NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikahi Tunangan Kakakku

Awal Cerita

Suara gelas berdentang, percakapan dan tawa terdengar begitu riuh, pesta besar-besaran sedang berlangsung di sebuah hotel kota Velos. Pesta tersebut adalah pesta perayaan kerjasama perusahaan Furhet dan Jamiko dalam bidang elektronik.

John Furhet memiliki seorang putra bernama Juanda Furhet yang kini sudah menikah dan memiliki seorang putri cantik bernama Lisa Furhet berusia 3 tahun. Sedangkan Aston Jamiko hanya memiliki seorang putri yang juga sudah menikah dan memiliki seorang putra bernama Daley Jamiko yang sama sama berusia 3 tahun.

Lisa Furhet adalah balita yang sangat aktif dan berani. Balita tersebut tak pernah takut bertemu dengan siapapun. Saat ia diperkenalkan pada keluarga Jamiko, balita tersebut justru langsung mendekati Daley Jamiko dan mengajaknya bermain. Melihat adegan yang sangat menyenangkan itu, tiba tiba saja Aston Jamiko memiliki pemikiran lain.

Pria itu menggelengkan-gelengkan kepalanya sambil tersenyum lebar saat melihat cucunya yang pendiam akhirnya mau bermain dengan Lisa Furhet.

"Aku sedikit punya pemikiran John," ucap Aston Jamiko.

John Furhet menghentikan kegiatannya dan mengikuti pandangan Aston Jamiko.

"Kau tidak bermaksud untuk..."

"Kau benar, bagaimana jika kita semakin mempererat hubungan keluarga kita," sergah Aston.

John menatap cucunya yang terus senang saat bermain dengan Daley Jamiko.

"Kita tidak bisa memutuskannya tanpa persetujuan orang tuanya Aston."

"Putriku sangat penurut, tentu saja ia akan setuju dengan keputusanku. Tapi bagaimana dengan putramu, itu adalah urusanmu."

John terkekeh, ia mengalihkan tatapannya pada Juanda.

"Aku setuju, bagaimana denganmu sayang?" tanya Juanda pada istrinya.

"Mereka terlihat lucu dan sangat serasi, aku pun setuju," jawab Amel (istri Juanda).

"Darwin, Leyni bagaimana menurut kalian?" tanya Aston (Darwin menantu Aston, Leyni putri Aston).

"Kami mengikuti keputusan papa," jawab keduanya bersamaan.

Mereka melepaskan tawanya karena anak anak mereka setuju dengan masalah perjodohan tersebut.

"John... kita tak perlu menunggu waktu lagi, bagaimana jika hari ini adalah hari pertunangan cucu kita," ucap Aston.

John Furhet tertawa dengan keras, "ide yang bagus Aston."

"Mereka masih berusia 3 tahun, bagaimana bisa melakukan pertunangan?" tanya Leyni.

"Tentu saja kita bisa melakukannya nak. Pertunangan ini cukup kita umumkan dan para tamu yang menjadi saksinya," jawab Aston.

Dengan pertimbangan yang cukup lama, akhirnya mereka semua setuju. Aston dan John meminta para tamu undangan untuk memberi perhatian sejenak pada mereka. Lalu secara bersamaan, keduanya memberikan pengumuman yang cukup mengejutkan tentang pertunangan cucu mereka yang masih berusia 3 tahun. Mereka juga meminta para tamu undangan agar menjadi saksi penyatuan keluarga tersebut.

Dan saat kedua cucu mereka sudah berusia yang cukup untuk menikah, mereka juga mengundang seluruh tamu undangan yang datang hari ini untuk datang menyaksikan pernikahan itu kelak. Pengumuman itu berakhir dan mengajak semuanya untuk melanjutkan pesta mereka.

*****

2 tahun kemudian...

John Furhet mengalami serangan jantung saat perusahaannya mengalami masalah. Pria itu di rawat di rumah sakit selama satu minggu dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya dengan memberikan pesan agar pernikahan cucunya tetap dilanjutkan dengan keluarga Jamiko.

Tentu saja kepergian John Furhet menjadi kesedihan yang luar biasa bagi keluarga Furhet. Bahkan Aston Jamiko sempat tak menerima kepergian sahabatnya itu karena mereka berjanji akan menghadiri pernikahan cucu mereka.

Pukulan keras juga dirasakan Juanda Furhet, ia harus menerima perusahaan yang nyaris bangkrut tersebut. Dengan susah payah, Juanda akhirnya mampu melakukannya. Ia juga sedikit dibantu oleh keluarga Jamiko, perlahan-lahan perusahaannya kembali bangkit walaupun berlangsung cukup lama hingga 3 tahun.

Masalah demi masalah terus menghampiri keluarga Furhet. Setelah perusahaannya mulai kembali stabil, tiba tiba saja seorang wanita mengajaknya bertemu. Tentu saja Juanda mengenal wanita itu, ia adalah wanita yang pernah dikencaninya 7 tahun yang lalu.

Saat putrinya baru berusia 1 tahun, Juanda pernah melakukan perselingkuhan bersama wanita itu lalu mengakhirinya setelah hubungan mereka berjalan selama 1 tahun. Namun siapa sangka, kali ini wanita itu kembali memaksanya untuk bertemu. Dengan terpaksa Juanda mengabulkan permintaannya, karena wanita itu terus mengancamnya akan datang ke rumahnya jika ia tidak bersedia menemuinya.

Juanda menemuinya di sebuah hotel tanpa sepengetahuan keluarganya sendiri. Ia tak tahu apa yang diinginkan wanita itu darinya, padahal hubungan mereka sudah berakhir 7 tahun yang lalu. Dengan perasaan yang bercampur aduk, Juanda menghampiri sebuah kamar hotel. Pria itu mengetuk pintunya, namun tidak ada jawaban. Pintu itu sedikit terbuka hingga Juanda langsung masuk ke dalam.

Juanda mencari keberadaan wanita itu, namun ia tak menemukannya. Pria itu terbelalak lebar saat melihat seorang gadis kecil tertidur di ranjang besar itu. Ia juga menemukan sebuah surat di meja samping ranjangnya.

Juanda segera mengambil surat itu lalu membacanya.

Aku tidak sanggup lagi mengurusnya seorang diri, aku akan segera menikah dan calon suamiku tidak ingin menerima putriku. Tidak... Ini bukan hanya putriku, ia juga adalah putrimu. Juanda Furhet, ia adalah putri kita yang saat ini berusia 6 tahun. Saat kau meninggalkanku 7 tahun yang lalu, aku tidak tahu jika aku sedang mengandung anakmu. Jika kau tidak yakin, kau bisa melakukan tes DNA sendiri. Tolong jaga putri kita dengan baik, beri ia kasih sayang seperti perlakuanmu pada putrimu yang lain. Nama putri kita adalah Lania. Aku berjanji tidak akan pernah mengganggu kalian lagi, karena aku juga akan melanjutkan hidupku sendiri.

Juanda terbelalak lebar, ia meremat kertas itu dan kembali menatap seorang gadis kecil yang terlelap di atas ranjang hotel itu.

"Ya Tuhan... apa yang harus aku lakukan?" gumam Juanda.

Gadis kecil itu terbangun mendengar suaranya, ia langsung terduduk di atas ranjang. Juanda kembali terbelalak lebar saat melihat wajahnya, wajah itu sangat mirip dengan putrinya, Lisa. Walaupun keduanya memiliki usia yang berbeda, namun entah kenapa wajah itu benar benar sangat mirip seolah olah mereka adalah saudara kembar.

Tentu saja Juanda tak perlu melakukan tes DNA lagi, ia yakin Lania memang putri kandungnya sendiri.

"Papa..." ucap Lania membuat Juanda terkejut.

"La... La... Lania..." kata Juanda.

Lania menganggukkan kepalanya, ia berdiri di atas ranjangnya lalu merentangkan kedua tangannya lebar. Gadis kecil itu langsung minta pelukan darinya. Seketika Juanda mendekatinya lalu memeluknya dengan erat. Lania yang awalnya tenang tiba tiba saja menangis dengan keras.

"Mama tidak mau Lania lagi," ucapnya disela tangisannya.

Juanda menenangkan gadis kecil itu, "papa menginginkanmu sayang, mulai sekarang lupakan mama mu dan hiduplah bersama papa."

Lania menganggukkan kepalanya sambil memeluk ayahnya dengan erat.

*****

Hai para Reader setia Miss You, ini novelku yang keberapa ya aku sampai lupa, hehehe...

Selalu dukung karya Miss You ya, dengan cara beri 5⭐, like👍🏻, coment📝, Vote, Iklan dan Gift...

Thank you 🙏🏻

Happy Reading All...

Keluarga Furhet

Juanda Furhet terus melindungi Lania di belakangnya, saat ini Amel Furhet istrinya tentu saja sedang mengamuk. Wanita itu terus melemparkan barang barang yang ada di dalam rumahnya karena tidak menerima atas perlakuan suaminya.

Lania begitu ketakutan, rumah besar Furhet nyaris seperti kapal pecah. Benar benar berantakan, semua barang barang mewah itu hancur karena dilempar ke lantai. Suara tangisan terus terdengar keras dari Amel Furhet. Berapa kali pun Juanda Furhet meminta maaf, sama sekali tidak didengarkan istrinya.

"Berhentilah sayang, kau benar benar membuat Lania ketakutan," pinta Juanda.

"Aku tidak akan pernah menerimanya sebagai putriku Juan... Apa kau sudah gila, kau tiba tiba saja membawa anak dari hasil perselingkuhanmu. Kau mengkhianatiku Juan, kau sangat jahat padaku, dasar pria brengsek...!!!" teriak Amel.

"Aku tahu... aku memang jahat padamu, aku brengsek. Aku telah mengkhianatimu, aku tahu aku salah. Aku benar benar minta maaf padamu. Tapi Mel... anak ini sama sekali tidak bersalah, bagaimanapun ia anakku. Kau lihatlah wajahnya, bukankah sangat mirip dengan putri kita."

"Jangan samakan anak haram itu dengan putriku Juan. Aku tidak sudi...!! Lisa adalah anak yang aku lahirkan dalam pernikahan yang sah. Wanita murahan mana yang mau melahirkan anak dari perselingkuhannya. Wanita itu sengaja agar rumah tangga kita hancur, wanita itu sebentar lagi akan menguras semua harta Furhet. Apa kau sudah gila justru membawanya masuk ke dalam keluarga kita? Kau tidak memiliki hati Juan, kau sangat jahat...!!!" teriak Amel lagi sambil terus menangis.

Juanda menarik nafasnya dalam-dalam, ia meminta Lania menunggunya di ruangan yang lain. Gadis kecil itu begitu penurut, ia segera berlari dan menjauhi keributan itu. Setelah Lania beranjak dari sana, Juanda pun mendekati istrinya. Pria itu menyerahkan surat yang ditinggalkan ibu Lania di hotel.

"Bacalah Mel, ini isi suratnya. Aku yakin wanita itu tidak akan mengganggu kita lagi. Ia hanya ingin aku mengurus putriku. Aku harus bagaimana lagi sayang? Aku tidak mungkin meninggalkannya begitu saja. Aku yakin Lania memang putri kandungku," ujar Juanda.

Seketika Amel melayangkan tangannya dengan keras ke pipi suaminya. Juanda hanya bisa menerimanya karena ia memang melakukan kesalahan.

"Mudah sekali kau mengucapkan kata putri kandungku. Juan... dimana hatimu saat berselingkuh dariku? Mengapa kau perlakukan aku seperti ini? Aku mati matian menemanimu hingga saat ini, aku terus berada di sisimu saat kau terpuruk. Apa kesalahanku? Apa kurangnya aku untukmu hingga kau mengkhianatiku Juan? Jika papa masih hidup, ia akan membunuhmu untukku. Kau sangat jahat padaku Juan."

Juanda berusaha memeluk istrinya, Amel terus meronta sambil menangis dengan keras.

"Aku tahu sayang, aku tahu kesalahanku. Demi Tuhan aku sangat menyesalinya. Ampuni aku, tolong beri aku kesempatan untuk menebus kesalahanku ini. Bantu aku merawat Lania, anggap saja kita memiliki putri yang lain. Amel... bagaimana mungkin aku meninggalkan seorang anak berusia 6 tahun yang jelas-jelas memang putriku. Aku mohon mengertilah, ini hukuman dari Tuhan atas perbuatanku."

Amel memukul dada suaminya dengan kepalan tangannya tanpa bisa menghentikan tangisannya.

"Kau yang melakukan kesalahan, kenapa aku juga yang harus diberi hukuman Juan. Hatiku akan hancur setiap kali melihat anak itu. Kau akan menghancurkan aku terus menerus."

"Aku tahu... lalu apa yang harus aku lakukan agar kau mau menerimanya dan memaafkan aku Mel?"

Amel menggeleng-gelengkan kepalanya, "kau kejam Juan. Sekarang kau pilih aku atau anak itu?"

"Aku tidak bisa memilih satu diantara kalian, aku tidak bisa Mel. Aku mohon... tetaplah bersamaku dan bantu aku mengurusnya."

Amel semakin histeris, wanita itu melepaskan pelukan suaminya seraya berlari ke kamarnya. Hanya suara bantingan pintu yang keras terdengar di rumah itu.

...****************...

Lisa Furhet tiba di rumahnya, ia baru saja kembali dari sekolah. Namun gadis itu terkejut saat melihat Lania yang ada di ruang tamu.

"Kau siapa?" tanya Lisa.

Lania mengangkat kepalanya lalu menatap Lisa, keduanya sama sama terkejut karena mereka seperti sedang bercermin.

"Kenapa wajahmu sama denganku?" tanya Lisa, "mama... apakah aku sedang melihat hantu...!!!" teriaknya sambil berlari ke dalam.

Gadis kecil itu kembali terkejut saat melihat ruangan yang lain sangat berantakan, sedangkan ayahnya sedang berdiri mematung.

"Ada apa ini? kenapa berantakan sekali? papa... aku lihat hantu di depan. Wajahnya sangat mirip denganku," ucap Lisa ketakutan.

Juanda menarik nafasnya dalam-dalam seraya membalikkan tubuhnya, "kau sudah pulang nak?"

"Papa menangis?"

Juanda menggelengkan kepalanya.

"Lisa, apa papa bisa minta bantuanmu?"

Seketika Lisa mendekati ayahnya, "apa pah?"

"Tolong bantu papa membawa keluar mama dari kamar, papa tunggu di ruang keluarga," pinta Juanda.

Lisa menganggukkan kepalanya, "tapi hantu itu..."

"Ia bukan hantu nak, nanti kau juga akan tahu siapa gadis kecil yang mirip denganmu itu," sergah Juanda.

Lisa kembali menganggukkan kepalanya lalu ia pun berlalu pergi menuju kamar ibunya. Sedangkan Juanda segera menuju ruangan yang lain untuk menjemput Lania.

Lisa akhirnya berhasil membawa ibunya keluar dari kamarnya, mereka sedang berjalan menuju ruang keluarga.

"Ada apa ma?" tanya Lisa, "mama habis menangis?" imbuhnya.

"Mama tidak apa apa sayang, bagaimana sekolahmu hari ini?"

"Biasa saja. Ini kenapa berantakan sekali?"

Amel menelan saliva-nya, ia tak ingin menjelaskan lebih lanjut lagi karena ia ingin Juanda lah yang menjelaskannya. Beberapa saat kemudian, Juanda pun masuk sambil menggandeng tangan Lania.

Melihat wajah gadis kecil yang digandeng ayahnya sangat mirip dengannya, sontak Lisa menarik tangan ibunya karena takut.

"Lisa dengarkan papa nak. Ini adalah Lania, ia adalah..."

"Ia benar-benar bukan hantu?" sergah Lisa.

"Benar, ia manusia seperti kita nak, ia adalah adikmu Lania," jawab Juanda.

Lisa terbelalak, "adikku? kapan mama melahirkan adikku? apa aku pernah mengalami amnesia?"

"Ma... bantu aku menjelaskannya pada Lisa, tolong ma..." pinta Juanda.

Lisa menatap ibunya, "sebenarnya ada apa ini ma?"

"Aku benci harus menjelaskannya, ia adalah adikmu dari wanita yang lain," ucap Amel.

Lisa terbelalak, "wanita yang lain? aaaaaaa...!!!"

Lisa berteriak dengan keras sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Lisa tenanglah," pinta Amel.

"Aku tidak mau punya adik dari orang lain. Aku hanya ingin adik yang dilahirkan oleh mama...!" teriak Lisa.

"Lisa... papa mohon tenanglah. Papa memang salah, papa..."

"Hentikan... aku tidak mau...!!!" teriak Lisa sambil berlari ke arah kamarnya.

"Kau pikir Lisa adalah gadis kecil yang belum mengerti keadaan ini? Ia sudah berusia 8 tahun, tentu saja ia paham apa yang terjadi saat ini. Lakukan sesukamu Juan, anggap saja kami tidak pernah ada," celetuk Amel seraya beranjak dari tempat duduknya.

"Ma... aku harus bagaimana agar kau bisa menerimanya?"

Amel menatap wajah Lania, lalu memukul dadanya sendiri karena terlalu sakit hati atas pengkhianatan yang dilakukan suaminya.

"Wajah itu menyakiti hatiku," celetuk Amel seraya meninggalkan mereka lagi.

Juanda menghela nafasnya, ia menatap Lania yang terus tenang.

"Gadis cantik, mulai hari ini kau akan tinggal di sini. Apa kau senang sekarang?" tanya Juanda.

Lania menganggukkan kepalanya.

"Wanita tadi adalah mama barumu, sedangkan gadis berseragam tadi adalah kakakmu. Mulai sekarang kau memiliki keluarga baru. Kau adalah Lania Furhet. Apa kau mengerti sekarang?"

Lania kembali menganggukan kepalanya.

"Mbok... mbok Iyem..." panggil Juanda pada pelayannya.

Seketika mbok Iyem menghampiri mereka, "iya tuan."

"Mbok pasti sudah mendengar semuanya. Tolong bantu Lania mendapatkan kamarnya di sebelah kamar Lisa. Lalu bersihkan semua kekacauan ini," pinta Juanda.

"Ya ampun tuan, wajah non Lania..."

"Aku seperti memiliki anak kembar kan," ucap Juanda sambil tersenyum.

Mbok Iyem menganggukkan kepalanya, "sangat mirip tuan walaupun sepertinya non Lania lebih muda dan pendiam."

"Ia saat ini berusia 6 tahun, lebih muda 2 tahun dari Lisa. Mulai sekarang tolong bantu aku menjaganya dengan baik. Bagaimanapun aku harus menebus kesalahan masa laluku."

"Baik tuan," jawab mbok Iyem.

"Lania... ini mbok Iyem pelayan di rumah ini. Mulai sekarang apapun yang kau butuhkan, kau bisa memintanya pada mbok Iyem."

"Papa..." ucap Lania sambil memegang erat lengan baju Juanda.

"Tak perlu takut, mbok Iyem sangat baik. Papa harus pergi karena masih ada pekerjaan yang harus papa selesaikan. Menurutlah sayang, tetap di rumah ini apapun yang terjadi, oke..."

"Iya pa..."

"Mari non, kita ke kamar baru non," ajak mbok Iyem.

Lania kembali menatap Juanda, gadis kecil itu justru kembali memeluk ayahnya sebelum mengikuti mbok Iyem. Juanda benar benar merasa bersalah karena tak tahu jika ia memiliki putri lain. Pria itu membalas pelukan putrinya lalu mencium keningnya. Dengan berat hati Juanda pun meninggalkannya di rumah karena ada pekerjaan perusahaan yang benar benar mendesak.

...****************...

Happy Reading All...

Kekejaman Saudara Tiri

Masuk ke dalam keluarga Furhet justru menjadi awal penderitaan Lania. Setelah seminggu ia berada di rumah tersebut, ia terus diperlakukan tak adil saat ayahnya tidak berada di rumah. Amel yang memiliki dendam karena dikhianati suaminya, seringkali meminta gadis kecil tersebut membersihkan rumah Furhet yang sangat besar itu.

Amel terus mengancam mbok Iyem agar tetap diam, jika perlakuannya pada Lania sampai ke telinga Juanda, maka ia akan semakin menyiksa Lania. Ancaman itulah yang akhirnya membuat mbok Iyem terdiam. Seringkali mbok Iyem pun menangis melihat gadis kecil berusia 6 tahun itu yang diperlakukan tak adil seperti itu.

Namun Lania tak pernah mengeluh. Saat ia diberi makanan sisa pun, ia hanya bisa menerimanya sambil tersenyum. Gadis kecil itu tak pernah menangis atau merengek kelelahan. Ia juga tidak pernah meminta apapun pada mereka.

Saat ini Lania sedang duduk di lantai dapur, ia sedang menikmati makanan yang diberikan oleh mbok Iyem. Mbok Iyem diam diam memberikan makanan itu pada Lania karena kasihan. Tapi sial bagi Lania, saat ia menikmati makanannya, tiba tiba saja Amel masuk ke dalam dapur. Wanita itu terbelalak lebar, ia sangat marah saat melihat Lania sedang makan tersebut.

Amel melangkahkan kakinya dengan penuh amarah, seketika wanita itu mengambil piringnya dan melemparkannya ke lantai membuat Lania terkejut.

"Berani sekali kau makan makananku," bentak Amel.

Lania menundukkan kepalanya.

"Kau ingin makan yang enak kan? Oh baiklah, sekarang kau makan makanan yang ada di lantai itu. Jika kau menolaknya, aku akan membuat papamu menderita," ancam Amel.

Lania mendongakkan kepalanya, "jangan... papa tidak salah..."

"Kalau begitu cepat lakukanlah...!!!"

Lania menganggukkan kepalanya, ia mulai memungut makanan yang ada di lantai itu lalu memasukkannya ke dalam mulut. Mbok Iyem yang mendengar keributan itu segera masuk ke dalam dapur, wanita paruh baya itu terkejut saat melihat Lania sedang memakan makanan yang ada di lantai.

"Ya Allah nyonya... mengapa nyonya perlakuan non Lania seperti ini?" ucap mbok Iyem seraya membantu Lania bangun.

"Karena kau berani memberi ia makan, upahmu bulan ini aku potong seluruhnya. Lepaskan anak itu, ia harus membersihkan makanan yang ada di lantai itu dengan memakannya," bentak Amel.

"Ampuni non Lania nyonya, ia bisa menelan pecahan piring yang ada di lantai ini. Tolong perlakuan non Lania dengan baik, ia masih sangat kecil. Ia sama sekali tidak mengerti apa apa. Bagaimanapun non Lania adalah anak tuan Juan. Tolong nyonya kasihanilah non Lania," pinta mbok Iyem sambil menangis, "mbok rela tidak di gaji, asal nyonya perlakuan non Lania tidak seperti ini," imbuhnya.

Diingatkan siapa Lania yang sebenarnya justru membuat Amel semakin murka. Ia menarik Lania dari tangan pelayannya dengan kasar dan membawanya ke kamar mandi.

"Nyonya...!!!" teriak mbok Iyem sambil mengejarnya.

"Jika kau berani membelanya lagi, aku akan menenggelamkannya di bak mandi ini," ancam Amel.

"Jangan nyonya... tolong jangan..."

"Haisssss sialan... aku bisa gila di rumah ini..." teriak Amel sambil meninggalkan mereka begitu saja.

Mbok Iyem langsung memeluk Lania sambil terus menangis.

"Non tidak apa apa kan? Ada yang terluka tidak? Menangislah non jika memang sakit," pinta mbok Iyem.

Lania hanya menggelengkan kepalanya sambil mengusap air mata mbok Iyem.

"Lania baik baik saja, mama Lania bilang Lania tidak boleh menangis lagi. Jika Lania melakukannya, nanti mama akan sedih. Lania tidak boleh membuat papa kesusahan juga. Mbok, jangan menangis lagi. Lania juga bisa sedih, tapi Lania tidak mau menangis."

Mbok Iyem kembali memeluknya, "kenapa gadis kecil sepertimu mengalami penderitaan seberat ini. Kenapa ibumu melakukan hal bodoh dengan meninggalkanmu. Non Lania harus kuat, non pasti bisa melewati semua ini. Mbok janji akan selalu bersama non."

Lania membalas pelukan mbok Iyem, "mbok... Lania mau tidur."

Mbok Iyem menganggukkan kepalanya, ia mengangkat tubuh mungil itu seraya membawanya ke kamar. Tapi bukan kamarnya sendiri, jika Juanda Furhet pergi keluar kota, Lania justru tinggal dengan mbok Iyem di kamar pelayan.

...****************...

Lisa Furhet sama kejamnya seperti ibunya. Gadis berusia 8 tahun itu mampu melakukan kekejaman yang sama pada adiknya sendiri. Setiap kali ia memiliki pekerjaan rumah dari sekolah, ia justru menyerahkannya pada Lania.

Lania yang seharusnya sudah duduk di kelas satu sekolah dasar tersebut memang memiliki kecerdasan di atas anak seusianya. Ia mengerti semua pelajaran Lisa yang kini sudah kelas tiga sekolah dasar.

Baru saja Lania tertidur karena kelelahan seharian membersihkan rumah besar itu, Lisa langsung menerobos kamar mbok Iyem setelah ia kembali dari sekolah.

"Hei... bangun anak malas..." teriak Lisa sambil membangunkan Lania dengan kakinya, "cepatlah bangun atau aku akan menyeretmu," ancamnya.

Lania berkali kali mengerjapkan matanya, ia seketika terduduk saat melihat Lisa berdiri sambil menatapnya dengan tajam.

"Kak Lisa..."

"Sudah aku bilang, jika tidak ada papa kau harus memanggilku non Lisa. Kau mengerti tidak sih."

Lania menganggukkan kepalanya. Lisa mengambil beberapa buku dari dalam tasnya lalu melemparkannya pada Lania.

"Kerjakan seperti biasanya, aku mau berenang. Setelah aku selesai berenang, kau sudah harus menyelesaikannya. Apa kau dengar itu?"

"Lania lelah, bisakah nanti malam saja," pintanya.

"Kau itu pemalas sekali. Hanya mengerjakan beberapa soal saja kau bilang sudah lelah. Kau mau aku memanggil mama untuk menghukummu?"

Lania menggelengkan kepalanya, "iya non... Lania akan mengerjakannya."

"Ciiiih... dasar anak haram pembawa sial..." celetuk Lisa seraya keluar dari kamar itu.

Lania melihat telapak tangannya sendiri yang penuh dengan luka akibat pekerjaan yang ia lakukan hari ini. Sambil meringis ia mengambil pena dan buku di atas ranjang itu. Di kamar mbok Iyem tidak ada meja, ia terpaksa mengerjakan semua tugas Lisa di atas lantai kamar itu.

Tangannya mulai gemetar saat menulis begitu lama. Tapi Lania terus melanjutkannya agar tidak dimarahi oleh Lisa. Mbok Iyem masuk ke dalam kamar dan terkejut saat melihat Lania sedang menulis.

"Loh non, katanya tidur," kata mbok Iyem.

Lania menyeringai, "kak Lisa kasih Lania PR sekolah."

"Ibu dan anak sama sama kejam, suatu hari kalian akan menyesal karena menyiksa non Lania seperti ini," pikir mbok Iyem.

"Jika non lelah, lebih baik istirahat dulu."

"Tidak apa apa mbok, sekalian Lania belajar juga."

"Kata tuan Juan, nanti non juga akan sekolah. Tuan akan mengurusnya setelah pulang dari luar kota. Non... apa kita pergi dari rumah ini saja?"

Lania mendongakkan kepalanya, "mama Amel nanti akan menyakiti papa. Lania harus menjaga papa di sini."

"Tapi tuan jarang ada di rumah, non pasti akan terus disiksa. Nyonya tidak mungkin menyakiti tuan. Jadi non Lania..."

"Tidak mbok, mama Lania nanti sedih jika Lania pergi dari sini. Mama bilang Lania harus jadi anak penurut agar disayang sama Tuhan."

"Ya Allah non, semoga mereka segera berubah, bisa menyayangi non dan memperlakukan non Lania dengan baik," kata mbok Iyem seraya memeluk Lania kembali.

Namun harapan mbok Iyem tidak terkabul, Lania terus diperlakukan seperti itu, ia juga sering menggantikan Lisa masuk sekolah sedangkan Lisa justru berpura pura menjadi Lania yang malas masuk sekolah.

Perlakuan kejam itu terus berlanjut hingga mereka tumbuh dewasa. Lania dan Lisa sama sama menjadi gadis cantik yang memiliki sikap bertolak belakang.

...****************...

Happy Reading All...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!