakan terjadi saat tinju Luo Feng mengenai sisi tubuh harimau api, merubah sosok tinggi besar harimau api menjadi menjadi potongan daging kecil yang berserakan ke segala arah.
BRAAAK...
Jika tinjunya berhasil membunuh harimau api, pohon besar yang roboh setelah dia tabrak menjadi rem untuk menghentikan kecepatan larinya.
Luo Feng mengejek dirinya sendiri setelah menabrak pohon. “Kalau sejak awal aku tahu dapat membunuhnya dengan sekali pukul, aku tidak akan pasrah menerima kematian, dan lagi kenapa juga aku lupa cara berhenti? Padahal dengan tidak bergerak, sudah pasti aku berhenti.”
Kepanikan membuat seseorang menjadi bodoh, dan itulah yang baru saja di alami Luo Feng.
...----------------...
Bersambung.
Bangkit berdiri setelah terjatuh dalam posisi memalukan yang tak ingin dia ulangi di masa yang akan datang, Luo Feng mengarahkan pandangan pada tubuh harimau raksasa yang tak lagi berbentuk.
Melihat harimau itu jelas mati, arah pandangan Luo Feng segera tertuju ke arah lain dan tak lama bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman, saat dia melihat keberadaan lima orang yang dari arah pandangan mereka, dia tahu apa yang sedang mereka lihat.
Sambil melihat keadaan tubuhnya yang baru saja berbenturan dengan pohon besar, Luo Feng perlahan menghampiri lima orang yang sepertinya belum menyadari keberadaannya. Lima orang itu masih fokus pada tubuh harimau api yang tak lagi berbentuk, dan karena tidak merasakan ancaman dari sosok Luo Feng mereka tak terlalu memperhatikan keberadaannya.
Segera Luo Feng memukul pelan punggung salah satu orang, tentu dia memilih berinteraksi dengan sesama pria. “Aku tidak tahu dan tidak peduli kenapa kalian diam mematung di tempat ini. Aku cuma ingin bertanya, dimana kita saat ini?”
Tentunya orang yang mendapat pukulan ringan dari Luo Feng terkejut, dan segera saja dia mengarahkan pandangan pada sosok yang jelas sedang berbicara sekaligus menanyakan sesuatu padanya.
Menoleh dan melihat penampilan Luo Feng, sempat dia mengira pria di hadapannya bagian dari Klan nya, tapi tak adanya lencana Klan di ikat pinggang pria itu, membuat dia dan keempat temannya segera bersikap waspada.
“Anak muda, apa yang kamu lakukan di hutan milik Klan Shui?” Bukannya menjawab pertanyaan Luo Feng, pria yang diberi pertanyaan justru bertanya balik pada Luo Feng.
Luo Feng dengan tenang memberi jawaban. “Aku tidak tahu sedang berada di mana, yang aku tahu, begitu membuka mata aku sudah berada di hutan ini, lalu tak lama aku mendengar suara ledakan dari arah tempat ini.”
Tak ada kebohongan dari jawaban yang diberikan Luo Feng, begitu juga dengan lima orang di hadapannya yang sama sekali tidak merasakan adanya kebohongan dari jawabannya. Namun, tetap saja mereka merasa aneh dengan keberadaan Luo Feng.
“Anak muda, apa kamu memiliki lencana identitas untuk menunjukkan siapa kamu sebenernya?” Pria yang sama bertanya pada Luo Feng.
“Lencana identitas? Kalau aku boleh tahu, benda seperti apa yang kamu maksud?” Luo Feng tidak tahu benda apa itu lencana identitas, kalau kartu Identitas jelas dia memilikinya, tapi itu sewaktu dia hidup di bumi.
Kerutan terlihat di kening pria yang terus berinteraksi dengan Luo Feng. “Ini adalah lencana identitas, dan semua orang wajib memilikinya untuk sebagai penunjuk identitas,” ucapnya sembari menunjukkan lencana gion berbentuk riak air yang menunjukkan identitasnya sebagai anggota Klan Shui.
Menatap lekat apa yang terlihat oleh kedua matanya, tangan kanan Luo Feng meraba sesuatu di ikat pinggangnya, lalu dia mengeluarkan sesuatu yang mengganjal dan membuatnya tidak nyaman. Melihat sesuatu di tangan kanannya, dia menunjukkan benda itu pada pria di hadapannya.
“Aku tidak memiliki lencana seperti yang kamu miliki, tapi aku memiliki ini, yang mana aku sendiri tidak tahu apa benda ini bisa menunjukkan identitasku pada kalian.” Giok segi enam berwarna putih, dengan corak petir berwarna biru ditunjukkan Luo Feng pada orang-orang di hadapannya.
Kelimanya tahu jika apa yang ditunjukkan Luo Feng pada mereka adalah sebuah lencana untuk menunjukkan identitasnya, tapi mereka belum yakin kalau Luo Feng bagian dari Klan pemilik lencana yang berada di tangannya.
Giok segi enam berwarna putih dengan corak petir berwarna biru adalah lencana yang biasa dimiliki Klan Luo, Klan kuno yang keberadaannya sudah lama menghilang, bahkan konon katanya Klan Luo telah musnah, tapi dari catatan kuno yang kebetulan di miliki oleh Klan Shui, dikatakan Klan Luo bukannya musnah, melainkan mengisolasi Klan dari dunia luar karena Klan Luo tidak ingin terlibat dalam perebutan posisi Klan terkuat yang saat itu sedang terjadi.
Klan Shui sendiri di masa lalu merupakan Klan kecil pengikut Klan Luo, dan sampai sekarang Patriark Klan maupun para Tetua, mereka masih sangat tunduk pada peraturan lama Klan Luo, meski mereka tak mengetahui keberadaan Klan Luo.
Bahkan sejak dulu lambang Klan Luo senantiasa bersanding dengan lambang Klan Shui, dan generasi muda Klan Shui senantiasa mendapat pelajaran tentang Klan Luo, terutama ciri-ciri anggota Klan Luo.
Mengingat ciri-ciri Klan Luo yang pernah dipelajarinya, pria yang terus berkomunikasi dengan Luo Feng, dia mencoba mencari ciri-ciri fisik anggota Klan Luo pada diri Luo Feng. Mata Biru, rambut hitam, tidak memiliki aura spiritual yang menunjukkan jika dia seorang kultivator. Tiga ciri itu dia temukan pada diri pria di hadapannya, dan dia mulai yakin jika Luo Feng adalah bagian dari Klan Luo.
Namun, untuk semakin membuatnya yakin, dia mengeluarkan bola kristal bening seukuran genggaman tangan pria dewasa. Dengan bola kristal di tangannya, dia ingin meyakinkan dirinya jika pria di hadapannya adalah bagian dari Klan Luo.
“Tuan Muda, apa aku boleh melakukan sedikit pembuktian untuk membuktikan apa lencana ini benar-benar milik Tuan Muda?” Pria yang belum memperkenalkan siapa dirinya, dia kembali membuka suara.
Karena sadari awal tidak merasakan bahaya dari mereka, mendengar pertanyaan pria di hadapannya, Luo Feng hanya menganggukkan kepala.
“Tuan Muda silahkan pegang kristal ini, dan biarkan kristal ini membuktikan semuanya.” Pria itu memberikan bola kristal bening pada Luo Feng.
Luo Feng menerimanya lalu bertanya, “Apa aku hanya perlu memegangnya seperti ini?” Luo Feng menunjukkan bola kristal di tangannya.
Belum juga ada yang menjawab pertanyaannya, bola kristal di tangan Luo Feng sudah memancarkan cahaya biru terang, sebuah warna cahaya yang sudah lama tak pernah keluar dari bola kristal.
“Shui Yin, segera pergi Patriark Klan, dan aku rasa tahu apa yang harus kamu laporkan!” Shui Cen, pria yang sejak tadi berbicara dengan Luo Feng, dia segera memberi perintah pada wanita di belakangnya.
Mendengar perintah dari ketua kelompoknya, tak membuang waktu Shui Yin segera kembali ke Klan Shui.
Pembicaraan Shui Cen dan kepergian Shui Yin tidak disadari Luo Feng yang terlalu fokus pada kristal bercahaya di tangannya.
Bola kristal yang semula memancarkan cahaya berwarna biru, tiba-tiba berubah menjadi memancarkan cahaya berwarna kuning, tak lama berubah lagi menjadi warna putih, dan secara berturut-turut berubah warna menjadi hijau, merah, coklat, ungu, dan terakhir warna hitam.
Tidak lama setelah memancarkan cahaya berwarna hitam, bola kristal kembali seperti semula. “Bola kristal apa ini sebenarnya? Kenapa setelah memancarkan cahaya warna-warni, bola kristal ini kembali seperti semula?”
Saat Luo Feng terus melihat bola kristal yang berada di tangannya, dia sama sekali tidak menyadari keadaan orang-orang di hadapannya yang ternganga, setelah melihat sesuatu yang seumur hidup baru kali ini mereka melihatnya.
Selama ini mereka hanya melihat bola kristal memancarkan paling banyak tiga warna berbeda, tapi barusan apa yang mereka lihat adalah bola kristal itu memancarkan lebih dari lima warna berbeda.
Setelah berhasil terlepas dari keterkejutan dan memenangkan dirinya, Shui Cen mengarahkan pandangan pada sosok di hadapannya, dan sekarang dia sangat yakin sosok di hadapannya adalah bagian dari Klan Luo. Lalu untuk giok segi enam berwarna putih dengan corak petir berwarna biru, Shui Cen ingat jika giok milik Luo Feng adalah sebuah lencana yang biasanya hanya dimiliki Tuan Muda Klan Luo.
Merasa tidak mengerti dengan kegunaan bola kristal di tangannya, Luo Feng memutuskan mengembalikan benda itu pada pemiliknya, dan barulah dia merasa ada yang aneh dengan orang-orang di hadapannya saat pandangannya tertuju pada mereka. “Kenapa kalian mirip orang yang baru terkejut? Apa ada sesuatu yang mengejutkan kalian?”
“Apa Tuan Muda tidak tahu kalau apa yang baru saja Tuan Muda lakukan telah membuat kami terkejut?” Shui Cen bertanya, dan berharap mendapatkan jawaban memuaskan dari Luo Feng.
“Apa yang baru aku lakukan sampai membuat kalian terkejut? Bukannya barusan aku hanya memegang bola kristal yang silih berganti memancarkan cahaya berbeda, sebelum kembali seperti pertama kali aku memegangnya!” ucap Luo Feng dengan bingun karena dia merasa tidak melakukan sesuatu yang dapat membuat orang lain terkejut.
‘Entah kenapa aku merasa ada yang salah dengan isi pikiran Tuan Muda ini! Dia terlihat seperti orang yang tidak mengetahui apa-apa.’ Shui Cen berbicara dalam hati.
“Apa Tuan Muda tidak tahu kalau bola kristal itu kegunaannya untuk melihat akar roh elemen yang berada dalam diri seseorang?” Jika Luo Feng menjawab tidak tahu, Shui Cen yakin benar-benar ada yang salah dengan pikiran Luo Feng.
Benar saja, Luo Feng menjawab tidak tahu, bahkan dia mengira bola kristal di tangannya hanyalah sebuah hiasan yang mampu memancarkan cahaya warna-warni.
Sedangkan Shui Cen, sejak mendengar jawaban terakhir Luo Feng, dia hanya bisa pasrah menjelaskan pengetahuan dasar yang sama sekali tidak dimengerti oleh Luo Feng, dan akhirnya dia tahu Luo Feng adalah nama pria yang sejak tadi berbicara dengannya.
...----------------...
Bersambung.
Shui Cen baru saja selesai menerangkan pengetahuan umum tentang Pulau Kecil Bai Dao pada Luo Feng saat Shui Yin kembali bersama pria tua. Baru juga datang, pandangan pria tua yang datang bersama Shui Yin segera saja terpaku pada sosok Luo Feng. Bagaikan besi bertemu magnet, pria tua tak sedikitpun mengalihkan pandangan dari Luo Feng sejak pertama kali melihatnya.
Bagaimana mungkin pria tua dapat mengalihkan pandangan ke arah lain, saat dia merasakan aura yang begitu akrab dari diri Luo Feng? Dibandingkan memandang arah lain, dia justru lebih memilih semakin mendekati Luo Feng.
Melihat lebih dekat wajah Luo Feng, dia menyadari wajah Luo Feng sangat mirip dengan orang yang dia kenal di masa lalu. “Wajahmu sangat mirip dengan teman lamaku. Apa kamu memiliki hubungan dengan Luo Jun?”
Mendengar suara asing, Luo Feng segera mengarahkan pandangan ke arah sumber suara.
Wajah pria tua yang sangat asing, tapi Luo Feng penasaran darimana pria tua bisa tahu tentang Luo Jun. “Kakek, dari mana kamu tahu nama Ayahku? Apa kalian memiliki hubungan di masa lalu?” Sebuah kebetulan nama ayah Luo Feng di Bumi adalah Luo Jun, dan dia mengira pria tua mengenali sosok ayahnya yang sudah mati lima belas tahun lalu.
Senyum cerah terbit di wajah pria tua begitu dia tahu anak muda di hadapannya adalah putra Luo Jun, teman lamanya. Namun dia belum belum tahu kalau Luo Jun yang dimaksud Luo Feng bukanlah teman lamanya, melainkan ayahnya yang lahir dan hidup di Bumi.
“Nak, karena kamu adalah putra sahabat lamaku, mulai sekarang panggil aku Paman Zen, dan sebaiknya sekarang kamu ikut denganku ke kediaman Klan Shui!” Pria tua Zen menawari Luo Feng untuk ikut dengannya, tapi keraguan terlihat jelas di wajah Luo Feng.
Akan tetapi, karena bingung harus pergi kemana dan masih sedikitnya informasi yang dia dapat dari Shui Cen tentang Pula Kecil Bai Dao, Luo Feng memutuskan ikut pria tua Zen, meski dia belum tahu identitas lengkap pria itu. Namun, dengan tidak adanya niatan buruk yang dimiliki pria tua Zen padanya, Luo Feng merasa tenang saat ikut dengan pria itu.
Pria tua Zen memimpin jalan kembali ke kediaman Klan Shui. Luo Feng sendiri berada tepat di sebelah pria tua Zen, sedangkan Shui Cen dan Shui Yin, mereka berada di bagian paling belakang, tepat di belakang tiga teman mereka. Keduanya sengaja berada di tempat paling belakang karena ingin memastikan keamanan di bagian belakang.
Bergerak cepat dari dahan satu pohon ke dahan pohon lainnya, semua orang termasuk pria tua Zen, mereka dibuat terkejut dengan pergerakan Luo Feng yang bukannya melompat, tapi jelas dia terlihat melayang. Sedangkan untuk melayang seperti yang dilakukan Luo Feng, seorang kultivator harus lebih dulu mencapai ranah Yin Dan Yang untuk bisa melakukannya.
Sedangkan di Pulau Kecil Bai Dao, hanya satu orang yang telah mencapai ranah Yin Dan Yang, dan itu bukanlah sosok pria tua Zen.
Pria tua Zen kekuatannya saat ini masih di ranah Heaven Spiritual tingkat 5, masih butuh lima tingkatan lagi jika dia ingin memiliki kekuatan ranah Yin Dan Yang. Meski masih berada di ranah Heaven Spiritual tingkat 5, pria tua Zang sudah menjadi bagian dari 10.000 kultivator terkuat yang ada di Pulau Kecil Bai Dao.
Penasaran dengan ranah kultivasi Luo Feng, sambil terus melanjutkan perjalanan, pria tua Zen bertanya pada Luo Feng, “Nak, kalau paman boleh tahu, sekarang kekuatanmu berada di ranah apa? Apa kamu telah melampaui ranah Yin Dan Yang?”
Apa itu kultivasi, apa itu kultivator, serta apa itu ranah kultivasi, Luo Feng telah mengetahui semua itu dari sedikit informasi yang diberikan Shui Cen. Jadi, saat pria tua Zen bertanya, dia tidak bingung saat harus menjawab, lalu dia menjawab, “Paman, jujur saja aku tidak tahu berada di ranah apa kekuatanku, tapi dari saudara Shui Cen, aku mendapatkan informasi darinya kalau di Klan Shui ada alat yang bisa menunjukkan ranah kekuatan seorang kultivator. Mungkin kita bisa menggunakan alat itu untuk mengetahui ranah kekuatanku.”
Pria tua Zen mengangguk sambil tersenyum dengan lembut pada Luo Feng lalu berkata, “Kebetulan alat yang dimaksud Shui Cen adalah milikku, jadi kita bisa melihatnya begitu sampai di kediaman Klan.”
Luo Feng tak lagi berbicara, dia hanya menganggukkan sekali kepalanya, lalu dia terus mengikuti pria tua Zen yang ingin membawanya ke kediaman Klan Shui.
...----------------...
Kediaman Patriak Klan Shui.
Kediaman paling megah yang berada di kawasan permukiman Klan Shui, tempat yang biasanya sepi karena jarangnya orang datang berkunjung, sore ini terlihat tujuh orang terlihat buru-buru memasuki halaman kediaman Patriak Klan Shui.
Diantara tujuh orang yang memasuki halaman kediaman Patriak Klan Shui, terlihat pria tua Zen, Luo Feng, Shui Cen, Shui Yin, serta tiga orang lain yang sebelumnya dipertemukan di kedalaman hutan.
“Nak, selamat datang di kediaman Paman, dan untuk kalian, silahkan kalian pergi membersihkan diri, lalu segera berkumpul di halaman belakang!” Pria tua Zen mempersilahkan Shui Cen, Shui Yin dan tiga orang lainnya pergi membersihkan diri, sementara dia membawa Luo Feng pergi berkeliling.
Luo Feng tak masalah pergi berkeliling kediaman bersama pria tua Zen. Sedangkan Shui Cen, Shui Yin, serta tiga orang lainnya yang merupakan murid pribadi pria tua Zen, mereka segera membersihkan diri dan merawat luka masing-masing, sebelum nantinya pergi berkumpul di halaman belakang kediaman pria tua Zen, yang sosok aslinya adalah Shui Zen, Patriak Klan Shui.
Berkeliling bersama pria tua Zen, Luo Feng tak kesulitan mengetahui seluk beluk kediaman yang membuatnya serasa nostalgia dengan bangunan era Kekaisaran di negara tempat tinggalnya, sebelum dia mati dan menjalani kehidupan keduanya di Pulau Kecil Bai Dao.
Akan tetapi, sampai detik ini dia belum tahu bagaimana pria tua Zen bisa mengenali ayahnya, padahal jelas mereka tinggal di dunia berbeda. Di sisi lain, pria tua Zen juga belum tahu kebenaran ayah Luo Feng, dan masih menganggapnya sebagai putra sahabatnya.
Beberapa waktu berkeliling, mereka akhirnya sampai di halaman belakang, dan ternyata Shui Cen, Shui Yin, serta tiga orang lainnya sudah menunggu kedatangan mereka.
Terdapat meja bundar di halaman belakang, dan kebetulan di sekeliling meja terdapat tujuh kursi yang siapa saja boleh mendudukinya.
Setelah pria tua Zen duduk, yang lain segera duduk di tempat masing-masing termasuk Luo Feng.
Setelah semua orang duduk, pria tua Zen segera mengeluarkan bola kristal berwarna biru bening dari cincin di jari tangannya. Melihat itu, kelima muridnya terlihat biasa-biasa saja, jauh berbeda dari Luo Feng yang merasa pria tua Zen baru saja melakukan sulap di depan kedua matanya.
Pria tua Zen lalu memberikan bola kristal itu pada Luo Feng sambil berkata, “Cukup pedang bola kristal ini, dan jangan melawan saat bola kristal menyerap sedikit kekuatan spiritual milikmu! Hanya dengan begitu, kita bisa melihat berada di ranah apa kekuatan yang kamu miliki.”
Tahu apa yang harus dia lakukan, Luo Feng segera menganggukkan kepala, lalu dia menerima bola kristal yang disodorkan pria tua Zen padanya. Menggenggam ringan, Luo Feng merasa kulit tangannya seperti digigit belasa semut, tapi semua hanya berlangsung singkat dan tiba-tiba saja bola kristal di tangannya memancarkan cahaya biru keemasan.
Semua orang termasuk Luo Feng segera mengarahkan pandangan mata mereka ke arah bola kristal yang sedang memancarkan cahaya. Tak lama, muncul tulisan kuno samar di tengah-tengah bola kristal.
Luo Feng, Shui Cen, Shui Ying, serta tiga orang lainnya tidak tahu apa arti tulisan kuno samar di dalam bola kristal. Akan tetapi, ketidak tahuan mereka tak berlaku pada pria tua Zen. Hanya sekali melihat, tak suli baginya untuk mengetahui arti tulisan kuno samar yang muncul di bola kristal miliknya.
Melihat ekspresi pria tua Zen yang seperti sedang menahan keterkejutan, Luo Feng dan yang lainnya tahu kalau pria tua Zen mengerti arti tulisan kuno samar di dalam bola kristal, dan mereka menunggu pria tua menjelaskan pada mereka.
“Paman, kenapa Paman terus diam? Apa Paman menemukan keanehan dari kekuatan milikku?” Luo Feng melihat wajah pria tua Zen, dengan ekspresi wajah dipenuhi rasa penasaran terhadap kekuatannya.
“Guru, tolong beritahu kami arti tulisan kuno samar di bola kristal! Kami sangat penasaran dengan kekuatan saudara Feng,” ucap Shui Cen sama penasarannya dengan Luo Feng.
Pria tua Zen melihat sekelilingnya, sebelum akhirnya dia berkata, “Arti tulisan itu adalah ramah Martial Emperor tingkat 9, tapi itu bukanlah ranah yang sesungguhnya. Untuk mengetahui ranah yang sesungguhnya, kita membutuhkan bola kristal Dewa yang berada di Pula Besar Zhu Dao.”
...----------------...
Ranah Kultivasi Pulau Kecil [Setiap ranah terbagi menjadi 9 tingkatan kecil] :
- Boddy Tempering
- Gathering Spirits
- Earth Spiritual
- Heaven Spiritual
- Yin Dan Yang
- Nirvana
- Martial Spirits
- Martial King
- Martial Emperor
Ranah Kultivasi Pula Besar [Setiap ranah terbagi menjadi 10 sepuluh tingkatan kecil]
- Martial God
- Spirit God
- Heavenly Emperor
- God Emperor
- Supreme God Emperor
...----------------...
Jika ada saran ranah kultivasi, bisa tulis di kolom komentar, terimakasih.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!