NovelToon NovelToon

Pembalasan Istri SAH

BAB 1. Notifikasi Email

Riana adalah wanita yag bekerja sebagai Guru Honorer yang telah menikah selama sepuluh tahun dan memiliki dua anak yang sangat cerdas laki-laki dan perempuan.

Riana yang selalu mempercayai suaminya dengan sepenuh jiwa dan raganya menjadi ragu setelah melihat informasi yang tak terduga.

"I-ini... Notifikasi apa? Kenapa ada beberapa notifikasi tentang biaya check-in hotel dan pembayaran di beberapa Restoran mahal?" gumam Riana dengan ekspresi wajah yang bingung sambil melihat surat masuk dari email milik suaminya.

Kamal Ahmad adalah seorang Pegawai BUMN yang berpenghasilan cukup besar sehingga selama menikah keduanya bisa memiliki aset yang cukup banyak.

Kamal adalah suami yang sangat royal, baik dan mencintai Istri dan Anaknya sehingga membuat Riana tak pernah percaya jika Kamal akan melakukan hal yang akan menyakiti hatinya dan anak-anaknya

"Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah selama ini Mas Kamal berselingkuh? Ta-tapi dengan siapa?" tanya Riana dengan ekspresi wajah yang bingung dengan tatapan mata yang masih belum bisa menerima kenyataan.

Riana yang melihat pembelian tiket booking hotel yang akan dilakukan untuk malam ini pun seketika menjadi sangat tidak tenang.

"Tidak! Mas Kamal tidak mungkin menghianatiku. Mas Kamal tidak pernah bersikap kasar dan Mas Kamal juga selalu pulang ke rumah setiap malam!" ucap Riana dengan suara yang rendah dengan hati yang masih memutuskan untuk percaya.

"Mas Kamal pun tidak pernah merahasiakan apapun dariku bahkan ATM gajinya pun aku yang pegang! Aku sangat yakin ini pasti temannya yang meminta Mas Kamal untuk memesan Hotel malam ini!" gumam Riana dalam hati dengan mata yang tertutup sambil menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.

Riana yang sedang membuka laptop di Sekolah tempatnya bekerja pun memutuskan untuk pulang dan menenangkan hati dan pikirannya yang sudah tidak tenang.

Riana yang sudah terbiasa pulang dan pergi kerja diantar oleh Kamal pun mencoba menghubungi Kamal untuk mengantarnya pulang.

"Halo, Mas. Kamu ada dimana? Aku merasa sangat tidak enak badan dan aku ingin istirahat saja di rumah. Mas, bisa jemput aku ngak?" tanya Riana yang masih mencoba bersikap ramah seperti biasanya.

"Agh, kamu kenapa Riana? Mas sedang ada di lapangan ini. Mas jemput kamu sekarang." ucap Kamal dengan nada suara yang terdengar sangat khawatir yang membuat Riana merasa sedikit lega.

"Mas Kamal bahkan sangat cemas saat mendengar aku sakit dan Mas Kamal dengan sangat sigap menjemputku. Aku tidak yakin jika Mas Kamal berselingkuh!" ucap Riana yang masih mencoba meyakinkan dirinya bahwa semua notifikasi itu salah.

Setengah jam berlalu, Kamal yang langsung pergi menjemput Riana pun datang dan membawa Riana pulang ke rumah.

Riana yang tak dapat mengatakan apapun meskipun banyak sekali pertanyaan di dalam pikiran dan hatinya pun memutuskan diam dengan seiring diamnya Kamal di dalam mobil.

Riana yang akhirnya sampai di rumah pun berniat turun dan membuka pintu pagar rumah dengan sangat lebar untuk membiarkan mobil yang sedang dikendarai itu parkir di dalam rumah.

"Mas, tunggu sebentar. Aku akan bukakan pagarnya!" ucap Riana dengan senyum yang ceria dengan perasaan lega.

Namun tiba-tiba Kamal memanggil Riana dan mengatakan sesuatu hal yang membuat Riana menjadi semakin curiga.

"Riana, tunggu! Mas, ngak bisa pulang. Mas masih ada kerjaan di lapangan jadi Mas harus kembali bekerja!" ucap Kamal dengan ekspresi wajah dan nada suara yang datar.

"Agh, lalu jam berapa Mas pulangnya?" tanya Riana dengan ekspresi wajah yang pura-pura bodoh sambil menggenggam erat tas yang ada di pangkuannya untuk membuatnya menahan diri untuk tidak marah-marah.

"Hmmm, Mas akan pulang malam sepertinya karena akan ada Acara makan-makan dengan teman kantor." ucap Kamal dengan nada suara yang tenang.

"Makan-makan? Dimana Mas?" tanya Riana dengan alis yang mengkerut dengan ekspresi wajah yang berpura-pura penasaran.

"Mas juga belum tau. Mas ikut saja kemana teman kantor mengajak." ucap Kamal dengan ekspresi wajah santai.

Kamal yang melihat Riana tidak turun-turun dan tetap duduk di dalam mobil pun meminta Riana untuk segera masuk.

"Masuklah dan Istirahat. Makanlah nasi dulu lalu minum obat." ucap Kamal dengan nada suara yang terdengar sangat perhatian tapi kata-kata itu tidak menghapus perasaan takut, cemas dan khawatir yang dirasakan Riana saat ini.

Riana yang tak punya pilihan lain pun memutuskan untuk turun dan memasuki pagar rumah sambil melihat mobil yang dibawa Kamal pergi menjauh.

Riana yang tak bisa berpikir dengan jernih pun masuk ke dalam rumah dengan tubuh yang lemas dan kaki yang telah kehilangan kekuatannya.

"Ya, Tuhan. Apa yang sebenarnya telah terjadi? Apakah ini sebuah kebetulan ataukah sebuah kenyataan yang memang harus aku ketahui?" tanya Riana dengan ekspresi wajah yang bingung.

Riana yang tak tau harus melakukan apapun akhirnya menghubungi kedua adiknya untuk segera datang ke rumahnya.

"Hana, dimana kamu sekarang? Bisa datang ke rumah mbak sekarang ngak? Ada masalah penting dan ajak Leo juga kemari. Ingat jangan sampai Papa dan Mama tau!" pesan Riana dengan nada suara yang tegas.

"Aku ada di kampus sekarang. Ada apa, mbak? Ada masalah apa?" tanya Hana dengan ekspresi wajah yang bingung dengan nada suara yang terdengar penasaran.

"Sudahlah, jangan banyak bertanya. Cepatlah kemari!" ucap Riana dengan ekspresi wajah yang kesal.

Hana yang tak tau apa yang terjadi pun memutuskan untuk segera menghubungi Leo dan pergi ke rumah Riana.

Setengah jam berlalu, Hana dan Leo pun sampai di rumah Riana. Keduanya yang telah terbiasa main ke rumah Riana pun masuk ke dalam pagar dengan santainya.

Hana yang telah sangat penasaran pun langsung masuk ke dalam rumah dan mencaritau masalah yang sedang di hadapi oleh Riana.

"Mbak, ada apa? Kenapa meminta kami berdua datang kemari secara mendadak?" tanya Hana dengan ekspresi wajah yang penasaran.

Riana yang melihat Hana yang telah duduk di sampingnya dan Leo yang telah duduk di seberangnya pun menarik nafas panjang lalu menyerahkan beberapa bukti perselingkuhan Kamal yang ditemukannya.

"Apa maksud semua ini? Beraninya Mas Kamal selingkuh di belakang Mbak Riana! Aku aka pergi menemuinya dan menghajarnya!" teriak Leo dengan suara yang lantang dengan ekspresi wajah yang marah.

"Tunggu! Kau tidak boleh melakukan itu! Kau tidak bisa sembarangan memukul orang atau kau yang akan rugi sendiri!" ucap Hana yang dapat berpikir jernih dalam situasi yang sulit tersebut.

Leo yang sebenarnya sangat marah pun menahan emosinya lalu duduk kembali dan menatap tajam ke arah Riana.

"Apakah mbak yakin kalau Mas Kamal berkhianat? Lalu tiket booking hotel ini digunakan oleh Mas Kamal untuk tidur bersama wanita selingkuhannya?" tanya Hana dengan ekspresi wajah yang serius.

"Mbak tidak tau. Mbak sulit percaya jika Mas Kamal selingkuh karena Mas Kamal masih tetap menjadi Mas Kamal yang Mbak kenal. Mbak pun tak bisa menarik kesimpulan apapun sebelum melihat semuanya dengan mata ini!" ucap Riana dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat tegar.

"Aku mengerti kalau begitu mbak pergi dengan Leo ke Hotel ini dan cari tau kebenarannya!" ucap Hana dengan nada suara yang tegas.

"Tapi mbak tidak boleh datang dengan membawa motor Kamal. Mbak harus pergi ke rental mobil untuk menyewa mobil disana dan biarkan Kamal yang menyupir!" ucap Hana dengan ekspresi wajah yang serius.

"Tak hanya mobil bahkan mbak harus menggunakan baju dan jilbab yang tak pernah dilihat oleh Mas Kamal saat berada di Hotel tersebut!" ucap Hana dengan tatapan mata yang tajam.

Riana yang mendengar semua nasihat Adiknya itu pun menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan.

"Kakak titip kedua adik kakak padamu. Jika Mas Kamal pulang duluan dan bertanya katakan saja kalau mbak pergi dengan Leo untuk ke Dokter!" ucap Riana dengan tekad yang kuat.

"Jangan khawatir, mbak. Aku tau yang harus aku lakukan!" ucap Hana sambil menganggukkan kepalanya dengan tatapan mata yang tajam.

#Bersambung#

Apa yang akan ditemui oleh Riana di Hotel? Apakah Kamal benar-benar Booking Hotel untuk tidur dengan selingkuhannya? Tunggu jawabannya di BAB selanjutnya ya..

BAB 2. Perselingkuhan

Riana yang pergi ke Hotel yang dituju bersama Lao pun melakukan semua seperti yang disarankan tanpa berkomentar.

"Kita telah datang satu jam lebih awal tapi kita belum melihat mobil Mas Kamal terpakir disini!" ucap Riana yang duduk menunggu kedatangan Kamal pun duduk dengan ekspresi wajah yang sangat cemas.

“Tenanglah mbak! Kita harus sabar menunggu disini!” ucap Leo dengan nada suara yang terdengar menenangkan.

“Kakak mengerti!” ucap Riana yang kemudian menarik nafas panjang lalu menenangkan hati dan pikirannya yang sedang sangat kacau.

Waktu pun berlalu, Riana yang terus melihat ke layar handphonenya dan beberapa kali melihat keluar jendela karena khawatir mendapatkan kabar bahwa Kamal pulang.

“Aku harap Mas Kamal benar-benar makan malam bersama dengan teman kerjanya!” gumam Riana dengan suara yang rendah dengan tatapan mata yang penuh harap.

Namun harapan tinggal harapan, Riana yang sedang duduk di dalam mobil tiba-tiba melihat Plat Polisi mobil suaminya masuk ke area parkir Hotel.

Riana yang melihatnya pun merasa sangat terkejut dan semua perasaan muncul lalu membuat Riana menjadi sangat takut.

“Leo, bukankah itu mobil Mas Kamal? Mas Kamal benar-benar datang ke Hotel ini!” ucap Riana dengan ekspresi wajah yang terkejut dengan mata yang terbuka lebar sambil menggoyang-goyangkan bahu Leo dengan sedikit keras.

“Itu benar mobil Mas Kamal karena Plat Polisinya sama tapi kita tidak boleh berpikir negatif dulu, Mbak. Mungkin saja Mas Kamal sungguh datang ke Hotel ini untuk makan-makan bersama rekan kerjanya!” ucap Leo yang telah bergerak mengendarai mobil rentalnya mengikuti Kamal.

“Berpikir positif seperti itu akan sangat sulit bagiku, Leo. Aku yang melihat Mas Kamal pergi ke Hotel ini dengan mataku sendiri telah membuatku yakin akan semua firasat burukku!” ucap Riana dengan nada suara yang tegas.

“Leo, siapkan kamera handphonemu. Aku ingin kau memfoto Mas Kamal dan jangan lepaskan satu momen pun jika Mas Kamal datang bersama dengan wanita!” ucap Riana dengan ekspresi wajah yang serius dan tatapan mata yang tajam.

“Aku mengerti, Mbak. Aku akan mengambil semua bukti yang diperlukan!” ucap Leo dengan ekspresi wajah yang patuh sambil mengganggukkan kepalanya.

Kamal yang keluar dari dalam mobil dengan sangat buru-buru lalu berpindah posisi membukakan pintu untuk arah sebaliknya dan melihat seorang wanita keluar dari dalam mobil tersebut.

Riana yang melihat perlakuan manis suaminya kepada wanita lain pun merasakan sebuah pisau yang sangat tajam menancap di hatinya.

“Mbak Yonna? Mas Kamal pergi bersama Mbak Yonna, teman rekan kerjanya!” ucap Riana dengan mata yang terbuka lebar dan ekspresi wajah yang terkejut.

“Mbak Yonna itu siapa mbak?” tanya Leo dengan ekspresi wajah yang penasaran sambil terus tak melepaskan pandangannya pada Kamal yang terus tersenyum dan tertawa di depan Yonna.

“Di-dia adalah teman kerja Mas Kamal. Mbak Yonna pun telah menikah dan memiliki seorang suami!” ucap Riana dengan ekspresi wajah yang tak percaya.

Riana yang melihat Kamal pergi bersama teman kantornya dengan sikap yang sangat manis dan penuh perhatian membuat Riana sangat marah.

“Apakah mengambil semua fotonya?” tanya Riana dengan mata yang tajam dengan ekspresi wajah yang dingin.

“Ya, Mbak. Aku telah mengambil semua gambar bahkan saat Mas Kamal membukakan pintu mobil untuk wanita itu!” ucap Leo dengan nada suara yang percaya diri.

“Bagus! Kalau begitu kita lanjutkan Leo!” ucap Riana dengan nada suara yang tegas sambil terus memantau Kamal dan Yonna yang berjalan dengan sangat mesrah.

“Mas, kau sangat tega! Teganya kau menghianatiku dan menodai pernikahan kita!” ucap Riana dalam hati dengan ekspresi wajah yang sedih dan hati yang sangat sakit tapi tetap berusaha untuk tegar dan tenang.

Riana dan Leo yang telah melihat Kamal dan Yonna berjalan cukup jauh dari mereka pun bergegas turun dari dalam mobil dan mengikuti mereka dari jarak yang jauh agar tak ketahuan.

Riana dan Leo yang bergerak di belakang mobil orang lain pun melihat Kamal dan Yonna berjalan menuju mejad Resepsionis.

“Kenapa mereka menuju meja Resepsionis? Bukankah mereka ingin makan malam bersama Rekan Keja lainnya?” tanya Riana dengan ekspresi wajah yang bingung dengan tangan yang telah berubah sangat dingin.

“Aku tidak tau Mbak tapi lihat Mbak. Mas Kamal mengambil kunci dari Meja Resepsionis tersebut.” Ucap Leo dengan suara yang sedikit tinggi sambil menunjuk ke arah Kamal yang teah merangkul pinggal Yonna sambil tersenyum lembut.

“Apa yang dilakukan Mas Kamal? Apakah dia benar-benar memesan kamar di Hotel ini untuk tidur bersama dengan Mbak Yonna dan melepaskan hasrat keduanya?” tanya Riana dengan ekspresi wajah yang berubah sangat jijik saat menatap Kamal dan Yonna berjalan menuju pintu lift.

Riana yang telah mengganti pakaiannya sambil memakai sebuah wig dan juga kacamata pun berjalan mengejar Kamal dan Yonna yang telah menghilang masuk ke dalam Lift.

Riana yang berdiri diam di depan Lift bersama Leo itu pun melihat angka yang tertera pada Lift tersebut dan saat Lift tersebut berhenti Riana pun dengan cepat menyusul.

“Semoga saja kita tidak ketinggalan dan bisa mengetahui nomor kamar yang dipesan keduanya!” ucap Leo dengan ekspresi wajah yang marah dan kesal dengan tangan yang terkepal sangat erat karena mencoba menahan emosinya.

Riana dan Leo yang telah melihat pintu Lift berhenti pun berhati-hati mengeluarkan kepalanya dan bergerak dengan cepat mencari keberadaan Kamal dan Yonna.

Namun saat keduanya sedang mencari tiba-tiba Riana melihat sebuah adegan yang sangat tidak ingin dilihatnya.

Kamal yang merupakan Suami yang sangat baik dan sayang padanya ternyata dapat memeluk dan mencium wanita lain selain dirinya di lorong Hotel yang bahkan siapa saja bisa lewat dan melihatnya.

“Ma-Mas Kamal...” gumam Riana dengan suara yang sangat rendah hingga hanya dirinya dan Leo yang bisa mendengarnya pun tanpa sadar meneteskan air matanya.

Leo yang melihat adegan itu pun tidak ingin melepaskan kesempatan emas itu pun mengambil foto dengan sangat banyak dan menyimpanya ke dalam emailnya karena khawatir akan menghilangkan secara tidak sengaja.

Riana yang melihat Kamal yang seolah tak bisa menahan gejolak hasratnya kepada Yonna itu pun merangkul Yonna dan memasuki pintu Kamar Hotel bahkan sebelum pintu Kamat Hotel tersebut tertutup rapat Kamal telah mendarat ciuman lainnya di bibir Yonna.

Riana yang melihat itu pun merasa jika kakinya terasa sangat lemas sehingga tak sanggup lagi untuk berdiri.

Riana yang merasakan dunianya hancur pun menangis dengan sesegukan tapi Leo yang tak bisa melihat Saudara Perempuannya diperlakukan seperti itu pun menyimpan handphonenya dan berniat untuk melabrak keduanya.

“Tunggu, Leo! Apa yang ingin kau lakukan?” tanya Riana dengan suara yang sedikit tinggi dengan mata yang terbuka lebar.

“Aku ingin kesana, Mbak. Aku ingin menghajar b*****an itu! Aku ingin membuatnya merasakan yang Mbak rasakan!” ucap Leo dengan ekspresi wajah yang marah.

“Tidak! Kau tidak boleh kesana! Kita pergi dari sini sekarang!” ucap Riana dengan cepat sambil berusaha berdiri kembali dan menghapus air mata yang jatuh ke pipinya tersebut.

“Kita kembali sekarang dan temui Hana. Kita perlihatkan semuanya dan kita harus menyusun rencana untuk membalas Mas Kamal!” ucap Riana dengan nada suara yang tegas.

“Aku ingin anak-anak ikut bersamaku dan aku pun ingin semua aset jatuh ke tanganku karena aku tidak sudi membaginya dengan wanita murahan itu!” ucap Riana dengan mata yang tajam.

“Aku ingin bercerai darinya tapi aku tidak ingin hancur sendiri! Aku ingin Mas Kamal dan wanita itu juga hancur!” ucap Riana dengan tekad yang kuat.

#Bersambung#

Riana yang dikhianati ternyata tidak terpuruk. Dirinya masih bisa berpikir jernih dan tidak terbawa emosi. Bagaimana Riana bisa mendapatkan hak asuh anak-anaknya dan mengambil semua aset yang dimiliki keduanya selama pernikahan? Lalu bagaimana cara Riana membalas Kamal dan Yonna? Tunggu jawabannya di BAB-BAB selanjutnya ya...

BAB 3. Aset

Riana yang kembali ke rumah bersama Leo pun masuk ke dalam rumah dengan pikiran yang kosong.

"Mbak, apakah kau baik-baik saja?" tanya Hana dengan ekspresi wajah yang penasaran dan nada suara yang terdengar khawatir dan cemas.

"Aku tidak baik-baik saja, Hana. Mas Kamal dia berselingkuh dengan teman kerjanya sendiri yang bahkan telah memiliki suami!" ucap Riana yang dengan cepat meletakkan kedua tangannya di wajah sambil mengeluarkan air mata yang sangat banyak.

Hana yang mendengar pernyataan Riana pun menjadi sangat terkejut lalu dengan sigap Leo mengeluarkan handphonenya dan menunjukkan bukti foto tersebut kepada Hana.

Hana yang tak bisa membayangkan semua yang dialammi Riana itu pun memeluk Riana dengan sangat erat.

Riana yang merasakan adanya dukungan dari Keluarganya dari pelukan itu pun menangis sejadi-jadinya hingga matanya memerah.

Riana yang melampiaskan kekecewaannya dengan tagisan pun akhirnya merasa sedikit lega dan mengangkat kepalanya kembali dengan tegak.

"Aku ingin balas dendam. Aku tidak ingin hancur sendiri. Dia menghancurkan mimpi dan juga harapanku dengan penghianatannya dan aku ingin dia pun hancur karena penghianatannya juga!" ucap Riana dengan nada suara yang tegas dengan tekad yang kuat.

"Lalu apa rencana Mbak selanjutnya? Apa yang bisa kami bantu, Mbak?" tanya Hana dengan ekspresi wajah yang serius yang juga langsung dianggap serius oleh Leo.

Riana yang mendengar perkataan Hana pun melihat rumah yang sedang ditinggalinya itu secara seksama lalu mengalihkan pandangannya Hana.

"Aku ingin mengamankan semua aset yang aku miliki. Aku ingin semuanya jatuh ke tanganku dan kedua anakku. Aku tidak mau wanita j***ng itu menikmati semua kerja kerasku merintis semuanya!" ucap Riana dengan tekad yang kuat.

"Kalau begitu, mbak harus punya tabungan pribadi yang tak diketahui oleh Mas Kamal. Mbak pun harus bertahan bersama Mas Kamal hingga semuanya menjadi milik Mbak." ucap Hana dengan ekspresi wajah yang serius.

"Mbak mengerti. Besok mbak akan meminta izin untuk membuka rekening baru dan menyimpannya padamu!" ucap Riana dengan nada suara yang tegas.

Hana yang mendengarnya pun menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan.

Hana yang melihat jika hari sudah gelap pun meminta kedua adiknya untuk kembali dan meninggalkannya sendirian.

"Apa mbak yakin mau aku pulang? Aku bisa menginap disini malam ini." jawab Hana dengan ekspresi wajah yang khawatir.

"Tenanglah. Mbak baik-baik saja. Mbak sudah bisa mengendalikan diri, Mbak." jawab Riana dengan nada suara yang tegas.

"Hah, Baiklah. Aku dan Leo akan pulang tapi mbak harus berjanji jika terjadi sesuatu mbak tidak akan menghadapinya sendiri dan akan langsung menghubungi kami!" ucap Hana dengan ekspresi wajah yang serius.

"Mbak mengerti. Mbak berjanji!" ucap Riana dengan suara yang tegas dan ekspresi wajah yang serius.

Riana yang telah mengantar kedua adiknya pulang pun masuk ke dalam kamar kedua anaknya yang telah tertidur pulas.

"Mama minta maaf jika harus menghancurkan keluarga yang kalian miliki tapi ini semua bukan salah mams tapi papamu yang telah menghianati mama dan kalian!" ucap Riana dengan suara yang rendah sambil memberikan ciuman selamat malam kepada kedua putrinya itu.

Riana yang telah melihat kedua putrinya tertidur pun kembali ke kamarnya dan mengambil kotak perhiasan miliknya.

#Bersambung#

Bagaimana cara Rianan mengamankan asetnya? Apa yang akan laura lakukan pada perhiasannya? Tunggu jawabannya di BAB sslanjutnya ya..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!