"gimana mas, kamu mau kan mengikuti apa mau mama?, dia gadis yang cantik pintar dan tentu saja dari keluarga yang terhormat, si dewi mah jauh" itu sudah bujukan ke 1000 kali dari sang ibunda, tapi gavi tak kunjung gentar dalam keputusan nya.
"maksud ibu apa? aku udah nikah, dan istri aku lagi mengandung anak aku, aku tidak segila itu itu menceraikan istriku saat dia sedang mengandung buah hati kita". jawab gavi sehalus mungkin. dia tidak ingin menyakiti hati ibunya.
bagaimana pun ibunya lah yang telah membesarkan dia sampai dia bisa menjadi manusia yang sukses.
"cihh, apa yang kamu harapkan dari wanita itu? sudah ibu kata kan, tunggu saja sampai dia melahirkan lalu ceraikan, apa susah nya"m
gavi tersenyum getir sambil memandang ibunya, dia tak sangka ibu yang selama ini dia pikir adalah manusia yang paling berharga dan berhati malaikat ternyata bisa berpikir demikian.
"terserah ibu saja, aku binggung jika harus berhadapan dengan mu, aku ingin pergi" ucap gavi lalu berlalu dari situ
"GAVII, ANAK SIALAN BALIK KAMU!!!"
gavi tak perduli dia terus berjalan tanpa melihat ke arah ibu nya, dia kecewa, terlalu kecewa dengan cara berpikir ibu nya.
apa yang salah dengan istrinya? dewi adalah wanita berhati lembut, bertutur kata lembut, dan tentu saja penyayang. ibu nya saja yang tidak mau mengaumi dewi lebih dalam, jika ibu nya tau, pasti ibunya akan lebih menyayangi dewi dari pada dirinya.
hanya karna dewi adalah seorang anak dari kiyai, ibunya berfikir bahwa dewi adalah orang yang kudet dan hanya mengenal agama agama agama dan Agama saja.
padahal tidak demikan, dewi juga bisa dikatakan wanita yang modern, mengerti dunia tentang dunia sekarang, dan tidak selalu tentang agama.
susah mamang jika kita sudah membenci manusia, mau sebaik apapaun manusia yang kita benci berbuat pasti akan selalu salah di mata kita.
...----------------...
gavi terdiam dan memandang ke arah rumah nya. dia begitu takut bertemu dengan istrinya. dia takut di cacar pertanyaan yang menyulitkan istrinya.
pasti istrinya itu begitu penasaran apaa yang di bicarakan oleh nya dah Ibu nya.
gavii mencoba untuk tersenyum, lalu perlah turun dari mobil nyabdan berjalan ke dalam rumah.
"assalamu'alaikum sayang, mas pulang" teriak gavi.
terlihat seorang wanita cantik, berkulit putih berjalan pelan ke arahnya, tidak lupa dengan senyum nya yang begitu manis, menampakkan lesungan pipinya dan mata yang ikut tertutup saat dia tersenyum.
"waalaikumsalam mass" jawab dewi sambil mengambil tangan suaminya dan mencium nya.
"gimana mass, udah selesai ngomong sama ibuk? " tanya dewi dengan suara lembut nya.
gavi mencoba untuk tersenyum, "alhamdulillah udah sayang" jawab gavii.
"alhamdulillah mas, yuk masuk aku udah masak makan malam Mas, mas pasti suka, soalnya aku masak udah tepung kesukaan mas" kata dewi dengan nada yang begitu ceria.
melihat senyum dan kecerian sang istri, gavi menjadi tak tega mengatakan apa yang dia bicara kan dengan sang ibunda, istrinya begitu lembut, dia tak ingin istrinya nya menangis dan kepikiran, dia takut akan mempengaruhi kandung sang istri.
"iyakah sayang? hummm pantesan begitu mas buka rumah udah kecium bau harum , ternyata istri mass udah buatin mas makanan ya" kata gavi dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya.
"hihi iya dong mass, masa suami aku pulang, aku gak siapin makan" jawab dewi dengan cekikikan
gavi hanya tersenyum dan mengelus kepala dewi yang tertutup hijab dengan sayang.
mereka ber2 berjalan beriringan menuju meja makan.
sesampainya di meja makan dewi membuka tudung saji dengan perlahan dan mengucapkan "Taraaaaa udang tapung goreng, tumis kangkung, tempe, dan sambel tempe buat suami aku" seruu dewi sambil bertepuk tangan.
dewi terlihat seperti anak kecil, tapi gavi begitu menyukai sifat dewi itu, terlihat begitu lucu dan menggemaskan.
"terimakasih sayang, yaudah mass makan Tapi kamu temenin ya?"
"iyaaa, soalnya aku juga belum makan hihi, nungguin mas" jawab dewi.
selanjutnya mereka makan dengan khidmat, sambil berbincang bincang ringan, tentang kandung dewi dan hal-hal random lainnya.
...----------------...
dilain tempat, seorang wanita paruh baya terlihat mencak-mencak tidak jelas, dia terlihat begitu jengkel.
"pah anak kamu itu, dibilangin suka nya ngeyel terus, dikasih berlian kok malah mili baru kerikil sih, dasar batu" katanya sambil Mengipas-ngipas seolah sedang kepanasan.
"kali inipapa setuju sama gavi ma. istrinya sedang hamil, tidak mungkin dia menceraikan nya apalagi menikahi wanita lain" kata laki-laki tua itu.
"PA!!!! kok malah jadi papa belain gavi sih? papa ngak mau anak kita bahagia, bersama wanita kudet itu pasti hidup nya sensara. cihhh membayangkan nya saja mama jadi kesel!! "
"kudet gimana ma? dewi itu wanita sholehah cantik dan berpendidikan kok, mama lupa, dewi kuliah S2 di khairo?, jangan lupa ma, ayah nya dewi seorang kyai besar dan di segani di jawa" kata hadid (ayah nya gavi)
"Papa ngebela wanita itu dibandingkan istri papa sendiri?! apa jangan-jangan papa suka dewi? ngaku papa!!! " Nah kan jadi di tuduh:(
"Ma. papa mohon jangan mebesar-besarkan masalah, coba mama lebih terbuka sama dewi, dan coba nerima dewi, pasti mama akan menyayangi dewi lebih dari mama menyayangi gavi"
"ingat ma, gavi anak kita Satu-satu nya, cobalah mengerti dia, mama gak mau kan dia jadi benci kita hanya karna ego mama sendiri? " itu kata terakhir yang di keluarkan oleh hadid sebelum berjalan pergi meninggalkan istrinya yang terdiam, mendengar kan apa yang dikatakan nya.
...----------------...
sudah seminggu semenjak kejadian gavi dan ibunya, dia belum juga berbicara dengan dewi tentang apa yang sebenarnya terjadi. dia tidak mau istri nya kepikiran sampai jatuh sakit.
kini gavi sedang berada di kantor nya, Kantor nya itu merupakan peninggalan dari sang kakek, bisa disebut kantor turun temurun, dimulai dari sang kakek, lalu di turun kan pada sang ayah, kini sang ayah sudah mulai tua dan ingin pensiun, tak punya cara lain, selain dia yang meneruskan nya.
perusahaan gavi sendiri bergerak di bidang dagang, sebenarnya gavi tak terlalu pandai jika di kaitkan dengan perusahaan, dia punya cita-cita tersendiri, tapi dia hanya kasihan terhadap sang kakek, kakek nya mendirikan perusahaan itu dari nol, tak mungkin dia membiarkan perusahaan itu hancur.
sedang asik melamun. Tiba-tiba suara dari sekretaris nya mengagetkan gavi. "permisi pak, ini ada berkas surat jual barang dari PT. adi raya crop, dan harus segera anda tanda tangani, karna sudah akan di kirim ke negara tetangga pak" kata robi (sekretaris gavi)
"letakkan saja di situ, saya masih harus memeriksa berkas pengiriman barang, biar tidak ada yang keliru dan komplen jika barang sudah sampai." kata gavi, gavi memang terkenal tegas jika sudah menyakut perusahaan, tapi gavi juga dikenal baik jika bersikap dengan beberapa karyawan nya.
"baik Pak, kalau begitu saya permisi dulu" gavi hanya mengangguk sebagai jawaban."
...----------------...
11 : 20
dewi melihat jam di dinding, sambil berjalan resah kesana kemari, ini sudah hampir jam 12 malam tapi suami tak kunjung pulang, atau sekedar memberi nya kabar.
biasanya jika sang suami pulang telat pasti akan mengabari nya, jadi ia tak begitu khwatir, tapi sudah dari tedi dia menelfon sang suami, tapi tak kunjung di angkat. membuat kekhawatiran dewi semakin meningkat.
bukan nya lebay tapi memang begitu adanya, dia khawatir pada sang suami, biasnya kalau sang suami tidak mengabari, itu tandanya dia akan pulang cepat, tapi ini sudah jam 11 lewat sang suami tak kunjung pulang juga.
"yaa Allah mass, kamu dimana, kok aku khawatir banget sama kamu" kata dewi sambil meremas jari-jari tangan nya yang berkeringat.
"yaa Allah lindungi lah suami hamba dari mara bahaya"
tidak lama setelah itu suara pintu di buka membuat atensi dewi dari jam dinding di ruang tamu teralihkan.
"mass" dengan buru-buru dewi menuju sang suami dan memeluknya, tak lupa air mata ikut mengalir dari mata indahnya.
"hei sayang, kenapa nangis? ada masalah" tanya gavi
"m-mas ak-aku khawatir sama mas huhu, a-aku kira mmas kenapa-napa, abis nya mas n-ngak ngabarin aku" kata dewi dengan sesegukan, rasanya dia begitu lega bisa melihat suaminya pulang dan tidak ada yang terluka sedikit pun, rasanya seperti di angkat semua bebannya.
"ya ampun sayang, mas kira kamu kenapa, tadi hanya ada masalah sedikit saat mas udah di jalan mau pulang sayang, mas gak apa-apa. udah gak usah nangis" kata gavi sambil membersihkan sisa-sisa air mata istrinya.
"masalah apa mas? tapi mas gak apa-apa kan?" tanya dewi begitu khawatir.
"alhamdulillah mas gak apa sayang" balas gavi
"yaudah sekarang mas ceritain ke aku, apa yang terjadi"
"iya, kita masuk dulu, duduk biar mas nyaman cerita nya ya sayang" kata gavi lembut, sambil tersenyum melihat istrinya.
"yaudah ayo" mereka berdua berjalan ke arah sofa, dan duduk berhadapan.
"jadi gimana mass? " tanya dewi tak sabaran.
jadi gini......
...----------------...
*flashback
kring kring kring
suara ponsel menggangu konsentrasi gavi dalam berkendara, ia mencoba mengabaikanmu nya dan tetap fokus pada jalan raya.
tapi lagi-lagi suara ponsel itu membuat nya mengerutu, tapi tak ayal dia juga mencoba mengambil ponsel nya yang dia taru di saku jasnya.
nama kontak "ibuku" tertera di handphone berlogo apel di gigit itu.
melihat nama yang tertera itu membuat gavi mendelik, pasti ibunya itu akan berbicara tentang perempuan itu lagi, yang dengan tegas akan gavi katakan dia akan menolak perempuan itu.
saat ia akan menonaktifkan ponsel nya, tanpa di sengaja ia menjatuhkan kan ponsel nya itu. ia mencoba menggapai ponsel tersebut sampai tak fokus dengan jalan di depan.
brak
suara itu membuat gavi terkejut, dengan segera ia mematikan mesin mobilnya dan turun dari mobil itu.
terlihat seoarang perempuan dengan gaun hitam dan rambut yang di tata sedemikian modis, dan rambut yang di curly, terduduk di jalanan dan menggerutu.
"heh pak, kalau naik mobil itu fokus dong!! gak lihat apa itu tanda pengendara berhenti?" kata wanita itu
"maaf mbak, saya akan tanggung jawab" kata gavi mencoba menawar.
"tanggung jawab?? lo pikir gua hamil trus lo mau tanggung jawab?" kata wanita itu sambil menatap gavi dengan sinis.
"bukan maksud seperti itu mbak, maksud saya, saya akan membawa mbak ke rumah sakit" gavi mencoba menjelaskan, karna sepertinya wanita di depan nya ini telah salah paham.
"oalah, yang jelas dong pak kalau ngomong! salah paham kan gua"
gavi hanya tersenyum, mencoba menghargai wanita di depannya ini.
"trus ngapain lo cuma berdiri di situ kek petung? ngak mau bantuan gua gitu, sakit nih kaki gua karna lo" baiklah sepertinya wanita itu bener-benar kesakitan.
"maafin mas sayang udah nyentuh wanita lain, tapi ini keadaan nya mendesak" kata gavi membatin.
gavi berjalan mendekat ke arah wanita itu "maaf mbak" kata gavi sebelum membantu wanita itu berdiri dan memasukkan nya kedalam mobil.
di perjalanan menuju ke rumah sakit, hanya di isi oleh suara gerutuan dari wanita itu. membuat gavi harus extra sabar.
15 menit kemudian mereka telah sampai ke rumah sakit, dengan cekatan gavi membantu wanita itu berjalan, tak lupa ia meminta izin dulu.
"tolong sus-" belum sempat gavi melanjutkan ucapannya sudah lebih dulu di potong oleh wanita itu
"cepat sus, sakit banget nih kaki gua, gak bisa di gerakin".
setelah di periksa kurang lebih 10 menit, kini gavi dan wanita yang entah siapa nama nya itu sedang duduk di ruangan untuk mengetahui kondisi wanita itu.
" jadi gini pak buk, kaki nya hanya terkilir biasa, tidak ada yang perlu di khawatirkan, tentang kenapa sulit di gerakkan itu hanya karna urat kaki nya sedang tegang" kata doker.
"gitu ya dok, kalau gitu gak perlu di rawat inap kan? " tanya wanita itu.
"iya buk-, eh dengan ibu siapa? " kata dokter seketika dia ingat lupa bertanya nama pasian.
"Shinta dok"
"baik buk Sinta, ini resepnya silahkan tebus di apotek rumah sakit" kata dokter itu sambil tersenyum
flashback off*
"jadi gitu sayang, mass nganter wanita itu dulu ke rumah sakit sebagai bentuk tanggung jawab mass" kata gavi, setelah menjelaskan panjang lebar.
"ya ampun mass, lain kali kalau ada telfon mobilnya di pinggiran dulu, biara gak ada kejadian kayak gini lagi, negeri? " kata dewi.
"iya sayang mas minta maaf udah buat kamu khawatir ya"
"gak apa-apa mass, aku cuma takut mas kenapa-napa"
"yaudah skrang mas beberes dulu, ganti baju baru tidur ya? ini udah malem" kata dewi sembari mengambil tas kantor milik gavi
mereka berdua berjalan beriringan menuju kamar.
gavi berjalan ke dalam wc dan dewi merebahkan dirinya ke kasur. rasanya dewi begitu lega melihat suami nya pulang dengan selamat. tadi dia begitu khwatir terhadap sang suami.
15 menit kemudian terlihat gavi keluar dalam kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang melilit di pinggang nya. dan memperlihatkan dada bidang nya, yang di tumbuhi oleh buluh-buluh halus.
dewi dengan segara mengambil baju tidur milik sang suami. "mass ini baju kamu"
tanpa rasa malu gavi berganti pakaian di hadapan istrinya. tentu saja itu sudah menjadi hal biasa bagi pasangan suami istri.
saat dewi berbalik dan ingin tidur. Tiba-tiba tangan gavi memengan lengan nya dan menarik dewi masuk kedalam pelukan sang suami.
"ihhh mass, aku ngantuk loh mau tidur" kata dewi, tapi tak ayal di membalas pelukan sang suami.
"sebentar sayang, mas kangen banget sama kamu" kata gavi sembari mempererat pelukannya pada tubuh sang istri.
"gimana hari ini sayang, baby ngak rewel kan? " tanya gavi
"iya mas, baby nya ngak rewel kok, entent-enteng aja dia di perut aku" kata dewi sambil melepaskan pelukan sang suami.
dewi segera menangkup rahang sang suami, membuat bibir gavi secara tidak sengaja menjadi mengerucut.
"ihhh mass lucu banget sih" dewi dengan gemes mengunyel-nguyel pipi sang suami.
sedang gavi, hanya bisa pasrah dengan apa yang di lakukan sang istri.
"yaudah kita bobok ya, aku mau bobok sambil meluk kamu dan baby" kata gavi
setelah itu mereka berdua tidur dengan saling berpelukan, dengan gavi tidur sembari mengelus pelan perut sang istri. tak lupa dia juga berbicara dengan sang bayi, seolah-olah sang bayi mendengar apa yg dia katakn.
sedangkan dewi hanya tersenyum sembari mengelus sang suami. dewi hanya berdoa, semoga mereka akan terus seperti ini kedepan nya.
...----------------...
pagi telah tiba, terlihat dewi sedang berkutat dengan peralatan masak nya.
sedangkan sang suami masih terlihat nyaman dengan mimpinya.
tak lama kemudian, semua masakan yang di siap kan dewi sudah tertata rapi di meja makan. ia bergegas mandi dan membangunkan sang suami.
"mass bangun, udah jadi tuh sarapan nya" dewi mencoba membangunkan sang suami dengan mengoyangkan lengan nya pelan.
"uhmmm" sang suami hanya mengeliat sebentar lalu lanjut tertidur.
sepertinya sang suami benar-benar kelelahan, mereka tertidur pukul 1 malam, setelah mereka bercerita tentang masalah kemarin.
lalu bangun jam 3 malam untuk melakukan sholat tahajjud, lanjut mengaji senpai menunggu waktu shubuh tiba.
dewi melihat ke arah jam dinding, ini sudah pukul 07:50 , itu tanda nya 10 menit lagi sudah akan memasuki pukul 8, dia kembali mencoba membangun kan sang suami.
"mass udah mau jam 8,mas ngak ke kantor? " tanya dewi
mendengar apa yang istri nya katakan dengan segera gavi bangun lalu melihat jam di dinding, ya itu benar jam sudah memasuki pukul 8.
"ya ampun sayang mas hari ini ada pertemuan dengan klien mas dari Taiwan pukul 08:30" dengan tergesa-gesa gavi bangun dan menuju ke closet.
dewi hanya menggeleng kan nya kepala tak habis pikir.
dia berjalan menuju ke ruang makan, tak lama terlihat sang suami datang dengan stelan jas nya, terlihat tampan dan berkharisma.
"mas makan dulu, biar perutnya ngak kosong" kata dewi
gavi hanya mengangguk, lalu duduk di kursi makan nya "mas mau makan apa, nanti aku ambilin" tanya dewi.
"mass mau nasi pake sayur tumis aja sayang, tempe nya satu ya" kata gavi..
dewi hanya mengangguk, dan segera menyiapkan makanan suami. "ini mass, maaf ya hari ini sarapan nya cuma gini, soalnya bahan yang ada di kulkas tinggal ini saja, nanti aku belanja bulanan" kata dewi sembari menyerah kan piring sang suami
"gak apa-apa, ini aja udah cukup sayang" jawab gavi.
selanjutnya mereka berdua makan dengan khidmat, menurut gavi makan apa saja akan terasa enak jika itu buatan istrinya. dia benar-benar cocok dengan masakan sang istri. walaupun berbagai hidangan mewah tersaji di depan nya dan sang istri hanya memasak tempe dan tahu, pas dia akan memilih makan, makanan buatan sang istri.
dia mencintai dewi lebih dirinya sendiri, mengejar dewi waktu itu bukanlah hal yang mudah, butuh dua tahun untuk meyakinkan dewi bahwa dia benar-benar mencintai nya, setelah dewi telah menjadi miliknya, tidak mungkin dia menyia-nyiakan dewi begitu saja.
hari ini gavi berencana untuk mampir ke Toko perhiasan, ia ingin memeberikan kejutan untuk sang istri.
"selamat sore mas, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pegawai.
"saya ingin melihat-lihat terlebih dahulu" jawab gavi
gavi segera melihat berbagai macam perhiasan, dimulai dari cincin, kalung, gelangan tangan bahan anting.
"menurut mbak, mana yang bagus ya buat istri saya" tanya gavi sembari memperlihatkan foto sang istri, dia tidak begitu mengerti tentang keinginan wanita, jadi lebih baik dia bertanya, agar istrinya menyukai pemberian nya.
"mas nya mau perhiasan yang seperti apa?" tanya pegawai itu.
"saya mau cincin, dan kalung saja, yang simpel tapi terlihat cantik" kata gavi-
terlihat sang pegawai, mengambil perhiasan "bagaimana dengan yang ini untuk kalungnya pak? " tanya pegawai itu, dia memberikan kalung itu pada gavi.
gavi melihat nya dan tersenyum, kalung dengan liontin bulan dan bintang itu begitu indah, pasti istrinya akan sangat cantik jika mengenakan itu
"saya ambil yang ini, bagaimana dengan cincin nya?" tanya gavi kembali.
kembali pegawai itu melihat cincin yang sekira nya cocok dengan selera pembeli.
pegawai itu memberikan gavi satu cincin, dengan bentuk bergelimang tak lupa dengan desain yang dihiasai oleh permata indah.
"sepertinya ini cocok dengan istri anda, terlihat cantik dan berkilauan ketika gelap" kata sang pegawai, gavi lagi-lagi menyukai cincin itu.
"saya mengambil keduanya, dimana saya akan membayarnya?"
...----------------...
"gimana nak kamu mau kan? " tanya perempuan paruh baya itu.
"tapi bukannya dia sudah beristri? " tanya perempuan itu.
"itu biar jadi urusan ibu, kamu gak mau sama dia? bukan nya dia Laki-laki idaman mu? pekerja keras, tampan dan tentu saja dari golongan orang yang di hormati" lagi sang ibu terlihat membujuk sang anak
"iya dia memang idaman ku, tapi bukan berarti dia harus menjadi suami ku, dia sudah beristri"
"ibu gak mau tau, kamu harus menikah dengan nya shinta!! ibu ingin memiliki menantu sepertinya, ibu tidak mau tahu itu" setelah mengatakan itu, sang ibu terlihat beranjak dari tempat nya.
shinta, ya shinta ada gadis itu, gadis yang di tabrak oleh gavi kala itu.
shinta duduk termenung dia tidak bisa melawan ibu-Nya, dia begitu menyanyangi wanita itu, tapi dia tidak bisa menjadi wanita kedua, dia ingin menjadi wanita Satu-satu nya yangg di cintai dengan tulis oleh suaminya.
...----------------...
"gimana jeng, kamu udah bujuk anak kamu? " tanya Lina (ibu gavi)
"saya sudah membujuk nya, dan dia menyetujui nya, bagaimana dengan anak mu?" tanya fitri ( ibu shinta)
"dia belum mau mengikuti mauku, tapi jangan khawatir aku punya rencana agar dia mau mengikuti ku" kata ibu gavi sembari tersenyum penuh arti. dia yakin kali ini rencana nya akan berhasil..
"apa rencana mu? " tanya ibu shinta.
ibu gavi memberitahu kan apa yang direncanakan kan nya.
"tapi apa itu tidak berlebihan, ini tentang kesehatan, dan bagaimana jika dia tahu kalau kamu hanya berpura-pura? " tanya ibu shinta
"percaya padaku, kali ini aku yakin rencana ini akan berhasil"
...----------------...
gavi melihat beberapa panggilan dari sang ibu, tapi dia mengabaikan nya, dia tau, pasti Ibu nya akan menyondongnya tentang perjodohan gila itu.
"mass angkat telfon nya, mungkin itu penting" suara dewi membuat gavi tersadar dari lamunan nya.
"gak penting sayang, Oh ya mas ada sesuatu untuk kamu, pasti kamu suka" belum sempat gavi mengambil barang di tasnya, lagi-lagi suara ponsel nya membuat nya hampir mengumpat.
"lebih baik di angkat dulu mas, bukan nya itu dari ibu, siapa tahu itu penting" kata dewi
dengan sedikit malas gavi mengangkat panggilan itu.
"hallo, apakah ini keluarga dari ibu yang mempunyai ponsel ini? " tanya suara asing dari sebrang sana, dengan segera gavi melihat kembali nama dari si pe nelfon.
"ibu" begitu kontak yang tertulis di ponsel nya.
"iya saya anak nya, ada apa ya? " gavi berusaha untuk tenang.
"gini, ibu pemilik ponsel ini mengalami kecelakaan yang cukup perah, dia mengalami pendarahan hebat dan sudah di larikan di rumah sakit terdekat" perkataan itu membuat jantung gavi terasa akan copot dari tempat nya.
"b-benrakah itu? dirumah sakit mana ibu saya dilarikan? " gavi bertanya dengan tergesa-gesa, dia begitu kelut sekarang, sekasar apa pun dan sejahat apapun ibu nya, dia tetap lah ibu dari gavi, ibu yang melahirkan dan merawat nya.
"di rumah sakit ×× pak" kata si pe nelfon itu"
"terima kasih atas informasinya pak" kata gavi sebelum dia mematikan sambungan telefon.
"ada apa mass, kenapa mas begitu terlihat gelisah? " tanya dewi.
"sayang i-bu ibu kecelakaan, mas akan ke rumah sakit sekarang" kata gavi.
"APA?!! ibu kecelakaan? mass aku ikut mas" kata dewi.
melihat istrinya yang ikut panik, membuat dia tak bisa berpikir jerni, dia takut akan mencelakai istrinya, jadi lebih baik dia pergi sendiri saja.
"sayang gini, dengerin mas, kamu disini dulu aja Hum? nanti kalau kondisi nya udah terkendali, mas akan menjemput mu, oke? " gavi mencoba memberikan pengertian.
"t-tapi mas ib-" perkataan dewi terpotong "sayang ngertiin mas ya? mas brangkat" sebelum pergi tak lupa dia mengecup kening sang istri..
dewi hanya pasrah, mungkin sang suami takut terjadi apa-apa dengan sang ibu, makanya dia tak mau mengajak dia, dia mencoba berpikir positif.
...----------------...
gavi membawa mobil nya dengan kecepatan penuh, dia begitu takut, kelut, dia khawatir pada sang ibu.
"ya Allah, lindungi lah ibu hamba" gavi bergumam dalam hati..
tak lama kemudian, dia sampai di rumah sakit tempat sang ibu di rawat, dia menuju resepsionis dan menanyakan keberadaan sang ibu, begitu dia mengetahui nya. dia dengan cepat menuju ruangan yang di tunjukkan.
sesampai nya di ruangan itu, ia melihat sang ibu terletak tak berdaya di atas tempat tidur rumah sakit. tak lupa dengan beberapa alat yang terpasang di tubuh sang ibu.
ia melihat sang ibu di temani dua orang perempuan berbeda generasi. dan dia mengenal salah satu dari perempuan itu. itu perempuan yang di tabrak nya tempo hari.
"b-bgaimana bisa, ibu seperti ini" dia berjalan sembari menatap k2 perempuan itu.
"n-nak" suara terputus putus itu mengalihkan perhatian gavi.
"ibu" gavi menghampiri sang ibu dan memegang tangan nya.
"apa yang terjadi buk? kenapa ibu bisa sampai kecelakaan" tanya gavi
sang ibu hanya tersenyum, "b-bisa kah i-ibu m-mnta t-tolong?" tanya ibu dengan suara terputus-putus
"iya buk, katakan apa yang ibu ingin kan, akan aku kabulkan apa pun itu"
"ma-maukah k-kamu me-nikah dengan wanita p-pilihan ibu? "
DEG
pertanyaan itu membuat gavi terdiam.
"i-ibu mohon m-mungkin i-ini p-permintaan terakhir i-ibu" perkataan sang ibu membuat gavi tak berdaya, dia tak tega terhadap sang ibu, tapi bagaimana dengan istrinya?
"buk gavi mohon jangan ngomong gitu, ibu akan sehat, ibu akan sehat gavi yakin buk" gavi memegang tangan sang ibu dengan gemetar.
"i-ibu mohon nak, p-perempuan itu, di b-belakang mu" gavi melihat kebelakang, terlihat perempuan yang di tabrak nya tempo hari, hanya menundukkan kepala, sedangkan perempuan seumuran sang ibu melihat nya sambil mengangguk seolah meyakinkan nya.
"buk, aku udah punya istri buk, mengertilah" gavi memandang ibunya dengan tatapan permohonan.
"k-kamu g-gak sayang ibu, i-ini p-ermintaan t-terakhir ibu" gavi kembali dilema, apa yang harus dia lakukan sekarang, ini permintaan terakhir ibu-Nya. dia tidak bisa menolak nya.
"gavi akan melakukan nya buk, tapi gavi mohon sehat lah kembali,,dan jangan bilang kepada dewi, aku tidak mau dia sakit karna ku.
mendengar jawaban sang anak, ibu gavi tersenyum sinis dalam hati.
YEAH!! ini yang dia inginkan, gavi menerima permintaan nya, tidak sia-sia dia bereting seperti ini, dengan menyogok beberapa orang, seperti dokter, dan orangg yang menelfon gavi.
"b-bgaimana j-jika sekarang s-saja nak, i-bu sudah t-tidak kuat"
"tapi buk, kita tunggu ibu sehat saja ya? " gavi mencoba membujuk.
"n-nak" ibunya memandang gavi dengan sorot permohonan
"baiklah, aku akan menikahinya sekarang"
...----------------...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!