NovelToon NovelToon

Bayi Rahasia Sang Model

BRSM 1

"Uhh, capek sekali hari ini. Badan ku terasa pegal," ucap seorang gadis cantik yang berjalan dengan mengenakan dress berwarna hitam.

Gadis itu berjalan di sebuah lorong menuju ke kamar hotel. Santai berjalan tiba-tiba, ia dikagetkan dengan salah satu pintu kamar yang terbuka.

"Astaga, mengagetkan saja. Aku kira hantu," seru gadis itu tanpa memperhatikan siapa orang yang sedang berdiri di tengah pintu.

Lalu, gadis itu melanjutkan kembali jalannya. Akan tetapi, ia di kejutan kembali dengan tangan yang tiba-tiba menariknya ke dalam kamar. Gadis itu pun terkejut hebat. Seseorang itu menariknya dan melemparkan tubuhnya ke atas kasur.

"Siapa kamu? A-apa yang kamu lakukan, " ucap gadis itu gugup.

Dia adalah Rebecca Alveansa gadis cantik berumur 21 tahun yang berprofesi sebagai seorang model dan juga bintang iklan. Dia telah meraih kesuksesan di usianya yang masih sangat muda. Dibalik kesuksesannya itu ada peran orang tua yang selalu mendukungnya.

Orang tua Rebecca meninggal akibat kecelakaan. Nyawa keduanya terenggut ketika akan menghadiri di salah satu acara fashion shownya sebagai seorang model brand ambasador. Kejadian itu hampir membuat mental Rebecca down dan sangat terpuruk. Dia berjuang sangat keras sekali untuk mengembalikan semangat yang hampir hilang.

Rebecca terus mundur untuk menghindari pria yang sedang mengincarnya itu. Pria tinggi yang sedang mabuk itu mencoba untuk menjamah tubuhnya. Rebecca mencoba untuk kabur, akan tetapi pria itu mencegah dengan memegangi kedua kakinya.

"Lepaskan aku! Pria brengsek, jangan coba-coba menyentuhku," teriak Rebecca keras.

Teriakan Rebecca tak membuat pria itu mundur. Ia terus memegangi kedua kaki gadis cantik itu. Wajahnya merah padam memendam sesuatu yang muncul dari dalam tubuhnya. Pria itu bahkan semakin berani, dia mulai naik ke atas ranjang dan mengunci tubuh Rebecca dengan kuat.

"Hei, mau apa kamu? please lepaskan aku, jangan berbuat macam-macam, " teriak Rebecca keras namun tak membuat pria itu bergeming sedikitpun.

Pria itu mulai membelai tubuh Rebecca dengan kasar. Dia mencoba melepaskan dress yang di kenakan oleh gadis itu. Rebecca terus memberontak, akan tetapi kekuatannya tak bisa melepaskan cengkeraman kuat pria itu.

"Please siapapun kamu, aku mohon lepaskan. Tolong jangan lakukan apapun denganku."

Pria itu terus melakukan serangan, dia mulai menciumi wajah dan bibir merah milik Rebecca. Tangannya mulai merobek dress hitam itu. Rebecca tak bisa berbuat apapun ketika dress yang dikenakan terlepas dari tubuhnya.

Setelah berhasil merobek dress itu, terpampang lah tubuh mulus Rebecca. Gadis itu hanya mengenakan bra saja. Terlihat senyum seringai di wajah pria itu. "Puaskan aku malam ini, baby!" ucap pria itu dengan penuh napsu.

"No, lepaskan aku please! Aku mohon lepaskan aku Tuan!" Rebecca terus berteriak memohon pada pria asing itu.

Pria tersebut terus mengunci tangan Rebecca ke atas. Dia tidak merenggangkan cengkeramannya sedikit pun. Dia terus menciumi tengkuk kemudian turun ke bawah menuju ke bagian bawah Rebecca. Pria itu pun membuang bra yang menutupi tubuh Rebecca dengan satu kali tarik.

"No, jangan lakukan ini padaku. Aku mohon pada anda Tuan, lepaskan tanganku!"

Pria itu tak bergeming sedikitpun dengan teriakan dan permintaan gadis yang tak dikenalnya itu. Kini dia berani melepaskan dress yang terhenti di sebatas pinggang tadi. Sehingga terpampang under wear hitam berenda. Tanpa menunggu lagi pria itu melepas under wear dan tampak jelas bagian inti tubuh Rebecca.

Gadis itu hanya bisa menangis. Dia tak menyangka akan mengalami malam yang kelam dalam hidupnya. Rebecca terus memberontak namun, percuma karena kekuatan pria itu sungguh kuat.

Pria asing itu segera bersiap untuk melakukan serangan inti. Dia bersimpuh di tubuh Rebecca untuk memasukkan sesuatu yang sudah on fire sejak awal. Rebecca terus memohon namun tak di hiraukan sama sekali.

"Tuan, aku mohon jangan lakukan itu. Tuan, aku mohon. Tuan sadarlah."

Pria itu terus mencoba memasukkan miliknya hingga membuat air mata Rebecca jatuh dengan deras. Dia terus menangis hingga tangisannya itu berubah dengan teriakan menyakitkan. Sesuatu yang keras berhasil masuk ke dalam tubuhnya.

Luruh lah semua harapan dan juga cita-citanya. Harapan dan impian yang dia pertahankan sirna dalam sekejap. Rebecca hanya bisa pasrah kali ini. Tubuhnya terasa sakit karena pria itu terus bermain dengan penuh ga irah.

Setengah jam berlangsung pria itu sudah sampai puncak. Dia mempercepat ritme dan berhasil mengeluarkan sesuatu dalam tubuh Rebecca. Pria itu menge rang dengan suara parau kemudian terjatuh lemas di atas tubuh Rebecca dan ia pun tertidur

Air mata Rebecca terus mengalir. Dia bangun dan langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang lengket. Di dalam toilet, dia menangis di bawah guyuran shower. Rebecca merasakan sakit yang luar biasa di bagian intinya.

"Bagaimana kalau nanti sampai hamil. Karirku apa aku harus merelakan semuanya? Oh Tuhan kenapa hidupku sangat malang."

Rebecca terus meratapi nasibnya, setelah itu dia mandi dengan bersih. Selesai mandi Rebecca keluar dengan mengenakan bathrobe. Dia berlari pergi dari kamar pria itu dan kembali ke dalam kamar tempat dia menginap.

Sesampainya di dalam kamar, Rebecca mengemasi semua barang-barangnya ke dalam koper. Dia ingin segera pergi dari hotel tersebut. Selesai berkemas, Rebecca segera pergi dari hotel tersebut. Dia pergi dengan memakai hodie dan masker untuk menutupi wajahnya.

Dia berjalan keluar dengan air mata berlinang. Tidak menyangka kalau nasibnya akan stragis ini. Namun, semua tidak berguna jika harus disesali. Penyesalan tak kan merubah apapun.

Sesampainya di depan, Rebecca segera naik taksi. Dia ingin kembali ke apartemennya. Dia mencoba menghubungi sang kekasih, namun tak ada jawaban. Beberapa kali dia mencoba pun sama, nomor yang dihubungi sedang tidak aktif.

"Siall, kemana perginya Arnold di saat yang seperti ini. Aku sangat membutuhkannya. Aku rapuh sekali," gumam Rebecca dalam hati.

Taksi itu terus membawa Rebecca menembus kegelapan malam yang sepi. Menangis meratapi nasib buruk yang terlanjur terjadi. Habislah harapan dan semua cita-citanya. Hilang lah sudah impian hidup bersama pria yang dicintainya.

"Arnold pasti tidak terima jika aku datang dengan keadaan seperti ini. Lebih baik besok saja aku mencarinya," ucap Rebecca pelan.

BRSM 2

Keesokan Pagi.

Seorang pria masih tertidur dalam keadaan polos tanpa memakai baju. Pria itu adalah Reigner Anverton seorang pebisnis yang hampir tertipu oleh para pesaingnya. Pria asal Italia itu hampir terjebak malam panas dengan seorang artis yang sengaja ingin memiliki skandal dengannya.

Reigner mempunyai beberapa bisnis fashion dan juga perusahaan di bidang saham. Dia pria yang sangat mapan ditambah wajahnya yang sangat tampan. Di usianya yang hampir kepala tiga itu tak membuatnya terburu-buru mencari seorang pendamping. Hidup Reigner sangat lah teratur dan juga tertib. Hal itu membuat dirinya memiliki kriteria sendiri dalam memilih seorang istri.

Akhirnya, Reigner terbangun dari tidurnya. Dia mengerjapkan kedua matanya sembari memijit pangkal hidungnya. "Ssssh, aku dimana? Apa yang terjadi semalam? Kepalaku pusing sekali," des@h Reigner di atas ranjang.

Dia bangun dan duduk mencari handphone, akan tetapi tak menemukannya. Reigner pun membuka selimut yang berantakan dan betapa terkejutnya dia melihat noda merah dia atas kasur.

"What? Noda apa ini? Seperti darah, tapi darah siapa? Apa yang sudah terjadi semalam? Mengapa aku tidak mengingat apapun?" ucap Reigner gugup.

Reigner mencoba mengingat apa yang terjadi padanya. Dia berpikir sangat keras, tak lama kemudian Reigner mengingat sedikit kejadian yang menimpanya.

"Aku semalam ada di bar, lalu aku memesan minuman. Setelah itu kepala ku sedikit pusing. Ada seorang yang membantuku berjalan. Dia memapah dan membawaku ke hotel ini. Iya aku ingat. Lalu ada seorang wanita di dalam kamar ini, karena aku masih sadar dengan cepat aku mengusir wanita itu dan mengunci pintu. Namun, lama-lama badanku terasa panas sekali. Aku ingin keluar mencari bantuan, akan tetapi niatku terhenti ketika melihat seorang gadis yang berjalan di depan pintu. Setelah itu dengan gerakan refleks aku menariknya ke dalam kamar. Lalu aku tidak mengingatnya, bagaimana wajahnya? Ahhh, siial! Bagaimana kalau dia gadis baik-baik. Bukankah aku telah merusak masa depannya?"

Reigner terus berbicara sendiri dan sangat frustasi. Dia benar-benar tidak bisa berpikir secara jernih. Setelah itu, Reigner menemukan handphonenya. Dia mengaktifkan handphonenya terlebih dahulu dan segera menelepon Edward sang asisten.

"Halo, Edward cepat datang ke hotel Andora. Aku membutuhkan bantuan mu," ucap Reigner pada asistennya.

[Baik Tuan.] jawab Edward dari jauh.

Reigner terus memandangi noda merah di seprei itu. Dia mencoba mengingat wajah gadis yang bersamanya semalam. Namun semua itu percuma, karena dia tidak ingat sama sekali.

"Ahhhh, siall! Kenapa aku tak mengingat apapun," teriak Reigner semakin gundah. Dia turun dari ranjang menuju ke toilet untuk membersihkan badannya.

20 menit kemudian, Reigner selesai mandi. Kebetulan sekali, Edward sudah sampai. Reigner segera memerintahkan asistennya itu untuk melakukan sesuatu.

"Edward, aku beri tugas untukmu. Cek cctv di hotel ini. Cari gadis yang memakai dress ini," ucap Reigner dengan menenteng dress yang sudah sobek.

"Baik Tuan, saya laksanakan. Semalam saya sangat khawatir dengan keadaan Tuan," sahut Edward.

Reigner memakai kaosnya dan menjawab, "Aku baik-baik saja, tapi ada masalah dan kamu cepat selesaikan masalah itu segera."

"Saya pergi dulu Tuan. Permisi." Edward pun keluar dari kamar bosnya.

Di dalam kamar itu, Reigner sangat cemas dan merasa bersalah. Dia terus memandangi dress hitam itu dengan seksama. Sesekali dia melirik ke atas ranjang yang terdapat noda merah.

"Siapapun kamu, jika kamu adalah gadis yang baik maka aku akan menikahimu," gumam Reigner pelan.

Di lobi bawah, Edward sedang bersitegang dengan petugas hotel. Dia marah karena pihak keamanan tak mengizinkannya melihat rekaman cctv. Bukan Edward namanya jika tak mendapatkan apa yang dia mau. Dia melakukan negosiasi pada salah satu petugas. Hingga akhirnya petugas itu mau membawa Edward untuk mengecek cctv hotel.

Edward masuk ke dalam ruangan pengawas. Dia melihat banyak monitor yang menyoroti semua tempat di hotel itu. Edward pun langsung memerintahkan untuk membuka rekaman tadi malam.

"Kalian cepat buka rekaman tadi malam. Aku ingin mencari seseorang. Ayo cepat lakukan," perintah Edward dengan suara tegas.

Petugas itu langsung mengetik dan mencari rekaman yang di maksud oleh Edward. 15 menit mencari monitor itu menampakkan gadis yang dimaksud.

"Bagaimana? ada tidak rekaman itu?" tanya Edward menyela dan sangat tidak sabar.

"Maaf Tuan, anda lihat sendiri. Hanya dia yang berjalan melawati ruangan ini. Tapi wajahnya tidak terlihat dengan jelas ," jawab petugas itu.

Edward tak percaya jika akan menghadapi hal semacam itu. Pasti dia nanti akan mendapatkan amarah dari bosnya. "Siaal, tugasku akan semakin berat kali ini. Tuan pasti akan marah-marah padaku. Baiklah tolong kirim rekaman itu ke handphone saya," ucap Edward pada petugas itu.

Edward pun kembali untuk melaporkan pada bosnya dengan membawa rekaman cctv itu. Dia sudah mempersiapkan diri jika memang mendapatkan sebuah umpatan dari sang majikan.

Edward mengetuk pintu dan segera masuk ke dalam kamar. "Lapor Tuan, rekaman cctv itu tidak bisa terlihat dengan jelas. Gadis yang Tuan cari itu menyembunyikan wajahnya dibalik hodie dan masker," ucap Edward pada bosnya.

Reigner melihat rekaman yang ditunjukkan oleh asistennya. Dia mengepalkan kedua tangan dan semakin tak terkendali. "Siial, siial, siial! Siapa gadis itu, pasti dia bukan gadis biasa. Harus kemana aku mencarinya?"

"Edward kamu cari cctv di sekitar hotel pasti dia keluar berada di jalan sana. Cepat! Ingat aku mau hasil, kalau kamu kembali dengan tangan kosong. Jangan harap mendapatkan bonus akhir tahun," perintah Reigner pada asistennya.

"Siap Tuan, saya akan mencarinya sampai dapat." Edward undur diri dan pergi dari kamar itu.

Reigner masih ada kegiatan bisnis di kota tersebut. Dia akan kembali nanti setelah perjalanan bisnisnya selesai.

Rebecca terbangun dari tidurnya. Dia masih merasakan sakit di bagian intinya. Bahkan untuk berjalan saja sangat kesulitan. Untung saja semua pekerjaan sudah dia selesaikan. Sehingga hari ini dia benar-benar free.

Semenjak kedua orangtuanya meninggal, Rebecca hidup dengan pengasuhnya dari kecil. Rumah aslinya adalah di New York. Dia sengaja pindah ke London hanya untuk sang kekasih yang sangat dicintainya.

"Sakit sekali, apa yang harus aku jelaskan pada Arnold? Bagaimana ini bisa terjadi begitu saja? Ahhh malangnya nasibku," gumam Rebecca di bawah selimutnya.

"Aku harus jelaskan pada Arnold hari ini. Aku ingin jujur semoga saja dia bisa mengerti."

Rebecca beranjak dari kasur dan segera berganti baju. Dia ingin berkunjung ke apartemen kekasihnya. Disaat yang seperti ini, Rebecca hanya membutuhkan dukungan dan pelukan hangat sang kekasih. Setelah berganti baju, Rebecca keluar dari kamarnya.

Jarak apartemen Arnold cukup jauh dari apartemen Rebecca. Butuh waktu hampir satu jam untuk sampai ke sana. Setelah sampai, Rebecca langsung parkir di pinggir jalan. Dia langsung masuk ke dalam apartemen karena Rebecca sudah tahu kode sandinya.

Sesampainya di dalam, Rebecca langsung menuju ke lantai atas. Langkahnya terhenti ketika mendengar suara aneh di dalam kamar Arnold. Samar terdengar suara orang yang sedang bercinta. Suara deru nafas yang saling bersahutan mampu membuat tubuhnya merinding.

Rebecca terpaku di tempatnya. Kakinya terasa lemas dan tak sanggup lagi melangkah. Semakin lama suara itu semakin jelas di pendengarannya. Hingga tak sadar air matanya mengalir membasahi pipi.

BRSM 3

Rebecca menghapus air mata yang mengalir di pipinya. Dia ingin memberi pelajaran pada sang pengkhianat. Rebecca terus mendengarkan rintihan dan juga erangan panas dari kamar itu. Dia bersiap ketika salah satu dari mereka ingin mencapai puncak. Di saat itu terjadi Rebecca akan masuk ke dalam.

"Baby, I love you more!" ucap Arnold pada wanita itu.

Hati Rebecca semakin sakit. Dia tak pernah menyangka akan sakit untuk yang kedua kalinya. Suara dalam kamar semakin berat dan saling bersahutan. Sepertinya, Arnold sudah ingin mencapai puncaknya.

Rebecca bersiap dan, "Braakk!" Pintu ditendang keras hingga mengejutkan kedua orang itu.

Mereka kalan kabut melihat Rebecca yang sudah berdiri tegap di depannya."Honey, kamu kenapa ada disini?" tanya Arnold tanpa rasa bersalah.

"Dasar manusia menjijikkan. Beraninya kamu berbuat seperti ini di belakang ku Arnold," teriak Rebecca dengan sangat keras. Emosinya sudah membuncah melihat perselingkuhan kekasihnya.

Tidak merasa bersalah, Arnold justru tergelak dengan keras, "Hahaha, my honey Rebecca yang cantik jelita. Aku memang mencintaimu, tapi aku ini pria normal. Aku butuh kehangatan dari seorang wanita. Sekarang lihat dirimu, berdiri di depanku dengan tatapan yang menyedihkan. Lebih baik kamu gabung bersamaku saja. Aku bisa memuaskan mu meski aku telah lebih dulu memuaskan dia."

Mendengar hinaan Arnold membuat Rebecca semakin membenci pria yang ada di depannya itu, "Dasar pria brengsek. Aku tidak butuh semua itu. Mulai sekarang kita tidak ada hubungan apa-apa lagi. Enyah lah dari kehidupan ku, sampah."

Rebecca berjalan cepat menghampiri Arnold, "Plak, plak."

Dua tamparan keras mendarat tepat di wajah tampan kekasihnya itu. Mata Arnold membulat seketika. Dia tak percaya kalau gadis yang lemah lembut bisa menjadi kasar dalam sekejap.

Rebecca juga tak melewatkan wanita yang sedang bersama Arnold. Dia menarik rambut wanita itu dengan keras. "Kamu jallaang sialan! Kamu tidak ada apa-apanya dibandingkan aku. Jadi aku tidak perlu bersaing dengan sampah seperti mu."

"Hei, Lepaskan rambutku, kamu tidak punya hak untuk menyentuh ku," teriak wanita itu kesakitan.

"Honey, lepaskan dia! Pretty tidak bersalah dalam hal ini karena akulah yang merayunya. Sudahlah jangan buang tenagamu secara percuma. Sini duduk dengan tenang, aku akan memberikan sentuhan lembut ku padamu," ucap Arnold menyebalkan. Dia terus mengeluarkan rayuan mautnya untuk Rebecca.

Rebecca melepaskan rambut wanita itu dengan kasar. Lalu dia tertawa dengan keras, "Sungguh bodohnya aku bisa mempercayai pria bajingan sepertimu Arnold. Sore ini kalian berdua pergi dari apartemen ku, karena aku akan menjual tempat ini."

"Selamat tinggal para sampah," ucap Rebecca pergi dari tempat itu. Hatinya hancur berkeping-keping. Dia sangat mencintai pria yang telah dikenalnya selama kurang lebih 2 tahun. Bahkan Rebecca rela memberikan apa saja demi sang pujaan hati. Tapi, balasan sungguh menyakitkan.

"Arnold kenapa kamu tidak mengejarnya?" seru wanita itu pada Arnold. Ia khawatir kalau Arnold benar-benar putus dengan sumber mata uangnya.

"Buat apa mengejarnya, nanti juga bakal balik sendiri kok. Dia itu tidak bisa menjauh dariku baby. Lebih baik kita lanjutkan kegiatan yang tertunda tadi. Sungguh siial, padahal sedikit lagi keluar," jawab Arnold dengan entengnya.

Arnold melanjutkan kembali adegan bercintanya itu. Dia tidak peduli dengan kemarahan dan juga ancaman Rebecca.

Di luar, Rebecca menyetir mobilnya dengan kecepatan penuh. Ingin sekali di menghilang dari dunianya saat ini. "Akkhh, Kenapa ini terjadi padaku? Karirku, masa depanku, kisah percintaan ku semua hilang. Bahkan mahkota berharga ku telah terenggut secara paksa."

Rebecca terus menangis tanpa mempedulikan keadaan sekitarnya yang ramai. Dia justru menambah kecepatan mobilnya hingga menerjang lampu merah dan kebetulan dari arah samping ada truk besar yang sedang berjalan.

Truk itu memencet klakson dengan sangat keras. Akan tetapi, Rebecca tak mendengarkan itu hingga kecelakaan tak terhindarkan lagi. Mobil Rebecca tertabrak oleh truk dan mendorongnya hingga beberapa meter. Tubuh Rebecca terluka parah karena terjepit oleh badan mobil.

Reigner sedang rapat bersama kliennya di sebuah gedung. Rapat itu membahas tentang kerja sama dalam bidang investasi saham. Sebagai pebisnis sukses tentunya hal yang wajar jika para pengusaha mengincar kerja sama dengan perusahaan Reigner.

"Terima kasih atas kerjasamanya Tuan Reigner. Kami sangat senang sekali, semoga kerjasama ini berjalan dengan lancar," ucap klien Reigner.

"Sama-sama Tuan Benny, saya juga menaruh harapan pada perusahaan anda. Semoga banyak keuntungan yang kalian dapatkan," jawab Reigner.

Setelah berjabat tangan dan rapat selesai, Reigner keluar dari gedung itu. Sore ini dia akan kembali ke Italia karena tugasnya sudah selesai.

"Edward, bagaimana dengan tugas yang aku berikan padamu? Apa sudah mendapatkan petunjuk?" Reigner masih penasaran dengan gadis yang tidur bersamanya kemarin malam.

"Belum Tuan, saya sudah mengecek semua cctv yang berada di sekitar hotel. Namun hasilnya nihil," sahut Edward menyerah.

Reigner terdiam membuang pandangannya ke luar jendela, "Baiklah, sore ini kita kembali ke Italia."

"Baik Tuan," jawab Edward.

Setelah itu, Edward mengemudikan mobilnya kembali ke hotel. Di tengah perjalanan justru dia terjebak macet. Hal itu membuat Reigner semakin tidak sabar. "Ada apa ini kenapa bisa macet sekali?"

"Sepertinya di depan ada kecelakaan Tuan. Polisi sedang mengevakuasi korban, "sahut Edward sembari mencari informasi dalam handphonenya.

Akhirnya setelah menunggu selama setengah jam lebih, lalu lintas lancar kembali. Reigner melihat ada sebuah truk yang sedang menabrak sebuah mobil hingga rusak parah.

Petugas medis sedang menangani Rebecca yang terkulai lemas dengan luka di seluruh tubuhnya. Kaki dan tangannya patah. Wajahnya penuh serpihan kaca. Sungguh akhir yang tragis untuk seorang gadis yang karirnya mulai merangkak naik.

Di depan ruang operasi ada seorang perempuan paruh baya yang sedang cemas memikirkan anak asuhnya. Ia berjalan mondar-mandir dengan raut wajah yang khawatir.

Ia adalah Paulina baby sitter Rebecca. Sejak bayi hingga dewasa dia selalu setia menjaga anak asuhnya itu seperti anak kandungnya sendiri. Bahkan setelah kedua orang tua kandung Rebecca meninggal dunia, dia tetap setia menjaga dan selalu mengarahkan Rebecca ke jalan yang benar.

Dua jam berlalu, akhirnya dokter keluar dari ruang operasi. Paulina segera menghampiri dokter itu untuk menanyakan kondisi Rebecca. "Dokter bagaimana kondisi putri saya?" tanya Paulina dengan menyeka air mata.

"Kondisi pasien yang terluka parah membuat kesadarannya menghilang. Operasi berjalan lancar akan tetapi pasien dinyatakan koma karena sempat ada pendarahan di otak."

Paulina terkejut lalu menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dia tak menyangka akan menjadi separah ini.

"Apa yang harus saya lakukan Dok?" tanya Paulina sedih.

"Hanya bisa berharap ada keajaiban. Kalau begitu saya permisi dulu."

Paulina tertunduk lesu, dia bingung harus berbuat apa, "Semoga kamu bisa melewati ini Nona muda. Saya akan terus berjuang demi anda."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!