"Bruuuk....."
Barang pecah berseraakan dimana-mana membuat Eza dan Ezi yang kala itu berusia 5 tahun terkejut. Orangtua nya bertengkar satu sama lain. Pertengkaran itu sudah biasa di lihat oleh Si Kembar, namun ada rasa sedih dibenak keduanya meskipun masih kecil.
Ezi anak laki-laki yang memiliki kelebihan dari anak lainnya, meskipun papa nya hanya mengajarkan anaknya dasar komputer kala itu namun Ezi dengan cepat bisa menguasainya padahal ayahnya hanya mengajarkan dasar mengetik saja. Kala itu perekonomian orang tua nya tengah dalam kesulitan.
Eza anak perempuan yang memiliki kemampuan mengenali sebuah penyakit. Awalnya dia hanya suka bermain dokter-dokteran namun siapa sangka ketika seorang anak jatuh tersungkur karena sebuah batu dia pun memegang tangan anak itu dan mengatakan bahwa anak tersebut memiliki penyakit alergi. Saat itu banyak yang tidak percaya, seiring berjalannya waktu kemampuannya terus di asah.
Meskipun Eza dan Ezi hidup dalam kekurangan, di usia masih kecil mereka mampu membantu kedua orangtuanya berdagang dengan cara mereka. Ezi saudara laki-lakinya membantu sebuah lembaga sekolah membuat website dan lain sebagainya di usia mereka 7 tahun.
Begitupun Eza yang memiliki kemampuan menemukan obat herbal yang mampu menyembuhkan luka dia membuat ramuan sendiri di rumahnya. Orangtuanya tidak pernah bertanya kegiatan kedua anaknya, yang penting tidak melakukan hal aneh itu sudah cukup bagi kedua orangtuanya.
Hingga Eza dan Ezi berusia 10 tahun, mereka kunjungan bersama dengan teman sekolah ke sebuah Auditorium yang sangat besar. Eza dan Ezi mampu menyebutkan sejarah yang tertulis di dalamnya. Guru berdecak kagum keduanya menyampaikan sebagai tour gaide , sehingga manager gedung Auditorium itu memanggil gurunya untuk berbicara dengan si kembar. Ibu guru pun mengizinkan nya.
Eza dan Ezi dipertemukan dengan direktur atau pemilik Auditorium tersebut dan membicarakan beberapa hal kepada mereka. Pembicaraan itu mampu membuat Kepala Direktur tersebut tertawa lepas.
"Eza dan Ezi, mau kah kalian menjadi model bagi auditorium kami di media online." Ucap Direktur Ma.
"Ehm bisa Pak, tapi kita harus membuat kesepakatan dulu agar sama-sama ikhlas menjalaninya, karena tidak ada gratis di dunia ini." Ucap Ezi saudara laki-laki Eza.
"Hahaah, anak usia 10 tahun sudah bisa bernegosiasi dengan Seorang direktur seperti saya." Ucap Direktur Ma.
"Kami memang masih kecil Direktur Ma, namun kemampuan kami pun melebih kalian orang dewasa, orang tua kami mengajar kan hal-hal baik, jadi sebagai bahan pertimbangan apakah kita bahas kontrak kita." Ucap Eza.
"Baik, dengan syarat kalian besok datang lagi ke sini, Bapak akan menyuruh guru kalian mengantarkan kalian kesini ini lagi." Ucap Direktur Ma.
"Tak perlu Pak, ini kartu nama saya Ezi Geinya, jadi silahkan kirim pesan ke sini dan juga kirim kesepakatan kita bersama, dan kami berdua akan mempertimbangkan nya, kami pastikan auditorium milik Bapak Ma akan ramai melebih ekspekstasi yang Bapak inginkan." Ucap Ezi memberikan gambaran.
"Haha, nak Eza dan Ezi kalian memang anak-anak yang memiliki kemampuan masa depan yang tinggi, baik Bapak akan menunggu hal itu." Ucap Direktur Ma.
"Ingat Ya Pak, satu sama lain tidak boleh melanggar kontrak, jika itu terjadi maka kontrak dibatalkan dan anda harus mengganti rugi." Ucap Ezi.
"Yups, jika Direktur Ma, tidak mau mengalami kerugian maka jangan mempermainkan kita." Ucap Eza.
Eza dan Ezi pergi dari ruangan tersebut dibantu oleh Bu Syeri. Bu Syeri seorang wanita yang sudah menikah dan sangat menyayangi anak-anak, kala itu Bu Syeri sedang mengandung yang berusia 5 bulan kala itu.
"Eza dan Ezi, kalian yakin mau jadi model auditorium di sini, Ibu tahu kalian memiliki kemampuan di luar anak-anak sebaya dengan kalian, jadi Ibu berharap kalian tetap waspada yaa, karena Ini tidak ingin terjadi sesuatu dengan kalian." Ucap Bu Syeri.
Eza dan Ezi memeluk Bu Syeri melebihi orang tua mereka. Ibu Syeri sangat baik kepada semua anak-anak di sekolahnya, bahkan Ini Syeri terkadang membawa makanan untuk dibagi ke mereka. Selain Ini Syeri wali kelas mereka, Bu Syeri guru yang paling di sukai dimana-mana karena kebaikan hatinya.
Waktu pun terus berlalu, seluruh anak-anak pulang dan memasuki bis. Semua anak-anak pada tidur semua kecuali Eza dan Ezi kedua nya paling suka mengamati di setiap perjalanan mereka, Ezi berpikir bagaimana menghilang rasa jenuh di kala menunggu di bis dia berpikir ada baiknya dia menciptakan sebuah game yang bisa membantu seseorang dari kejenuhan. Eza pun demikian dia suka melihat seseorang yang mabuk jalan, dia berpikir bagaimana cara membuat obat tanpa kesulitan meminum air putih.
Keduanya berpikir seperti biasanya. Bu Syeri yang melihat hal itu langsung menegur keduanya.
" Eza dan Ezi, kalian tidur yaa sekarang kita akan sampai ke sekolah sekitar satu jam lagi, jadi Ibu berharap kalian mau beristirahat sejenak oke." Ucap Bu Syeri berbicara lembut.
Keduanya menuruti perintah Bu Syeri bagi mereka perintah dari Bu Syeri adalah wajib. Si kembar pun tertidur dengan pulasnya.
Beberapa jam kemudian...
Mereka pun sampai di School Of Skill . Sekolah ini tersedia semua jurusan yang anak ditempatkan sesuai dengan kemampuannya. Meskipun demikian anak-anak yang berusia sama akan di satukan di kelas yang sama ketika jalan-jalan keluar sekolah. Bu Syeri bukan hanya wali kelas Eza dan Ezi tapi beberapa jurusan lainnya.
"Alhamdulillah sampai juga di sekolah." Ucap anak-anak yang lain.
Eza dan Ezi sudah turun dari tadi, keduanya tidak melihat kedua orangtuanya menjemput mereka.
Ketika semua pada pulang Eza dan Ezi bingung tidak memiliki uang mereka pun berinisiatif untuk mengambil uang di akun ponselnya 5 dolar. Namun, hal itu tidak jadi Bu Syeri mendekati keduanya.
"Eza dan Ezi hayoo kita ke mobil Ini, Ibu akan antar kalian ke rumah yaa." Ucap Bu Syeri.
Keduanya sangat bahagia mereka tidak harus mengeluarkan uang untuk membayar taxi. Keduanya sangat berterima kasih dengan Bu Syeri yang selalu membantu mereka, padahal si kembar tidak pernah mengeluh atau mengadu jika perekonomian orangtuanya sedang sulit.
Eza dan Ezi memang sengaja menyimpan uang mereka di akun pribadi mereka untuk keperluan mendesak karena kedua orangtuanya hanya memperdulikan mereka sekolah dan soal makan selebihnya tidak ada perhatian sama sekali.
Eza dan Ezi sebenarnya bahagia di kala kecil karena perusahaan papa mereka bangkrut hal itu lah yang menyebabkan konflik di antara keduanya. Namun, meskipun kedua orangtuanya bertengkar sekalipun tidak pernah kasar kepada anak-anaknya.
Eza dan Ezi pun berterima kasih kepada Bu Syeri. Bu Syeri pun pamit, hingga si kembar sampai di depan pintu rumah dengan mengetok pintu namun tidak ada jawaban. Eza dan Ezi masuk saja karena tidak di kunci.
Lagi-lagi keduanya mendengar pertengkaran untuk ke sekian kalinya, namun mereka terperangah ketika mama mereka meminta permohonan pada papanya.
"Aku mau cerai dengan kamu Pa, aku mau cerai." Ucap Mama si kembar.
Mama pun terus menangis di dalam kamar. Suara bising itu pun kembali diam, papa sedang membujuk mama mereka.
🍁💐💐💐💐
Papa sedang membujuk mama, entah apa yang telah papa perbuat sehingga mama sangat marah kala itu. Semalam itu papa membujuk mama, aku dan Ezi sungguh tidak tahu berbuat apa.
Hingga pagi pun tiba, Eza dan Ezi harus ke sekolah seperti biasanya. Meskipun si kembar masih usia 10 tahun mereka dituntut mandiri sejak kecil.
"Eza dan Ezi, ini bekal makanan buat kalian yaa dan ini uang jajan kalian" ucap Mama.
"Ma, apakah papa berbuat jahat lagi dengan mama?" ucap Eza.
"Tidak sayang, papa dan mama sedang berdebat sesuatu saja. Tapi semuanya sudah selesai kok sayang" ucap Mama.
Eza dan Ezi pamitan, mobil jemputan sekolah sudah ada di depan rumah rumah.
"Ma, Ezi janji akan janji adik Eza dengan sangat baik" ucap Ezi menggandeng adiknya yang masih bengong.
"Eza, mohon pamit yaa ma" ucap Eza menyalim kedua orangtuanya.
Ezi sebagai kakak laki-laki bagi Eza adiknya perempuan harus mampu menjaganya. Karena dengan begitu keduanya bisa selalu bersama. Saling terikat satu sama lain, dimanapun ada Eza pasti ada Ezi begitulah kiranya Ezi selali menjaga adiknya.
Beberapa jam kemudian...
Seluruh siswa turun dari bis jemputan tersebut dan berlari turun dengan cepat. Eza dan Ezi memilih untuk terakhir turunnya.
"Eza, tunggu sebentar hari ini kita kelasnya berbeda, kamu harus jaga diri yaa" ucap Gezi kakaknya.
"Heheh percaya saja sama saya kak, semua akan aman" ucap Eza.
Eza berada di ruangan lab mereka melakukan sebuah percobaan mencampurkan beberapa warna, sedangkan Ezi berada di kelas olahraga.
Ketika Eza berada di ruangan tersebut dia menekuni percobaannya itu hingga terjadi sebuah insiden.
"Argh Ibu guru, lihat Gita menumpahkan cairan ke pakaianku yang mahal ini Bu" ucap Diva Mengadu.
"Bohong Bu, aku tidak sengaja kok melakukannya, lagian Diva duluan yang ganggu aku Bu, dia sendiri yang menganggu ku saat aku lagi percobaan" ucap Gita membela diri.
"Sudah-sudah kalian jangan bertengkar, lanjutkan saja dulu nanti Ibu bisa melihat siapa yang salah di antara kalian" ucap Bu Guru.
"Iiish dasar anak manja dan anak egois" ucap Eza bergumam.
"Apaa?, tadi bilang apa?, coba ulangi lagi" ucap Diva marah.
"Aku tidak ngomong apa-apa?, bukankah kalian selalu mengatakan kalau aku suka berbicara sembarangan" ucap Eza menyeringai.
"Keterlaluan..." ucap Diva kesal.
Bruuuuk....
Percobaan yang dilakukan oleh Eza pun pecah karena Diva menghempaskan semuanya dengan tangannya sendiri..
"Diiiva, apa yang kamu lakukan?" ucap Bu Guru.
"Saakiit Bu, semu gara-gara Eza Bu" ucap Diva dengan mata yang menatap tajam.
"Please yaa Bu, sedikitpun aku tidak menyentuh nya dan...."
Belum selesai Eza berbicara dia pun di hukum berdiri di lapangan bersama dengan Gita. Keduanya di hukum bersamaan, hingga membuat percakapan yang sangat menarik sehingga keduanya menjadi teman yang sangat akrab.
"Eza, kenapa kamu menyebutkan ku sebagai anak yang egois" ucap Gita penasaran.
"Justru itu, kenapa kamu tidak marah ketika aku mengatakan itu?" ucap Eza bertanya.
"Hahah, iya juga sih sebenarnya emang sifat asliku egois maka aku tidak marah" ucap Gita.
"Ohya Gita, sebenarnya siapa sih Diva itu?, sepertinya dia sangat istimewa di sekolah ini, kalau satu kelas dengan dia aku pasti dapat hukuman" ucap Eza bertanya.
"Argh, dia itu anak pemilik sekolah ini, makanya gayanya sombong gitu, yang lebih parah dia suka membully anak kelas lain loe bahkan yang aku denger dia suka meminta uang kepada mereka yang gampang di tindas" ucap Gita menjelaskan.
"Ohw, hanya anak pemilik sekolah ini sudah berlalu, bagaimana kalau anak pemilik perusahaan terbesar no.1 di dunia yaa haha" ucap Eza tertawa keras.
"Hey cewek miskin, kenapa kamu ketawa?" ucap Siva marah.
"Iidiiih, geer banget yaa siapa juga yaa ketawain kamu, lagian aku bicara dengan Gita kok" ujar Eza santai.
"Eergh (marah sambil matanya memplototi Eza), awas saja tunggu saja kamu anak miskin" ujar Siva mendengus kesal dan berlaku pergi saja.
"Yaa Eza, kamu hati-hati nanti kalau Siva sudah marah, kita ini masih kecil anak 10 tahun masa' harus ada kasus berantem sesama wanita" ucap Gita khawatir.
"Bhaaaa,biarin Gita itu mau saya, aku mau lihat seberapa nyalinya suka menghina orang lain" ujar Eza tertawa dalam hati.
"Aduuuh please Eza, kamu jangan mikirin apapun, cepat sekarang minta maaf sebelum Siva menyuruh orang lain menghajar kamu!" ucap Gita khawatir.
"Bhaaa... Intinya nanti kasih tahu saja dengan abangku Ezi, jika aku tidak pulang-pulang berarti aku sedang memberi pelajaran kepada mereka yang membutuhkan" ujar Eza tertawa dalam hati.
Eza dan Gita serta lainnya pun meninggalkan ruangan laboratorium tersebut. Hingga terdapat pengumuman yang memanggil Eza ke arena bela diri.
"Eza, kamu denger nggak ada panggilan itu, kamu di suruh ke ruang bela diri, sepertinya Siva mulai bertindak sama kamu nie" ucap Gita lagi-lagi khawatir.
"Kamu benaran nie, kalau itu Siva yang memanggil ku ke arena bela diri, waah ini baru seru namanya, hayoo temani aku ke arena bela diri" ucap Eza dengan senang hati.
"Ezaa cukup!!, minta maaf sekarang aku takut nanti kamu babak belur dan luka lebam, Siva itu sudah punya sabuk hitam, bahkan yang lain tidak berani melawan diri, sedangkan kamu aku nggak pernah melihatmu ikut bela diri" ucap Gita khawatir.
"Ikut saja, kekhawatiran kamu akan terbayar setelah melihat pertarungan ku kali ini, jadi jika kalian taruhan kali ini, jago kan aku yaa Gita" ucap Eza tertawa lepas.
Gita pun terpaksa menemani sahabatnya ke Arena bela diri.
Di sekolah yang sama dan tempat berbeda..
"Eeh, Ezi kamu denger nggak kayaknya adikmu lagi di dzolomi orang!" ucap Weyi tersenyum kecil
"Bhahahah... Argh, biarin kamu tahu sendirikan, kalau Eza nggak bisa di bully segampang itu, biarin saja dia membuat kehebohan itu, selama adikku tidak terluka biarin saja, kita lihat saja mereka sudah pada patah tulang semua" ucap Ezi tersenyum kecil.
Eza pun menuju ke arena bela diri. Gita pun membujuknya untuk meminta maaf.
"Eza, hayoo minta maaf sekarang mumpung Siva mematahkan tulangmu" ucap Gita khawatir.
"Tenang sahabat mu pasti menang, pastikan kalau taruhan jago kan aku ya Gita" ucap Eza mendekati Siva.
"Argh, kok malah mikirin taruhan sih Eza" ucap Gita kesal.
Eza dan Siva pun berhadapan.
"Eza, saya akan menerima permintaan maaf mu sekarang sebelum kamu masuk rumah sakit" ucap Siva sombong dengan suaranya besar menggelegar di arena tersebut.
"Bhahahah, aku takut!, mana mungkin Siva, hayoo kapan mulai bertandingnya?, tanganku mulai gatel nie" ucap Eza sambil meletakkan kedua tangannya kebelakang.
"Nie ganti pakaianmu dulu" ujar Siva melemparkan pakaian tersebut.
Eza pun malah melemparkan pakaian tersebut ke Gita.
"Jagain pemberian hadiah baru dari Nona Siva" ucap Eza seperti mengejek.
Siva pun kesal dia pun langsung melakukan penyerangan. Namun, mampu di hindari oleh Eza...
"Khiiiiyaaaakkkk...." teriak Siva.
🍁💐💐💐🍁
Siva terus saja menyerang Eza. Eza terus saja mengelak, memang sengaja pukulan yang dilayangkan oleh Siva dihindari oleh Eza. Perbincangan pun terjadi di sela-sela orang yang menonton.
"Eza itu bisa bela diri nggak yaa, masa' dari tadi hanya mengelak saja, kalau begitu saya pun melakukannya" ucap Dina teman dekat Siva..
"Iyaa benar kita yakin kalau yang akan memenangkan bela diri ini Siva" ucap Tata sambil memberikan semangat kepada sahabatnya.
Dina dan Tata pun mendekati Gita yang tengah gusar melihat tingkah Eza yang hanya bisa mengelak. Namun, meskipun dia gusar Gita masih memiliki optimis bahwa Eza akan memenangkan pertandingan walau yakinnya hanya 10 persen.
"Hey Gita, kita taruhan yook 10 dolar satu orang" ucap Dina dan Tata menyodorkan uangnya.
"Ehm nggak bagus kali kita taruhan" ucap Gita memberi nasehat pada keduanya.
"Bilang saja kalau tidak punya uang, dasar orang miskin !" ucap Dina menghina Gita.
Weyi pun mendatangi ketiga wanita tersebut dan berkata.
"Saya yang akan menggantikan Gita taruhan, kenalin saya Weyi, berapa tadi taruhannya" ucap Weyi bertanya dan menyodorkan uang mereka.
"10 dolar berarti kita bertiga 30 solat, kalau gitu biar Gita saja yang pegang uang kita, orang miskin kan nggak pernah pegang uang banyak begitu" ucap Tata menghina dan memberikan uang taruhan mereka.
Pertarungan pun terjadi sengit, kali ini Siva memainkan kakinya hendak mengunci pertahanan Eza. Namun, sayang nya Eza mampu mengubah keadaan. Bahkan, Eza yang menyerong kakinya dan menghentikannya dan terjatuh lah Siva.
"Bruuuuk...." tubuh Siva pun jatuh ke lantai.
"Argh, ayooo Siva bangun, kamu bisa" teriak Tata dan Dina.
Tata dan Dina baru kali ini melihat Siva terjatuh dengan sangat keras.
"Dina, tidak pernah ada yang bisa menjatuhkan Siva dengan begitu keras" ucap Tata menatap keduanya dalam pertandingan tersebut..
"Iya sama juga, bahkan aku tidak menduga si miskin Eza mampu mengembalikkan keadaan" ucap Dina yang menatap pertandingan tersebut.
Siva pun mampu berdiri kembali...
"STOP...." istirahat dulu ucap seseorang yang ditunjuk menjadi juri.
Siva dan Eza pun beristirahat...
"Siva, bagaimana menurut mu kemampuan Eza?" ucap Dina memegang dagunya.
"Ehm kemampuan sih, mungkin di atas aku, tapi aku yakin bisa nenghadapinya" ucap Siva berlagak sombong.
"Semoga saja kamu bisa menang ke depannya" ucap Tata memegang pundak Siva memberikan keyakinan bahwa dia akan menang.
"Ehh kakak ku yang terganteng, nanti jangan lapor ke mama dan ayah yaa"ucap Eza memberi kode.
"Bhaaa... Oke itu gampang, tapi kamu harus menang dulu karena Weyi sudah ikut taruhan untuk kamu" ucap Gita membeberkan..
"Beneran kak Weyi, kamu taruhan demi aku, waah kalau begitu aku harus menang, kayaknya Siva akan mengambil kelemahan ku" ucap Eza tersenyum kecil.
"Oke lah karena kalian mau aku memenangkan nya maka, aku akan memenangkan buat kalian jadi kita bisa makan besar uang dari Kak Weyi ... bhahahah" ucap Eza tertawa.
Ezi, Gita dan Weyi pun ikut tertawa karena Eza tertawa lebih dahulu.
"Idiiih, mereka tertawaan apa yaa?, jadi penasaran" ucap Dina menuju ke arah Gita.
"Gimana Kak Weyi?, apakah masih mau berganti memenangkan Siva" ucap Dina dengan nada sombong.
"Bhahaa... Mana mungkin aku beralih pilihan, pilihan ku tetap pada Eza dong" ucap Weyi.
Dina pun memalingkan wajah nya dengan cepat karena kesal dengan tingkah Eza dan teman-temannya.
"Pokoknya kami harus menang Siva, kami yakin kamu akan menang mengalahkan Eza" ucap Dina dengan nada kesal.
Eza dan Siva pun kembali ke arena karena akan memulai kembali pertandingan bela diri.
Lagi-lagi Siva pun memulai kembali pertandingan tersebut. Eza berusaha mengelak karena ingin melihat cela yang akan memenangkan dirinya.
Di saat Siva tengah kecapaian karena telah memulai lebih dulu, sejak itu lah Eza mengambil cela tersebut. Eza memegang pundak Siva dan kakinya menyibak kaki kiri Siva dan Siva pun terjatuh dengan rasa sakit yang luar biasa. Hentakkan badan Siva yang jatuh ke lantai matras membuatnya kesakitan berkali-kali.
"Awww...." ucap Siva kesakitan.
Siva pun kesakitan luar biasa.
Hingga juri pun menghitung ...
1......
2.......
3.........
Selamat Eza kamu memenangkan pertandingan nya, saat juri memegang tangan Eza menaikan ke atas.
"Yeesss, the winner" ucap Weyi.
"Oke Dina, uang ini jadi milik kami terima kasih yaa buat kalian berdua, atau perlu dikembalikan uang ini agar bisa mengantarkan Nona Siva kalian ke rumah sakit" ucap Weyi bahagia.
"Ciiiiihhh !!!, ambil saja uang nya, anggap saja aku memberi pada pengemis" ucap Dina meludah di depan Weyi.
Weyi pun mendekati Dina, dan memegang pipi wanita itu dengan mengancam.
"Ingat Yaa Din, elo itu wanita... wanita..., jika sikap elo tidak berubah suatu saat elo yang akan mengemis mendekati gue, dan gue akan ingat cacian elo hari ini" ucap Weyi melepaskan tangannya dari pipi Dina.
"Dasar cowok brengsek, awas saja loe" ucap Dina menaikan tangannya di pinggang.
"Bhahahah, Dina... Lihat saja suatu saat nanti kamu akan bertekuk lutut pada ku" ucap Weyi menatap wanita itu dengan sinis.
Weyi dan Ezi pun meninggalkan Dina yang mengomel dari tadi.
"Hey, Weyi apakah kamu sedang datang bulan?, sejak kapan banyak bicara dengan Dina?, seorang wanita yang membuat singa yang tengah tertidur jadi bangun" ucap Ezi tertawa.
"Bhahahah, yaaa wanita itu nyebelin banget Ezi, elo pikir deh mana ada cewek yang berani bicara tidak sopan pada ku" ucap Weyi tersenyum kecil.
Weyi dan Ezi pun tertawa bersama hingga tanpa mereka sadari kedatangan Eza membuyarkan mereka.
"Baaaaahhhh,.., " ucap Eza memberikan kejutan pada Ezi dan Weyi.
"Yaa ampun, adikku tercinta jangan suka buat kakakmu ini jantungan, kamu nggak sayang dengan kakakmu lagi yaa" ucap Ezi mencubit adiknya.
Gita dan Weyi pun saling bercanda satu sama lain. Dasar si kembar kalau bertemu berkasih sayang saja. Keduanya mulai asyik dengan dunia mereka. Hingga Gita dan Weyi pun langsung menengahi keduanya.
"Mari aku traktir kita makan uang taruhan yang tadi, terserah pesan apa terus kita belanja setelahnya" ucap Weyi mengajak teman-temannya.
"Bhahahah, kalau gratis kita mau banget Weyi, hayooo segera kita naik mobil ku saja" ucap Weyi.
Mereka pun menuju parkiran mobil mereka tidak menyangka bahwa Weyi memiliki mobil.
"Weyi, sejak kapan kamu punya mobil?, kok aku tidak pernah melihatmu" ucap Ezi bertanya.
"Heheh, sejak lama kok hanya saja jarang aku pakai, agar aku bisa lebih dekat dengan kalian" ucap Weyi mengajak mereka langsung masuk ke mobil.
Setelah masuk ke dalam mobil, mereka makan bersama-sama dan menikmati kebersamaan hari itu.
🍁💐💐💐🍁
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!