Hujan deras di sertai angin kencang serta petir yang terus menyambar membuat dua orang pria yang tengah menunggu kendaraan lain lewat untuk meminta bantuan hampir menyerah. Mobil yang mereka kendarai mogok di jalanan sepi.
Sudah hampir tiga puluh menit, mereka tidak juga menemukan kendaraan lain lewat. Akhirnya mereka memutuskan untuk jalan kaki untuk sampai ke rumah pria yang satunya dan membiarkan mobilnya di sana.
Lima belas menit berikutnya, mereka sampai di rumah sederhana dengan keadaan baju basah kuyup.
"Rald, malam ini kau nginap saja di rumahku, ya," tawar Arka pemilik rumah tersebut.
"Memangnya tidak apa-apa, Ka?" tanya Gerald ragu.
"Santai saja, kita ini kan teman."
Gerald mengangguk setuju dengan penawaran Arka. Lagipula ia tidak bisa pulang lantaran mobilnya mogok di jalan sepi tadi.
"Ah ya, kalau begitu kau ke kemar mandi. Nanti aku antar handuk sama baju ganti untukmu. Kamar mandinya sebelah sana."
Arka menunjuk ke arah belakang untuk memberi tahu letak kamar mandinya.
"Iya, terima kasih."
Gerald pergi ke kamar mandi seperti yang di arahkan oleh Arka pemilik rumah tersebut. Kamar mandinya terletak di bagian pojok kiri dekat dapur.
Begitu tangannya meraih knop pintu dan hendak membukanya, seseorang dari salad keluar dental menggunakan piyama baby purple yang transparan dengan tali kecil di masing-masing bahunya.
Wajah Gerald seketika menegang, iris matanya membulat dan napasnya tertahan saking terkejutnya. Ia tidak tahu jika terdapat seseorang di kamar mandi tersebut.
"Maaf, maaf. Aku kira tidak ada orang," ucap Gerald seraya menelungkupkan kedua tangannya. Jujur, ia merasa sangat bersalah.
Sementara wanita itu memandang Gerald yang terasa asing baginya. Pakaian basah kuyup yang membuat tubuh pria itu jelas terlihat sangat gagah membuatnya tidak bisa berkedip. Apalagi bagian celana yang mencetak jelas bagian itu yang menonjol.
"Iya, tidak apa-apa," jawab wanita itu setelah beberapa saat terdiam.
"Sekali lagi aku minta maaf, aku benar-benar tidak tahu," ucap Gerald lagi.
"Ada apa?" tanya Arka yang datang membawa handuk dan juga pakaian ganti untuk Gerald, ia sendiri sudah ganti baju.
"Ini, Ka. Aku tidak tahu jika ada seseorang di dalam kamar mandi," sahut Gerald merasa tidak enak.
"Begini, sayang. Aku baru saja selesai buang air kecil dan begitu keluar, ternyata ada dia," jelas wanita itu menambahkan.
Arka mengangguk paham.
"Iya, jadi ini temanku, sayang. Namanya Gerald. Dan ini istriku, namanya Susi." Arka mengenalkan keduanya.
Susi memberi senyum kecil dan Gerald pun membalasnya dengan anggukan kecil.
"Ah ya, ini handuk dan baju gantinya." Arka memberikannya pada Gerald.
"Terima kasih," ucap pria itu.
"Ya, sama-sama."
Susi minggir selangkah memberi Gerald untuk masuk ke kamar mandi.
"Sayang, kau sudah siapkan makan malam?" tanya Arka kemudian.
"Sudah."
"Kalau begitu kita makan malamnya tunggu Gerald dulu."
"Iya."
"Ah ya, di kamar ada pakaian aku yang basah. Tolong taruh di mesin cuci dulu, ya."
"Iya, sayang." jawab Susi menurut.
Sementara Arka pergi ke ruang makan, Susi pergi ke kamar terlebih dahulu untuk mengambil pakaian suaminya yang basah. Tapi sebelum itu, ia menoleh ke arah pintu kamar mandi yang terdapat Gerald di dalamnya. Ia mendengar suara sabuk yang sedang di lepas oleh pria itu. Seketika bibirnya membentuk sebuah senyum kecilkecil mengingat tonjolan besar yang tercetak jelas tadi.
_Bersambung_
Arka dan Susi duduk di kursi makan menunggu Gerald yang masih berada di kamar mandi. Lima menit berikutnya, pria itu datang ke ruang makan lantaran Arka sebelumnya sudah memberi tahu dia untuk datang ke ruang makan usai bersih-bersih.
Kaus putih milik suaminya itu kekecilan di tubuh Gerald, sehingga tubuh Gerald kembali tercetak memperlihatkan otot-otot nya yang kekar dan gagah.
"Kekecilan ya, Rald? Mau ganti baju yang lain? Takutnya tidak nyaman," tawar Arka.
"Tidak, tidak usah. Terima kasih sudah di beri pinjaman baju," tolak dan ucap pria itu.
"Iya, kalau mau ganti bilang saja, ya."
"Iya," jawab Gerald di sertai anggukan kecil.
"Ah ya, kalau begitu kita mulai saja makan malamnya. Gerald, silahkan duduk!" Susi mempersilahkan pria itu untuk duduk di sebrang meja persegi di hadapannya.
Gerald kembali menganggukan kepalanya. "Terima kasih, maaf jadi merepotkan," ucapnya kemudian.
"Tidak apa-apa, santai saja," sahut Arka.
Susi mengambilkan piring. Ia menyidukan nasi dan juga lauk pauk untuk suaminya dan meletakan di atas meja depan pria itu.
"Terima kasih, sayang," ucap Arka.
"Iya, sama-sama," jawab Susi dengan lembut.
Setelah itu Susi mengambil satu piring lagi dan menyidukan nasi beserta lauk pauk dan di berikan pada Gerald. Ia sedikit membungkukan badannya ketika meletakan piring tersebut ke hadapan Gerald. Pria itu segera mengalihkan pandangannya begitu melihat belahan gunung kembar Susi yang menyembul dan terlihat sangat jelas.
"Terima kasih," ucap Gerald sedikit menundukan kepalanya.
"Iya, sama-sama. Selamat makan."
"Selamat makan kembali, sayang," sahut Arka.
Ketiganya pun memulai makan malam bersama. Entah kenapa Gerald merasa canggung berada di tengah-tengah antara mereka. Apalagi ia merasa jika istri temannya itu kerap kali mencuri pandang padanya. Ia merasa semakin tidak enak dan tidak nyaman.
Setelah makan malam selesai, Arka mengajak Gerald untuk menonton acara bola televisi di ruang keluarga. Meski Gerald sebenarnya tidak suka dengan acara bola, ia berusaha menghargai tuan rumah.
"Sudah gol berapa, sayang?" tanya Susi yang tiba-tiba datang membawakan tiga cangkir teh manis.
"Masih nol nol, sayang," jawab Arka tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi.
Wanita itu menaruh cangkir tersebut di atas meja. Satu untuk suaminya, satu untuk dirinya dan satu lagi untuk Gerald.
"Silahkan di minum," ucap Susi begitu meletakan cangkir di hadapan Gerald.
"Terima kasih," ucap Gerald.
Sementara Gerald duduk di sofa single, Arka dan Susi duduk di sofa panjang. Susi duduk di samping suaminya juga di samping dekat Gerald.
Sedari tadi, suaminya fokus pada layar televisi. Namun berbeda dengan Gerald yang terlihat tidak begitu menyukai acara bola.
"Kau tidak suka acara bola, ya?" tanya Susi penasaran.
"Tidak terlalu," jawab Gerald.
"Oh, pantas saja. Kau tidak terlihat gembira seperti Arka."
Gerald menanggapinya dengan senyum kecil. Ia lihat Arka memang sama sekali tidak melepaskan pandangannya dari layar televisi. Bahkan saat minum teh manisnya, pria itu masih fokus pada televisi.
Ia hendak beralih kembali pada layar televisi meski ia tidak suka. Tapi perhatiannya malah jatuh pada Susi. Wanita itu tengah minum teh manis milik dia dan minumannya sedikit tumpah ke bagian dadanya. Mengalir ke bagian belahan gunung kembar.
"Ah ya ampun," ucap wanita itu menyadari jika minumannya sampai tumpah.
Dengan cepat Susi menarik selembar tisu yang tersedia di meja dan membersihkan minuman di bagian belagan dadanya. Entah kenapa melihat hal itu Gerald merasa tubuhnya sedikit memanas.
Gluk!
Ia bahkan sampai meneguk salivanya sendiri. Akan tetapi ia sadar dan segera mengendalikan diri.
_Bersambung_
Gerald membaringkan tubuhnya di atas ranjang tempat tidur kamar tamu. Ia menatap langit-langit kosong. Seketika bayangan istri temannya tadi terlintas di kepalanya. Ia segera menepis pikiran tersebut dan mengusap wajahnya sedikit kasar.
"Ya Tuhan, kenapa aku berpikiran seperti itu," ucapnya merasa bersalah.
Gerald bangun dan melihat ke arah jendela. Hujan belum juga reda. Sesekali petir menyambar dan membuat kaca jendela tersebut sampai bergetar. Ia merasa sangat kedinginan. Selain cuaca di luar sedang hujan, pendingin ruangan juga cukup membuatnya menggigil.
Ia berjalan menuju remot AC yang menempel di dinding samping pintu. Berniat untuk mengecilkan volume yang mengatur suhu. Begitu tangannya hendak meraih remot, ia mendengar suara pintu nya di ketuk oleh seseorang.
Ia mengurungkan niatnya untuk mengambil remot dan membukakan pintu. Seorang wanita yang beberapa menit lalu mengganggu pikirannya kini berdiri di hadapannya dengan senyum kecil.
"Hai, Gerald. Ini selimut untukmu." Wanita yang tak lain adalah Susi memberikan selimut putih polos nan tebal padanya.
Dengan perasaan segan Gerald menerima selimut tersebut dari tangan wanita itu.
"Terima kasih," ucapnya kemudian.
"Iya, sama-sama. Semoga selimut ini bisa menghangatkanmu dari dingin."
Mendengar kalimat Susi barusan membuat Gerald sedikit terkejut dan memandang wajah wanita itu untuk seperkian detik. Sebelum kemudian ia mengangguk gugup.
"I-iya."
"Ya sudah kalau begitu aku kembali ke kamar, ya. Kasihan Arka sudah menunggu kehangatan dariku."
Gerald tersenyum kecil mendengar nya.
"Selamat tidur, ya. Semoga tidur nyenyak," ucap Susi sebelum kemudian pergi.
Gerald memandang punggung kepergian Susi sampai hilang dari jangkauan matanya. Kemudian matanya beralih pada selimut yang saat ini ada di tangannya. Ia peluk cium selimut tersebut dan sangat wangi. Ia kembali melihat ke arah perginya istri temannya. Kalimat Susi tadi tentang Arka yang menunggu kehangatan darinya, membuat pikirannya kini liar kemana-mana. Dan bayangan Susi mengelap minuman yang di tumpah di bagian dadanya mengingatkan nya kembali.
"Apa yang kau pikirkan, Gerald!?"
Pria itu memukuli keningnya sendiri saat pikiran kotor mulai meracuni pikirannya.
"Gerald sudah tidur?" tanya Arka begitu istrinya kembali ke kamar.
"Belum," jawab wanita seraya naik ke atas tempat tidur ikut membaringkan tubuhnya di sisi kosong samping suaminya.
"Memangnya dia sedang apa tadi?"
Susi mengedikkan bahunya. "Aku tidak tahu. Mungkin baru berencana akan tidur."
"Oh."
Susi menarik selimut di tubuh suaminya untuk membungkus badannya yang dingin.
"Sejak kapan kau berteman dengan Gerald?" tanya Susi tiba-tiba.
"Sudah lama. Hanya saja kita bertemu lagi pada saat Gerald bergabung bekerja di perusahaan tuan Herlain. Aku dan Gerald adalah orang kepercayaan beliau sekarang."
Susi mengangguk-anggukan kepalanya.
"Jadi dia belum lama bergabung di perusahaan tempatmu bekerja?"
"Sekitar dua mingguan."
"Pantas saja aku tidak pernah melihatnya di antara temanmu yang lain aku ketahui."
"Iya. Kebetulan tadi mobilnya mogok di jalanan sepi sebelum perempatan jalan ke rumah kita. Dia berniat mengantarkan aku, tapi jadi dia menginap di sini. Maaf ya jika kau tidak nyaman aku bawa teman sampai menginap di rumah kita."
"It's okay. Tidak masalah, sayang."
"Terima kasih, ya."
"Iya, sayang." Susi memberi sebuah kecupan singkat di pipi Arka, pria itu membalasnya dengan kecupan di bagian bibir.
"Lanjut mau tidak? Cuacanya sedang mendukung tuh?" tawar Susi.
Arka menyunggingkan senyum mendapat tawaran jatah dari istrinya.
"Tentu saja aku mau," jawab pria itu.
Arka menarik selimutnya hingga menutupi tubuh mereka secara penuh. Mereka melakukannya di balik selimut.
_Bersambung_
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!