NovelToon NovelToon

Just Do It Anyway

Prolog

Juli adalah waktu Ketika Sebagian besar anak sekolah di Indonesia Kembali ke kehidupan mereka yang yang biasa setelah liburan kenaikan kelas mereka yang luar biasa.

SMA Negeri 105 Jakarta terletak di wilayah pinggiran kota Jakarta Timur yang lokasinya tidak jauh dari stasiun LRT. Sekolah itu terkenal dengan ke ruangannya mampu membuat lingkungan belajar yang cukup seru sehingga banyak sekali murid-muridnya yang tidak hanya memiliki nilai yang bagus tetapi memiliki kemampuan eksternal selepas mereka lulus. Biasanya murid-murid  disini memulai pelajaran dengan tenang dan diakhiri oleh kegiatan eksternal sekolah yang beraneka ragam. Dengan demikian, banyak siswa mereka yang memiliki kegiatan yang bisa mengembangkan kemampuan mereka tidak hanya dalam mata pelajaran melainkan juga bidang yang mereka tekuni di kegiatan eksternal.

Tidak heran kegiatan eksternal mereka berkembang karena di setiap akhir semester, di SMA negeri 105, di sana ada sebuah festival yang menampilkan perlombaan dan pertunjukkan yang meriah dari cabang kegiatan eksternal  sekolah ini. Setiap dua kali sekali sebelum pembagian raport terdapat kegiatan yang membuat siswanya menunjukkan bakatnya. Karenanya, sekolah ini dianut dalam suasana yang gembira dan atmosfer yang menakjubkan setiap menjelang pembagian rapot.

Pada pertengahan semester kira-kira awal bulan Oktober atau akhir Februari, tepatnya menjelang ujian tengah semester, suasana sekolah akan memudar karena mempersiapkan agar ujian mereka tidak jelek. Namun setelah itu, berubah menjadi sebuah festival bagi mereka yang lulus ujian dan atmosfer festival akan menjadi-jadi. Tetapi bagi mereka yang gagal ujian, mereka harus mengulang ujian mereka hingga lulus.

Kurniadi Avicenna adalah salah satu dari orang-orang yang hidup di lingkungan sekolah ini. Sambil memainkan game pada telepon genggam androidnya dia sangat berfokus sekali pada game pertarungan. Dirinya merasa tidak ada orang lain selain dirinya ketika bermain game Tekkan. Itulah kegiatan yang dia lakukan setelah melalui ujian yang sangat berat ataupun melalui semua dari tujuh pelajaran tanpa tertidur ataupun tidak bermain game sekalipun. Dia juga harus dituntut menyelesaikan tugas piket Bersama teman hariannya. Ketika semua itu selesai, dia tetap mengambil telepon genggam dan bermain permainan pertarungan yang bernama Tekkan 10 dan berjalan menuju ruang klubnya.

Dia keluar dari kelasnya, kelas 10-A yang berlokasi tidak jauh dari ruang musik dan tepat diatas ruang komputer yang merupakan ruang klub miliknya. Lokasinya tepat di sebelah selatan Gedung sekolah. Dia hanya menuruni tangga dan kemudian tepat dibawah tangga ruang klubnya berada di ruang tersebut. Akan tetapi orang yang biasa dipanggil Sena itu berdiri di depan kelas dan bermain game Tekkan 10 dan meneriakkan bahwa dirinya sudah menang.

Rasa senang membuat dirinya berteriak, “Hore! Akhirnya bisa mendapatkan kombo baru buat turnamen depan. Aku yakin ini kombo yang sulit dipatahkan.”

Ketika Sena melihat waktu pada telepon genggamnya, dia merasa panik. Dia pun berkata, “Hah, sudah jam segini. Aku harus bergegas ke ruangan. Jika tidak, orang itu pasti akan marah.”

Sena pun bergegas ke ruangan yang tidak dia inginkan. Bagaimana tidak, dia seharusnya masuk ke klub game tahun ini. Akan tetapi klub tersebut dibubarkan, karena sudah cukup mengganggu waktu belajar di sekolah dan anggota tim semuanya sudah lulus. Ruangannya kini menjadi ruangan klub baru namun tidak ada hubungannya dengan game. Bukan hanya itu, klub yang baru didirikan tahun ini, di sana hanya ada lima anggota klub yang membuat klub ini menjadi klub yang kecil.

Klub ini bernama klub penelitian budaya masyarakat singkatnya KPBM, yang mana  Namun pemikiranku malah berbeda,  mempelajari fenomena budaya sosial masyarakat yang tengah viral ditengah-tengah masyarakat. Klub ini dibangun oleh guru sosiologi yang tengah meneliti budaya remaja sehingga dia mencari beberapa orang yang tidak mempunyai klub. Hasilnya, terdapat lima orang anak yang tidak punya klub.

Diatas kertas mereka semuanya memang tidak memiliki klub. Akan tetapi, Sena memiliki pemikiran bahwa mereka semua adalah anak-anak yang bermasalah kecuali dirinya yang memang tidak memiliki masalah sosial yang serius kecuali klub game yang telah dibubarkan guru dan tidak ada lagi anggota di sana. Bagaimana tidak, dari lima orang anak tersebut, dirinyalah yang ditunjuk oleh Guru tersebut menjadi ketua untuk mengatur kelima orang tersebut. Bagi Sena, hal tersebut sungguh merepotkan tetapi dia harus melakukannya karena tidak ada orang lagi yang bisa guru itu percayakan.

Ketika turun dari tangga, angin berhembus dari sepakbola dimana klub bola sedang Lathan sorenya. Angin tersebut menghembuskan pipi Sena dan menggoyangkan rambutnya. Bagi Sena, angin tersebut menyejukkan tubuhnya disaat pusingnya mengatur teman-temannya itu.

Sena masuk ke ruangan Komputer yang di pintunya bertuliskan “Klub Penelitian Budaya Masyarakat” yang di print di Kertas A4 dan ditempelkan di ruangan Komputer. Ketika dia membuka ruangan tersebut, angin AC yang bersuhu 18 derajat Celsius menghantam tubuhnya.

“Oh Puteri. Yang lain belum datang?”

“Lihat saja sendiri! Kau punya mata bukan, jangan ganggu aku, saat ini aku sedang melakukan penelitian,” ucap Puteri sambal mengetik dengan keyboard mecanichal yang terkenal berisik.

“Oh begitu, apa kau tidak kedinginan dengan suhu segini aku bisa mati kedinginan,” ucap Sena sambal gemetar kedinginan.

“Tutup mulutmu, jika kau rubah suhu udara disini, laporan kita tidak akan selesai. Aku tak bisa berpikir jika suhu tidak dingin. Kalian itu hanya beban bagiku yang jenius ini. Jika kau ingin kegiatan kita lancer ikuti kata-kataku,” ucap puteri dengan sinis yang masih saja mengetik dengan cepat.

Sena sendiri cukup kesal. Bagaimana tidak, Puteri berbicara bahkan tidak melihat wajahnya. Menjawab dengan suara feminism yang relative pelan namun sinis dalam perkataanya.

Dia adalah Puteri, nama lengkapnya Puteri Amelia Cantika. Tidak sesuai Namanya yang mengandung bahasa kata cantika, sikapnya pada orang-orang tidaklah cantik melainkan sangatlah sinis. Pandangan matanya membuat orang-orang menjauh darinya. Dalam file guru BK, dirinya dikeluarkan dari klub komputer karena berantem dengan ketua klub tersebut sehingga dia harus keluar dari klubnya. Sena pun tak paham mengapa seorang seperti Puteri harus keluar dari klub yang bisa mengasah bakatnya tersebut.

“Meskipun kau ketua, mana tugas yang harusnya kau selesaikan? Secara batas waktu, kamu seharusnya sudah menyelesaikannya kemarin. Jika terlambat, maka punyamu takkan ku revisi dan jika terjadi sesuatu, aku tak bertanggung jawab,” ucap Puteri yang merupakan sekertaris klub ini.

“Ahh iya-iya, berarti yang kemarin tidak terkirim ya. Maaf-maaf, rumahku tidak memiliki sinyal yang bagus. Ini, sudah terkirim,” kata Sena sambal membuka smartphone-nya.

Sambil membuka whatsapp, Wanita berwajah sinis itu membuka Microsoft word miliknya. Kemudian keluarlah judul, “Cara Mengalahkan Lawan di Tekkan 7 dengan Kombo yang Unik”.

Sambil memukul meja, Puteri menggeram. DIa pun berkata, “Kamu yang benar saja mengapa artikel seperti ini harus dibuat oleh ketua yang bahkan tidak pernah mengikuti turnamen E-Sport seperti ini.”

“Eh, tenang dulu Puteri. Aku bisa menjelaskannya. Sebuah artikel yang masuk dalam klub ini ini haruslah menarik. Aku tahu bahwa aku tak pernah sekalipun mengikuti turnamen game tersebut, tapi percayalah ini sangat terkenal dan viral di budaya remaja saat ini. Terlebih, kau pasti tahu akhir-akhir ini ada gosip pemuda yang konon dari sekolah kita memenangkan Tekkan 7. Namun, wajahnya masih misterius dan menjadi legenda di sekolah padahal klub game itu sendiri sudah dibubarkan. Itu menjadi tujuh misteri SMAN 105,” ucap Sena dengan gugup.

“Benarkah?”

“Tentu saja, masa aku berbohong soal itu.” Sena yang gugup harus meyakinkan Puteri.

“Ok, karena sudah masuk kriteria tujuh misteri SMAN 105, kau ku maafkan ketua bodoh. Aku heran mengapa harus ada tujuh misteri tersebut. Dan lagi… Hah!”

“Karena itu melegenda,” ucap Jupri yang mengagetkan Puteri secara diam diam dari belakang.

“Kenapa kau tidak masuk mengucapkan salam.” Marah Puteri yang memukul bahu Jupri

“Hah, terlalu merepotkan. Benarkan, Sena?” balas Jupri.

“Jup, ini kan idemu. Mengapa ada tujuh misteri SMAN 105 yang belum terpecahkan?” Tanya Sena.

“Karena itu belum ada jawabnya dan saat ini sedang viral di SMAN ini, Siapa itu gamer misterius yang menggunakan nama sekolah kita dan menjadi Juara Tekkan 7? Bahkan dia bisa mengalahkan Juara Dunia Tekkan 7, Arman yang memiliki teknik permainan tinggi dan sudah juara tiga kali berturut-turut. Dan masih ada enam misteri SMAN 105 yang belum terpecahkan.”

Pria berambut cepak itu Bernama, Jupri. Dia adalah seorang yang sok tahu yang mengesalkan. Konon sangat sok tahu itu, bukanlah sesuatu yang bisa ditolak dari klub jurnalistik. Melainkan sesuatu yang kita tak bisa menjelaskan dan akhirnya dia dikeluarkan dari klub tersebut. Bahkan rahasia dia dijaga rapat oleh Guru BK karena bisa membuat dirinya depresi dan tidak mau sekolah jika rahasianya terbongkar. Konon katanya, salah satu rahasia dari Jupri adalah misteri ketiga dalam tujuh misteri yang belum terpecahkan di SMAN 105 ini.

“Yahooo! Apa kalian merindukanku wahai para fansku sekalian,” teriak seorang perempuan yang biasa dipanggil Ria.

“Siapa yang kamu maksud fansmu, perempuan…” sebelum kalimat Puteri diselesaikan. Mulutnya terlebih ditutup oleh Sena. Sambil melawan Puteri pun berkata, “Hmm… Hmmm… Hmmm!”

“Sudah diam! Tentu saja, Ria. Bagaimana artikel yang harusnya tugas itu sudah ku bagi kepada kalian berdua dan hari ini harus dikumpulkan.” Ucap Sena yang masih menutup mulut Puteri.

“Ini artikel dariku, judulnya tentang Investigasi Tujuh Misteri yang Belum Terpecahkan di SMAN ini. Tentu saja penelusuran ini aku dapat dari para fansku. Meskipun begitu, petunjuk yang diberikan sangatlah sedikit sehingga baru terdapat asumsi. Yang mana, aku mendapatkan petunjuk bahwa Gamer misterius itu mengarah kepada ketua OSIS,” balas Ria sambal menyerahkan selembar kertas.

“Ini bukan berita burung bukan? Ria,” ucap Sena sambil membaca laporan dari Ria.

“Heh! Jangan-jangan kau tahu rahasiaku?” ucap Jupri dengan nada panik dan berkeringat dingin.

“Bohong? Tentu saja, meskipun aku suka bergosip tetapi ini aku dapatkan dari sumber aslinya dan bukti gambar. Hanya saja, rahasia dari Jupri tidak bisa ku raih karena yang punya masalah tersebut tak mau berbicara,” ucap Ria sambil melirik kesal dengan Jupri.

Ria dia adalah siswa paling populer di sekolahan. Namun naas, kepopulerannya itu yang membuat dirinya sulit diterima oleh banyak klub. Bukan hanya kecantikannya, tetapi juga kemampuannya yang bisa dalam segala hal tetapi tidak terlalu jago. Jika Sena ingat dia, dia mirip sekali dengan Vtuber yang sering Sena tonton. Vtuber itu Bernama Clara Puni puni. Vtuber itu jago dalam hal terutama game Tekkan 7.

“Iya-iya, aku percaya. Puteri tolong revisi ini siapa tahu ada kalimat yang kurang pas dengan kualitas artikel yang kita keluarkan!” Ucap Sena sambil menyerahkan kertas tersebut.

Puteri pun menerima kertas tersebut dan membaca dengan seksama tanpa berkata sedikit kata pun.

“Sena ini laporanku, kali ini aku tidak meneliti tujuh misteri SMAN. Aku justru sedang meneliti tentang fenomena Vtuber Clara Puni-Puni.” Ucap Jupri sambil menyerahkan laporannya.

“Approve! Puteri, aku tidak tahu kau suka atau tidak suka tetapi aku ingin kau merilis ini di media kita. Terlebih Clara Puni Puni sudah menjadi simbol budaya remaja saat ini.”

“Yang benar saja!” ucap Puteri dan Ria.

“Ya tentu saja, aku sangat yakin! Lihat ini, grafik menunjukkan selain Game Tekkan 7, Clara Puni Puni adalah yang mempopulerkan game tersebut. Jadi suka tidak, aku putuskan hal ini cukup diterima,” ucap Sena dengan penuh semangat.

“Clara Puni Puni, beruntungnya,” ucap Perempuan yang masuk dari ruangan sambil menggunakan jaket Hokage.

“Sayang sekali, Santi. Pekerjaan itu sudah diambil alih oleh Jupri. Bagaimana laporanmu tentang konser Band Maid kemarin? Apakah sudah selesai?”

“Ini laporanku, sesuai janjiku, aku menyelesaikan hari ini. Selagi di revisi aku akan mereview anime musiman dan beberapa drama korea yang akan keluar review-nya pada minggu depan.”

“Kau tidak tertarik pada pembicaraan kali ini?” tanya Puteri.

“Tidak, aku tidak tertarik. Kecuali kalian mau melakukan band akustik atau pun EDM dan memainkan lagu bergenre anime. Selain itu, kalian beritahu aku garis besarnya. Nanti, aku akan mengerti semuanya.” Ucap Santi sambil menggunakan headset kucing.

Wanita kurang tidur ini Bernama Santi. Aku tidak banyak tahu dia. Akan tetapi satu hal yang aku tahu dia sangat tidak suka bersosialisasi. Karena kemalasannya tersebut, dia tidak memilih satu pun kegiatan klub yang ada di sekolah ini. Namun karena kebijakkan sekolah kami untuk masuk klub. Akhirnya dia harus masuk ke dalam klub ini.

“Ya terserah kau lah. Aku malas berdebat,” ucap Puteri

Tidak berlangsung lama seseorang masuk. Dia berkata, “Apakah ada yang bernama Kurniadi Avicenna?”

“Ya, saya sendiri. Ada perlu apa?”

“Enggak ini dari Ibu Sonia yang Guru BK. Katanya, kamu perlu menghadap beliau karena ada hal yang perlu.”

“Ok Baik, aku akan kesana. Terima kasih infonya.” Ucap Sena sambil menaruh tas dan bergegas keruangan Guru BK yang tidak jauh dari ruangan klubnya.

Sena pun kebingungan kenapa dirinya harus dipanggil. Apakah ada yang salah dengan klubnya tersebut. Namun ini adalah awal dari semuanya, dimana kelima anak ini akan menghadapi suatu hal yang paradoks harus mereka jalani.

Awal dari Masalah

Guru bimbingan konseling SMAN 105, Ibu Sonia, terlihat sangat kesal ketika Sena masuk ke ruangannya. Muka sangat masam kemungkinan dia sangat kesal dengan artikel yang dibuat Puteri minggu lalu telah menyinggung beberapa guru sehingga Sena sebagai ketua lah yang harus bertanggung jawab. Ketika  Sena mengingat dengan cermat, Puteri ternyata punya potensi untuk membuat orang lain tersinggung dengan kata lain skill menulisnya jauh dari kata bagus. Kupikir Sena telah berhati-hati dalam dalam mengedit tulisan namun aku berpikir bahwa tulisan Puteri memang berusaha untuk terlihat pintar. Terlebih kosakata ini jarang digunakan oleh anak SMA dalam menulis, tapi ternyata terlihat seperti ingin mencari musuh. Meskipun, semua siswa pasti akan setuju dengan tulisan ini.

Sena harusnya sadar tulisan seseorang amatir pasti akan memiliki pro dan kontra yang menyinggung, alasan dibalik dia memanggil Sena kesini pasti karena dia ketuanya, bukan? Mungkin saja begitu. Pasti itulah alasannya. Setelah Bu Sonia selesai membacanya, dia menaruh artikel itu kepada Sena sambil menaruh tangannya di kening.

"Begini Kurniadi Avicenna, apa tugas seorang ketua dalam sebuah klub penelitian budaya masyarakat?"

"Tentu saja, kami meneliti sesuatu fenomena dan budaya masyarakat yang terjadi saat ini. Aku rasa sebagai editor, aku tidak salah terutama poin kritikan dari Puteri ini sebenarnya sudah tepat. Hanya saja tatanan bahasanya membuat tulisan ini sungguh sangat mengerikan. Hampir sama seperti surat ancaman."

"Itu poinnya, kenapa kau sebagai editor meluluskan artikel seperti kau menulis surat ancaman seperti ini? Apa kau ******* tetapi sayangnya kamu bukan seorang yang religius atau anak remaja masjid? Mungkin lebih tepatnya, kalian ini kumpulan idiot?"

"Aku tidak setuju ibu mengklasifikasikan anak Rohis dan anak remaja masjid dengan kata *******. Apakah Ibu Sonia itu Islami fobik?"

"Tentu saja tidak, hanya saja ibu tidak habis pikir klub buangan seperti kalian sering sekali membuat masalah."

Dia mengatakan itu sambil meminum boba, lalu tatapan matanya seperti ingin membunuh Sena.

"Ibu tak habis pikir, klub kalian itu selalu saja membuat masalah."

"Aku tidak yakin soal itu ibu. Faktanya, aku baru dipanggil kali ini oleh ibu terkait surat anc... maksudku artikel yang dibuat oleh Puteri. Benar begitu, bukan?"

"Hanya itu katamu, lihat ini aduan komplain terkait klub mu itu sudah banyak tahu. Tapi jika klub itu dibubarkan, orang aneh seperti kalian tidak punya tempat."

"Apa maksud ibu? Klub kami, aneh? Ah, ibu mengada-ada saja. Nyatanya klub kami disukai."

"Indikator apa yang kamu pakai jika klub mu itu?"

"Likes dan view pada konten klub kami adalah yang tertinggi untuk saat ini diantara klub-klub lain."

"Karena karya kalian itu sangat intimidasi, apakah kau paham? Jika seperti terus, klub kalian dan sekolah akan dalam masalah."

"Aku tidak setuju soal itu, karena beberapa kali kita memang...."

"Disukai oleh para murid berandalan dan pemalas tapi tidak dengan guru kalian," potong bu Sonia dengan nada marah.

"Meskipun begitu...."

"Kau terlalu banyak alasan Kurniadi."

"Setidaknya saya memiliki argumentasi tanpa harus...."

"Memotong pembicaraan itu maksudmu? Ibu sudah tahu apa alasan yang ingin kamu sampaikan. Ibu rasa kamu harus merubah sikapmu, terutama penampilanmu itu sungguh sangat berantakan."

"Sama seperti artis terkenal, bukan? atau gamer terkenal yang jarang tidur karena sering berlatih."

"Ya, ya, ya, terserah kau saja? Baiklah ibu akan bertanya kepadamu satu hal saja."

"Soal apa itu?"

"Aku rasa klub mu itu sangat cocok dengan kegiatan sekaligus memperbaiki sikap kalian yang aneh itu."

"Apa maksud ibu?"

"Anggap saja hukuman dari ibu. Nanti ibu akan koordinasi dengan pak Solihin buat mengganti tugas klub kalian selain meneliti hal-hal yang viral kalian harus menyelesaikan masalah dan problematika anak muda di sekolah ini."

Ketika usulan Ibu sonia terlontar begitu, angin dingin yang mengisyaratkan tanda bahaya langsung mengundang bulu kuduk Sena berdiri. Memang benar, klub seperti itu tidak ada di sekolah kami. Jika ada, maka akan bagus jika beberapa masalah kami selesaikan. Akan tetapi, justru itu adalah awal dari masalah.

"Maafkan kami ibu, hal ini terlalu berat bagi kami. Kami saja memiliki masalah kenapa harus..."

"Justru untuk itulah, Klub kalian itu adalah klub yang paling di favoritkan siswa disini. Terutama kolom artikel curhat  percintaan yang dibuat oleh Ria. Kalian ini adalah klub yang bermasalah tetapi memiliki potensi jika dibimbing dengan benar."

"Maafkan saya ibu, jika ibu mau menghukum kami bukan dengan cara seperti ini. Karena, menyelesaikan masalah terutama masalah para siswa di SMA ini. Justru akan mengundang masalah yang lebih rumit."

Seperti sudah menduga jawabanku seperti apa, ekspresi wajah Ibu Sonia tiba-tiba berubah menjadi antusias.

Dia lalu menganggukkan kepalanya dengan mengatakan "hmmmm.. ya memang benar" dan melihat ke arahku.

"Justru dengan pemikiranmu dan pemikiran teman-temanmu itu, klub mu itu harusnya berorientasi pada hal ini. Karena kalian memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan kalian adalah orang yang dapat menjaga rahasia."

"Justru itu malah menambah masalah bagi kami, Ibu Sonia. Aku tahu betul teman-temanku, mereka adalah orang-orang...."

"Tapi, fakta kalau teman-temanmu memiliki kemampuan tersebut bukanlah isapan jempol. Aku akan menggambarkan seluruh kemampuan."

"Tidak perlu, lagipula jika ingin melakukan hal tersebut. Kita perlu persetujuan dari pembina dan juga Ketua OSIS. Kemudian, teman-temanku pun juga harus mengetahuinya. Bukankah begitu?"

Tak lama setelah itu, Guru Sosiologi sekaligus pembina Klub Penelitian Budaya Masyarakat masuk ke dalam ruang BK. Guru itu bernama Pak Hartono. Dengan senyuman yang sumringah dan tutur kata yang halus, Pria paruh baya itu un berkata, "Eh, Apakah ada Kurniadi Avicenna? Katanya dia dipanggil oleh Bu Sonia? Ada masalah apa ya bu? Ku harap masalah tersebut tidak menyebalkan."

"Hah, tepat sekali bapak datang. Silahkan duduk bapak! Kebetulan bapak disini jadi kita bisa berdiskusi soal ini. Apakah Bapak setuju bila klub yang bapak bimbing itu melakukan penelitian dalam membantu orang? Bukankah itu sangat menarik dan klub seperti itu belum ada di sekolah ini? Akan tetapi, silahkan diminum teh ini."  ucap Bu Sonia sambil menuangkan secangkir teh hangat.

Sena malah heran melihat tingkah laku Bu Sonia, dia menuangkan teh hangat kepada Pak Hartono tetapi tidak kepadanya. Sena berpikir sungguh tidak adil, pikirnya.

Sambil mengangkat cangkir pak Hartono menghirup uap teh dan meminum teh tersebut sambil berkata, "Ahh terima kasih ibu. Hmmmm... Teh melati. Ibu punya selera yang bagus juga. Ahh maaf, bisa ibu Sonia ulangi terkait ide ibu tadi."

"Begini pak, bagaimana jika klub penelitian kebudayaan masyarakat memiliki tugas tambahan sebagai klub yang membantu siswa-siswa di sekolah ini. Dengan memecahkan beberapa masalah dari siswa disini, maka anggota klub bapak bisa meneliti bagaimana interaksi dan hubungan yang terjadi pada masyarakat luas."

"Oh begitu, ide yang menarik itu. Saya setuju-setuju saja. Kau juga asti setuju toh Sena? Karena dengan membantu murid-murid disini, kita bisa merumuskan bagaimana masalah dan penyelesaian masalah itu terjadi. Cukup menarik. Bapak Setuju! Menurutmu bagaimana Sena?"

"Bagaimana ya pak? tapi anggota kita hanya berlima dan itu tidak bisa menampung dan menyelesaikan masalah dari teman-teman kami yang datang untuk berkonsultasi."

"Bapak rasa kalian bisa kok. Karena kalian juga perlu pengembangan diri, penelitian sosial seperti budaya ini hanya bisa dilakukan jika kalian ingin sekali memecahkan permasalahan yang ada. Dengan begitu, kemampuan kognitif kalian berkembang. Kalau begitu saya setuju, asalkan ada beberapa pembimbing dari guru bimbingan Konseling.

"Ahh, bapak tidak usah khawatir. Untuk hal itu, saya yang akan bertanggung jawab bersama dengan bapak. Saya akan membantu sebisa saya."

"Kalau begitu tak ada masalah, jalankan saja."

sial, kata Sena dalam hati.

Dalam pemikiran Sena, Ibu Sonia adalah orang paling licik yang memanfaatkan kondisi dengan cara yang tak terduga.

Ngomong-ngomong licik, ini mengingatkan Sena dengan dengan hal lain... Dia lupa tapi dia sangat tidak ingin ke ruangan itu. Orang yang dua kali lebih licik daripada Ibu Sonia. Dimana Sena harus kabur dari sebuah realitas yang akan membuatnya ke dimensi penyiksaan lebih lanjut. Meskipun bukan sebagai ketua, tetapi dia adalah wanita yang mengerikan.

Ini layaknya sebuah penghukuman jika aku harus bertemu dengan dirinya.

Menurut pemikiran Sena, hukuman macam apa yang akan dia berikan.

"Baik pak itu saja pak. Saya harus membawa Sena ke ruangan OSIS untuk mengurus nomenklatur dan aturan yang ada. Saya permisi."

"Ah iya bu, jika bukan masalah apa-apa ya sudah saya akan kembali ke kantor."

Sena merasa kebingungan. Dia merasa Ruangan OSIS adalah ruang penghakiman lebih lanjut. Dia merasa tidak enak terhadap anggota OSIS lain. Terlebih, Sena memiliki banyak sekali masalah dengan OSIS karena kejadian tertentu.

"Ayo ikut Sena."

Ibu Sonia melangkah dan membawa lengan Sena. Ketika Sena berdiri karena bingung tidak ada penjelasan kenapa dia harus melakukan ini, ternyata Sena dan Ibu Sonia sudah ada di dekat pintu, dia menepuk pundakku layaknya ahli hipnotis.

"Ayo cepatlah!"

Dengan Penasaran Sena Ikuti arah dimana langkahnya menuju. Baginya, ini semua adalah awal dari masalah yang lebih besar dan harus ku hadapi. Semoga saja perasaannya itu tidak benar.

Jika Kau Punya Dosa, Semuanya Akan Rumit

Bentuk Gedung Sekolah dari SMAN 105 itu cukup mainstream. Kalau dari atas, terlihat seperti huruf U. Kalau ditambah gedung Masjid dan ruang audio-visual, maka sekolah kita terlihat seperti mata kail yang biasa digunakan untuk memancing. Gedung yang menjadi ruangan  kelas berbatasan dengan tembok SMPN 9 Jakarta, berseberangan dengan gedung para guru. Sebuah lorong anjang yang ada di lantai satu dan lantai dua menghubungkan gedung tersebut membentuk sebuah kail persegi.

Area-area kosong yang mengelilingi sekolah adalah tempat yang nyaman untuk anak muda berkumpul membahas sesuatu ataupun pacaran. Ketika jam makan siang, Para murid makan di Kantin yang tidak jauh di kantor OSIS dan ruang UKS. Lalu beberapa murid dari klub olahraga beberapa main di tengah lapangan terutama klub Basket, Sepak Bola, dan Sepak takraw. Beberapa siswa Olahraga berada di gedung olahraga, biasanya digunakan untuk Voli, Badminton, dan beberapa olahraga dalam ruangan.

Saat ini dari sudut pandang orang-orang, Ibu Sonia membawa Sena ke ruang OSIS bagaikan penjahat yang melakukan kejahatan yang nista. Pandangan orang-orang melihat Sena, itulah pandangan yang paling dibencinya. Padahal semua ini bukanlah salahnya. Seandainya waktu bisa diputar dan Sena bisa kembali bereinkarnasi, mungkin Sena ingin sekali berperan sebagai pohon atau makhluk hidup sejenis itu dibanding harus menjadi hewan yang bertahan hidup dengan membunuh atau dibunuh.

Sena pun melihat arah langkah sepatu Ibu Sonia 'tak tak tak' yang membentur lantai, ruangan yang dekat sekali dengan kantin sekolah. Ruang Persidangan Anggota OSIS, tempat yang paling enggan Sena datangi bahkan jika dia harus ke ruangan itu.

Bulu kuduk Sena merinding ketika mendekati ruangan tersebut. Itu tanda dia merasakan hal yang buruk soal ini.

Sebagai permulaan dari masalah, ini jauh lebih bermasalah karena Sena tahu dia harus bertemu orang itu. Banyak sekali murid-murid yang mengimpikan untuk menjadi anggota OSIS. Namun bagi Sena, anggota OSIS hanyalah sekumpulan anak muda naif yang seharusnya lenyap dari muka Bumi. Meraka memimpikan sesuatu yang indah dan tak realistis.

Padahal kenyataannya, hal seperti itu tidak akan pernah terjadi. Mereka bekerja layaknya anggota dewan yang gajinya besar, padahal mereka hanya mendapatkan lelah yang tak berarti. Ibarat kata, kalau dibayar sih tidak masalah. Seperti kata pepatah tua lama, uang bisa membeli segalanya bahkan hatimu dapat terobati dengan uang. Maka seharusnya orang-orang tak perlu bermimpi untuk menjadi ketua OSIS untuk mewujudkan keadilan di dunia yang busuk ini. Dengan kata lain, OSIS sendiri terdengar buruk.

Tapi satu hal dari yang terburuk, Sena harus masuk ke ruangan pengadilan rapat OSIS yang cukup mengerikan sampai harus dibuat gedung khusus. Sena berpikir jika pekerjaannya akan menjadi masalah di mana dia harus membantu klub musik memindahkan Piano dari ruang musik ke ruang pertunjukan, membersihkan sampah-sampah eksperimen Klub Ilmiah Remaja SMAN 105, membantu petugas perpustakaan membereskan buku-buku dan dikembalikan sesuai dengan nomor raknya, dan yang paling menyedihkan menjadi tim cadangan untuk Tim Olahraga yang kekurangan orang seperti Paskibraka atau Voli ruangan.

Ketika Sena memasuki ruangan OSIS, anggota OSIS duduk layaknya ruang rapat di Gotei 13 dari anime Bleach. Tampilan dan gaya mereka layaknya para Yakuza dan Kapten di sana. Tampang mereka sungguh menyeramkan meskipun orang tersebut perempuan. Bagaimana tidak mirip dengan Gotei 13, mereka memiliki ketua seksi sebanyak sepuluh orang dan dua ketua yang menduduki kursi sekretaris dan Bendahara. Mereka pun dipimpin oleh ketua OSIS yang menjadi kepala sama seperti Kapten Yamamoto dan digantikan oleh Kyoraku. Dengan begitu jumlah pimpinan di OSIS 10 berjumlah 13 orang yang mana aura kematian yang Sena rasakan.

"Ehm, Bu Sonia. Saya seperti merasakan aura kematian ketika memasuki ruangan OSIS ini."

"Apa itu mirip dengan aura membunuh Hyosoka di menara surga sehingga mencegah Gon dan Kilua untuk mendaftar? Atau perasaan turnamen Tenkaichi Budokai saat melawan Cell?"

"Lebih ke perasaan, Gotei 13 di anime Bleach. Hah, ibu membaca manga juga?" Sena yang bingung karena ternyata Ibu Sonia termasuk wibu.

"Apa maksudmu Gotei 13, Kau di sini untuk disidang tahu." ucap pria yang menggunakan jaket tim futsal. Dari penampilannya dia kemungkinan dari Seksi IV atau dikenal sebagai Pembinaan Prestasi Akademik, Seni, dan Olahraga sesuai bakat dan minat.

Sena tahu betul orang itu bernama Zinedine Husein Jordan Ali. Pria perawakan Arab yang waktu itu memaksa Sena masuk klub olahraga, sains, dan selain klub penelitian kebudayaan. Pria yang paling dibenci Sena karena selain terkenal dia juga menyebalkan sehingga Sena enggan masuk ke klub-klub tersebut.

"Ya tentu saja saya tahu." ucap Sena dengan senyum palsu.

"Ku harap kau kesini untuk membantu kami dalam bidang seni, wahai anak muda." ucap pria yang sedang memegang gitar. Pria itu ibarat seperti Ariel Noah dan sangat dicintai oleh para wanita. Pria bernama Frans Sinatra itu merupakan Ketua VIII Seksi Pembinaan sastra dan budaya.

"Aku tidak yakin soal itu, Frans Sinatra, kita tanyakan saja kepada orang itu bukan." jawab Sena yang masih tersenyum palsu.

"Apa kau membawa orang bermasalah lagi seperti Puteri atau dibuat sulit olehnya?" ucap wanita yang biasa disebut ratunya IT di sekolah ini yang dikenal sebagai Ratu. Dia adalah ketua dari Seksi IX atau Seksi Pembinaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

"Hahaha, bisa jadi sehingga aku harus masuk ke ruangan nista ini."

"Apa maksudmu ruangan nista? Justru ini adalah ruangan untuk menyucikan orang-orang sepertimu." ketus seorang wanita yang merupakan salah satu anggota Paskibraka Jakarta dari SMA ini. Wanita itu bernama Isnawati ketua dari Seksi III atau Seksi Pembinaan kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela negara.

"Suci, apakah ini sama seperti masjid atau gereja? Tetapi ruangan ini tidak seperti itu bukan?"

"Astagfirullah hal Adzim, Kamu harusnya sadar dan kembalilah ke jalan agama." ucap Ahmad Khair Asikin atau biasa disapa AKA. Dia adalah teman baikku yang menjadi Ketua Seksi I atau Seksi Pembinaan Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan YME.

"Ya aku minta maaf AKA, kapan-kapan aku traktir Mie ayam dan kita main marawis lagi."

"Apakah Ibu Sonia tidak mengajarkanmu tata krama, kita ini sedang dalam situasi rapat. Saya harap kamu bisa sopan, Sena. Sudah berapa kali kau ku peringatkan agar mematuhi tata krama yang ada." ucap  Jennie sang polisi sekolah sekaligus ketua Seksi Pembinaan budi pekerti luhur atau akhlak mulia atau Seksi Bidang II.

"Tapi bukankah setidaknya dia sudah jujur dan transparan. Lagi pula, Sena itu adalah orang yang paling profesional dan independen yang pernah aku kenal. Bahkan dibanding anggota Jurnalis, Klub Sena ini memiliki ketajaman argumen yang pantas untuk di debatkan." ucap Kristofer Joshua yang mengetuai Seksi Pembinaan demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural atau Seksi Bidang V.

"Aku setuju dengan Kristofer. Dia memiliki beberapa sertifikat keahlian yang kalian pun tidak mampu untuk memilikinya. Dia memiliki nilai ekonomi yang menarik. Tapi, aku harap kemampuan miliknya itu bisa dimaksimalkan." ucap wanita berambut keriting. Dia adalah Stevannie ketua dari Seksi Pembinaan kreativitas, keterampilan dan kewirausahaan, atau Seksi Bidang VI.

"That's the point! In this meeting, Sena's communication skills can be improved so that he doesn't hurt other people's feelings with his words." ucap pria perawakan bule yang merupakan Seksi Pembinaan komunikasi dalam bahasa Inggris atau Seksi Bidang X. Pria itu biasa dikenal sebagai Bejo alias Bule Jowo. Padahal nama aslinya, Piter Robert Parkinson.

"Aku tidak paham perkataanmu Bejo. Tapi bisakah kita tidak berlama-lama, Saya sendiri memiliki kesibukan di Klub Penelitian Budaya Masyarakat. Aku yakin, Ibu Sonia juga pasti memiliki kesibukan lain, bukan? Ayolah, kita sudah buang-buang waktu. Kalau begini terus aku bisa-bisa pingsan sebelum rapat dimulai."

"Pingsan? Kau butuh bantuanku, Sena?" ucap wanita bersuara lembut. Dia adalah ketua dari seksi Pembinaan kualitas jasmani, kesehatan dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi atau disebut juga Seksi Bidang VII. Wanita itu bernama Ariantika Dewi Sastramira.

"Ehh, tidak. Bukan seperti itu Ariantika."

"Sudah-sudah, Dimana Febriansyah Bintang Saputra? Bukankah kita akan memulai rapat kali ini?" tanya Ibu Sonia.

Mungkin ruangan OSIS ini memiliki aura yang mengerikan. Kalau dipikir-pikir, iblis saja malas untuk keruangan ini karena penghakiman mereka yang sangat kejam. Meskipun, ruangan ini tidak ada bedanya dengan ruangan klub Sena. Tapi yang membedakannya ruangan ini adalah terdapat seorang gadis paling cantik di sekolah ini. Dia sebenarnya kembaran identik dari Puteri hanya saja senyumannya lebih membuat orang-orang tertarik. Dia adalah seorang Wakil Ketua OSIS dan memiliki nama Puteri Ina Cantika atau biasa disebut Ina.

Namun sayang kecantikannya itu bagaikan ratu es. Bahkan, momen di mana Sena melihatnya sambil tersenyum halus, baik pikiran dan tubuhnya serasa membeku. Beda sekali saat dia melihat Puteri Amelia Cantika atau yang biasa disebut Puteri temannya di Klub Penelitian Budaya Masyarakat.

Sena sangat terpesona oleh pemandangan ini.

Jalan dengan anggun sambil tersenyum halus kemudian wanita anggun itu berkata, "Maafkan aku, Ibu Sonia. Kak Febriansyah menyerahkan rapat kali ini kepadaku, selaku wakil ketua OSIS. Dia berpesan kepada Ibu, dirinya tak bisa menghadiri sidang Kurniadi Avicenna selaku ketua Klub Peneliti Budaya Masyarakat karena dia harus menghadiri rapat antar ketua OSIS di Jakarta."

"Oh jadi begitu, baiklah kalau begitu. Bagaimana jika kita mulai sidang kali ini? Lagi pula orang yang selama ini kalian cari dan kalian inginkan sudah ada di ruangan ini, bukan?"

Apa maksud dari Ibu Sonia? Seolah-olah Sena memiliki banyak dosa dan janji yang belum dia tunaikan sebelum menjadi ketua klub penelitian budaya masyarakat. Sena berpikir bahwa sidang kali ini lebih menghakimi dosa-dosa dan janji-janji yang belum dia tunaikan kepada Anggota OSIS.

Ketika sidang dimulai, tatapan amarah mereka sangat Sena rasakan. Kecuali satu orang, Ina malah menatapnya dengan tatapan yang dingin. Seolah-olah Sena memiliki janji kepada Ina.

Jika kita kembali ke masa lalu. Dosa dan janji yang Sena ingkar cukup banyak kepada anggota OSIS. Bahkan dosa dan janji yang Sena ingkari sampai membuat dirinya mustahil untuk mengingatnya. Sebab, dia memiliki dosa tersebut pada seluruh seksi kecuali kepada Febriansyah yang merupakan teman kecilnya.

Situasi rapat itu sungguh menegangkan layaknya persidangan Sambo, Sena harus diinterogasi oleh sebelas orang anggota OSIS yang memiliki kursi jabatan. Dia dicecar oleh banyak pertanyaan dan jawaban.

Tidak heran jika dia diperlakukan seperti itu karena dia memang orang yang sangat pandai di berbagai bidang tetapi tidak ahli.

Di SMAN 105, Sena memiliki julukan sendiri salah satunya adalah Cyborg. Bukan tanpa alasan dia dipanggil Cyborg, keahliannya serba bisa membuat dirinya seolah-olah seperti manusia yang dipadukan oleh mesin sehingga dia serba bisa melakukan apa pun yang dia inginkan. Bahkan saking mengerikannya Sena, dia sampai ditawari enam studi mata pelajaran untuk mengikuti OSN, sepuluh cabang olahraga untuk mengikuti O2SN, dan lomba band tingkat Jakarta. Namun hanya beberapa saja yang dia terima dan semua itu menghasilkan medali dan piala yang mana orang biasa tidak akan mungkin bisa.

Akan tetapi, Sena dengan kelakuan anehnya membuat dirinya tidak menjadi perhatian orang-orang. Bahkan menurut rumor, Sena itu seorang introvert yang menyedihkan sehingga tidak banyak orang tahu prestasi yang dimilikinya. Bahkan saat penyerahan medali atau piala dia malah kabur ke kantin sekolah atau pura-pura sakit ke UKS sehingga tidak banyak orang tahu tentang dirinya.

Dengan demikian, Sena yang dikenal orang adalah pria standar, siswa level medioker. Oleh karena itu, kalau murid-murid di sini tidak mengenalnya, Sena tidak akan tersinggung. Namun sayangnya, orang-orang di jajaran guru dan anggota OSIS, Sena adalah seorang berlian yang belum terasah sehingga mereka mau agar Sena berkembang ke arah yang seharusnya.

"Ini, Kurniadi Avicenna, Ketua dari Klub Penelitian Budaya Masyarakat. Masalah yang ditimbulkan sangat banyak meskipun berbanding lurus dengan prestasi yang dia miliki. Namun tetap saja, kesalahan yang dia lakukan harus mendapatkan hukuman." ucap Jordan yang penuh emosi.

"Ayolah, kalian harusnya berlaku adil meski aku sepertinya memiliki banyak dosa terhadap kalian. Tapi jujur aku lupa." ucap Sena dengan santai.

"Tapi kesalahanmu cukup tak bisa ditolerir terutama di negeri timur ini. Mungkin jika kau tinggal di Amerika hal tersebut bisa dimaklumi. Akan tetapi, artikel yang klub mu tulis membuat perpecahan," ucap Jennie.

"Hmmm, aku tidak setuju. Karena dari segi bahasa dan kritikan, itu sesuai dengan koridor dan kaidah bahasa Indonesia yang tepat sehingga poin-poin dan nilai-nilai yang disampaikan sebenarnya tidak menyalahi aturan maupun UUD '45. Bagaimana pendapat kalian Isna, Jo, dan Piter? Aku yakin kalian setuju." balas Sena.

"Yes, he was not wrong if you see the writing. Arguments and facts on the ground do not violate journalistic norms. So, he has strong views and philosophies in the changes he embraces. Precisely his cynical view of the world is what he thinks we can use to solve problems." ucap Piter.

"Aku setuju dengan Piter." ikut Jo.

"Justru pandangan seperti itu yang berbahaya, sulit untuk menjaga keutuhan dan keharmonisan jika memiliki pandangan tersebut." ucap Isna

"Hadeh, sepertinya kalian ingin menjebakku untuk kerja sosial membantu masalah para remaja, ya? Aku sendiri memiliki masalah mengapa aku harus membantu orang yang bermasalah. Bukankah itu sungguh ironi?" tanya Sena.

"Karena kau memiliki kemampuan tetapi tidak kau maksimalkan." ucap Ali.

"Jangan-jangan masalah itu lagi ya? Kan sudah aku bilang, tidak ada seorang jenius dan berbakat yang tidak bekerja keras. Jika aku harus melakukan yang kalian minta, yang ada aku tidak memiliki waktu untuk diriku sendiri sehingga aku kehilangan masa remaja. Meskipun, aku bisa saja melakukan apa yang kalian minta. Akan tetapi, hal tersebut butuh usaha yang besar sedangkan banyak orang yang mendekati kualitas tersebut sehingga tidak terpaku pada satu orang yang serba bisa." balas Sena.

"Sepertinya dia memang memiliki masalah yang kompleks. Kalian sudah paham dan bisa mengetahui dari melihatnya. Siswa satu ini memiliki pendirian yang kuat hanya saja dia sedikit perlu diperbaiki. Jika kita tidak memperbaikinya, dia akan menjadi seperti seorang penyendiri yang perlu dikasihani." ucap Ibu Sonia.

Sena tak mengerti hingga dia terdiam. Dia berharap Ibu Sonia bisa menjelaskan lebih singkat tanpa perlu menjelaskannya dengan detail.

Ibu Sonia langsung menatap Ina dan berkata, "Ina! Kalau dia bisa belajar caranya memperlakukan seseorang dengan baik dengan hukuman klubnya untuk membantu OSIS dan siswa di sekolah ini, mungkin bisa ku pertimbangkan. Untuk itu, bisakah kuserahkan pengawasan dia dan klubnya kepadamu? Permintaanku hanyalah agar mereka bisa hidup di masyarakat luas dan untuk Sena bisa kau hilangkan sikap pesimis dan tertutupnya itu."

"Begitu ya, aku pikir akan lebih bagus jika mereka harus ditindak keras dan menanam kan disiplin kepada mereka." balas Ina meresponsnya dengan tegas.

Sejujurnya dia gadis yang menakutkan.

"Aku tidak setuju dengan wanita itu. Aku akan senang hati melakukan tugas sosial dan konsultasi yang ibu usulkan. Bahkan, aku akan senang hati jika bisa melakukannya, tapi kamu juga punya masalah yang harus kami selesaikan masing-masing. Di sisi lain, bukankah tidak diperbolehkan adanya kekerasan fisik."

"Jangan khawatir Sena. Justru pekerjaan ini bisa membuat kalian menemukan makna kehidupan dan kebahagiaan sejati yang kalian sangat inginkan. Kau adalah seorang pemimpin yang sangat adaptif dan mengalkulasi baik buruk risikonya. Kau tahu risiko dan kebaikan dan keburukan dari suatu keburukan bahkan kau termasuk siswa yang ahli filsafat sejak dini sehingga dapat memecahkan maslaah yang kau hadapi. Meskipun kau memiliki tampilan jahat yang menyedihkan." ucap Ibu Sonia.

"Aku pikir tadi pujian, ternyata itu bukanlah pujian.... Apakah anda tidak salah berbicara? Saya bukannya mampu mengalkulasi risiko, lebih tepatnya membuat keputusan yang rasional sehingga aku dapat kenyamanan hidup. Namun hukuman ini malah membuat diriku terjepit."

"Ohh, ternyata kau memang siswa sekaligus penjahat yang menyedihkan.... Sungguh sangat menyedihkan...." Kata Ina. Sial Ibu Sonia berhasil menghipnotis pimpinan rapat, atau tampilan ku yang mirip penjahat ini membuat mereka semua tidak percaya. Anggota OSIS kini menganggap aku seperti seorang penjahat. terlebih untuk diriku yang memiliki banyak dosa menjadikan ini semua menjadi rumit

"Oke sudah diputuskan, hukuman untuk Klub Penelitian Budaya Masyarakat adalah untuk menjadi sarana konsultasi dan penyelesaian masalah murid-murid di SMAN 105 dan akan diawasi langsung oleh anggota OSIS. Dengan demikian rapat selesai." Ina mengatakan itu dengan nada agak jijik terhadap sesuatu.

Aku melihat anggota OSIS dan Ibu Sonia tersenyum Puas.

Ibu Sonia pun berkata, "Oke, kalau begitu KPBM ini kuserahkan pada anggota OSIS."

Setelah itu, dia keluar ruangan dengan terburu-buru.

Sedang aku hanya termenung bahwa diriku harus kalah dengan cara seperti ini.

Sejujurnya, aku lebih tenang kalau mereka meninggalkanku sendirian. Tetapi, bagaimana aku harus beritahu anggota-anggota ku. Sejujurnya, OSIS adalah lingkungan paling asing dan itu membuat diriku harus kalah seperti ini. Bagaimanapun, jika kau punya dosa pada manusia semuanya akan menjadi rumit.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!