NovelToon NovelToon

The Twins CEO

CEO Baru

Mobil mewah melaju menembus  jalan raya, hingga tiba di suatu gedung perkantoran.

Dua orang anak muda berpakaian resmi,keluar dari gedung tersebut, mereka berjalan beriringan menuju sebuah ruangan.

Kehadirannya sudah ditunggu oleh peserta yang hadir di dalam ruangan tersebut.

"Selamat pagi Tuan-Tuan Terima kasih telah menghadiri undangan saya kali ini," ucap Leon pemilik perusahaan AXA Corporation.

"Saat ini saya bermaksud untuk memperkenalkan dua pemimpin perusahaan baru, yang nantinya perusahaan AXA corporation di bagi menjadi dua perusahaan."

"AX company dan XA company."

"Perusahaan ini akan memiliki dua pemimpin baru, Untuk itu saya perkenalkan Irgi Fahlevi sebagai CEO baru bagi AX company."

"Sementara untuk XA company, saya perkenalkan Nessa Kayla Putri sebagai CEO nya."

Tepuk tangan menggema di ruangan itu, para staf dan karyawan dari kedua perusahaan tersebut berbahagia karena mendapat pemimpin baru yang tampan dan juga cantik.

Nessa dan Irgi pun jadi sorotan para pengusaha yang juga hadir dalam pertemuan tersebut.

Mereka berniat menjodohkan putra atau putri mereka pada salah satu CEO dari perusahaan baru tersebut.

***

"Selamat ya untuk kalian berdua, semoga kesuksesan menyertai kalian," ucap Sheon sambil merentangkan tangannya memeluk Nessa dan Irgi.

"Terima kasih kak."

Leon dan Yura ikut menghampiri kedua putra putrinya itu.

"Huh anak mommy sekarang sudah dewasa, kalian masing-masing diberi tanggung jawab yang sama, mommy yakin sekali kalian mampu untuk memimpin perusahaan ini," tutur Yura sambil menepuk pundak Irgi.

"Tentu Mommy, saya akan berusaha menjadikan perusahaan ini menjadi lebih lebih baik lagi!"

"Nessa juga mommy!"

"Kalau begitu, sekarang kalian kembali ke kantor masing-masing."

"Oke Daddy!"

"Ingat nanti malam kita akan ke rumah kakakmu, untuk merayakan 7 bulan istrinya."

"Iya mommy."

"Irgi kamu antar Nessa ke kantornya, karena Mommy dan Daddy ada urusan."

"Oke, ayo Nessa aku antar kamu."

Nessa dan Irgi berjalan melewati koridor.

"Kok gua nervous ya Ir, Daddy dan mommy itu mendadak banget tau gak."

"Ini tuh bisnis Nes, siap gak siap, kita harus siap. Bukannya sudah dari dua tahun yang lalu daddy merencanakan akan membagi perusahaan AXA Corporation menjadi dua perusahaan."

"Sebenarnya aku belum siap Gi, aku masih ingin menikmati masa remaja ku, baru saja lulus kuliah, sudah disuruh memimpin perusahaan ini."

"Gak siap kenapa?"tanya Irgi.

"Gak siap lah kan gua belum sempat cari pacar," cetus Nessa.

"Ih masalah jodoh jangan khawatir, ntar juga datang sendiri!"

"Hehe sebenarnya bukan itu juga sih Gi, gua belum siap saja diberi tanggung jawab sebesar ini.kalau kamu kan memang pintar dan cerdas, kalau aku masih mau main-main gak mau mikir yang berat-berat."

"Tuh kan, sudah diduga, dasar anak manja."

"Hehe, lebih enak minta sama daddy, daripada cari duit sendiri."

"Gak jauh dari ketek daddy ya gitu!"

"Aduh ribet banget ya pakai heels." Nessa berhenti sebentar untuk membenarkan heelsnya, ia merasa tak nyaman dengan heels tersebut.

"Kamu kenapa Ness?" Tanya Irgi ketika Nesya berhenti membenarkan letak heels-nya

"Aduh kali ku sakit Gi, mungkin gak biasa pakai heels."

"Ya sudah jalan pelan-pelan saja!"

Hehe tiba-tiba saja Nessa berada di belakang Irgi dan meloncat ke pundak Irgi.

"Gi  gendong  gue!" Nessa sudah berada pundak Irgi.

"Eh Ness, mau ngapain sih!"

"Kaki gua sakit Gi! Jadi tolong gendong gue ya!"

"Ih malu tau, ini tuh kantor, kebiasaan di rumah jangan di bawa-bawa."

"Bodoh amat, Lo gendong gue sampai lantai dasar ya."

"Ih Nessa malu ah!"

"Bodo amat! Lagian mereka juga tahu kalau kita saudara kembar!"

Mau tak mau Irgi menggendong Nessa hingga menuju lift lantai satu.

Setelah tiba di lift barulah Irgi menurunkan Nessa.

"Ih pegel gua gendong Luh Nes."

"Masak sih, berat mana, gue atau karung beras?"

"Berat kamu lah, kamu kan berat ke dosa," dengus Irgi.

"Sembarangan ngomong!"

Keluar dari Lift Nessa masih merasa tak enak pada bagian kakinya. Namun ia paksakan, karena sepatu yang digunakannya saat ini adalah pemberian kakak iparnya, istri dari Sheon.

Mereka masuk kedalam mobil ,kemudian meninggalkan tempat tersebut.

Mobil yang dibawa Irgi tiba di kantor Ax company.

Nessa membuka pintu mobil.

Lagi-lagi dia tersandung karena heels yang ia kenakan.

"Aduh! Ribet banget sih!"

"Hati-hati dong kalau jalan! Besok gak usah pakai sepatu yang begituan mending kamu pakai sneaker saja ke kantor!"

"Iya bawel!"

Nessa mencoba berjalan dengan hati-hati, pelan tapi pasti. 

"Uh jika sepatu ini bukan pemberi kakak ipar ku, aku pasti gak mau pakai! "

Nessa berjalan memasuki kawasan gedung perkantorannya

"Selamat siang Nona," ucap pak Satpam.

"Selamat siang pak."

Seorang pria muda datang menghampiri Nessa.

"Selamat siang Nona, perkenalkan saya Farrel, asisten anda yang ditunjuk oleh tuan Sheon."

"Oh iya, saya sudah diberitahu oleh kakak saya.Saya harap anda bisa membantu saya," ucap Nessa.

"Oh tentu saja Nona, mari silahkan!" 

Farrel dan Nessa berjalan melewati koridor, Farrel berjalan di belakang Nessa.

Nessa masih merasa risih dengan sepatunya tersebut.

Hingga membuat langkah menjadi lambat.

Tiba di lift Nessa hampir terjatuh karena sepatunya tersandung pintu lift, tubuhnya kehilangan keseimbangan untung saja ada Farrell yang segera menyambar tubuhnya.

Farrel menahan tubuh Nessa sambil menahan pintu lift agar kembali membuka.

Kedua mata mereka sempat bertemu selama beberapa saat, keduanya saling menatap dengan detak jantung yang berdetak tak biasa.

Farrel menatap bola mata Nessa yang begitu indah sehingga menimbulkan desiran aneh di dadanya.

"Ehm maaf Nona,saya gak sengaja, saya refleks," ucap Farrel sambil membantu Nessa agar kembali tegak berdiri.

"Saya yang minta maaf karena tak hati-hati."

Nessa kemudian kembali merapikan pakaiannya dan berusa melupakan kejadian memalukan yang baru saja ia alami. 

Mereka berdua kelihatan begitu kikuk  kejadian yang baru  yang menimpa mereka tersebut.

Namun keduanya memilih untuk bersikap profesional.

***

Setelah mengantar Nessa ke kantornya di dalam perjalanan Irgi mendapatkan telepon dari Dinda.

"Dinda?"

Irgi langsung mengangkat telepon tersebut.

"Halo Din."

"Halo mas Irgi, akun sudah ada di bandara,mas Irgi tolong jemput ya," pinta Dinda.

"Oh iya Din, tapi kok kamu ngomongnya mendadak sih."

"Hehe rencananya aku mau bikin kejutan Mas," sahut Dinda di telepon.

"Oh ya sudah sekarang juga Mas akan jemput kamu."

"Tapi nggak merepotkan Mas Irgi kan?" Tanya Dinda sungkan.

"Hahaha sejak kapan, adikku ini takut merepotkan?"

"Iya deh Mas, aku sudah kangen dengan keluarga maklum sudah 3 tahun aku nggak pulang."

"Oke, Kamu tunggu di bandara, sekarang juga Mas meluncur."

Irgi mempercepat laju mobilnya menuju arah luar kota.

Selama 3 tahun ini Dinda kuliah di negeri Jiran Malaysia, mereka berdua memang tak pernah bertemu setelah 3 tahun. 

45 menit kemudian mobil Irgi  masuk ke dalam bandara.

Dinda sudah menunggu di lobby penjemputan penumpang di bandara.

Kebetulan Irgi melihat Dinda dari kejauhan ia menepikan mobilnya tempat parkir mobil.

Dari kejauhan Dinda melihat sosok Irgi yang baru saja keluar dari mobil dan menghampirinya.

'Itu mas Irgi ya, Masya Allah! Mas Irgi makin ganteng saja' batin Dinda matanya menatap kagum seorang pria berusia dua puluh tiga tahun yang kini menghampirinya.

Dinda dan Irgi memang bersaudara, ia dibesarkan bersama di dalam satu keluarga yang sangat sederhana. Namun lima tahun yang lalu, mereka harus menerima kenyataan pahit jika Irgi bukanlah saudara kandungnya.Irgi adalah anak seorang miliarder pemilik perusahaan AXA Corporation salah satu perusahaan terbesar di Indonesia.

Deg deg deg jantung Dinda berdetak semakin kencang ketika Irgi semakin dekat dengannya.

Pria berkulit putih dengan tinggi seratus 180 meter tersebut membuatnya terpana. Bahkan jantung Dinda tak pernah berdetak secepat itu ketika berhadapan dengan pria.

"Hai Din, ayo kita pulang sekarang," ucap Irgi sambil tersenyum, matanya tertutupi dengan kacamata hitam hingga yang terlihat hanya bagian bibir Irgi yang berwarna cerah alami.

Deg deg 

'Apa yang terjadi padaku, setelah tiga tahun tak bertemu dengan kakak ku, terasa ada yang salah di hatiku,' batin Dinda.

Bersambung dulu ya gengs, maaf baru up, habis tahun baru author jatuh sakit karena gak kuat bergadang 🙈🙈🙈🤣 nantikan kisah keluarga besar Leon selanjutnya.

Author ada rekomendasi karya keren nih. karya dari author Titiek. berikut cover dan sinopsisnya

Menjadi seorang pengasuh bukanlah mimpi seorang gadis bernama Fina. Apalagi anak yang diasuhnya memiliki tingkah yang berbeda dari anak yang lain. Kesabaran dan ketelatenan Fina dalam merawat anak laki-laki berusia tiga tahun bernama Elza itu, ternyata mampu membuat Benny yang tak lain adalah ayah dari Elza tertarik kepadanya.

Mungkinkah mereka berdua bisa bersatu untuk mengarungi bahtera pernikahan? Atau justru Fina memiliki perasaan kepada pria lain? Lalu bagaimana peran Elza dalam hal ini?

🌹"Jika kamu menolaknya maka hanya ada satu hati yang terluka, tetapi jika kamu menerimanya maka ada dua hati yang terluka, yaitu aku dan anakku." ~Benny Candra Suherman~🌹

Pertemuan Pertama

Seorang pengusaha datang menghampiri Leon dan Yura setelah pelantikan selesai.

"Tuan  Leon, apa kabar?" tanya tuan Andres sambil merentangkan tangannya.

"Baik Tuan Andreas, lama tidak bertemu dengan anda."

Keduanya mengurai pelukan setelah beberapa saat.

"Mommy, kau masih ingat Tuan Andreas, dia adalah sahabatku." Leon memperkenalkan Tuan Andreas pada Yura.

Andreas dan Yura saling berjabat tangan.

'Bagaimana bisnis Anda di negeri Paman Sam Tuan?" tanya Leon.

"Cukup baik, bahkan putraku yang memimpin perusahaan itu sekarang."

"Wah, bagus aku, juga begitu. Aku sudah membagi adil seluruh perusahaanku untuk putra putriku."

'Haha, begitulah kalau anda memiliki anak yang banyak dan ternyata aku baru tahu kau memiliki Putri yang begitu cantik,"ucap Andreas.

"Hahaha tentu saja ,Apa kau tidak lihat istriku secantik ini," ucap Leon  sambil menepuk pundak Yura, membanggakan istrinya tersebut.

"Daddy!" Yura melototkan bola matanya ke arah Leon karena malu.

"Hahaha memang benar Nyonya, yang dikatakan Tuan Leon  itu tidaklah salah, dia selalu memuji anda dan ternyata memang benar, Anda memang cantik Karena itulah, tak heran mengapa anda memiliki Putri yang begitu cantik."

"Hahaha terima kasih atas pujiannya tuan."

"Oh ya tuan, Bagaimana jika Stefen putraku kita jodohkan dengan putrimu, mereka pasti cocok."

"Menjodohkan putra-putri kita?" Leon berpikir sejenak.

"Iya, aku rasa hanya putrimu yang pantas untuk mendampingi putraku."

"Bagaimana, jika kita perkenalkan mereka dulu. Kebetulan Stefan akan tiba dalam satu dua hari ini di Indonesia."

"Oke baiklah, apa kau yakin putramu yang tampan itu belum  memiliki pacar?"

"Haha Belum tuan, Ia baru saja menyelesaikan S2 nya dan karena terlalu sibuk, ia menyerahkan urusan jodohnya kepada kami selaku orang tuanya."

"Melihat putri anda, saya langsung yakin jika Putri Anda pantas mendampingi putra saya."

"Hm begitu ya, sepertinya anak Anda anak yang baik dan penurut."

"Tentu saja Tuan, saya yakin anda akan menyukai Stefan saat bertemu dengannya," ucap Tuan Andreas dengan yakin.

"Oke baiklah, beberapa hari lagi kita akan adakan pertemuan keluarga, Siapa tahu mereka cocok, lagipula saya belum menemukan pria yang cocok untuk mendampingi putri saya."

"Oke tuan, jika Stefan datang, saya akan hubungi anda kembali."

"Oke, kalau begitu saya permisi dulu,"ucap Leon, mereka berjabat tangan kembali.

"Ayo sayang kita pergi sekarang," ucap Leon sambil merangkul Yura.

Baru beberapa langkah Leon sudah mendengar seseorang yang memanggilnya.

"Tuan Leon!" Seru tuan Charles.

Leon berhenti dan menoleh menunggu seseorang menghampirinya.

"Aduh Anda mau pergi saja, kenapa tidak berbincang-bincang dulu dengan teman-teman kita sesama pengusaha."

"Maaf tuan, kebetulan di rumah kami ada acara."

"Oh begitu, jika ada acara, kenapa tidak mengundang saya?" tanya tuan Charles.

" Haha acara ini  mendadak, Karena itulah kami tak sempat mengundang kolega kita."

"Jika Tuan berkenan, saya sendiri mempersilahkan Tuan untuk datang ke rumah saya malam ini."

'"Memangnya ada acara apa Tuan?"

"Tidak, hanya perayaan kecil untuk menantu saya yang sedang hamil 7 bulan."

"Baiklah, oh ya, saya bermaksud memperkenalkan putri saya pada anda," ucap tuan Charles sambil menunjuk gadis yang ada di sampingnya.

Gadis itu menyodorkan tangannya.

" Caroline,"ucap gadis cantik itu sambil menyodorkan tangan ke arah Yura dan Leon.

"Karen, ini adalah tuan Leon dan nyonya Yura, kami adalah rekan kerja," ucap tuan Charles.

"Apa kabar Karen?" tanya Yura.

"Baik Nyonya."

"Baiklah Tuan, jika begitu kami tunggu kedatangan anda di rumah kami," putus Leon.

"Oke terima kasih."

keren dan Charles menatap kepergian Yura dan Leon.

"Kau harus bisa merebut hati kedua orang itu, Siapa tahu kau bisa jadi calon menantunya,"bisik Charles.

"Oke Daddy, Aku yakin bisa merebut hati putranya yang bernama Irgi itu."

***

Dinda dan Irgi berada di dalam mobil,

sesekali Dinda menilik ke arah Irgi yang tengah fokus mengemudi.

Mungkin karena keduanya Sudah lama tidak bertemu,mereka merasa canggung tak seperti sebelumnya, jadi keduanya lebih banyak diam selama di perjalanan.

sesekali dendam lirik ke arah Irgi yang tengah fokus menyetir.

"Oh ya Mas, Bagaimana keadaan Sarah?"

"Sarah baik-baik saja,tahun depan dia lulus SMA, kira-kira Sarah mau kita kuliah di mana ya?"tanya Irgi meminta pendapat.

"Nggak usah jauh-jauh lah Mas, di sini saja."

"Aku khawatir jika sarah ngekos atau kuliah di tempat yang jauh."

"Iya sebenarnya Mas juga khawatir kamu kuliah yang jauh, tapi karena itu sudah menjadi pilihan kamu ya sudahlah."

Dinda tersenyum sambil melirik Irgi kembali.

"Din, karena hari ini Mas Irgi baru pertama kali masuk kantor ,Bagaimana kalau kamu ikut Mas ke kantor sebelum pulang ke rumah?"

"Oh boleh kok mas," Sahut Dinda dengan semangat.

Crack..  tiba-tiba perut Dinda terdengar berbunyi.

"Kamu kenapa Din?" tanya Irgi.

Hehe 

"Perutku lapar Mas, apa kita bisa berhenti sebentar untuk makan siang? sebelum berangkat Aku belum makan sama sekali."

"Ih kenapa tidak bilang dari tadi, kau bisa sakit jika terus menahan lapar.

"Kita cari tempat makan terdekat."

Mobil Irgi berhenti di sebuah rumah makan yang ada di pinggir kota.

Keduanya keluar dari mobil.

Setelah memesan makanan, mereka duduk di meja tamu yang sudah disediakan.

Irgi dan Dinda meletakkan piringnya di atas meja makan.

"Kok makanan sedikit sih Mas?" tanya Dinda ketika melihat piring Irgi.

"Tadi Mas sudah makan, ini hanya menemani kamu saja."

"Oh ya, kalau begitu, Terima kasih karena sudah menemaniku makan."

Irgi  tersenyum sambil menoleh ke arah Dinda." Sejak kapan kau terlihat sungkan seperti itu Hah?!" tanya Irgi sambil tertawa kecil.

Senyuman Irgi seketika membekukan Dinda, beberapa saat ia terpaku sambil menatap wajah Irgi. 

"Din kamu kenapa kok ngelamun begitu?"tanya Irgi sambil menepuk bahu Dinda yang duduk di sampingnya.

"Ah nggak Mas," Dinda tersadar dari lamunannya,, karena grogi ia sampai menjatuhkan sendok yang ia pegang .

Keduanya sama-sama melihat sendok yang jatuh dan secara refleks meraih sendok tersebut.

Ketika menunduk, kening Dinda berbenturan dengan kening Irgi yang juga menunduk hendak mengambil sendok.

Dua bola  mata mereka secara tak sengaja bertentangan beberapa saat, Irgi buru-buru meraih sendok tersebut karena melihat Dinda yang menatapnya dengan tatapan aneh.

Dinda kaget ketika Irgi memalingkan wajahnya sementara ia terus menikmati wajah tampan pria tersebut.

"Aw! Dinda pura-pura mengeluhkan sakit di keningnya sambil mengusap jidatnya.

"Hati-hati dong, Nih Sendoknya," ucap Irgi. sambil menyodorkan sendok yang masih terbungkus tersebut.

Dinda meraih sendok tersebut, kemudian keadaan kembali hening karena mereka berdua tiba-tiba saja jadi sungkan akibat tak sengaja bertatapan tadi.

***

Nessa dan Farrell duduk di sebuah sofa sedang mendiskusi sesuatu.

"Jadi Besok pagi  ada pertemuan dengan tuan Chan, Nona. Ini pertemuan pertama anda," ucap Farrel sambil membacakan jadwal kerja Nessa. 

Ketika ia menoleh ke arah Nessa ternyata Nessa tengah menatap wajahnya.

Nessa buru-buru membuang wajahnya, dengan wajah yang merona.

Hal itu membuat Farrell jadi semakin grogi, apalagi wanita di sampingnya begitu cantik dan anggun.

"Selain itu ada lagi jadwal untuk besok?" tanya Nessa mengalihkan perhatian.

"Tidak ada Nona."

"Kalau begitu apa yang harus saya kerjakan sekarang ?"tanya Nessa.

"Hah, anda tidak tahu apa yang harus anda kerjakan?" tanya Farrell.

"Hehe iya, aku baru saja lulus kuliah, belum pernah berkecimpung langsung di bidang bisnis seperti ini."

"Baiklah, kalau begitu saya bantu anda menjabarkan tugas-tugas anda," ucap Farrel.

Farel meraih laptopnya kemudian membuka laptop tersebut.

"Maaf Nona bolehkah saya duduk di samping anda,agar memudahkan saya untuk memberikan penjelasan."

"Iya tentu saja," ucap Nessa sambil menggeser posisi duduknya.

Nessa dan Farrell duduk bersebelahan, dengan tangan sedikit gemetar ia membuka salah satu file.

"Ini laporan tahunan yang lama Nona, karena perusahaan ini baru berdiri, jadi kita mesti memperbaharui sistem kerja kita."

Jantung Farrell berdetak kencang ketika berada di samping Nessa, sesekali ia mencuri pandang ke arah Nessa yang tengah mengamati layar monitor.

"Farrel ini laporan yang man …" kata-kata Nessa terhenti ketika ia kedapatan melihat Farrell yang sedang menatap wajah nya.

"Eh maaf Nona,"Farrell menjadi grogi karena ketahuan Nessa jika ia  sedang mencuri pandang ke arah bos cantiknya 

Wajah Nessa menjadi merah bersemu ketika tahu jika Farel sempat menatap wajah.

Deg deg ser jantung ❤️ Nessa memompa aliran darah dengan cepat.

Begitupun Farrell yang menjadi gugup, Farrel kembali mempresentasikan laporan pemasaran produk perusahaan dengan perasaan yang tak menentu 

Setengah jam kemudian Farrell keluar dari ruangan tersebut.

Jantungnya masih berdetak kencang.

"Astaga apa yang terjadi pada ku,aku gak boleh punya perasaan lebih terhadap nona Nessa."batin farrel

** 

Di dalam ruangan  Nessa meneguk habis minumannya, untuk meredakan jantungnya yang berdetak tak karuan sejak tadi.

"Gila baru kali ini presentasi bersama cowok ganteng berdua saja, huh jantungku hampir copot, padahal sebelumnya aku gak pernah seperti ini," Nessa bermonolog sambil mengusap dadanya.

Ia memang tak pernah berduaan saja dengan pria terkecuali dengan saudara-saudaranya.

Tiba-tiba Nessa tersenyum dengan pipi yang merona

"Asisten ku ganteng juga ya, apa kak Sheon sengaja memberikan asisten ganteng gitu untuk aku, biar aku gak kelamaan jomblo kali ya?  hehe malu," ucap Nessa sambil senyam-senyum sendiri mengingat tingkah konyolnya itu.

Bersambung dulu gengs maaf slow up dulu ya karena kondisi otot yang belum fit. love u sekebon.

Kumpul Keluarga

Mobil Irgi berhenti di depan halaman parkir sebuah gedung mewah.

"Wah ini kantornya Mas Irgi?"tanya Dinda 

"Iya, Yuk kita masuk."

Irgi dan Dinda berjalan beriringan melewati koridor.

Beberapa karyawan yang lewat menyapa mereka.

Keduanya masuk ke dalam lift untuk sampai di ruangan CEO.

Seorang wanita cantik berdiri sambil menatap kearah Irgi.

'Jadi Dia CEO baru itu, ternyata lebih tampan dari yang aku duga, Ehm jika tuan Sheon sulit untuk ditaklukkan, semoga saja adiknya lebih gampang untuk ditaklukkan,' batin wanita itu sambil tersenyum menyeringai.

Wanita itu segera berdiri ketika Irgi sudah mendekatinya.

"Selamat siang tuan, perkenalkan nama saya Sherly, saya ditunjuk oleh tuan Sheon untuk menjadi sekretaris anda," ucap Sherly sambil menutup kedua tangannya.

"Selamat siang juga,  Iya, Kak Sheon sudah memberitahu saya."

"Oh begitu ya Tuan, kalau begitu silahkan masuk keruangan tuan, Sebentar lagi kita akan mengadakan presentasi."

"Ayo Dinda kita masuk ke ruangan."

"Wah Mas Irgi hebat ya sekarang sudah jadi pemimpin di sebuah perusahaan,"ujar Dinda sambil memperhatikan desain ruangan Irgi.

"Ruangan ini Mas Irgi sendiri yang desain."

"Hehe ternyata mas Irgi juga pandai mendesain."

"Lah kan Mas Irgi lulusan arsitek, Ya bisa lah."

"Kalau nanti aku punya rumah, aku mau Mas Irgi yang nge-desainnya boleh kan Mas ?"

"Boleh tapi bayar ya," canda Irgi.

"Ih masa sama adik sendiri bayar sih."

"Haha, bercanda."

 Lalu rencana kamu apa selanjutnya tanya Irgi sambil mendaratkan bokongnya di sofa single agar bisa berhadapan dengan Dinda.

"Aku sengaja minta ditugaskan di sini Mas biar dekat dengan keluarga kita."

"Baguslah kalau begitu, Mas Irgi jadi bisa mantau kamu."

"Mantau apaan?"

"Memantau kamulah, Mas Irgi nggak mau ada pria brengsek yang mendekati kamu," cetus Irgi.

Dinda hanya tersenyum mendengar hal itu.

Sherly menghampiri ruangan Irgi.

"Permisi tuan Sudah saatnya presentasi," ucap Sherly sambil melirik ke arah Dinda.

"Nggak apa, dia adikku," ucap Irgi ketika melihat Sherly terlihat keberatan dengan kehadiran Dinda.

Sherly mendaratkan bokongnya di sebuah sofa bersebelahan dengan Dinda.

"Baik tuan, kita mulai saja presentasinya," ucap Sherly.

Irgi dan Sherly duduk bersebelahan sementara Dinda pindah ke sofa single.

Dinda terus mengamati Sherly yang sedang melakukan presentasi bersama Irgi.

Terlihat sekali Sherly sering mencuri pandang ke arah Irgi dan itu membuat Dinda cemburu.

Hampir 1 jam presentasi pun selesai.

"Sekian dulu Tuan, jika anda butuh sesuatu, silakan beritahu pada saya,"ucap Sherly.

"Oke." 

"Sherly!" Panggil Irgi, wanita cantik berusia 26 tahun itu pun menoleh ke arah Irgi.

"Ada apa Tuan?"

"Apa ada yang harus saya kerjakan lagi?"

"Untuk sementara belum ada Tuan."

"Baiklah kalau begitu saya pulang lebih dulu, karena harus mengantar adik saya."

"Silakan saja Tuan."

"Ayo Dinda ,kamu pasti sudah lelah kita pulang ke rumah saja."

Dinda dan Irgi memutuskan untuk pulang ke rumah.

***

Waktu menunjukkan pukul empat sore. Setelah merapikan meja kerjanya Nessa keluar dari ruangan.

"Selamat sore Nona," ucap Farrel.

"Selamat sore."

Farrel memperhatikan Nessa yang berjalan dengan sedikit menyeret kakinya karena merasakan sakit, sepatu yang ia kenakan tersebut selain tingga ukurannya juga kurang pas di kaki. 

Farrel menghampiri Nessa.

"Nona!" Panggil Farrel.

Nessa menghentikan langkahnya.

"Ada apa?"tanya Nessa.

"Kaki anda kenapa Nona?" 

"Ah gak apa-apa,cuma sepatunya sedikit kekecilan."

"Mau saya ganti?"

"Ah tidak usah."

"Tak apa Nona, anda tunggulah di sini sebentar," ucap Farrel.

"Emangnya kenapa?"

"Saya akan pesan sendal baru untuk anda."

"Baiklah."

Farel melakukan panggilan terhadap seseorang kemudahan ia kembali menghampiri Nessa.

"Sebentar ya Nona, sendal yang saya pesan akan tiba sebentar lagi," ucap Farel.

"Iya "

Sambil menunggu Nessa melepaskan sepatu yang dikenakannya.

"Uh sakit sekali," ucapnya ketika melihat ujung jari kakinya mengalami lecet.

Farrel kembali ke meja, kemudian membawa plaster untuk menutupi luka pada jari kaki Nessa.

"Ini Nona, plaster untuk anda," ucap Farel sambil menyodorkan plaster.

Nessa menggunakan plaster tersebut untuk menutupi luka di kaki,.

"**

Nessa mendapatkan sebuah panggilan.

"Halo Ness, aku sudah sampai di kantor kamu nih."

"Sebentar ya Gi, aku lagi nunggu seseorang."

"Lama gak?"

"Kalau lama, aku susul kamu ya," usul Irgi.

"Gak tuh,  orang orangnya sudah sampai Nona."

Pak satpam menghampiri Farrell.

"Ini sendal jepitnya tuan," ucap satpam tersebut sambil menyodorkan kantong plastik hitam.

"Ah gak ada yang lain pak?"tanya Farrell ketika melihat sendal jepit yang di beli pak Satpam.

"Hehe, katanya suruh cepat pak! Jadi saya beli di warung terdekat saja."

"Maaf Nona apa anda mau menggunakan sendal jepit ini?"

"Oh iya tak apalah."

Nessa meraih sendal jepit berwarna putih  tersebut kemudian memakainya.

Kemudian ia meraih kantong plastik hitam untuk memasukkan sepatunya.

"Terima kasih ya," ucap Nessa pada Farrel.

"Sama-sama Nona, tugas saya memang membantu Nona dalam segala hal."

Nessa menyanggingkan senyum tipis.

Kemudian dengan santai ia berjalan menggunakan sendal jepit seharga belasan ribu itu.

Tiba di lobby Nisa langsung dihampiri Irgi dan Dinda

"Eh Dinda, kapan kamu datang nya tanya Nisa sambil menghambur ?!" memeluk Dinda

"Baru saja kak!"

"Wah Daddy dan mommy pasti kaget dengan kedatangan bu dokter."

"Hahaha kakak bisa saja," ucap Dinda sambil merangkul punggung  Nessa.

Mereka pun berjalan beriringan.

"Kamu kenapa pakai sandal itu Nes?" tanya Irgi.

"Kaki gua sakit tahu, sendalnya kekecilan cuman aku nggak enak saja memberitahu kakak ipar."

"Yaelah itu namanya nyiksa diri sendiri! kalau nggak pas sendalnya yang nggak usah dipakai."

Mereka bertiga pun masuk ke dalam mobil.

"Kita ke mana nih?"

"Ya ke rumah Kak Sheon lah kan dia ada acara malam ini."

"Oke."

Irgi membawa mobilnya menuju rumah Sheon.

Mobil Irgi terparkir di antara mobil-mobil mewah keluarga Leon Sebastian.

"Wah sudah rame saja," ucap Nessa ketika mendengar suara tawa anak kecil.

"Onty! Uncle!"seru Arsen sambil berlari menghampiri Nessa dan Irgi.

"Arsen, jangan lari-lari Nak," ucap Nessa sambil menggendong bocah laki-laki berusia empat tahun tersebut.

"Unty! uncle!"seorang gadis kecil berambut keriting menghampiri Irgi.

Irgi langsung menyambut dan menggedong keponakannya itu.

"Kinan, Uncle kangen!" Ucap Irgi sambil mencium pipi chubby gadis tiga tahun itu.

Baru masuk rumah Dinda di kejutkan dengan suasana rumah yang ramai 

Yura sedang menggendong seorang bayi,,sementara Arsen digendong di pundak Leon.

Haha tawa Arsen karena senang berada diatas ketinggian di pundak Leon.

Bola mata Dinda berbinar melihat perubah pada keluarnya setelah tiga tahun tak bertemu.

"Dinda!" Panggil Yura.

"Mommy!" Dinda berlari sambil meneteskan air mata, ia langsung menghambur memeluk Yura.

"Mommy Dinda kangen!," tangis Dinda dalam pelukan Yura.

"Iya mommy juga kangen, tapi kenapa kamu gak bilang mau pulang Nak?"

"Hehe Dinda mau bikin kejutan khusus untuk mommy dan Daddy."

"Oh begitu ya, kebetulan sekali kamu sudah pulang hari ini kakakmu mengadakan syukuran 7 bulanan.

"

"Hah Kak Sasa hamil lagi?"

"Lalu yang berada di gendongan mommy ini anak siapa?" tanya Dinda.

"Oh ini anak Nathan."

"Oh keponakan onty sayang," ucap Dinda sambil mencium pipi bayi perempuan tersebut.

Dinda mengedar pandangannya karena mereka sibuk jadi kedatangan Dinda tak terlalu di perhatikan.

Dinda menghampiri Leon.

"Daddy," ucap Dinda dengan bola mata yang berembun.

"Eh Dinda ternyata, Daddy pikir kamu pacarnya Irgi tadi," cetus Leon.

"Ih Daddy masa gak kenal Dinda," ucap Dinda bernada ngambek.

"Bukan gak kenal, Daddy gak perhatian saja.Lagian pulang kok kasih kabar ke kita."

"Hehehe sengaja Daddy."

"Ini anak siapa Daddy?" Dinda coba meraih Arsen

"Anak Nathan."

"Wah pantesan ganteng.Yuk nak sama Onty."

"Bu dokter! " tiba-tiba saja Dinda merasa ada yang menepuk pundaknya.

"Eh kak Sheon," ucap Dinda sambil meraih tangan Sheon dan menciumnya.

"Kamu kenapa gak kasi kabar sih."

"Hehe." Dinda hanya nyengir mendengar pertanyaan tersebut.

Kehadiran Dinda di sambut baik oleh keluarganya.

Dinda langsung larut dalam obrolan bersama saudara-saudaranya membaur jadi satu. 

Acara selamatan belum pun di mulai, tapi rumah itu penuh dengan suara gelak tawa dan tangis dari cucuk Leon.

Yura dan Leon bersandar pada sofa, mereka duduk dengan santai.

"Lihatlah mommy, tak lama lagi keluarga kita akan jadi keluarga besar, saat ini saja kita memiliki tiga orang cucu, jika Irgi ,Nessa, Dinda dan Sarah menikah dan punya anak, Daddy gak bisa bayangin bagaimana ramainya rumah kita nanti."

"Haha iya Daddy. Semakin tua aku merasa semakin bahagia saja," ucap Yura dengan rona wajah bahagia.

"Siapa bilang kita ini Tua mommy! Bahkan Daddy bisa membuatmu tak berkutik di atas ranjang," bisik Leon sambil mengedipkan sebelah matanya memberi kode.

"Daddy ih ini masih sore! Gak enak anak-anak lagi kumpul," dengus Yura.

"Oh gak apa-apa juga mommy, sudah lama gak olah raga sore," ucap Leon sambil tersenyum mesum.

Yura memutar bola matanya, ia tahu jika keinan suaminya itu di tolak Leon pasti akan ngambek.

"Iya deh." Yura memasrahkan diri.

"Nah Gito dong!ayo kita naik ke lantai atas pelan-pelan," bisik Leon lagi.

Kedua insan tersebut mengendap-endap menuju kamar mereka di lantai atas.

Leon menarik tangan Yura, karena sudah tak sabar untuk berolahraga di sore hari.

Dengan perlahan mereka menuju anak tangga agar tak ada yang melihat.

Baru beberapa langkah tiba-tiba saja ada yang memanggil mereka berdua.

"Oma!Opa! mau kemana? Aku mau ikut !" Teriak Arsen sambil berlari mengejar Leon dan Yura.

"Yah gagal maning -gagal maning,"ucap Leon bernada kecewa karena batal enak-enak dengan istrinya di sore hari.

Yura menggendong Arsen.

"Lain kali saja ya Daddy," ucap Yura sambil mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum.

Leon hanya bisa menggaruk-garukkan kepalanya yang tak gatal sambil menahan emosi karena menahan kon*ak ya.

Bersambung dulu gengs jangan lupa dukungannya ya 🙏 terimakasih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!