Terdengar suara sepatu seorang remaja laki-laki yang sedang berlari terbirit-birit menuju sebuah gg sempit di wilayah padat penduduk.
Remaja itu terlihat begitu ketakutan saat melihat mobil petugas pamong praja berhenti tidak jauh dari gg yang akan ia tuju.
Dari kejauhan pemuda itu sudah bisa melihat segerombolan para muda-mudi tampak, bersiap untuk adu jotos.
Pria dengan penampilan culun itu akhirnya berteriak, memerintahkan kepada rekannya untuk bubar dan segera melarikan diri
"Satpol pp … kabur!" teriak pemuda itu dengan wajah panik.
Kumpulan pelajaran terlihat akan siapa melakukan aksi tawuran di salah satu gg sempit dan sunyi. menoleh dan mereka terkejut melihat rombongan Satpol pp mendekat.
Mereka dari sekolah berbeda, namun seragam mereka tetap sama, putih - abu-abu.
Para pelajar dari tingkat menengah atas itu membubarkan diri masing-masing dengan wajah panik. mereka saling berpencar mencari jalan aman.
"Amy!" Teriak seorang pemuda yang mencari temannya di antara pelajar yang melarikan diri.
"Hey, apa kau melihat Amy?" Tanya pemuda itu sambil berteriak.
"Tidak!" Sahut temannya dengan teriakan juga dan kembali berlari untuk menyelamatkan diri.
"Ke mana tuh, anak ?" Gumam pemuda itu yang terlihat panik.
"Bagaimana ini, bisa-bisa aku kena amukan emak," pemuda itu terlihat gelisah di tempat persembunyian.
Memikirkan teman sekelasnya yang bersikeras untuk ikut dalam rangka tawuran dengan pelajaran sekolah tetangga.
_______
Di sisi lain.
Terlihat seorang gadis dengan tubuh mungil sintalnya, berlari di trotoar jalan raya. Gadis berambut sebahu dengan potongan poni dora itu, tampak begitu ketakutan.
Ia berlari untuk menghindari kejaran para satpol pp di belakangnya, wajah putihnya terlihat berkeringat, rambut yang semula rapi dan wangi kini berubah lepek dan lengket oleh keringat.
Kedua pipinya yang cabi terlihat merona kemerahan tampak terlihat lelah, baju seragam putih abu-abu yang ia kenakan kini terlihat lecek dan kusut, bahkan sudah basah di bagian belakang juga kedua ketiaknya.
Gadis berwajah imut dan manis terlihat berhenti berlari dengan nafas tersengal-sengal. Ia membungkukkan badannya sambil memegang kedua lututnya yang begitu pegal.
Gadis pemilik kelopak mata lebar dengan iris coklat itu mencoba mengatur nafas sambil salah satu tangannya mengusap keringat di dahi dan garis wajahnya.
Sesekali ia menoleh ke belakang, melihat, apakah para satpol PP itu masih mengejarnya. Gadis remaja 18 tahun, menghela nafas lega saat merasa aman dari kejaran para satpol PP.
Ia pun menegakkan punggung mungilnya, menatap sekitar jalan raya yang tampak sunyi pada siang hari. Kedua kelopak mata lebar bulatnya mengkerut, mencari para pedagang minuman seharga dua ribuan yang biasa mangkal di pinggir jalan.
Namun berulang kali mencari, tetap gadis itu tidak menemukan para penjual tersebut.
"Tumben, biasa mereka ramai." Gadis itu bergumam dengan kening mengkerut.
Langkahnya kembali bergerak untuk mencari minum untuk menghilangkan rasa haus, kedua matanya melihat jejeran minimarket yang terkenal di seluruh Indonesia, namun ia menghela nafas saat melihat uang di saku bajunya hanya ada 2000 rupiah.
"Uang segini mah, mana cukup," gerutunya dengan bibir mungil itu mengerucut.
"Coba aku tidak ikut, pasti sudah di rumah, sambil menikmati masakan emak," celotehnya sambil terus berjalan di trotoar jalan raya sambil sesekali menendang sesuatu di hadapannya dengan kesal.
"Ya Allah, aku haus," ucapnya dengan mengeluh dan berjalan dengan langkah lesu.
Namun langkahnya, seketika terhenti dan tubuhnya mematung saat mendengar teriakkan di belakangnya.
Dengan perlahan, lehernya bergerak untuk menoleh. Gadis itu menghela nafas panjang, melihat kembali beberapa pria dengan seragam coklat berlari ke arahnya.
"Astaghfirullah, mereka lagi!" Gumamnya dan kembali mengambil langkah seribu.
"Hey, berhenti!" Teriak salah satu pria berseragam cokelat sambil mengejar gadis bertubuh mungil sintal itu.
Gadis itu pun terus berlari dan kini ia berusaha menyeberang jalan raya, ia terlihat menolah kebelakang dan masih melihat pria-pria itu mengejarnya.
"Kenapa mereka begitu ngotot mengejarku? Ini pasti, karena campi-campi bibi yang membuat pria terus mengejar-ngejar aku." Gadis bermonolog sambil bersembunyi di semak-semak tanaman hias di dekat taman kota.
Gadis itu kembali mengatur nafasnya sambil mengintip di balik persembunyiannya.
Kedua matanya bisa melihat para petugas itu masih berusaha mencarinya, membuat gadis itu semakin kesal. Rasa haus pun semakin menyiksa, belum lagi perasaan pengap juga pegal.
Gadis itu merotasi pasang matanya ke segala arah, hingga kedua kelopak mata indah itu, menangkap pemandangan yang seketika memiliki ide.
Gadis yang bernama, Mandalika Mahendra itu berjalan menuju sebuah mobil mewah yang terparkir tidak jauh dari tempat persembunyiannya.
Ia berjalan sambil menghindari dari pencarian para petugas, hingga ia kini berada di samping mobil mewah berwarna hitam. Gadis yang biasa dipanggil Amy, menoleh kesana-kemari untuk memeriksa keamanan sambil salah satu tangannya mengecek apakah mobil mewah itu terkunci.
Hingga indera pendengarannya menangkap suara yang berasal dari pintu mobil. Seketika senyuman manis gadis itu terlihat, membuat wajahnya semakin manis dengan kedua pipinya yang cabi terdapat lesung pipi.
Amy segera masuk ke dalam mobil mewah itu, ia bersembunyi di kursi bagian belakang dengan merebahkan tubuhnya. Ia mengintip dari jendela yang tidak akan ketahuan dari luar kalau ada orang di dalam mobil, Amy melihat para petugas itu masih mencari dirinya, ia hanya bisa tersenyum lega sambil menghempaskan tubuh ke sandaran kursi.
Ia juga begitu nyaman di dalam mobil yang begitu sejuk dengan aroma jeruk. Amy memejamkan mata menikmati kenyamanan mobil mewah itu.
"Ternyata, begini rasanya mobil mewah," gumam Amy sambil tersenyum sendiri.
Amy tampak memperhatikan dalam isi mobil itu, ia melihat di depan sana sebuah tempat khusus minum kemasan, ia membuka dan seketika bersorak, saat melihat kaleng minum segar di sana.
"Alhamdulillah, rezeki memang tidak ke mana," seloroh gadis itu dengan wajah berbinar.
Sembari menelisik minuman kaleng yang begitu asing di matanya, namun karena begitu haus, Amy tidak memperdulikan kaleng minuman itu.
"Mungkin ini kemasan minuman baru," ucapnya lirih.
"Anggur!" Serunya pelan saat melihat tulisan di galeng tersebut.
"Ini kayak yang sering baba minum? Tapi baba botolnya ada gambar buah bukan tulisan?" Menolongnya lagi dengan kening mengkerut mencoba mencari tahu arti tulisan Inggris di kaleng minuman itu.
Namun sayang, pengetahuannya tentang bahasa Inggris begitu minim, meskipun di sekolah ia mempelajarinya, namun gadis itu memilih tidur daripada mengikuti pelajaran bahasa asing.
Menurutnya pelajaran bahasa asing membuatnya pusing dan mengantuk.
"Masa bodoh lah, yang penting aku tidak haus lagi." Amy mengabaikan barisan tulisan di kaleng minum itu.
Segera ia membuka segel kaleng dan seketika aroma kuat menembus Indra penciumannya.
"Bau-nya aneh," ucapnya dan sedikit mencicipinya.
Namun karena terlalu haus, Amy segera meminumnya dengan tergesa-gesa.
Gadis itu tidak mengetahui kalau minuman yang ia teguk adalah bir dalam kemasan kaleng.
Gadis yang begitu lugu dan ceroboh itu, terlihat menggelengkan kepalanya saat merasakan keanehan di penglihatan. Ia merasa penglihatannya berputar-putar dan melihat seseorang dengan jumlah banyak.
Amy memukul pelan kepalanya dan memejamkan mata kuat, namun penglihatannya semakin berputar-putar dan sedikit demi sedikit kini pandangannya itu menjadi gelap.
Gadis itu akhirnya jatuh tak sadarkan diri di belakang kursi penumpang.
Tidak jauh dari mobil mewah, terlihat beberapa pria bertubuh tinggi sedang berbincang-bincang dengan tertutup dan penuh hati-hati.
Pria yang memiliki punggung lebar dengan tinggi badan 185 cm tampak membelakangi mobil mewah tersebut, ia sedikit berbicara dengan suara pelan.
Pria itu membalikkan badannya setelah rekan berbincangnya pergi, ia berjalan mendekati mobil yang terdapat gadis di dalamnya.
Sosok pria dewasa yang begitu terlihat tampan, usia pria itu sekitar 40 tahun, namun ia terlihat begitu rupawan dengan penampilan gagah juga tubuh yang begitu ideal.
Garis wajah yang tampak tegas dengan ukiran yang nyaris sempurna.
Pria dewasa membuka pintu mobil, ia sedikit tersentak saat menyadari kecerobohannya yang lupa mengunci pintu mobilnya.
Pria itu hanya menghela nafas berat dan kemudian menyalakan mesin mobil, lantas mobil itu pun mulai bergerak, meninggalkan area taman kota yang sedikit sepi.
Tanpa pria berwajah tegas itu ketahui, kalau di kursi bagian belakang sosok gadis sedang meringkuk di sana. Dengan posisi kepala di kursi mobil dan sebagian badannya berada di bawah.
Mobil hitam mewah itu, berjalan lambat saat mendekati lampu merah di depan sana. Pria yang berada di balik kemudi pun menginjak rem secara mendadak, saat seorang pengendara motor matic menerobos di tengah-tengah pengendara lain.
"Sial!" Umpat pria berwajah rupawan dengan suara berat yang begitu tegas.
Hampir saja keningnya menyentuh setir mobil, beruntung pria itu mampu menahan kepalanya.
Pria itu membunyikan klakson mobilnya nyaring dan berulang kali, hingga menimbulkan keributan di area lampu merah.
Beruntung keadaan lampu merah masih terlihat senggang, hingga tidak menimbulkan kemacetan.
Sedangkan gadis yang berada di belakang kursi belakang, terloncat kaget. Mendengar suara klakson, lekas gadis berwajah imut itu bangkit dengan pandangan yang masih berputar-putar.
Gadis itu tampak lingkungan, merasakan pergerakan di dalam mobil, ia menoleh keluar dan melihat sekeliling juga bergerak dan berpindah-pindah.
Gadis itu menyipitkan kedua matanya untuk memastikan apa yang ia lihat, namun pandangannya masih berkunang-kunang.
Amy memukul kepalanya pelan dan mengucek kedua kelopak matanya dan ia tetap melihat sekitarnya bergerak dan ia juga merasakan tubuhnya berguncang.
"Apa sedang terjadi gempa?" Tanya pelan dan kini ia melihat ke dalam mobil dengan pandangan berputar-putar.
Ia mengerutkan kedua matanya, saat melihat rambut di depannya yang lumayan panjang dan berwarna coklat.
Amy memejamkan matanya dan menatap rambut tepat di depannya itu.
Kini ia melihat sebuah tangan kekar di dalam mobil, tangan yang memiliki rambu-rambu halus juga terlihat urat-urat tangannya.
Gadis itu begitu linglung, ia seakan keheranan. Dan belum menyadari kalau ia sudah berada jauh dari wilayah tempat tinggalnya.
Gadis yang masih sempoyongan itu, bergerak untuk mengintip di balik kursi kemudi, gadis itu bisa melihat sosok pria berhidung mancung.
"Itu hidung, mancung banget, yah?" Cicit gadis itu, yang belum sadar.
Karena penasaran, ia menoleh sempurna kepalanya ke depan, berhasil membuat pria yang sedang menyetir berhenti mendadak.
Sekali lagi pria itu berhenti di lampu merah dengan menekan rem mendadak, menghasilkan bunyi yang begitu nyaring. Pengendara di sekitarnya pun keheranan.
"Masya Allah, cakep banget!" Amy berseru heboh saat melihat wajah pria di depannya itu.
Tentu saja pria yang ada di dalam mobil itu terkejut, saat melihat sosok gadis mungil di dalam mobilnya.
Kedua mata pria itu terbuka lebar dengan wajah syok, ia memundurkan kepalanya ke arah pintu mobil dan kepalanya pun terbentur di kaca mobil.
"Kamu siapa!" Pekik pria yang masih terkejut dengan ucapan aneh pria bule itu, menurut pendengaran — Amy.
Amy diam, sambil terus melihat dengan serius wajah pria yang begitu tampan, walaupun ada keriput di bagian tertentu, pria dewasa itu begitu rupawan.
"Bapak Mr, bukan orang sini?" Gadis ceria juga ceroboh, pindah ke kursi depan.
Pria itu hanya bisa melongo, melihat seorang gadis mungil yang dalam pandangannya tidak jauh berbeda dengan anak sekolah dasar.
Dahinya tampak terlipat, melihat gadis di sampingnya, pria itu begitu berpikir keras, darimana datangnya gadis ini.
"Masya Allah, bapak Mr, begitu tampan. Aku seperti melihat kaum Cristiano Ronaldo," seloroh Amy heboh.
Gadis itu begitu terpana dengan wajah tampan pria di sampingnya itu.
"Benar yang dikatakan, baba. Kalau rezeki tidak akan lari kemana," gadis itu kembali berkata pelan. Tatapannya masih tertuju kepada pria tampan di sebelahnya.
"Ya Allah, aku begitu beruntung hari ini. Aku tarik lagi kata-kata aku yang menyesal ikut dalam rangka tawuran." Lanjut gadis itu, kedua matanya berkedip-kedip memandangi wajah pria yang sejak tadi diam dengan wajah melongo.
"Bapak Mr, walaupun sedikit keriput di wajah, tapi kenapa begitu enak dilihat? Beda dengan baba, yang udah ubanan pun wajahnya begitu kaku, kayak tembok di rumah kami yang sudah pada retak." Celetuk Amy yang seakan-akan sedang curhat, gadis itu lupa dengan sosok pria yang bersamanya adalah seorang asing yang baru saja bertemu.
Namun Amy sungguh unik, sudah membuat suasana akrab, yang sukses membuat pria asing itu diam dengan wajah yang begitu terlihat bingung.
"Mata bapak Mr, warnanya biru yah, wah… indah sekali, aku seperti melihat bintang di langit yang biru." Amy kembali berceloteh, dan kali ini ia berteriak heboh.
Jangan tanyakan wajah sang pria, yang begitu keheranan. Baru kali ini ia melihat gadis bar-bar di negara yang baru 1 tahun ia tempati untuk menetap sementara.
"Oh mataku, tidak bisa berbohong kalau bapak Mr begitu tampan, apalagi brewokan ini. Akh … aku mimpi apa tadi malam, bisa melihat kaum brewokan impianku." Pekik Amy begitu histeris, sambil memegang wajah pria itu yang hanya bisa melongo.
Suara Amy terdengar hingga keluar mobil, membuat para pengendara refleks menatap mobil mewah sang pria.
Tatapan mereka terlihat waspada dan penuh curiga. Ingin melihat ke dalam, namun sia-sia, karena mereka tidak bisa melihat apapun.
"Jangan suudzon dulu, siapa tahu mereka wanita semua," tegur seorang wanita yang sedang di bonceng oleh kang ojek online.
Para pengendara pun mengangguk dan mencoba berpikir positif, keadaan jalan mulai macet, hingga mobil itu tetap diam di tempatnya.
"Lepas!" Ucap pria dewasa itu, melepaskan tangan mungil Amy dari wajahnya.
Amy hanya menampilkan wajah biasa saja, namun bibir mengerucut ke arah pria itu.
"Baru juga dipuji, dah bertanduk," ucap Amy pelan.
"Hey, gadis kecil. Kamu siapa?" Pria yang mengenakan kemeja hitam rapi itu mulai menatap tajam ke arah Amy dan mengintrogasi Amy dengan bahasa Indonesia yang masih berbelit-belit khas bule.
Amy mendengar itu menjadi bingung, ia menggaruk rambut dan menatap sang pria bule di sampingnya.
"Bapak Mr, ngomong apa yah? Kok ngomongnya kayak lidahnya di peras gitu," sahut Amy.
Sang pria bule pun menjadi bingung, ia pun mengulangi pertanyaannya kepada gadis kecil di sampingnya.
"Hey, gadis kecil, kamu siapa?" Ulang sang pria asing, kali ini ia berbicara dengan pelan.
Amy hanya ber oh ria dengan mulut mungilnya berbentuk huruf o.
"Aku bukan gadis kecil, bapak Mr, usia aku sudah 18 tahun kurang 1 bulan, itu berarti sebentar lagi aku akan ulang tahun." Amy pun menjawab pertanyaan pria itu dengan wajah berseri-seri.
Sang pria asing hanya bisa menatap Amy bingung dan belum mengerti dengan apa yang Amy katakan.
Tidak ingin pusing dengan gadis kecil di sampingnya, pria asing itu kembali bertanya.
Namun baru saja ingin mengatakan sesuatu dengan memasang wajah garangnya, perkataannya menggantung, saat kembali mendengar Amy berkata-kata.
"Kalau bapak Mr mau tahu siapa aku, baiklah, aku akan mengatakan kepada anda," seloroh Amy, tidak memberikan pria asing itu untuk berbicara.
"Nama aku, Mandalika Mahendra, biasa dipanggil Amy. Entah mengapa emak dan baba memberi nama Mandalika. Padahal kan itu nama cowok, kata emak, pas aku dalam perut, bentuk itunya anak burung pipit, lah … pas aku keluar emak sama baba kaget, kok yang keluar bentuknya anak siput? Bukan anak burung pipit? Jadilah, nama yang sudah di siapkan emak dan baba terpaksa di pakein ke aku, katanya gak sempat nyari nama lagi." Amy yang menjelaskan kejadian pasca kelahiran juga asal usul namanya yang cocok buat anak laki-laki, kepada pria yang baru saja bersamanya dan tidak saling mengenal.
Tanpa gadis itu memperhatikan, wajah tampan pria di sebelahnya, hanya bisa menganga mendengar perkataannya yang sama sekali tidak ia mengerti.
"Keluar!" Pinta pria itu dengan ucapan khas pria bule, yang sedikit cadel.
Mendengar itu, Amy menatap bingung sang pria bule. Mencoba memahami perkataan pria itu.
"Keluar dari mobilku!" Sentak pria itu dengan tatapan nyalang dan ucapan ke gas.
Amy pun terkejut dengan intonasi ke gas pria bule itu.
Tapi Amy bukannya takut, ia malah memperlihatkan wajah kebingungan.
"Bapak Mr, ngomong apa? Kelual dali mobilcu?" Gadis itu menirukan ucapan sang pria bule.
"Ya Allah, tua-tua kok bicalanya maci cadel," celetuk Amy yang mengucapkan kata-kata cadel lalu gadis itu tertawa.
Pria bule itu, lagi-lagi hanya bisa tercengang. Ia begitu frustasi menghadapi gadis mungil di sampingnya.
"Bapak Mr!" Seru Amy, setelah berhenti ketawa.
"Bukan, kelual, tapi ke-lu-a-rrrr," terang gadis itu, mengeja perkataan agar sang bule bisa mengikuti.
"Bukan, dali. Tapi, da-rrrii," terangnya lagi.
"Dan … mo-bil-ku. ku, bukan cu," lanjut gadis itu, yang mendadak menjadi guru paud, yang mengajari bicara seorang anak yang baru belajar bicara.
"Bapak Mr, kalau bicara jangan ke gas juga, dan penyebutan R-nya harus bergetar, jadi aku bisa paham yang bapak Mr omongin itu apa?"
Sang pria bule yang bernama, Alexander William Mahesa, lagi-lagi hanya bisa diam dengan wajah melongo dengan sikap bar-bar gadis bertubuh mungil di sampingnya.
"Bapak Mr, bicara seperti film yang di nonton emak dan baba, eh … ke mana itu si Pitung pergi." Amy kembali melanjutkan ucapannya sambil meniru ucapan pria Belanda yang biasa ia nonton bersama kedua orang tuanya.
Jangan tanya wajah sang pria bule di sampingnya, yang tidak bisa berkata-kata lagi.
bapak Mr. meskipun keriput, tapi enak di pandang, ujar Amy.
Amy terdiam, gadis itu baru tersadar posisinya sekarang begitu jauh dari jalur area tempat tinggalnya.
Gadis bertubuh mungil dan sintal itu melihat keluar kaca mobil. pandangannya melihat sekitar jalan raya yang begitu padat dan macet.
Amy pun mulai panik dan ketakutan, karena ia berada sangat jauh dari daerah tempat tinggalnya.
Tanpa ia perhatikan, sosok pria bule di sebelahnya, yang sejak tadi menahan emosi. Wajahnya kini begitu merah dengan mata melotot ke arah Amy.
Ingin rasanya pria berperawakan tinggi tegap itu menurunkan Amy dari mobilnya, gadis yang sejak tadi membuatnya pusing dan terlihat bodoh.
"Aku ada di mana?" Alexander mendengar Amy bergumam dengan wajah panik.
Pria itu yang akan mengeluarkan suara lagi-lagi harus terhenti, dan hanya mendengarkan Amy meracau.
"Bapak Mr, bawa aku ke mana? Ini bukan arah ke rumah aku!" Amy tiba-tiba tersentak dan menoleh ke samping.
"Bapak Mr, mau menculikku yah!" Teriaknya, yang kini memasang wajah marah, namun dalam penilaian Alexander, gadis di sebelahnya terlihat begitu imut.
Entah mengapa, Amy bisa melihat dengan jelas dan pandangannya berhenti berputar-putar. Kini ia membusungkan dadanya ke arah Alexander dengan kedua tangannya di letakkan dipinggang, tidak lupa, Amy memasang wajah garang.
Namun Alexander hanya bisa menatapnya bingung, bukannya takut, Alexander bahkan begitu gemas melihat wajah imut Amy, ingin rasanya pria bule itu, memeteng gadis ini di bawah ketiaknya dan menjitak kepala gadis kecil tersebut.
"Malah bengong!" Seru Amy yang begitu kesal.
"Bapak Mr, pasti penculik kan?" Desak gadis dengan wajah garang, mata lebarnya yang melotot, hidung mancung yang diturunkan oleh sang baba yang keturunan Arab terlihat kembang kempis. dan bibir mungil yang diwariskan oleh sang emak yang hobi mengomel dan ber kimut-kimut kayak pantat ayam, terlihat mengerucut tajam.
"Ngaku! Teriak gadis itu nyaring.
Refleks sang pria bule menutup kedua telinganya.
"Atau … jangan-jangan, bapak Mr, seorang mafia. Menculik gadis imut dan bohay sepertiku dan di jual di luar negeri, seperti kisah-kisah novel yang sering emak baca." Celetuk Amy yang bicara layaknya rapper hebat.
Alexander hanya bisa tercengang, selain melihat wajah Amy yang terkesan imut dan lucu, pria itu juga sulit mengartikan ucapan Amy yang berbicara layaknya pesawat jet yang tidak memiliki rem.
"Apa yang kau katakan, gadis kerdil!" Pekik Alexander, pria itu begitu tertekan menghadapi gadis bar-bar di sebelahnya.
"Enak aja, aku di katain kerdil, apa si bule ini tidak tahu, kalau aku kecil-kecil cabe rawit. Kata emak meskipun aku kecil tapi bisa menampung anak kecil juga disini." Amy yang menolak disebut kerdil pun protes dan ia memaki sang pria bule sambil memperlihatkan perutnya yang terlihat sedikit buncit.
Jangan tanyakan wajah Alexander yang semakin memerah bahkan mulai menyebar hingga ke kedua telinganya.
"Dasar gadis kecil gila!" Pekik Alexander yang tampak begitu geram antara gemas juga, melihat tingkah absurd gadis yang baru ia kenal ini.
Alexander membuang pandangannya ke arah samping, saat Amy menaikan seragam putihnya yang terlihat lecek dan kusut, belum lagi aroma tubuh gadis itu begitu asam, bau khas remaja yang masih belia.
"Jangan ngegas bapak Mr. Anda membuat aku takut," sahut Amy.
Gadis itu menelisik kembali keluar, mencari tahu sekarang posisinya berada di mana.
"Turunlah, aku begitu muak!" Sentak pria bule di sebelahnya yang lagi-lagi ucapannya membuat Amy terkejut.
"Dibilangin, kalau ngomong jangan ngegas," sungut gadis itu.
"Aku tidak mau, bapak Mr harus tanggung jawab, antar aku pulang!" Titah Amy yang bersikeras untuk tetap di dalam mobil Alexander.
Pria asing itu terlihat tidak terima, ia pun memukul stir mobil karena terlalu kesal menghadapi tingkah bar-bar Amy.
Alexander bukankah pria penyabar, sosok pria rupawan itu dikenal begitu dingin dan tegas. Pria itu sedang menangani proyek pembangunan hotel dan pusat perbelanjaan mewah di salah satu pusat kota Jakarta.
Ia baru satu tahun menetap di ibu kota negara Indonesia, selama ini ia hanya bolak-balik ke negaranya sekali dalam satu bulan.
Alexander sendiri adalah sosok pria lajang, ia sekarang sedang menjalin kasih dengan seorang wanita cantik di negaranya dan mereka akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat ini atas desakan sang kekasih dan keluarganya.
Namun sebuah masalah membuat hubungan mereka sedikit renggang, saat Alexander mengambil keputusan besar di dalam hidupnya, setelah mendapat sebuah keyakinan baru untuk kehidupannya yang selama ini begitu sulit.
Selama tinggal di Jakarta, Alexander hanya fokus mengurusi pekerjaannya dan ia tidak tertarik dengan ajakan kencan oleh rekan wanitanya yang ada di Indonesia.
Ia pun sadar, usianya kini memasuki tahap dewasa, 40 tahun. Usia yang layak sudah memiliki keturunan. Namun pria itu lebih memilih untuk menemukan jati dirinya terdahulu, sebelum mengambil keputusan untuk menikahi.
Baginya, tidak ada batas usia untuk melakukan hal hubungan serius. Yang terpenting ada komitmen di dalamnya. Dan Alexander belum memiliki komitmen dengan siapapun sekarang ini, meskipun itu dengan kekasihnya yang selalu memaksa untuk segera melangsungkan pernikahan.
Amy memundurkan tubuhnya, melihat Alexander yang berubah menjadi menakutkan.
"Aku tidak peduli, lebih baik kau keluar dari mobilku!" Alexander kembali berteriak.
Sukses membuat si gadis cerewet di sebelahnya ketakutan dan bungkaman.
"Kau yang berada di dalam mobilku, kenapa aku harus mengantarmu, nona. Atau kau seorang pencuri kecil?" Ucap Alexander yang menuduh Amy seorang pencuri.
Tentu saja gadis itu tidak terima dikatakan seorang pencuri kecil. Wajah ketakutan Amy semula, kini kembali dalam mode galak ala gadis imut itu.
"Hey, bapak Mr yang terhormat dan tinggi tubuh anda yang menjulang dan tubuh anda yang kekar." Amy menghentikan sejenak ucapan untuk menarik nafas. "Kalau bicara jangan asal. Enak saja aku di tuduh maling. Emang ada maling secantik aku? Orang aku juga tidak sengaja masuk ke dalam mobil ini, dan mengambil minuman kaleng di disini." Ungkap Amy dengan wajah tidak menerima dituduh maling, ia juga menunjuk, penyimpan minuman di dalam mobil mewah itu.
Alexander hanya bisa diam, mencoba memahami apa yang gadis di sampingnya ini ucapkan.
"Pokoknya, kau harus keluar dari mobilku, aku muak melihat wajah mengesalkan mu ini." Alexander tetap ingin Amy keluar dari mobilnya.
Amy yang menyandarkan punggungnya di sandaran kursi pun, kembali menegakkan punggungnya dan menghadap Alexander.
Kedua tangan pendeknya, kembali ke pinggangnya dan memasang wajah lebih garang dari sang pemilik mobil.
"Bapak Mr, ini semua salah anda. Siapa suruh anda tidak mengunci pintu mobil ini. Anda seharusnya bersyukur, karena yang mengetahuinya hanya aku dan anggap saja aku sedang menjaga mobil anda." Pungkas Amy yang lagi-lagi ucapannya begitu lancar jaya.
Pria bule pun semakin frustasi, ia pun mendorong lengan Amy, membuat gadis itu terjungkal ke belakang dan kepala cantiknya terbentur kaca mobil.
Jelas saja Amy tidak terima, gadis yang terkenal begitu sulit ditaklukan di sekolah, tidak akan diam saja diperlakukan semena-mena oleh sosok pria bule. Meskipun lawannya itu terlihat perbandingan dengan tinggi tubuhnya, layaknya anak seusia 10 tahun.
Gadis itu pun segera menerkam Alexander dan meloncat ke atas pangkuan pria itu, Amy juga menarik rambut Alexander dan menggigit telinga lebarnya.
Tanpa kedua insan berbeda generasi dan jenis kelamin itu, sedang berada di mana dan kini sebagian pengendara lain sedang menatap ke arah mobil mewah yang sedang bergoyang dan mereka mendengar teriak pria yang tertahan berganti pekikan seorang gadis.
Pikiran warga 62+ itu pun langsung mengarah ke stigmen negatif. Banyak di antara mereka terlihat mulai geram dan ada juga yang langsung memasang kamera siaran langsung di sosial media mereka.
Kini para pengendara mulai mengelilingi mobil yang masih bergoyang itu, mereka pun tidak dapat melihat seorang di dalam sana sedang melakukan apa.
"Hey, keluar kalian!" Teriak salah satu pengendara dengan wajah marah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!