NovelToon NovelToon

Friendship In Love

Diary

Waktu terus berlalu tanpa Nina sadari. Bagi Nina, Agung itu seperti senja yang datang membawa keindahan dan berlalu menghilang begitu saja meninggalkan kenangan.

Kini musim kemarau telah datang kembali. Daun-daun kering berjatuhan. Satu per satu berterbangan disekitarnya. Nina duduk dibawah pepohonan sebuah taman di area pinggiran kantornya.

Angin bertiup sepoi-sepoi. Dan Dia membiarkan angin menerpa rambut panjangnya sambil menunggu seseorang. Sesekali Nina terlihat melirik jam tangannya.

' Sepertinya Dia masih sibuk dengan pekerjaannya.' Batin Nina seraya membuka tas hitamnya. Tanpa sengaja Nina melihat sebuah diary lamanya. Buku diary berwarna biru. Sampul depan bertuliskan " The best Friend. ", yang selama ini Dia bawa kemana-mana. Padahal itu tentang kisahnya Lima tahun yang lalu.

Nina seakan tertarik membukanya kembali, sebuah goresan tangan yang Dia tulis hari demi hari didalam buku diarynya, menggambarkan setiap scene kisah persahabatannya.

Flashback

Masa SMA.

" Nin tangkap ini! " Teriak Agung dengan lantangnya di area permainan basket.

" Ya! Kau melempar atau menghantam." Teriak Nina seraya berlari dan menangkap bola dengan cekatan.

Selesai bermain basket . Mereka menuju ke kantin. Agung dengan cepat memesankan minuman dan makanan kesukaan Nina. Persahabatan mereka telah terjalin selama empat tahun ini, membuat mereka saling memahami karakter masing-masing bahkan soal makanan kesukaan.

" Thanks." Ucap Nina.

" You are welcome." Agung tersenyum.

Nina terlihat makan dengan lahap. Begitu juga dengan Agung.

" Kau tahu Adel?" Ucap Agung di disela-sela mereka makan.

" Iya. Why?" Nina penasaran.

" Dia mengatakan cinta padaku kemarin. Aku belum menjawabnya. Aku harus jawab apa Nin?" Tanya Agung terlihat bingung.

" Ya! Kau tinggal jawab yes or no." Ucap Nina ketus. Masalahnya masalah seperti itu saja tanya kepadanya.

" Tapi Aku bingung terhadap perasaanku." Agung menunduk.

" Why? Dia feminim, cantik dan pintar. Bukankah itu kriteriamu? " Tanya Nina sebagai sahabat mengingatkan kembali atas kriterianya.

" Iya. Berarti Kau mendukungnya?" Agung memandang Nina dengan kebimbangannya.

" Tentu saja. Aku akan ikut bahagia jika sahabatku bahagia." Nina tersenyum senang layaknya seorang sahabat yang ikut merasakan kesenangan sahabatnya.

" Kalau begitu Ayo!" Ajak Agung menarik Nina. Walaupun Agung masih terlihat bimbang. Tetapi Dia terlihat senang saat Nina terlihat mendukungnya.

Nina berjalan mengikuti langkahnya. Sesekali Mereka bersendau gurau. Agung mengajak Nina ke ruang kelas Adelia.

Adelia terlihat terkejut dengan kedatangan Agung dengan Nina.

" Del. Perkenalkan sahabatku Nina."

" Senang berkenalan denganmu Nina." Ucapnya seraya menjabat tangan Nina.

" Senang juga bisa berkenalan denganmu Del." Sahut Nina.

" Del, Aku akan menerima perasaanmu tapi dengan satu syarat. Kau tidak boleh cemburu pada Nina. Aku ingin kita berkencan tetapi ada sahabatku juga disampingku. Apa Kau menerima syaratku ini?" Tanya Agung serius.

Nina terlihat bingung. Jelas Dia tidak rela. Dia tidak langsung menjawabnya. Namun demi perasaan dan ambisinya, Dia pun memikirkannya matang-matang.

" Apa ini tidak keterlaluan? Jelas Aku mengganggu kencan kalian." Ucap Nina sedikit menolong Adelia yang sepertinya sangat keberatan.

"Tidak. Kita sudah bersahabat lama. Aku tidak ingin meninggalkan sahabatku walaupun Aku kencan dengan wanita lain." Ucap Agung bersikeras dengan pendiriannya.

" Tidak apa-apa. Aku menyetujuinya." Jawab Adelia memotong pembicaraan, Jelas Dia terlihat ambisinya lebih kuat.

Nina terkejut, bagaimanapun juga Dia tidak ingin menjadi penghalang Mereka berkencan.

" Terima kasih Adelia. Kau baik sekali." Ucap Agung seraya memeluknya. Dan jelas Adelia tersenyum penuh kemenangan.

Entah mengapa hati Nina tiba-tiba terasa sesak, melihat Agung memeluk Adelia. Padahal sebelumnya Nina baik-baik saja.

Hari-hari berikutnya Mereka selalu jalan bertiga. Dan ini sungguh membuat Nina tidak nyaman. Apalagi Adelia seperti menguasai Agung. Walaupun Agung bersikap netral terhadap Mereka. Nina terlihat masih bertahan, karena mengingat persahabatan yang pernah Dia jalin bersama Agung. Persahabatan yang lumayan lama sejak SMP.

Dan saat ini hubungan Agung dan Adelia sudah berjalan hampir enam bulan. Entah mengapa semakin lama hati Nina semakin sakit dan tidak nyaman melihat Mereka berdua. Apalagi disaat Adelia bergelayut manja ke Agung. Itu membuat Nina muak melihatnya.

Hingga akhirnya suatu hari, Mereka bertiga makan di sebuah cafe.

" Aku mau ke belakang dulu." Ucap Agung.

Kini Nina hanya berdua dengan Adelia.

" Nin Bisakah Kau tidak selalu mengikuti Kami, saat Kami berkencan?" Tanya Adelia terang-terangan.

" Bukankah Aku pernah mencobanya?" Tanya Nina balik tanpa menjawab pertanyaannya.

" Tapi Kau seperti tidak niat Nina." Sahut Adelia membuat Nina emosi. Secara Dia tidak ingin juga jadi obat nyamuk diantara Mereka.

" Ok. Aku pergi. Carilah alasan apapun untukku pada Agung atas kepergianku ini." Nina beranjak dari tempat duduk dan melangkah keluar dari kafe tersebut.

Nina terlihat memesan kendaraan online. Beberapa menit kemudian kendaraan online datang. Dan Nina tidak sengaja menoleh ke belakang. Terlihat Agung berlari menghampiri Nina yang sudah naik kendaraan online. Dibelakang Agung, Adelia mengejarnya.

Namun Nina tidak perduli, Dia membuka pintu mobil dan segera menutupnya. Agung terlihat berteriak-teriak memanggilnya.

" Perumahan Lestari Indah." Ucap Nina tanpa memperdulikan Agung dan Adelia lagi.

" Baik." Ucap sang sopir kendaraan online tersebut.

Akhirnya Nina sampai dirumah.

Dia terkejut melihat seorang laki-laki yang berada diruang tamu. Sahabat kecil Nina datang menemuinya.

" Dimas? Kapan Kau pulang dari USA?" Tanya Nina penasaran dan sedikit melupakan kejadian tidak nyaman yang baru saja Dia alami.

" Baru Kemarin dan hari ini baru bisa menemuimu." Ucap Dimas seraya memeluk Nina.

" Kau sungguh terlihat sudah berbeda. Tambah cantik." Puji Dimas terlihat terpesona dengan kecantikan alami Nina.Mereka saling melepas pelukannya dan lalu duduk.

" Ternyata Kau sudah pulang Nin. Mana Agung? Biasanya Dia mengantarmu dan mampir kerumah dulu." Ucap Ibunya seraya menaruh minuman buat Dimas.

" Agung? Siapa Nin?" Tanya Dimas penasaran.

" Dia sahabatku sejak SMP." Ucap Jelas Nina.

" Oh jadi Aku pergi Kau langsung menggantikanku?" Dimas berpura-pura menatap tajam pada Nina.

" Tidak. Kalian semua sahabatku." Nina tidak ingin membeda-bedakan.

Lalu Mereka mengobrol tentang kenangan masa kecil. Dari yang lucu sampai yang tergokil. Membuat Mereka tertawa bersama.

" Mulai besok Aku akan satu sekolahan lagi denganmu." Ujar Dimas terlihat senang.

" What? Jadi Kau pindah ke sini lagi?" Nina terkejut.

" Betul sekali." Dimas menganggukkan kepalanya.

Bell pintu mengejutkan Mereka. Membuat Nina beranjak dari tempat duduknya dan membuka pintu. Agung berdiri didepannya dan terlihat khawatir.

" Apa Kau tidak apa-apa. Kata Adelia Kau sedikit tidak enak badan. Tapi kenapa Kau malah memilih naik kendaraan online, daripada menungguku?Kau sungguh membuatku khawatir Nin." Ucapnya panjang lebar dan membuat Nina terkejut dengan kebohongan Adelia.

" Owh Iya. Aku hanya sedikit pusing tadi dan tidak ingin merepotkanmu. Jadi Aku cepat-cepat pulang. Maaf telah membuatmu kawatir." Ucap Nina mengikuti alur kebohongan Adelia.

" Apa Dia Agung yang Kau bilang tadi Nin?" Suara Dimas mengejutkan Agung.

" Iya Dim. Oya perkenalkan Dimas, Ini Agung." Nina memperkenalkan kedua sahabatnya tersebut.

Dimas beranjak dan terlihat menghampiri Agung.

" Dimas." Dimas memperkenalkan diri, seraya menjabat tangan Agung.

" Agung." Agung masih terkejut.

" Kalian duduklah." Ajak Nina.

Mereka lalu terlihat duduk.

Nina kebelakang membuatkan secangkir kopi expresso kesukaan Agung.Mereka sesekali terlihat mengobrol. Sebelum akhirnya Nina duduk kembali bergabung dengan mereka.

" Apa Kau yakin sudah sembuh dari rasa pusingmu?" Tanya Agung menatap Nina, raut wajahnya masih terlihat khawatir.

" Sudah." Nina menganggukkan kepalanya.

" Apa Kau sakit? Kenapa Kau terlihat baik-baik saja dari tadi." Ucap Dimas penasaran sekaligus heran dan membuat Agung terlihat sedikit bingung.

" Bukan sakit yang berlebihan. Hanya sedikit pusing saja tadi dan sekarang sudah sembuh." Ucap Nina terpaksa berbohong.

Dimas terlihat mengerti dan percaya dengan kata-kata Nina.

" Jadi kalian benar-benar hanya berteman?" Tanya Dimas.

" Tentu saja. Bahkan Agung sudah punya kekasih jadi Kau jangan menanyakan lagi soal ini. Jelas tidak enak didengarnya. " Nina pada Dimas.

" Benarkah?" Pertanyaan Dimas membuat Agung terlihat ragu menjawabnya.

" Iya benar." Ucap Agung.

" Maaf. Aku memastikannya. Karena Kau terlihat begitu khawatir tadi dengan Nina. Jadi Aku kira Kalian lebih dari teman.Sekali lagi maaf. Ternyata Kau sudah punya kekasih. Itu sungguh membuatku tenang."ucap Dimas tertawa.

Agung terlihat hanya tersenyum merespon ucapan Dimas. Entah mengapa, hatinya terasa tidak rela Nina mempunyai sahabat lain selain dirinya.

" Agung teman yang sangat baik bagiku. Dia tidak sepertimu. Aku terjatuh pun Kau tak pernah menolongku malah menertawakanku." Ucap Nina membuat Dimas tertawa.

" Habis Kau kalau terjatuh lucu. Kau bukannya minta tolong tapi langsung menangis." Dimas masih melawak.Lagi-lagi Agung hanya tersenyum mendengar lelucon Dimas.

Tidak terasa jam menunjukkan pukul 21:00 malam. Mereka berpamitan Nina mengantar Mereka sampai halaman rumah.

" Nin, jangan lupa besok Kita berangkat bersama. Aku akan menjemputmu." Ucap Dimas.

" Secepat itu? " Nina sedikit terkejut.

" Iya, memangnya Aku harus dirumah terus gitu. " Sahut Dimas.

"Ok.Sampai besok." Ucap Nina ke Dimas.

"Sampai besok."

Agung terlihat masih berdiri disamping mobilnya, Dia mendengarkan percakapan Nina dengan Dimas.

" Sampai jumpa juga besok disekolah. " Ucap Nina melambaikan tangan ke Agung.

" Iya, sampai bertemu lagi besok. Selamat malam." Ucap Agung datar seraya masuk ke mobilnya.

" Selamat malam juga."

Nina sedikit bingung dengan sikap Agung. Dia lebih terlihat diam sejak melihat Dimas.

Tapi Nina tidak ingin terlalu memikirkannya. Setidaknya dengan adanya Dimas, Dia mempunyai alasan untuk menghindar dari kencan Agung dan Adelia yang sudah membuatnya sangat tidak nyaman.

To be continued

Kantin

Nina sarapan pagi seraya sekali - sekali melirik jam di tangannya. Dia mengingat kembali bahwa Dimas akan menjemputnya. Jadi berkali-kali Nina melirik jam dan membuat Ibunya bingung.

" Apa Kau menunggu Agung?" Tanya Ibunya penasaran.

" Lain Ma. Agung sudah mempunyai kekasih. Tidak enak kalau Dia jemput Nina terus."

" Jadi Dimas?"

" Iya Ma,Dimas pagi ini akan memulai bersekolah lagi. Kita satu sekolah." Jelas Nina.

Ibunya tidak terlalu terkejut mendengarnya, sepertinya Dimas sudah sedikit cerita pada Beliau. Akhirnya Bell rumah berbunyi.

" Itu pasti Dimas." Ucap Nina seraya berpamitan dengan dan keluar dari rumahnya.

Dimas terlihat sudah menunggu Nina dengan senyuman cerianya.

" Ayo Nin! Maaf sedikit lama menjemputmu. Aku sedikit kesiangan bangunnya tadi. Maklum tadi malam begadang tidak bisa tidur memikirkanmu." Jelas Dimas bercanda membuat Nina tertawa. Dimas membukakan pintu untuk Nina. Nina pun langsung masuk ke mobilnya Dimas dan memasang sabuk pengamannya.Lalu mobil melaju ke arah sekolahan.

" Jadi Kau dan Agung sudah lama berteman?" Dimas membuka topik pembicaraan.

" Iya. Hampir Lima tahun." Jelas Nina.

" Selama itu Kalian benar-benar berteman?" Tanya Dimas membuat Nina bingung.

" Tentu saja. Why?" Nina heran dengan pertanyaan Dimas.

" Dan kapan Agung mulai mempunyai kekasih?" Pertanyaan Dimas masih berlanjut.

Nina terdiam sejenak. Memikirkan tepatnya berapa lama Agung dan Adelia berkencan.

" Hmmm... sepertinya kurang lebih masih sekitar enam bulanan yang lalu. Kenapa?" Nina penasaran mengapa Dimas begitu tertarik dengan topik persahabatannya dengan Agung.

" Tidak. Aku hanya penasaran dengan persahabatan kalian. Sepertinya Dia begitu perhatian dan protektif denganmu. Dan caranya menatapmu terlihat lain. Apa Kau yakin Dia sedikitpun tidak menyukaimu?" Pertanyaan Dimas membuat Nina terkejut.

Namun Nina langsung tertawa. Bagaimanapun juga Nina memahami tipe wanita yang Agung dambakan sebagai kekasihnya.

" Itu tidak mungkin Dim. Aku jelas bukan tipenya. Aku tomboy, tidak feminim dan seanggun wanita yang menjadi tipe idealnya." Jelas Nina membuat Dimas sepertinya sedikit mengerti dengan alur persahabatannya dan Agung. Walaupun Dimas masih tidak sepenuhnya percaya, kalau Agung tidak mempunyai perasaan apa-apa terhadap Nina. Dimas memahaminya, karena Dia sama-sama lelaki.

" Semoga saja Aku salah menilainya." Ucap Dimas seraya tersenyum pada Nina. Dimas berbeda dengan Agung, Dimas lebih blak-blakan soal hati.

" Jelas Kau salah menilainya Dim." Sahut Nina seraya membalas senyumannya.

Tidak terasa mereka sampai disekolahan. Dimas memarkirkan mobilnya. Lalu Mereka keluar dari mobil dan menuju ke kelas.

" Oya, Aku lupa. Aku harus menghadap ke Kepala sekolah dulu. Bisa kah Kau temani Aku?"

" Ok."

Nina menemani Dimas ke ruang Kepala Sekolah, namun Dia menunggu diluar ruangan.

Tidak begitu lama, Dimas sudah terlihat keluar dari ruang Kepala Sekolah.

" Kau ditaruh dikelas mana? " Tanya Nina penasaran.

Dimas memperlihatkan selembar kertas pada Nina. Nina terlihat kecewa karena Dimas tidak sekelas dengannya, melainkan sekelas dengan Adelia, kekasihnya Agung.

" Kau sekelas dengan Adelia." Ucap Nina.

" Siapa? Apa temanmu juga?" Dimas terlihat penasaran sambil menyimpan kertasnya kembali.

" Bukan. Dia kekasihnya Agung." Jelas Nina seraya terlihat menundukkan kepalanya dengan lesu. Dan lalu Dia mencoba kembali ceria.

" Hmmm... " Dimas merespon datar penjelasan dari Nina.

Nina menunjukkan kelas barunya ke Dimas. Seperti sewajarnya ada anak baru, banyak murid perempuan berbisik-bisik mengagumi Dimas.

Adelia terlihat terkejut melihat Nina datang kekelasnya. Tetapi Dia terlihat tersenyum puas saat melihat Nina datang dengan murid lelaki lain selain Agung. Entah apa yang ada dipikirannya. Nina tak terlalu bisa menilainya. Nina langsung kembali ke kelasnya. Jujur mengingat kejadian di kafe kemarin, Nina mulai tidak terlalu peduli lagi padanya, bahkan pada hubungan Mereka. Bahkan andai waktu bisa diputar kembali. Nina tidak akan mendukung Agung berkencan dengannya, apabila mengetahui sifat aslinya itu.

Sayang waktu itu Nina tidak mengetahui sifatnya Adelia yang begitu ambisius. Nina tahunya Dia mendekati tipenya Agung. Jadi Nina mendukungnya sebagai sahabat.

Nina terlihat mengeleng-gelengkan kepalanya. Rasanya tidak penting Dia menyesali itu. Waktu tidak akan pernah bisa diputar kembali lagi.

Nina memasuki ruang kelasnya. Dan pandangannya mencari sosok Riri yang menjadi teman satu bangkunya. Tidak lupa juga Dia mencari sosok Agung. Dan Agung sepertinya belum datang, karena belum terlihat sama sekali batang hidungnya.

" Nin!" Teriakkan Riri dipojok belakang membuatnya terkejut dan membuyarkan lamunannya.

Nina melangkahkan kakinya kearah Riri dan duduk disebelahnya.

" Apa Kau sudah melihat Agung ?" Tanya Nina memastikan.

" Belum. Bukankah kalian biasanya berangkat bersama? " Tanya Riri penasaran.

Nina menggelengkan kepala.

" Tidak untuk hari ini." Jelas Nina.

'Dan mungkin seterusnya.'Pikir Nina.

Dan Nina juga tidak ingin lagi mengganggu kencan Agung dan Adelia lagi. Sehingga Agung tidak ada alasan lagi untuk menjemput dan mengantarnya pulang. Apalagi selalu membuat Nina ikut kencannya Mereka.

"Nin, Agung datang." Ucap Riri.

Nina mengarahkan pandangannya dan melihat Agung masuk ke kelas. Tapi Dia terlihat langsung menuju ke teman satu bangkunya yaitu Eko. Nina jadi penasaran dengan sikapnya yang tidak seperti biasanya. Iya, biasanya Dia akan basa basi dengan Nina dahulu. Mengobrol dari A - Z. Bahkan Riri kadang tertawa terbahak-bahak dengan obrolan Mereka yang kadang konyol dan tidak penting.

" Apa Kalian ada masalah?" Riri sepertinya sadar juga dengan gelagat Nina dan perubahan pagi ini.

" Tidak." Nina mengelak.

Akhirnya bell istirahat berbunyi. Nina berniat menyapa Agung.

" Gung, Kenapa Kau terlihat muram? Apa Kau sakit? Apa perlu kupanggilkan dokter kesini?" Sapa Nina seperti biasa dan berbasa-basi.

" Tidak. Aku hanya lagi tidak mood . " Jawabnya seraya masih membereskan peralatan menulisnya.

" Kalau begitu ayo Kita ke kantin bersama!" Ajak Nina terkesan seperti biasanya.

Agung bukannya mengiyakan ajakannya seperti biasa. Dia malah terlihat menatap Nina dengan datar.

" Bukankah Kau sudah mempunyai sahabat selain Aku?" Dia mengingatkan Nina tentang Dimas. Nina jadi sedikit bingung dengan sikap Agung pagi ini yang berubah dratis dari biasanya.

" Tapi Kau juga sahabatku.Kalian semua sahabatku." Jelas Nina dengan tersenyum manis padanya. Walaupun sedikit ada rasa sakit dihati Nina mengakui Agung sebagai seorang sahabat baginya. Nina pun bingung dengan hatinya itu. Faktanya hatinya sudah sedikit mulai tersimpan suatu rasa, yang tidak selayaknya Dia rasakan kepada seorang sahabat.

" Aku paham, Tapi sahabatmu yang lain sudah muncul itu. Jadi kesanalah dulu. Nanti Dia nyasar-nyasar disekolahan barunya ini." Ejek Agung seraya memandang ke arah pintu.

Ternyata Dimas terlihat sudah muncul didepan pintu kelas Nina.

Nina terpaksa meninggalkan Agung dan menghampiri Dimas. Mengingat Dimas baru di sekolah ini. Jelas Dia belum terlalu mengetahui lingkungan di sekolah ini.

" Aku tadi dikasih tahu Adelia bahwa kelasmu disini." Jelas Dimas begitu Nina sudah berada didekatnya.

"Dimana kantinnya? Aku sungguh sudah sangat lapar." Dimas terlihat memegang perutnya yang sepertinya sudah keroncongan.

Adelia mulai terlihat menuju kekelas Mereka. Sepertinya Dia ingin menemui Agung.

" Apakah Kalian ingin kekantin?"

Tanya Adelia sok manis didepan Dimas.

" Iya." Ucap Dimas.

" Kalau begitu ayo Kita kekantin berempat bersama." Ajak Adelia dan terlihat Agung sudah melangkah kearah Mereka.

Mau tak mau mereka berempat kekantin bersama. Adelia terlihat banyak bicara dan bergelayut manja ke Agung. Tapi Agung terlihat diam dan merespon seperlunya.

Sedangkan Dimas terlihat fokus menatap ekspresinya Nina.

" Apa Kau nyaman melihat Mereka bermesraan seperti itu selama ini?" Dimas berbisik.

Nina hanya mengangkat kedua alisnya.

Mereka berempat akhirnya makan siang dalam satu meja.

" Jadi Kau sahabat kecilnya Nina?" Tanya Adelia pada Dimas.

" Benar."

" Aku sungguh senang mengetahui Kau sahabatnya Nina juga. Bukankah Kau juga merasa senang Gung?" Adelia menoleh ke arah Agung.

" Iya." Jawab Agung seraya tersenyum.

" Aku juga senang mengetahui Nina mempunyai sahabat seperti Kalian. Apalagi seperti Agung ,yang sepertinya sangat perhatian sekali ke Nina. " Ucap Dimas memandang ke arah Agung dan Nina.

Dan Nina berharap Agung menjawab atau mengatakan sesuatu tentang persahabatan Mereka. Tapi faktanya Agung hanya tersenyum pada Dimas.

" Agung memang seperti itu. Dia perhatian ke semua teman-temannya tidak hanya ke Nina." Jelas Adelia.

Nina hanya tersenyum masam mendengar ucapan Adelia.

" Kau jangan mengarang cerita Del, kalau Kau tidak tahu apa-apa tentang persahabatan kami." Ucap Agung kelihatan kesal seraya langsung menyantap makanannya kembali dan membuat Adelia tidak berani berkata-kata banyak lagi seperti sebelumnya.

To be Continued

Kehilangan

Mereka terlihat kembali ke kelas masing-masing. Nina sedikit mempercepat jalannya agar sejajar dengan Agung.

"Agung, Kenapa Kau berubah? Dan terkesan mendiamkanku." Ucap Nina.

" Aku sudah bilang. Aku lagi tidak mood." Kata ini Agung diulang kembali.

" Why?" Nina masih penasaran sama sikap sahabatnya itu.

Agunn masih terdiam. Nina sedikit mempercepat jalannya kembali. Agung benar-benar begitu cepat kalau berjalan. Membuat Nina kadang sedikit berlari-lari kecil menyusulnya.

" Bisakah Kau jangan bertanya lagi. Aku kenapa dan ada apa denganku? Bukankah itu bukan urusanmu?" Agung berhenti tepat di depan kelas Mereka.

" Tapi... Aku sahabatmu. Apa Kau tak ingin membagi lagi masalahmu padaku ? " Nina memandangnya dengan sedikit kesal. Karena Nina sudah mencoba bersabar dari tadi pagi. Agung memandang Nina dan memegang kedua bahunya.

" Kalau Kau memang sahabatku. Seharusnya Kau lebih mengerti keadaanku, tanpa Aku menceritakan padamu Nin." Ucap Agung membuat Nina semakin tidak mengerti.

Agung melepaskan pegangan tangannya dibahu Nina. Dan kembali berjalan memasuki kelas Mereka.

Nina mengikutinya dari belakang. Dan berjalan menuju Riri.

Riri kelihatan bingung melihat ekspresi wajah Nina, yang tidak seceria biasanya. Nina mendudukkan dirinya disebuah bangku, tepatnya sebelah kiri Riri.

" Why? " Riri penasaran.

" Tidak ada apa-apa. Hanya sedikit perubahan." Ucap Nina tersirat. Membuat Riri penasaran.

" Apa perubahan pada Agung?" Tebakan Riri yang sangat tepat.

" Benar." Nina mengangguk.

" Apa Kalian benar-benar ada masalah ? " Riri mencari kepastian.

" Tidak. Aku sendiri juga bingung melihat sikapnya." Nina terlihat lesu.

Akhirnya pelajaran selesai. Nina sungguh penasaran dengan sikap Agung.

" Gung. Aku ingin bicara." Nina menarik tangan Agung sebelum Dia sempat keluar kelas.

Agung terpaksa berhenti. Nina sedikit menunggu semuanya keluar. Agung terlihat duduk kembali dibangku barisan depan.

" Apa yang ingin Kau bicarakan Nin? Jelas Dimas sudah setia disampingmu. Kenapa Kau menahan kepulanganku?" Agung terlihat sama sekali tak ramah seperti biasanya terhadap Nina.

" Aku hanya mau meluruskan, Apa salahku padamu ? Kenapa Kau jadi seperti ini padaku?" Tanya Nina.

Agung terlihat mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Sebelum akhirnya Dia menatap Nina kembali.

" Kau memilih Aku atau Dimas?" Pertanyaan Agung membuat Nina bingung.

" Kalian semua sahabatku. Aku tidak bisa memilih salah satu diantara Kalian." Ucap Nina sungguh tidak mengerti dengan pertanyaan Agung.

" Aku mengerti." Agung terlihat beranjak dari tempat duduknya.

Disaat Nina ingin menahan Agung kembali. Dimas terlihat muncul di depan pintu kelas Mereka. Agung pun langsung melangkahkan kakinya. Nina hanya bisa melihat Agung keluar dan berlalu dari pandangannya.

" Nin, Kenapa Kau begitu lama? Aku tadi menunggumu di parkiran. Tapi Kau tak muncul-muncul jadi Aku kesini." Jelas Dimas dengan polosnya.

" Maag. Kalau begitu ayo Kita pulang." Nina melangkah keluar dari ruang kelas dan menuju parkiran.

Nina terdiam memikirkan perubahan yang terjadi pada Agung.

" Why Nin? Tanya Dimas yang diam-diam memperhatikan.

" Tidak." Sahut Nina seraya menoleh ke arahnya.

" Oya Nin, ada yang ingin Kukatakan. " Ucap Dimas membuat Nina penasaran.

" Apa?" Nina mengerutkan kedua alisnya.

Dimas terlihat sedikit gugup. Dia bahkan mengambil nafas panjang sebelum akhirnya menatap Nina.

" Jujur Aku suka padamu sejak kecil. Eeee... Aku.. maksudnya. Aku ingin Kau menjadi kekasihku. " Ucap Dimas gelagapan.Namun Nina membelalakkan matanya.

" Maaf. " Nina menunduk.

" Aku tahu, Kau tidak harus menjawabnya sekarang." Ujar Dimas.

Akhirnya Mereka sampai didepan rumah Nina. Setelah berpamitan, Nina masuk ke rumah dan

langsung menuju kamar. Dia langsung merebahkan diri sejenak, kemudian mengambil hpnya ditas. Nina menghubungi Agung berkali-kali, tapi sepertinya tidak dihiraukan oleh Agung.

Nina semakin frustasi dengan keadaan ini. Nina pun menaruh hpnya di atas meja belajar.Dia  terlihat putus asa.

Dering hp membuat Nina kembali mengambil hpnya diatas meja.

Terlihat nama Agung.

" Hallo."

" Ada Apa? "

" Aku hanya mau bilang Dimas menyatakan perasaannya padaku. Apa yang harus Kulakuan?"

" ... " tut tut tut. Agung mematikan hanphonenya. Entah mengapa Agung tidak ingin mendengarnya.

" Gung? Gung? " Tidak terdengar lagi suara sama sekali.

Hari demi hari persahabatan mereka mulai merenggang. Jelas ini membuat Nina bingung. Agung selalu menghindari Nina. Bahkan perasaan Dimas tak pernah Nina jawab. Sampai Dimas bosan mempertanyakannya. Dan hanya kata maaf yang Dia dengar dari Nina.

Sebulan ini Agung terlihat berpikir keras. Antara tetap diindonesia, atau pindah ke rumah neneknya di Amerika. Neneknya Agung sedang sakit dan ayahnya memintanya untuk sementara menemani neneknya karena jelas ayahnya sibuk dengan perusahaan keluarga. Dan disisi lain Agung juga sudah tidak nyaman menjalani satu tahun lagi pendidikannya diSMA saat ini, dan terus berpura-pura menghindari Nina. Jelas Agung juga tersakiti dengan sikapnya sendiri terhadap Nina. Dan itu membuatnya sungguh tidak tahan. Karena faktanya setiap Dia menghindari Nina, dengan berpura-pura bahagia bersama Adelia dan tidak perduli terhadap Nina. Hatinya terasa sangat sakit. Apalagi melihat kebersamaan Nina dengan Dimas. Itu membuatnya semakin sakit. Dan dengan keyakinan hati Agung mengambil keputusan ke Amerika.

Tiga hari ini Nina belum melihat Agung sama sekali. Dan jelas bahwa Dia tidak berangkat.

Jam istirahat Nina gunakan waktu untuk membaca sebuah novel favoritnya seraya memandang hampa bangku kosong didekat Eko.

" Nina. Aku ingin berbicara denganmu." Suara Adelia mengejutkan Nina.

Adelia lalu menarik Nina keluar kelas. Menuju taman yang terlihat tak begitu banyak siswa siswi.

" Lepaskan tanganku Del !" Perintah Nina.

Adelia langsung melepas tangan Nina.

" Apa yang Kau katakan pada Agung? Kenapa Dia jadi berubah terhadapku? Dan kini malah Dia memutuskanku tanpa alasan yang jelas." Jelas Adelia panjang lebar.

Nina sedikit bingung mendengar ceritanya. Masalahnya Nina akhir-akhir ini sudah tidak tahu apa-apa tentang Agung, bahkan hampir sebulan tidak pernah komunikasi. Selain itu Agung juga selalu menghindari Nina.

" Aku tidak tahu apa-apa Del Sebaiknya Kau tanyakan lansung pada orangnya ." Jawab Nina kesal.

" Aiish !!! Kau benar-benar membuatku emosi Nin. Kau pura-pura bodoh atau apa? Bagaimana Aku bisa langsung bicara dengannya kalau sekarang Dia sudah pindah ke USA. " Ucap Adelia mendengus kesal lalu pergi meninggalkan Nina.

Bagaikan petir disiang bolong.  Nina sungguh terkejut dengar ucapan Adelia. Dan.Nina sungguh tak percaya. Bahkan Agung tak pernah berkata apa-apa pada Nina selama sebulan ini. Nina mencoba meneleponnya. Tapi no.nya sudah tidak aktif.

Didalam yang dingin, Nina memandang hamparan langit biru. Dengan sebuah buku dan pena ditangannya.

Dear Diary.

Hanya beberapa kalimat untukku saat ini. Walau lamanya persahabatan kami. Tapi bukan berarti semuanya berjalan indah. Aku Nina telah gagal menjadi sahabatnya. Dan kini Dia telah berlalu meninggalkan kenangan bersamaku.

Flashback Off

Nina menutup kembali sebuah diary warna biru. Dan dimasukkan kembali ke tasnya. Sekali lagi Dia melirik jam tangannya.

To be continued

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!