NovelToon NovelToon

Tragedi

1. Gempar

"Selamat pagi pemirsa, sebuah rumah tua dua lantai yang telah lama ditinggalkan pemiliknya akhirnya di robohkan oleh warga, setelah penemuan tulang belulang yang diduga manusia terkubur di pekarangan samping rumah, berdasarkan informasi yang kami peroleh, penemuan tulang belulang yang diduga manusia itu diawali dari dua orang anak yang mencari kucing peliharaan, kucing itu masuk ke pekarangan rumah dan kemudian bersembunyi di sana,"

Layar televisi kemudian berganti menjadi video yang menampilkan rumah dua lantai yang cukup bagus tampak dirobohkan,

Banyak warga dan polisi berada di sana, termasuk juga wartawan,

Seorang narasumber kemudian memberikan informasi dari pertanyaan yang diajukan wartawan,

"Jadi itu ceritane, anake tetangga kan memelihara anakan kucing, lah anakan kucinge itu ilang, jadi anake tetangganya saya nyari-nyari dibantuni anak saya, lalu itu ada suara meong-meong di dalam rumah yang sudah lama sekali kosong itu, mereka bocah-bocah pada mlodos dari pagar kan tidak rapet oh, akhire ya bisa masuk ke pekarangan, nyari anakan kucinge,"

Tutur narasumber yang ditulis namanya Wardi, dari Brebes,

"Lalu bagaimana kemudian anak-anak bisa menemukan kerangka tersebut Pak?"

Tanya Wartawan yang memakai hijab dan berwajah cantik,

"Oh begini kiye mbak ceritanya, jadi itu kan anake saya mbantuni nyari anakan kucing, kata dia, si anaknya tetangga saya nyari ke sebelah barat, sementara anake saya nyari ke sebelah timur yang tembusan pekarangannya hampir ke pekarangan belakang, si anakan kucinge ada di sana, trus si anake saya kan nyoba nangkap, tiba-tiba pas lari-lari dia lihat ada lobang kayak njeblos itu mbak, kata dia itu lobang rumahnya ular, lalu dia pulang sama anake tetangga saya, bilang ada lubang ular di sana,"

"Ooh jadi tadinya dikiranya itu lubang rumah ular?"

"Iya Mba, begitu, nah setelah itu kan sayanya dan ayahnya anake tetangga saya itu ke sana bawa pacul oh mbak, kan sebulan sebelume ada ular peliharaan tetangga yang ada di RT sebelah itu ucul, takutnya itu bikin rumah di situ jadi kita langsung gali lobange, eh malah ternyata adane tulang belulang manusia, ya uwis kita cepet-cepet lapor RT trus lapor polisi,"

"Apa bapak tahu dulunya ini rumah siapa?"

Tanya Wartawan lagi,

"Kurang tahu ya mbak, saya ini termasuk baru mbak pindahan ke sininya, baru tiga tahunan, tapi jerenya tah ini dulune terakhir dikontrakkan, tapi ya namanya kontrakan kan gonta ganti yang tinggal, kalau yang punya tah tidak tahu, ada yang bilang orang bule nikah sama orang sini lalu sekarang pindah ke negeri asal bulenya, ya itu kan rumah wis lama sekali oh mbak, bangunane bae bangunan rumah-rumah model tahun jamannya film Warkop,"

"Iya Pak, terimakasih atas informasinya Pak,"

Wartawan yang cantik itu mengucap terimakasih dengan sopan,

Setelah itu ia pun menghadap kamera, dan menutup berita yang ia bawakan dari lapangan,

"Ya untuk saat ini, kerangka manusia yang ditemukan oleh Pak Wardi dan tetangganya telah dalam penanganan pihak yang berwajib, diterangkan rumah ini memang telah lama sekali dikosongkan, jadi ada kemungkinan pihak kepolisian akan membutuhkan banyak waktu untuk mengungkap kasus ini, sekian saya Icha, dari TKP,"

Dan layar televisi pun menampilkan pembawa berita lagi di studio,

"Lagi-lagi ada penemuan tulang kerangka, setiap hari beritanya selalu penemuan mayatlah, korban mutilasi lah, sangat mengerikan dunia ini,"

Kata Siska sambil menyeruput secangkir teh hangat untuk sarapan, sementara di depannya sang suami tampak tersenyum saja,

Berbeda dengan keduanya, di sudut ruangan TV, di mana ada kursi goyang, seorang nenek yang tengah duduk sambil ikut menonton berita tampak matanya berkaca-kaca, meski ia tersenyum, namun senyumannya begitu aneh.

Dan...

Akhirnya setelah sekian lama kau ditemukan Nak. Batin si Nenek.

...****************...

2. Akan Melindungimu

"Nenek, mau ke mana Nek?"

Tanya Siska pada sang Nenek yang tampak turun dari kursi goyang favoritnya,

Kursi goyang yang entah telah berapa tahun selalu ia duduki tiap menonton TV,

"Ingin jalan-jalan ke depan sebentar,"

Jawab Nenek dengan suaranya yang serak,

"Jangan jauh-jauh Nek, hari ini Siska banyak pesanan brownies, nanti tidak ada yang jemput kalau Nenek pergi terlalu jauh,"

Kata Siska,

Nenek yang mendengar pesan cucu paling kecilnya itupun tampak hanya menganggukkan kepalanya saja sambil kemudian berlalu,

Ya, Siska, dia adalah cucu paling kecil dari satu orang anak Nenek yang malah lebih dulu berpulang beberapa tahun lalu karena mengidap kanker otak,

Nenek tinggal bersama Siska di rumah induk milik Nenek dan Kakek karena hanya Siska satu-satunya cuci Nenek uang semuanya ada tiga orang, yang belum memiliki rumah sendiri,

Nenek yang tentu saja sangat menyayangi Siska, memang ingin rumah induknya kelak bisa ia berikan pada Siska,

Dan legalah hati Nenek, karena Siska bersedia tinggal dan merawat Nenek pula di sana,

Nenek berjalan pelan menuju keluar rumahnya, berjalan tanpa alas kaki dengan ditemani tongkat penopang,

Angin berhembus sedikit kencang pagi ini, disertai gerimis tipis karena memang bulan telah masuk muslim penghujan,

Nenek berjalan menyusuri jalan berbatu di halaman rumahnya, yang di mana kanan kirinya tampak hamparan rumput hijau yang subur terawat, yang tentu saja dirawat oleh Siska dan suaminya,

Nenek terus membawa langkahnya sampai ke pintu pagar rumah yang hanya setinggi pinggang orang dewasa,

Pagar besi dengan cat coklat yang di sana sini tampak sedikit mengelupas karena sudah cukup lama tidak di cat lagi,

Nenek menatap ujung jalanan yang kini terlihat beberapa orang bergerombol di sana karena ada tukang sayur keliling,

Tampak ia sekilas tersenyum, menatap jalanan yang mulai sedikit basah karena guyuran gerimis tipis-tipis,

"Aku berangkat yah, Yang,"

Kata suami Siska berpamitan,

Siska mengangguk, ia tampak bangkit dari duduknya, menerima kecupan suaminya di kening, lalu menyalami sang suami untuk ia gantian mencium punggung tangan suaminya,

"Malam ini tidak akan lembur kan?"

Tanya Siska,

Sang suami menggeleng,

"Tidak, aku akan pulang lebih cepat,"

Kata suami Siska seraya mengelus perut isterinya,

"Tahun ini, semoga,"

Tambahnya pula,

Siska mengangguk seraya mengaminkan dari hatinya yang paling dalam,

Ya, tentu saja, Siska tahu betul suaminya sudah merindukan kehadiran buah hati di tengah rumah tangga mereka,

Siska mengantarkan sang suami keluar dari rumah, keduanya lantas mendapati Nenek yang kini tengah berdiri saja di bawah guyuran gerimis tipis pagi ini,

"Nenek suruh masuk saja, Yang, nanti sakit dia,"

Kata Suami Siska,

Tampak Siska menghela nafas,

"Nanti aku ajak masuk, jangan khawatir, Nenek sudah biasa begitu,"

Ujar Siska,

Suami Siska pun lantas menuju mobilnya, mobil model lama yang masih cukup bagus, yang baru mereka beli sekitar dua bulan terakhir,

Siska melambaikan tangan saat suaminya memberi ciuman jauh sebelum pergi meninggalkan halaman rumah,

Nenek yang berada di depan pagar, tampak menatap cucu menantunya yang mengangguk sopan ke arahnya ketika melewati Nenek,

"Hati-hati di jalan, hati-hati dengan pandangan, hati-hati dengan lisan,"

Kata Nenek mengiringi mobil cucu menantunya yang menjauh,

"Nenek, ayok masuk Nek, hujan Nek, nanti Nenek sakit,"

Siska menghampiri Nenek sambil merangkul Neneknya,

"Aku ingin jalan-jalan sebentar,"

Lirih Nenek,

Siska menggelengkan kepalanya,

"Jangan sekarang Nek, nanti saja kalau sore, biar Siska temani, yah,"

Bujuk Siska,

Nenek menatap wajah cucu kesayangannya,

"Anak baik, Nenek akan melindungimu dari siapapun yang menyakitimu."

Kata Nenek.

...****************...

3. Berbeda Dari Lainnya

Siska masuk ke dalam rumah dan kemudian bersiap melanjutkan aktifitas lainnya,

Dari yang dia harus mencuci perkakas dapur yang pagi tadi digunakan untuk masak sarapan, sampai mencuci baju dan bebenah rumah, setelah semua beres, ia akan mulai sibuk menggarap pesanan brownies dari pelanggan setianya,

"Nenek tidak sarapan?"

Tanya Siska saat dilihatnya Nenek berjalan menuju kamarnya sendiri,

"Tidak, nanti saja, tadi sudah cukup kenyang hanya makan pisang goreng,"

Kata Nenek,

Siska menghela nafasnya, ia berusaha tetap sabar karena Neneknya semakin hari semakin sulit jika disuruh makan,

"Tapi nanti siang makan ya Nek, Siska akan masak sayur sop kesukaan Bang Candra,"

Kata Siska kemudian sebelum Nenek benar-benar masuk ke dalam kamar,

Tampak Nenek menghentikan langkahnya sebentar, ia menoleh ke arah Siska, lalu tersenyum tipis,

Melihat Nenek tersenyum seperti itu, membuat Siska entah kenapa terkadang merasa ngeri,

"Tidak usah terlalu apa-apa untuk Candra, masaklah apa yang kamu suka juga,"

Ujar Nenek, dan setelah mengatakannya, Nenek tampak melanjutkan melangkah masuk ke dalam kamar,

Siska pun kembali menghela nafas, entah apa maksudnya Nenek bicara demikian,

Siska yang enggan banyak bertanya pada Nenek karena takut dibilang cerewet akhirnya memutuskan untuk memilih diam saja,

Begitu Nenek masuk kamar dan menutup pintu barulah Siska bergumam-gumam sendiri tak jelas.

Ah ini memang semua karena Candra suaminya yang memang rejekinya belum sebagus kakak-kakaknya, hingga akhirnya Siska jadi satu-satunya yang belum memiliki rumah dan mau tidak mau jadi harus tinggal dengan Nenek,

Bukan, bukan karena Nenek bawel atau banyak permintaan,

Tapi bagi mereka para cucu Nenek, nyatanya mereka terkadang sering dibuat ngeri dengan sikap Nenek yang tidak normal seperti Nenek-nenek pada umumnya,

Nenek lebih suka menyendiri, jika jalan-jalan selalu ujungnya adalah ke pemakaman, jika ada kecoak, cicak atau binatang-binatang kecil masuk ke dalam rumah, Nenek akan membunuh mereka lalu akan dibuat mainan di dalam kamar untuk diiris-iris sampai menjadi potongan-potongan kecil,

Entah sudah berapa kali Siska dan Candra sampai harus ribut hanya karena Candra sering mendapati Nenek isterinya meletakkan potongan-potongan cicak di atas laptop milik Candra yang habis untuk lembur di meja makan,

"Nenek seperti psikopat,"

Kata Candra suatu hari, dan bagi Siska tentu itu bukan hal asing yang ia dengar,

Kakak-kakaknya sudah mengatakan hal itu jauh sebelum mereka beranjak dewasa.

Sementara itu, di dalam kamar, setelah Nenek mengunci pintu kamarnya dan menyandarkan tongkatnya di dekat pintu, tampak Nenek berjalan pelan ke sudut ruangan di mana di sana ada lemari kecil yang sudah usang,

Nenek mengambil kunci dari bawah lipatan taplak meja kecil dekat tempat tidur, lalu dibukanya kunci lemari usang tersebut,

Krieeeet...

Suara pintu lemari kayu yang sudah usang terdengar begitu khas, tampak Nenek sedikit membungkuk untuk mengambil sesuatu dari sana,

Ya, perlahan-lahan sebuah tas seperti koper jaman dulu terlihat dikeluarkan oleh Nenek,

Tas seperti koper berwarna coklat kusam itu beraroma lembab menandakan benda itu telah lama sekali tersimpan di sana,

Nenek mengangkat tas koper tersebut ke atas ranjang tidurnya,

Ranjang tidur yang dari besi model jaman dulu, yang masih tampak ada kelambu putih rumbai-rumbai diikat untuk bisa dipakai malamnya supaya tidak banyak nyamuk,

Nenek dengan hati-hati membuka resleting tas yang macam koper, yang kemudian terlihat di dalam sana ada palu, ada tas kecil model jaman dulu, ada baju terusan motif bunga yang penuh noda, dan juga sandal jaman dulu yang tinggal sebelah kiri terpisah dari pasangannya.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!