Terdengar hiruk-pikuk di bar terbesar di kota A. Para penonton bersorak memberi dukungan pada kedua petarung yang beradu kekuatan di atas ring.
"Huuuu... Ayo bangun!! Hajar dia!!" teriak para penonton.
Salah satu pemain yang tersungkur mencoba untuk bangun dan membalas serangan lawan. Tapi belum sempat hal itu terjadi, lawannya terlebih dahulu melayangkan pukulan bertubi-tubi hingga membuat orang itu tumbang dan tidak sadarkan diri.
"YEY.. HUUU...AKU MENANG!!!" sorakan seorang gadis terdengar begitu keras di tengah-tengah kekecewaan penonton lainnya karena pemain yang dia pegang memenangkan pertarungan.
Dia adalah Alice Eleanor, gadis cantik berusia 20 tahun yang hidup sebatang kara. Kedua orang tuanya sudah meninggal karena kecelakaan saat ia berusia 15 tahun. Dan semenjak itu, dia dirawat oleh neneknya. Tapi sayang, dua tahun kemudian, Nenek Alice meninggal karena penyakit yang dideritanya.
Semenjak itu, Alice hidup sendiri dan bekerja membanting tulang untuk memenuhi kebutuhannya. Dia bekerja menjadi pelayan di sebuah cafe dengan berpenghasilan kecil. Tapi walaupun begitu, dia tidak pernah mengeluh.
Dia juga memiliki sahabat bernama Samuel. Pria itu selalu melindungi Alice dan membantunya saat dia kesusahan. Bahkan Sam membantunya mencari pekerjaan tambahan.
Saat dia pulang kerja, dia tidak sengaja melihat iklan di Videotron outdoor yang terpasang disebuah toko. Dia melihat iklan tentang pembukaan piala dunia yang akan di gelar di stadion Al Bayt, Qatar.
Alice berhenti sejenak. Dia penasaran dengan artis yang akan tampil dalam pembukaan piala dunia di Qatar.
Sampai sebuah foto terpampang di layar dengan tulisan "First Solo Stage 2022 World Cup Stage". Alice membelalakkan kedua matanya. Dia berlari mendekat karena sang idola lah yang akan tampil di acara tersebut.
Hal itu membuatnya ingin menyaksikan secara langsung acara tersebut, sampai Sam memberitahunya jika ada taruhan besar di tempat pria itu bekerja. Yaitu taruhan harga diri, dimana dua pria siap bertarung di atas ring.
Alice mempertaruhkan semua uangnya dan memegang pria bertubuh kecil. Sam yang saat itu ada di samping Alice mencoba meyakinkan gadis itu untuk memasang taruhannya pada pria bertubuh kekar. Tapi Alice Keukeh memegang pria kurus tersebut.
Dan siapa sangka, Pria kurus tersebut memenangkan pertarungan dan hal itu membuat Alice menang taruhan tanpa diundi karena hanya dia seorang yang bertaruh pada pria kecil tersebut.
"Wow.. Kau hebat. Aku tidak menyangka pilihan mu sangat tepat." puji Samuel
"Makanya, jangan remehkan insting seorang Alice. Sekarang, ayo kita ambil uangnya!!" Alice menarik Samuel untuk menemui panitia untuk mengambil uang hasil taruhan.
"Kau beruntung gadis kecil. Tidak ada yang memasang pria kurus itu kecuali dirimu. Dan kau bisa langsung menikmati uangnya." seru panitia
"Terimakasih, Pak."
"Total semuanya ada 150 juta. Kau bisa menghitungnya terlebih dahulu."
"Tidak perlu, terimakasih. Aku akan langsung pulang dan tidur memeluk uang-uang ini."
Sam tertawa. Dia mengacak rambut Alice karena gemas. "Ayo, aku antar pulang!!" ajak Samuel
"Kau tidak bekerja?"
"Aku free hari ini. Jadi kau bisa menyewa ku sepuasnya. Kebetulan kau juga banyak uang, kan. Jadi, aku minta tips untuk pelayanan malam ini ." seru Samuel
"Baiklah, karena aku sedang berbaik hati, aku akan mentraktir mu."
Alice mengajak Sam untuk makan malam di restoran mewah yang belum pernah mereka masuki. Mereka memesan menu spesial yang ada di restoran tersebut.
"Jadi, apa yang akan kau lakukan dengan uangmu itu?" tanya Sam
"Aku akan menggunakannya untuk terbang ke Qatar. Kau tahu kan, aku sangat ingin bertemu dengan Jungkook. Dan ini adalah kesempatan emas untukku." Alice sudah memesan tiket pesawat secara online. Jadi setelah ini dia akan bersiap karena dua hari lagi dia akan berangkat. Dan untuk pekerjaannya, Dia akan mengambil cuti selama seminggu untuk menikmati liburan nya di Qatar.
"Maaf tidak bisa menemanimu. Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku." sesal Samuel
"Tidak masalah. Aku bisa sendiri. Aku akan baik-baik saja di sana." Alice termasuk gadis yang pintar. Dia menguasai tiga bahasa sekaligus karena sejak kecil, dia sudah di asah oleh kedua orangtuanya. Jadi dia tidak akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang luar.
...****************...
Waktu berjalan begitu cepat. Akhirnya tiba saatnya Alice akan melakukan perjalanan ke Qatar demi bisa menyaksikan penampilan sang idola.
Alice sudah standby di bandara Soekarno-Hatta. Dia memeluk sahabatnya, Sam dan mengucapkan salam perpisahan.
"Aku akan lama di sana. Jadi jangan merindukanku." seru Alice
"Cih.. Kau terlalu percaya diri. Siapa juga yang akan merindukan gadis jelek sepertimu."
Alice melebarkan kedua matanya dan memukul pelan bahu Sam. "Aku tidak jelek. Lihat saja, aku akan mendapatkan pria tampan di sana."
"Iya, aku percaya kau bisa melakukannya. Tapi dalam mimpi." Sam tertawa keras dan mengacak rambut Alice yang mengerucutkan bibirnya.
"Kau sangat menyebalkan, Sam. Ya sudah, aku berangkat dulu." seru Alice
"Hati-hati!! Dan jangan lupa untuk menghubungi ku."
Alice mengangguk pelan. Dia melambaikan tangan dan mulai pergi meninggalkan Sam.
"Aku pasti akan merindukanmu, Alice. Sangat merindukanmu." lirih Sam
...****************...
Setelah menempuh perjalanan -+ 9 jam, akhirnya Alice sampai di Bandara Internasional Hamad. Alice mencari penginapan yang murah dan dekat dengan Stadion Al Bayt, tempat diadakannya pembukaan piala dunia 2022.
Alice memilih menginap di penginapan Spacious di Al Khawr. Dia berencana untuk menginap dua malam saja. Selain biaya nya yang lumayan mahal, dia juga harus berhemat karena dia akan berkeliling sebentar setelah acara konser pembukaan piala dunia itu di gelar.
"Ah.. Akhirnya aku sampai di titik ini. Masih ada beberapa jam lagi sebelum acara di mulai. Jadi lebih baik aku beristirahat sebentar." Alice memasang alarm di ponselnya dan memejamkan matanya sejenak. Dia akan melihat sang idola, jadi dia harus tampil sempurna nanti malam.
Waktu terus berjalan, dering alarm dari ponsel Alice terdengar begitu nyaring membuat gadis yang masih terlelap dalam mimpi itu terganggu. Dia meraba-raba ponselnya di atas nakas dan melihat sudah pukul 7 malam. Dua jam lagi, acara akan di mulai.
Alice segera bersiap. Dia tidak ingin terlambat menyaksikan sang idola.
"Perfect." ucapnya di depan cermin. Dia memoleskan sedikit make up dan mengurai rambut panjangnya.
"It's time to see my idol." Alice keluar dari penginapan dan berjalan ke stadion Al Bayt.
Cukup dekat jarak penginapan dengan stadion tersebut makanya Alice memilih untuk berjalan kaki. Dia melewati gang yang sepi karena orang-orang sudah berbondong-bondong ke acara yang sama.
"Semoga aku tidak terlambat." Alice mempercepat langkahnya.Tapi dari depan, seorang pria berlari kearahnya dan menariknya untuk bersembunyi.
Alice tersentak kaget. Dia ingin berteriak, tapi pria itu membekapnya dengan tangan.
Dor
Dor
Dor
Alice tersentak kaget mendengar suara tembakan. Tubuhnya bergetar hingga tanpa sadar, Alice menekan bahu pria didepannya.
"Ish.." desis pria itu menahan sakit di bahunya
"Sial!! Dimana pria itu?"
"Lebih baik kita berpencar."
"Baik."
Drap
Drap
Drap
Terdengar derap langkah kaki orang-orang itu yang semakin menjauh. Pria itu menghela nafas lega dan melepas bekapan nya. Dia merosot ke tanah dan mengatur nafasnya yang terengah-engah karena berlari dari kejaran orang-orang yang tidak dikenal.
Alice masih diam membeku. Dia mengangkat tangannya yang terasa lengket, dan ternyata ada darah di sana.
Deg
Alice melihat pria didepan nya yang meringis memegang bahunya yang terluka.
"Ma_maafkan aku, aku tidak sengaja menekan lukamu." seru Alice
Pria itu menatap tak berkedip wanita di depannya. Dia yakin jika wanita itu bukan penduduk asli sini. Terlihat dari bentuk wajah nya, sepertinya wanita ini berasal dari Asia tenggara.
"A_ayo!! Aku akan membawamu ke rumah sakit." ajak Alice
"Tidak!! Jangan ke rumah sakit. Mereka pasti akan mencari ku di sana." seru pria itu
"Lalu aku harus bagaimana?" Alice mengigit ujung kukunya. Dia memikirkan cara untuk menolong pria asing di depannya. Hingga mau tidak mau dia membawanya ke penginapan.
"Ayo kita ke penginapan ku!! Tempatnya tidak jauh dari sini." Alice membantu pria itu berdiri dan memapahnya ke penginapan.
Selama perjalanan, pria itu tidak henti-henti menatap wajah cantik wanita yang menolongnya. Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Ada getaran aneh yang mengalir didalam dirinya saat berada di dekat wanita itu.
"Ada apa denganku?" batin pria itu
Kini mereka sampai di penginapan. Tidak ada siapa-siapa di sana, kecuali penjaga. Alice membawa pria itu ke kamarnya dan mengobati lukanya.
"Maaf merepotkan mu, nona." seru pria itu
"Tidak apa-apa, Tuan. Tapi kenapa kau bisa di kejar orang-orang itu, Tuan.....
"Alex. Panggil saja aku, Alex. Dan kalau boleh tahu, siapa namamu?"
"Namaku Alice Eleanor. Kau bisa memanggilku Alice."
"Alice!! Nama yang bagus. Tapi sepertinya kau bukan asli orang sini."
"Aku asli Indonesia. Aku datang kesini karena ingin menyaksikan.....
Ucapan Alice tertahan. Dia melihat jam di ponselnya. Dan sialnya sudah jam 11 malam. Pasti konsernya sudah berakhir.
Alice menghela nafas berat dan meletakan kembali ponselnya.
"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Alex
"Tidak ada. Sekarang lebih baik kau istirahat. Besok aku akan mengantarmu pulang." seru Alice
"Sekali lagi terimakasih, Alice." ucap Alex
"Sama-sama." Alice membantu Alex berbaring dan menarik selimut untuk menutupi tubuh pria itu. Sedangkan Alice memilih membaringkan tubuhnya di sofa. Dan tidak butuh waktu lama, Alice sudah terlelap mengarungi alam mimpi.
Alex yang sedari awal belum tidur, membuka matanya dan menghubungi seseorang. Dia menatap sekilas wajah damai wanita yang menolongnya dan tersungging senyum manis di bibirnya.
"Alice Eleanor."
...****************...
Keesokan harinya, sesuai janji Alice, dia mengantar Alex menggunakan taksi. Dia menanyakan alamat Alex dan meminta sopir untuk mengantarnya ke alamat yang di sebutkan pria itu.
Taksi yang mereka tumpangi berhenti tepat di depan Gang. Alex keluar dari taksi dan mengucapkan terimakasih pada Alice karena sudah menolongnya.
"Sekali lagi terimakasih, Alice. Besok aku akan membalas semua kebaikanmu karena telah menolongku." seru Alex
"Tidak perlu. Aku ikhlas membantumu. Tapi, kau yakin tidak mau aku antar sampai rumah?"
"Tidak perlu. Aku bisa sendiri.
"Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa."
"Sampai jumpa." Alex melambaikan tangan pada Alice yang semakin menjauh. Dan tidak berapa lama, sebuah mobil Rolls-Royce terparkir sempurna di depan Alex.
Seorang pria keluar dari mobil tersebut dan membukakan pintu untuk Alex. "Silahkan, Tuan."
Tanpa mengucapkan apapun, Alex masuk kedalam mobil. Pria yang tak lain adalah asisten Alex, menutup kembali pintu mobil dan masuk di belakang kemudi.
"Kita ke Mansion." seru Alex
"Baik Tuan."
______________________________________
Sebuah mobil Rolls-Royce terparkir sempurna di pelataran rumah mewah bergaya Eropa. Aaron, asisten pribadi Alex, turun terlebih dahulu dan membukakan pintu untuk Tuannya.
Pria berdarah campuran Amerika itu keluar dari mobil dengan aura yang berbeda saat bersama dengan Alice.
Jika tadi dia bersikap hangat dan lembut, sekarang pria itu memasang wajah dinginnya, tatapannya yang tajam mengintimidasi siapapun yang di tatapnya.
Dia melangkah masuk ke Mansion nya melewati bodyguard dan maid yang berjejer rapi menyambut kedatangannya.
"Dokter Qomar sudah menunggu anda di ruang kerja, tuan." seru Aaron
Alex berdehem pelan dan masuk keruang kerjanya. Di sana, dia mendapatkan perawatan pada luka di bahunya.
Semalam, dia pergi untuk menyaksikan pembukaan piala dunia di stadion Al Bayt. Dia menyamar sebagai warga biasa dan sengaja pergi tanpa pengawal, karena dia tidak mau menjadi pusat perhatian. Tapi siapa sangka, musuh mengetahui penyamarannya. Dan sialnya, dia tidak membawa senjatanya karena adanya pemeriksaan sebelum masuk ke stadion.
Alex berlari dan menggiring musuh ketempat yang sepi dan terjadilah perkelahian hebat antara mereka. Tapi sayang, salah satu dari musuh berhasil melukai bahu Alex.
Alex melihat darah keluar dari bahunya, dia kembali menyerang musuh. Dan saat ada kesempatan, dia melarikan diri dan bersembunyi untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di bahunya dengan menggunakan belati. Setelahnya, dia membalut bahunya untuk menghentikan pendarahan. Tapi lagi-lagi musuh mengetahui tempat persembunyiannya, Alex terpaksa berlari dan tanpa sengaja bertemu dengan Alice.
"Cari tahu, siapa yang menyerang ku semalam dan cari identitas Alice Eleanor. Dia menginap di penginapan Spacious di Al Khawr." titah Alex
"Baik Tuan." Aaron pergi menjalankan tugas yang diberikan padanya. Dia yakin jika yang menyerang tuannya adalah musuh mereka, tapi siapa Alice? Apa dia juga musuh? sungguh, ia penasaran karena selama ini dia tahu jika tuannya tidak suka berdekatan dengan wanita manapun kecuali dalam urusan bisnis.
"Saya sudah selesai mengobati luka anda, Tuan." seru dokter Qomar
"Kau boleh pergi."
Dokter Qomar dan dua perawat menunduk hormat dan keluar dari ruangan Alex.
Alex menyandarkan punggungnya. Dia memejamkan matanya dan membayangkan senyum manis milik Alice.
"Alice!!" gumam Alex. Dia memegang dadanya, jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Ada getaran aneh yang menjalar ditubuhnya.
"Ada apa denganku? Kenapa Aku sangat ingin bertemu dengannya lagi. Aku merindukannya." ucapnya bermonolog. "Aku harus mendapatkannya." Alex merogoh ponselnya dan menghubungi seseorang. "Aku punya tugas untukmu."
...****************...
Alice masih di dalam taksi. Dia mengepalkan kedua tangannya menahan sesuatu yang sejak semalam mengendap di hatinya.
"Oke Alice. Inhale... Exhale...!! Huft.." ucapnya bermonolog. Si supir taksi melirik Alice dari kaca spion. Dia merasa penumpangnya itu sedikit aneh karena berbicara sendiri. Tapi tiba-tiba....
"AARRGHH... Aku tidak bisa melihat penampilan Jungkook hiks. Gara-gara bedebah sialan yang menyerang Alex, usahaku sia-sia datang kemari." teriak Alice.
Sopir taksi tersentak dan menepikan taksinya. Dia menoleh kebelakang dan bertanya, "Are you all right, miss?"
Alice menautkan kedua alisnya bingung dengan ucapan si sopir. Hingga akhirnya dia sadar jika dia sedang berada di negara orang. "Astaga, dia pasti tidak tahu apa yang aku katakan barusan." batin Alice
"Miss?"
"Aku baik-baik saja Pak. Hanya saja, semalam aku tidak bisa menyaksikan pembukaan piala dunia. Aku tidak bisa melihat idola ku." seru Alice mendramatisir. Dia mengatakan dengan bahasa yang di mengerti oleh si sopir taksi.
"Oh, karena itu. Aku kira Anda terluka atau bagaimana. Tidak masalah walaupun tidak bisa menyaksikan secara langsung. Yang penting kita masih bisa melihat pertandingan sepakbolanya." seru sopir taksi
Alice hanya tersenyum kikuk. Jujur dia tidak mengerti soal sepakbola. Dia datang ke Qatar hanya untuk menyaksikan penampilan Idolanya saja, tidak lebih.
Akhirnya Alice memutuskan untuk berkeliling mengunjungi tempat-tempat wisata di Qatar. Dia menikmati liburan singkatnya sesuai rencana awal. Dan setelah dia puas, dia kembali ke penginapan. Tapi sesampainya di penginapan, dia di kagetkan dengan banyaknya barang-barang mewah yang ditujukan untuk dirinya.
"I_ini...
"Maaf nona. Tadi ada kurir yang mengantarkan barang-barang ini untuk nona Alice Eleanor." seru manager penginapan.
"Iya, itu memang namaku. Tapi aku tidak memesan barang-barang ini, pak. Apa ada nama si pengirim?" tanya Alice
"Ada nona. Dan yang mengirim barang-barang ini adalah Tuan Alexander." terang manager
"Alexander?" Alice mengerutkan keningnya karena merasa asing dengan nama itu. Dia bukan penduduk asli sini dan baru datang kemarin. Jadi tidak mungkin dia langsung mempunyai penggemar rahasia, bukan?
"Apa nona tidak tahu siapa Tuan Alexander?" tanya si manager yang di jawab gelengan oleh Alice.
"Tuan Alexander adalah orang yang disegani di negara ini. Dia adalah pengusaha sukses yang menduduki peringkat teratas, Nona." terang si manager
Alice tidak perduli siapa Alexander, yang dia tidak habis pikir, kenapa Alexander mengirimkan barang-barang mewah padanya padahal mereka tidak saling mengenal.
Disaat Alice tengah kebingungan, tiba-tiba beberapa pria bertubuh kekar dengan perawakan yang besar, datang membawa begitu banyak bunga mawar.
"Dengan Nona Alice?" tanya pria itu
"Iya, saya Alice. Ada yang bisa saya bantu?"
"Kami diperintahkan untuk mengirimkan bunga-bunga ini untuk anda, nona." seru pria itu
Alice menerima salah satu bunga tersebut. Bunga yang cantik. Dia menghirup dalam aroma bunga mawar di tangannya. Sangat harum. Tidak dipungkiri jika Alice sangat suka dengan bunga-bunga tersebut.
Dia melihat bunga-bunga yang berjejer di depan matanya yang terlihat sangat indah. Mungkin jika dia membuka usaha toko bunga dan melelang barang-barang mewah tersebut, dia akan mendapat keuntungan yang besar. Tapi sayangnya, dia berada di negara orang. Dan dia tidak tertarik membuka usaha di sini.
"Apa ini juga dari Tuan Alexander?" tanya Alice
"Iya Nona."
"Baiklah. Tapi bolehkah aku meminta tolong?"
...****************...
Di rumah mewah bergaya Eropa yang terletak di kawasan Elite, para maid di sana tengah di sibukkan dengan persiapan menyambut tamu spesial tuan mereka.
Mereka mendekorasi ruang makan menjadi lebih elegan dan romantis dan menyiapkan makanan mewah sesuai perintah Tuan mereka.
Dia adalah Alexander, pria tampan dengan wajah nya yang putih bersih, hidung mancung, alis yang melengkung seperti pelangi dan bibirnya berwarna merah kecoklatan. Tapi walaupun begitu, Alexander memilki tatapan yang tajam dan raut wajah yang dingin dan dia terkenal kejam.
Alexander adalah pria yang di selamatkan Alice dari kejaran orang-orang yang tidak dikenal. Dia juga yang mengirimkan hadiah-hadiah mewah untuk Alice sebagai tanda terimakasih.
Tapi sebenarnya, itu ia lakukan untuk mengambil hati wanita itu. Dia sudah mendengar informasi dari Aaron. Ternyata Alice hidup sebatang kara di Indonesia. Dia bekerja di cafe untuk memenuhi kebutuhannya. Dan dia bisa sampai ke Qatar, karena memenangkan pertaruhan.
Hal itu membuat Alexander semakin yakin untuk mendapatkan Alice dan menjadikan nya pendamping hidup.
Kini Alexander tengah bersiap untuk menyambut kedatangan Alice. Dia mendapatkan kabar dari bodyguardnya jika Alice akan datang. Untuk itu dia menyiapkan semua itu.
Sementara di luar, Alice baru saja tiba di istana milik Alexander. Dia menatap kagum desain interior rumah tersebut. Sangat mewah dan elegan. Tapi ini bukan waktunya untuk memuji keindahan rumah tersebut. Alice datang karena ada hal penting yang ingin dia katakan pada Alex.
Ya, dia sudah tahu jika Alexander adalah Alex yang dia selamatkan semalam.
"Silahkan duduk nona!! Saya akan memanggilkan Tuan Alexander." Aaron meninggalkan Alice sendiri di ruang tamu. Dia bergegas ke kamar Tuannya untuk mengatakan jika Alice sudah datang.
Tok tok tok
"Masuk!!"
Aaron membuka pintu kamar Alexander setelah mendapat ijin dari si empunya. Dia membungkuk memberi hormat. "Nona Alice sudah datang, Tuan."
Tersungging senyum tipis di bibir Alexander. Dia menatap dirinya di cermin untuk melihat penampilannya. "Perfect. Aku yakin, dia akan tergila-gila padaku." batin Alexander. Dia berjalan terlebih dahulu diikuti Aaron yang mengekor di belakangnya.
Tap
Tap
Tap
Terdengar suara langkah kaki yang menuruni anak tangga. Alice yang saat itu tengah melihat hiasan patung berbentuk kuda, mengalihkan pandangannya menatap sosok pria tampan bak pangeran dongeng menuruni anak tangga.
"Alex?" gumam Alice. Dia tidak percaya jika pria yang dia tolong menjelma bak pangeran. Padahal saat pertama kali bertemu, pria itu terlihat biasa saja.
"Alice!!" panggil Alexander saat berdiri tepat di depan Alice.
Wanita itu tersadar dari lamunannya. Dia menatap pria yang saat ini berdiri di depannya, "Kau Alex?" tanya Alice
Alexander mengangguk dan tersenyum. Dia menuntun Alice untuk duduk dan memberi isyarat pada Aaron untuk meninggalkan mereka berdua.
"Terimakasih sudah menolongku. Dan terimakasih juga, kau mau datang ke rumahku. Aku sangat senang, Alice. Aku sudah meminta maid untuk menyiapkan makan malam untuk kita. Jadi bagaimana jika kita.....
"Alex, dengarkan aku!!!" Alice memotong ucapan Alexander dan kembali berkata, "Kau tidak perlu berterimakasih karena aku ikhlas menolong mu. Dan tujuanku kemari, aku ingin menanyakan perihal barang-barang yang kau kirimkan padaku. Apa maksud semua itu, Lex?"
"Sudah pasti itu sebagai tanda terimakasih ku. Dan bunga-bunga itu mewakili hatiku." seru Alexander
Kening Alice nampak berkerut. Dia tidak paham maksud Alexander mengenai bunga-bunga yang ia kirimkan padanya. Apa maksudnya mewakili hatinya?
Tahu jika Alice bingung, Alex menggenggam tangan Alice dan berkata, "kau boleh percaya atau tidak, tapi aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama, Alice."
Deg
"Dan aku ingin melamar mu. Jadi, kau mau kan menikah dengan ku?" Alexander begitu yakin jika Alice akan menerimanya. Siapa yang bisa menolak pesona seorang Alexander. Tidak hanya tampan, tapi Alexander juga kaya raya. Banyak wanita memperebutkannya. Tapi tidak ada satupun yang berhasil membuat hatinya bergetar. Dan sekarang, hal itu ia rasakan saat bersama dengan Alice
"Alice!!" panggil Alexander
"Ma_maafkan aku, Lex. Aku tidak bisa. Kita baru bertemu, bagaimana mungkin kita menikah? Lagipula aku tidak mencintaimu." seru Alice
Deg
"Ta_tapi Lice, cinta bisa datang karena biasa. Dan aku yakin cepat atau lambat kau akan mencintaiku."
"Maaf Lex. Aku tetap tidak bisa. Aku datang kemari karena ingin mengucapkan terimakasih padamu dan mengembalikan semua yang kau berikan padamu. Maaf, aku tidak bisa menerimanya." seru Alice
Alexander mengepalkan tangannya. Matanya memerah, rahangnya mengeras menahan amarah yang siap meledak.
"Kalau begitu, aku pulang dulu. Senang bertemu denganmu." Alice beranjak dari tempat duduknya dan melangkah pergi.
"Apa kau pikir, kau bisa pergi dengan mudah, hm?"
Alice menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Alexander. "Apa maksudmu?"
"Alexander Smith selalu mendapatkan apa yang dia inginkan." seringai Alexander
"Lepaskan aku!!!" Alice terus memberontak saat Alexander menangkap dirinya yang berusaha untuk melarikan diri. Tapi sedetik kemudian, Alexander mengangkat tubuh Alice ala karung beras dan membawanya masuk ke dalam mansion nya.
"Kyaaa..!!! Turunkan aku!!" teriak Alice
"Diam!! Aku tidak akan membiarkan mu pergi begitu saja setelah kau berhasil mengobrak-abrik isi hatiku. Kau berhasil membuatku tidak bisa berhenti memikirkan mu, Alice."
"Itu bukan urusanku, sialan!!"
Plak
Alice tertegun saat Alexander memukul pantatnya. "Dasar mesum!!!" teriaknya lagi
"Ish.. Kenapa kau suka sekali berteriak, hah?" Alexander membawa Alice ke kamar yang sudah dia siapkan untuk wanita itu sebelumnya. Dia melempar tubuh mungil Alice ke tempat tidur dan menindihnya.
"Akh..!!" Alice mengaduh kesakitan, tapi kemudian dia dikagetkan dengan wajah Alexander yang begitu dekat dengan wajahnya. "Ma_mau apa kau?"
"Aku sudah bilang, kan. Aku menginginkanmu, aku ingin kita menikah sayang." Alexander mengusap pelan pipi Alice, tapi wanita itu justru menghindar. Alexander bisa mengerti, mungkin wanita itu belum bisa menerima semua ini. Untuk itu dia akan memberinya waktu untuk berfikir. Dan dia berharap, Alice bersedia menikah dengan nya.
Alexander memberi kecupan singkat di pipi Alice dan beranjak dari atas tubuh wanita itu. Dia memegang bahunya yang terasa nyeri dan ternyata lukanya kembali terbuka. Mungkin karena ia gunakan untuk mengangkat tubuh pujaan hatinya tadi.
Alice ikut beranjak, dia melihat Alexander yang memegang bahunya, "Ba_bahu mu....
"Oh ini? Sepertinya luka ku kembali terbuka." Alexander membuka jas nya dan ternyata benar, darah segar merembes dari kemeja putihnya.
Alice terkejut, dia ingin membantu mengobatinya, tapi mengingat sekarang dia menjadi tawanan pria itu, dia mengurungkan niatnya.
"CK.. Menjijikkan." geram Alexander
Alice melihat Alexander yang fokus pada bahunya yang terluka, dia mengambil kesempatan untuk berlari kearah pintu. Tapi sayang, Alexander menyadari gerakannya. Pria itu menangkap pinggang Alice dan kembali menghempaskan nya di tempat tidur.
"Aw..." pekik Alice. "Apa kau selalu kasar pada wanita, hah?" teriaknya lagi
"Maaf sayang, aku tidak bermaksud kasar padamu. Aku hanya tidak ingin kau pergi dari sini." Alexander duduk di tepi tempat tidur dan kembali berkata, "Aku mohon jangan pergi!! Tetaplah di sini, di sisiku. Aku akan membuatmu bahagia, aku akan memenuhi apapun yang kau inginkan sayang. Jadi, kau mau kan menikah dengan ku?"
"Kau sudah gila, Alex. Kau gila!! Kita baru bertemu semalam, bagaimana bisa kita menikah? Kita juga tidak saling mencintai. Jadi, please !! Biarkan aku pergi!!"
Tatapan Alexander berubah tajam, rahangnya mengeras dengan kedua tangan yang mengepal erat. "Sampai kapanpun, aku tidak akan melepaskan mu, Alice. Dan masalah cinta, aku berjanji akan membuatmu jatuh cinta padaku secepatnya dan menjadi milik ku seutuhnya. Jadi, jangan harap kau bisa keluar dari sini." Alexander beranjak dari duduknya dan keluar dari kamar tersebut.
Alice berlari kearah pintu. Dia mencoba membuka pintu, tapi sayangnya pintu tersebut terkunci dari luar.
"Alex!!! Kenapa kau kunci pintunya? Cepat buka Lex!! Alex!!!" Alice menggedor pintu sambil terus berteriak memanggil Alexander. Tapi pria itu hanya terdiam di depan pintu dan pergi begitu saja. Dia menuruni anak tangga dan berdiri diruang tengah. Dia memerintah Aaron untuk mengumpulkan semua pelayan yang ada di mansion tersebut.
"Dengar baik-baik !! Wanita yang saat ini ada di kamar lantai dua, dia adalah calon istriku, calon nyonya Smith. Jadi kalian harus melayani nya dengan baik dan jangan biarkan dia keluar selangkah pun dari kamar tersebut tanpa seijin ku. Apa kalian mengerti?" seru Alexander dengan suara lantangnya
"Kami mengerti, tuan." jawab mereka serempak
"Bagus." ucap Alexander. Dia menatap Aaron dan kembali berkata, "perintahkan bodyguard untuk membawa barang-barang yang dikembalikan Alice ke lantai dua. Dan minta pelayan merapikan barang-barang tersebut di kamar Alice dan awasi dia, jangan sampai dia kabur."
"Baik tuan." sahut Aaron
Alexander pergi keruang kerjanya, dimana dokter Qomar menunggu. Ya, setiap Alexander terluka, dokter pribadi pria itu akan standby di mansion sampai lukanya sembuh. Dan sekarang, luka yang baru saja diobati kembali mengeluarkan darah. Tapi tidak terlihat kesakitan sedikitpun dari wajah pria itu.
...****************...
Di kamar, Alice masih terus berteriak meminta untuk di bukakan pintu. Tapi tidak ada satupun yang membukanya. Dia kesal, dia merasa sangat sial karena terkurung di rumah mewah yang menyerupai neraka ini.
"Argh... Buka pintunya sialan!! Kau mau mengurungku sampai kiamat pun, aku tetap tidak mau menikah denganmu. Jadi lebih baik lepaskan aku." Alice menendang pintu sebagai bentuk kekesalannya. Tapi tak berapa lama, pintu terbuka dan beberapa pelayan masuk membawa barang pemberian Alexander yang dia tolak.
Mereka menyimpan barang-barang tersebut wardrobe dan merapikan tempat tidur dan barang-barang yang Alice pecahkan.
Alice melirik keluar, dia melihat para pelayan yang sedang sibuk dan dia mengambil kesempatan tersebut untuk lari kearah pintu. Tapi sayang, langkahnya terhenti karena seseorang yang tiba-tiba berdiri tegap di depan pintu.
"Anda mau kemana, nona?" tanya Aaron
"A_aku....
Ucapan Alice tertahan kala melihat senjata api yang dipegang oleh Aaron. Dia menelan ludahnya kasar dan kembali masuk ke kamarnya.
"Siapa sebenarnya pria itu? kenapa dia membawa senjata?" batin Alice
Setelah para pelayan selesai melakukan tugasnya, mereka menunduk hormat pada Alice dan pamit undur diri.
Pintu kembali tertutup dan terkunci dari luar. Dan hal itu membuat Alice frustasi. Apalagi dia mendengar perintah untuk bodyguard berjaga di depan pintu. Sial!! Dia benar-benar sial!! Niat hati pergi ke Qatar untuk melihat penampilan idolanya dan berlibur menikmati keindahan wisata Qatar, Tapi semuanya gagal. Dia gagal menyaksikan penampilan sang idola karena menyelamatkan Alex. Dan sekarang, dia tidak bisa menikmati liburannya karena di kurung oleh Alex.
Argh.. Rasanya Alice ingin berteriak memaki pria itu. Alasan macam apa yang pria itu gunakan. Ingin menikah dengannya? Apa ada, orang baru pertama kali bertemu dan dia langsung melamar untuk menikah? Gila!! Ini benar-benar gila.
"Lihat saja!! Aku akan melakukan sesuatu yang membuat mu menyesal telah mengurungku di sini." gumam Alice
...****************...
Tiga hari berlalu, Alice masih terkurung dalam kamar mewah di mansion Alexander.
Apakah dia diam saja? Tentu saja tidak. Berulang kali dia berusaha kabur, tapi sayangnya selalu gagal. Dia bahkan rela kabur melalui balkon dengan membuat tali dari robekan kain.
Tinggi balkon tidak main-main. Walaupun sudah memakai kain yang dia bentuk menjadi tali yang panjang, tetap saja tidak bisa mencapai bawah. Tapi niatnya sudah bulat untuk bisa keluar dari tempat terkutuk itu, akhirnya dia mengumpulkan keberanian untuk turun. Tapi aktraksi nya di pergoki pelayan, dan untungnya saat kejadian itu, Alexander sedang berkeliling di halaman dan melihat Alice yang bergelantungan di atas menggunakan tali.
Alexander melipat kedua tangannya di depan dada sambil melihat Alice yang berusaha keras untuk turun.Tapi pada saat dia sudah sampai di ujung tali, mau tidak mau Alice harus melompat dan dia mendarat dengan sempurna tanpa luka sedikitpun karena Alexander berhasil menangkapnya.
Usahanya untuk kabur selalu gagal, tapi bukan berarti dia kehabisan akal. Dia melakukan aksi mogok makan. Dan ya, selama tiga hari, dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menyentuh makanan yang di siapkan pelayan untuknya.
Aksi mogok makan yang di lakukan Alice sampai di telinga Alexander. Awalnya Alexander mengira jika Alice hanya menggertak nya saja. Dia yakin jika Alice tidak akan tahan jika di hadapkan dengan makanan yang lezat yang menggugah selera.
Tapi sepertinya Alexander lupa jika Alice memiliki kehidupan yang berbeda dengannya. Dan kini keadaan Alice sangat memprihatinkan. Di terlihat pucat dan lemah.
Brakh
Alice melirik sekilas kearah pintu dan mendapati pria yang ia benci belakangan ini masuk dengan pria botak berbaju putih.
"Kau benar-benar sudah menguji kesabaran ku, Alice." Alexander mengangkat Alice ala bridal dan membaringkannya di tempat tidur.
Tidak ada perlawanan, karena Alice tidak mempunyai kekuatan untuk melakukan hal itu. Sepertinya dia telah salah mengambil keputusan. Bagaimana jika pria itu mengambil kesempatan di saat dia lemah seperti sekarang? Sungguh pemikiran yang hebat, Alice.
"A_aku ingin pulang." lirih Alice nyaris tak terdengar
Alexander tidak menghiraukan nya. Dia meminta dokter untuk memeriksa Alice.
Jarum infus terpasang di tangannya. Sesuatu juga di suntikkan ke dalam botol infus.
"Bagaimana?" tanya Alexander
"Nona mengalami dehidrasi, tuan. Tubuh nona juga lemah. Tapi anda tidak perlu khawatir. Kondisi nona akan segera pulih. Cukup beri makan makanan yang bergizi dan minum vitamin." seru dokter Qomar
Alice hanya bisa diam memperhatikan orang-orang yang berdiri di samping tempat tidurnya. Harusnya dia tidak menyiksa diri sendiri. Akan lebih baik' jika dia langsung mati. Hah... Rasanya hal itu juga sulit terjadi. Tidak hanya dirinya, tapi kehidupannya juga sudah di belenggu oleh Iblis tampan yang saat ini mengurungnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!