Hari itu harusnya merupakan hari bahagia untuk Anya Florace, seorang Desainer hebat, yang saat itu sedang melakukan sebuah pameran busana, ini adalah awal dari mimpi yang akhirnya setelah sekian lama berhasil dirinya wujudkan.
Sosok gadis cantik itu, saat ini menatap kearah panggung dimana Busana-busana hasil rancangannya sedang dipamerkan.
Walaupun ini hari yang bahagia, namun ekpersi yang dimilikinya masih sama seperti hari-hari lain, ekpersi dingin sedingin es, yang selalu membuat para bawahannya segan padanya.
Selama pameran berlangsung, Anya terlihat menatap kearah sekeliling ruangan seolah sedang mencari sesuatu.
Bener, Anya saat ini menunggu kedatangan Keluarganya, yang tentu saja dirinya undang untuk acara besar ini, adik perempuannya dan Orang Tuanya.
Dirinya ingin membuat mereka bangga padanya, karena mimpinya untuk mengikuti Pameran Besar seperti ini akhirnya terlaksana.
Namun orang-orang yang dirinya tunggu itu tidak kunjung datang.
Hal ini entah kenapa membuat Anya merasa tidak nyaman.
Jadi dirinya mencoba untuk menatap kearah ponselnya, ingin mencoba menghubungi Adiknya.
Namun, sebelum dirinya bisa memencet tombol, ternyata sudah ada sebuah panggilan di sana.
Itu adalah telepon dari adiknya yang bernama Sherly Florace.
Namun yang membuat Anya terkejut adalah sebuah tangisan yang dirinya dengar begitu mengangkat telepon itu.
Anya jelas segera merubah ekspresinya menjadi cemas.
"Ada apa Sherly? Kenapa kamu menagis?"
"Papa.. Kak Papa..."
Terdengar isak tangis tersedu-sedu dari adiknya itu.
"Kamu tenang dulu dan katakan tentang apa yang sebenarnya terjadi,"
"Papa masuk ke Rumah Sakit, dia terkena serangan jantung,"
Anya hampir saja menjatuhkan ponselnya ketika mendengar itu.
"Sebenarnya, Apa yang terjadi?"
"Aku... Aku tidak tahu... Kakak pokoknya harus segera ke sini,"
"Ya, Aku akan segera ke sana,"
Jelas setelah menutup telepon itu hanya ada raut wajah kecemasan, apa yang sebaiknya dirinya lakukan.
Karena pameran ini jelas penting, nanti di bagian penutupan akan ada sebuah Pidato dari dirinya, yang mungkin akan mempengaruhi kehidupan karirnya di masa depan.
Ini adalah saat yang paling penting.
Anya segera menarik nafas dan menutup matanya untuk mencoba menstabilkan emosi yang sedang memikirkan keputusan terbaik apa yang harus dirinya ambil.
Setelahnya, Anya mendatagi anggota staffnya, dan juga Asistennya.
"Aku akan pergi, aku minta pada kalian untuk mengurus Pameran ini saat Aku pergi, dan aku juga minta tolong salah satu dari kalian mengantikanku untuk Acara Pidato, aku akan mengirimkan teksnya nanti,"
Sang Asisten yang pertama kali bertanya karena menjadi bingung,
"Tunggu, Anya kamu tidak bisa pergi begitu saja kamu tahu sendiri seberapa pentingnya event ini bukan?"
Mendengar rasa cemas dari Asistennya itu, Anya cukup mengerti, ya ini memang sebuah acara yang sangat penting.
Namun dirinya merasa jika dirinya tidak pergi sekarang, mungkin dirinya akan menyesal.
"Keluargaku dalam masalah, Aku harus pergi. Aku percaya diri jika besok-besok aku akan bisa mengurus semuanya, setelah Acara ini berakhir, Aku percaya dengan kemampuan yang aku miliki hanya karena aku tidak ada di sini bukan berarti orang-orang tidak menyukai apa yang telah aku buat,"
Itu adalah sebuah kata-kata penuh dengan kepercayaan dirinya membuat para staf di sana kagum.
Yah, walaupun Bos mereka kadang cukup dingin, namun Bos mereka juga seseorang yang sangat mengagumkan.
"Ya, kami bisa mengandalkan kami untuk mengurus hal-hal yang ada di sini sekarang kamu pergilah untuk mengurus Keluargamu," kata Asisten itu dengan yakin.
Setelahnya, Anya segera pergi dari tempat itu untuk menuju ke Rumah Sakit.
Dan benar saja, yang Anya lihat disana adalah Ibu dan Adiknya sedang menagis.
Sherly yang melihat kakaknya datang itu segera memeluk Kakaknya.
"Bagaimana keadaan Papa?"
"Sekarang, dia sudah melewati masa kritisnya...."
Mendengar itu, Anya merasa sedikit lega, namun segera dirinya bertanya,
"Sebenarnya apa yang terjadi?"
Sherly bingung tentang bagaimana cara menjelaskannya.
Ya, karena awalnya hal-hal ini juga baru saja mereka dengar dengan mendadak.
"Perusahaan Milik Keluarga kita saat ini di ambang kebangkrutan, Rumah Kita akan disita beberapa hari lagi untuk membayar hutang-hutang perusahaan yang menumpuk, Papa cukup pusing mengurusi semua ini dan belakagan memang sakit-sakitan karena memikirkan semua ini," kata Sherly mencoba untuk menjelaskan.
Anya yang baru pertama kali mendengar itu menjadi terkejut,
"Apa? Kenapa kalian tidak pernah cerita padaku?"
"Papa bilang, Dia tidak ingin membuat Kakak cemas, karena Kakak sedang mempersiapkan Acara Besar untuk Karir Kakak,"
Mendengar itu, ada sebuah rasa kesedihan besar didalamnya, betapa Ayahnya sangat menyayanginya.
"Sekarang kamu tenang dulu, Kakak pasti akan menemukan sebuah solusi,"
Ya, Anya and mencoba mencari cara untuk memecahkan masalah ini.
Namun jelas masalah Tidak berlangsung cepat, Ayah Anya segera memasuki masa, yang entah kapan akan bangun.
Belum lagi masalah soal penyitaan rumah mereka karena hutang.
Anya mencoba untuk melihat nilai-nilai dari aset yang dirinya miliki, seperti Butik miliknya, namun jelas ini masih jauh dari cukup untuk membayar semua hutang-hutang itu.
Siang itu, Anya masih bingung di depan ruang rawat Ayahnya.
"Bagaimana ini..."
Dia benar-benar merasa cukup putus asa karena belum menemukan solusi padahal ini sudah beberapa hari, hari semakin berlalu dan itu jelas bukan hal yang baik.
"Anya, kamu bisa ikut denganku?"
Itu adalah suara dingin dari Ibu Tiri Anya, yang juga Ibu Kandung Sherly, mereka berdua memiliki Ayah yang sama namun Ibu yang berbeda.
"Ada apa Ibu?"
"Kamu ikut dulu denganku Aku ingin membicarakan hal yang penting berdua denganmu,"
Anya pun, segera mengikuti kearah Ibu tirinya itu, dan tepat ketika mereka tiba di tempat yang cukup sepi, Ibu Tiri Anya itu segera berkata,
"Aku sebenarnya mendapatkan solusi dari masalah keluarga ini,"
"Apa itu Ibu?"
"Namun Apakah kamu bisa melakukannya?"
Anya yang mendengar itu jelas langsung berkata tanpa pikir panjang,
"Aku... Aku pasti akan melakukan apa saja jika itu demi Keluarga ini,"
"Kalau begitu Menikahlah,"
"Apa maksudmu?"
"Hah, sebenarnya masalah ini dimulai dari adikmu Sherly yang membuat masalah dengan salah satu Tuan Muda Kaya, dan begitulah hingga tuan muda itu mulai membuat masalah dengan Perusahaan Keluarga. sebelumnya aku pernah bertemu dengannya dan dia memberiku sebuah penawaran menarik, jika kami menyerahkan Putri Keluarga kami padanya untuk dia nikahi, dia akan membayarkan semua hutang-hutang keluarga kita dan masalah keluarga kita akan selesai Bahkan dia juga berniat memberikan investasi pada perusahaan. Sebenarnya yang dia inginkan adalah Sherly..."
"Tunggu... Bukankah itu lebih seperti menjual anakmu sendiri?" Kata Anya dengan ekspresi marah.
"Hah, namun aku memiliki sebuah ide, Tuan Muda itu bilang, yang dia inginkan adalah Putri Keluarga Florace, kamu juga Putri keluarga Florace, jelas aku tidak akan membiarkan putriku sendiri yang dijual namun kamu!"
Anya yang mendengar itu segera terdiam sedang memikirkan tentang solusi yang baik.
Ini...
"Anya! Kamu lihat sekarang kondisi Ayahmu? Jika dia sadar dan tahu perusahaannya benar-benar bangkrut menurutmu apa yang terjadi padanya?"
Anya sekali lagi terdiam ketika mendengar itu.
"Dan Apakah kamu benar-benar lebih suka Sherly yang melakukannya?"
Anya lalu segera terdiam jelas dirinya tidak bisa membiarkan hal semacam itu terjadi, lalu dirinya segera berkata dengan yakin,
"Tidak... Biar Aku saja yang menikah."
"Itu bagus, kamu hanya harus menuruti kata-katamu dan keluarga kita semuanya akan aman dan selamat,"
Ya, lagi pula ini adalah cara satu-satunya, dirinya pasti bisa menghadapi ini semua nantinya.
Ini adalah awal dari rencana Ibu Tirinya Anya, hingga dua minggu berikutnya akhirnya hari yang kutunggu segera tiba.
Itu adalah sebuah Pernikahan yang cukup mewah, namun tidak memiliki banyak tamu, sepertinya Pernikahan Private.
Sebenernya Anya masih sedikit ragu dengan rencana Ibu Tirinya itu, soal pernikahan ini...
Tapi Pernikahan ini syaratnya adalah Menikahi Putri Ayahnya, dan dirinya juga Putri Ayahnya?
Jadi harusnya ini tidak apa-apa.
Namun mana tahu, ketika hari H dalam sebuah gedung, ketika Anya sedang di dandani, tiba-tiba ada seorang Pria yang memasuki ruang riasnya.
Seorang Pria muda, yang saat ini mengenakan Jas Pengantin Pria.
Dia memiliki tubuh tinggi, kulit putih, juga wajahnya yang terlihat sangat tampan.
Sebuah penampilan, yang mungkin akan bisa mengoda semua wanita yang di rayunya.
Ketika Anya menatap Pria itu, Anya merasa penampilan itu benar-benar cocok dengan rumornya.
Tuan Muda dari Keluarga Achilles, Henry Achilles.
Namun Pria itu sekarang memiliki wajah yang buruk ketika menatap Anya yang mengenakan pakaian pengantin itu.
"Aku sudah curiga tentang bagaimana keluarga kalian setuju, jadi kalian berniat menipuku? Sialan, kalian benar-benar berani bermain dengan Tuan Muda ini! Kalian menganggap aku remeh bukan?"
Terlihat tanda-tanda kemarahan disana, yang jelas sangat tidak menyukai Anya.
Ketika mendengar nada kemarahan itu, Anya hanya merasa sepertinya akan menjadi hal yang sangat merepotkan harus berurusan dengan Tuan Muda itu, yang nanti akan menjadi Suaminya.
Saat itu di ruangan salah satu gedung itu, terlihat dua orang yang mengenakan pakaian pengantin tengah berhadapan satu sama lainnya, terutama wajah Sang Pengantin Pria yang jelas sekali menunjukkan kemarahan.
“Hey! Jawab Aku! Kalian berniat untuk menipuku, Hah?” kata pria itu yang terlihat sekali menunjukkan kemarahannya saat ini.
Anya yang mendegar itu, segera Menjawab dengan ekspresi tanang,
“Maaf Tuan Muda, Kami tidak berniat untuk menipu siapapun,”
Henry Yang mendengar jawaban tidak Masuk akal itu, menjadi semakin marah, dan jelas segera berkata,
“Tidak menipu apa? Jelas-jelas KalianBuku harusnya yang menikah dengan ku bukan kamu! Itu harusnya Putri Keluarga Florace,”
Mendengar kata-kata itu sekali lagi Anya berkata dengan tenang,
“Ya, Aku adalah Anya Florace, Putri Keluarga Florace, Sesuai perjanjian yang sebelumnya sudah dibuat oleh Ayahku untuk menikahkan putrinya denganmu, Aku adalah Putrinya juga, harusnya itu tidak masalah,"
Henry lalu segera menatap terkejut ke arah wanita yang ada di depannya melihat dari bawah ke atas lalu dari atas ke bawah lagi, terlihat cukup kaget dan heran.
"Aku memang tahu jika Sherly memiliki seorang Kakak Perempuan, tapi setahuku Kakaknya sudah berumur 32 tahun, harusnya sudah menikah,"
Anya yang mendengar itu, mencoba untuk tetap mengendalikan emosinya dan berkata dengan suara tenang.
"Lalu kenapa jika wanita berumur 32 tahun belum menikah? Aku, Kakak Sherly, syarat perjanjian itu Menikahi Putri Ayahku, harusnya dengan ini semuanya sudah selesai bener?"
"Apa? Kamu benar-benar Kakak Sherly yang bernama Anya itu? Wanita Tua itu?"
"Astaga, jangan menyebut ku tua kenapa kamu tidak menatap kearah umurmu sendiri?"
Henry yang di protes lalu segera berkata,
"Tidak, Aku baru tiga puluh tahun, tahun ini, ini jelas belum termasuk Tua, sedangkan kamu! Astaga! Ini namanya sebuah penipuan! Menyuruhku menikahi wanita Tua!"
"Maaf Tuan Muda, tapi akankah dari awal kamu yang bilang ingin menikahi Putri Ayahku? Kamu gak menegaskan secara jelas jika kamu ingin menikahi adikku, jadikan salah kami jika kami memutuskan agar Aku yang menikah,"
Henry yang lagi-lagi mendengar itu menjadi sangat marah.
Memang benar, dirinya cukup ceroboh untuk tidak menuliskan soal hal itu secara spesifik, karena dirinya pikir Kakak Sherly yang lebih tua itu, jelas sudah menikah.
Bagaimana bisa, wanita belum menikah di umurnya yang 32 tahun!
Ini jelas penipuan!
Dirinya membayar mahal-mahal untuk bisa menikahi Sherly yang angkuh itu, namun kenapa dirinya harus dapat Perawan Tua ini!
Ini benar-benar tidak masuk akal!
"Ini adalah sebuah penipuan!"
"Tuan Muda, kami tidak menipu siapa-siapa, lain kali jika ingin menandatangani sesuatu anda harus membaca surat perjanjian nya dengan benar dan membuat pasal sejelas-jelasnya, ini bukan salah kami,"
"Kalian tidak masuk akal! Aku tidak akan menerima pernikahan ini! Aku tidak ingin menikahi mu! Mana adikmu? Aku akan menyeretnya keluar agar menikah denganku,"
Mendengar itu, Anya segera berkata lagi dengan tenang,
"Adikku sudah ada di tempat yang jauh, tidak mungkin bisa ditemukan olehmu, lagipula Acara Pernikahan ini akan segera dimulai? Atau... Apakah kamu ingin membatalkan Pernikahan ini?"
Henry lalu segera menatap kearah jam tangannya, memang benar acara pernikahan ini sebentar lagi akan dimulai.
Alasan utama dirinya menikah adalah karena Kakeknya begitu cerewet ingin dirinya segera menikah, padahal dirinya tidak suka menikah dan terikat dengan siapapun, karena itu hal yang merepotkan.
Dirinya ingin hidup bebas, dan bermain-main dengan wanita diluar sana, jika bosan tinggal ganti saja sesukanya.
Tidak perlu terlalu repot-repot memikirkan hal-hal setelahnya.
Jika dirinya tidak menikah, Kakeknya bilang ingin mencoret namanya dari daftar warisan!
Jadi dirinya harus menikah!
Itulah kenapa, terbesit dipikirannya, untuk membeli seorang gadis yang akan dirinya nikahi, karena masalahnya akan cepat selesai.
Bukan karena dirinya tidak laku atau sesuatu, dirinya cukup populer dikalangan wanita, namun wanita itu biasanya begitu buruk, hanya mengincar hartanya, sangat merepotkan jika berurusan dengan wanita yang ambisius yang menginginkan harta miliknya.
Yang dirinya butuhkan, adalah wanita penurut yang tidak bisa menuntut dihadapanya.
Sangat kebetulan saat itu dirinya bertemu dengan gadis sombong yang cukup menarik bernama Sherly, akan sangat menarik menjadikan gadis sombong itu sebagai mainan barunya.
Namun mana tahu, sekarang menjadi seperti ini.
Dan sekarang, karena acara sudah berjalan, dirinya tidak bisa juga membatalkan Pernikahan ini, atau Kakeknya akan curiga padanya.
Lalu bagaimana dengan wanita yang ada di hadapannya ini?
Apa sebenarnya motif dan tujuannya?
Memang benar Pernikahan ini tidak lebih dari sebuah Kontrak Pernikahan, dimana jangka waktunya terserah dirinya untuk mengakhirinya, dan dimana dirinya memegang kekuasaan yang lebih besar nantinya, jadinya wanita yang akan di Nikahinya itu, tidak bisa menuntut lebih dan memanfaatkannya tapi tetap saja...
Jadi dengan terpaksa, Henry akhirnya mengambil keputusan,
"Hah, kita tetap akan menikah! Namun lihat saja aku tidak akan membiarkan kamu berbuat seenaknya,"
Dengan kesal, Henry segera menuju kearah luar ruangan, meninggalkan Anya disana sendirian.
Setelah melewati Krisis, akhirnya Anya merasa cukup lega.
Setidaknya, masalah soal adiknya yang menikah, sekarang sudah aman.
Berikutnya, tinggal melakukan pernikahan ini.
Anya sekarang mencoba untuk menenangkan pikiran nya, mempersiapkan dirinya tentang semua hal buruk yang mungkin nanti akan terjadi padanya setelah pernikahan ini.
Tidak apa-apa, dirinya yakin semua akan baik-baik saja.
####
Saat itu, di sebuah Aula yang cukup megah, terlihat cukup ramai, karena beberapa tamu yang diundang sudah hadir untuk menghadiri upacara pernikahan itu.
Acara utama saat ini sedang dimulai, yaitu acara pengucapan ijab kabul.
Tidak lama sampai ijab kabul itu selesai, dan dua pasang mempelai itu, akhirnya resmi menjadi pasangan Suami Istri.
Anya diam-diam menatap sosok seorang pria berwajah dingin yang ada disampingnya, yang jelas saat ini memiliki ekspresi kesal.
"Sekarang, kalian berdua Syah menjadi Suami Istri," kata sang Penghulu.
Anya tentu tahu, tentang apa yang harus dirinya lakukan.
Dirinya segera mengambil tangan suaminya itu, dan menciumnya.
Sebagai tanda dirinya akan berbakti nantinya pada Pria itu.
Henry menerima hal itu dengan ekpersi yang masih kesal, sambil menatap ke arah wanita yang saat ini sudah resmi menjadi Istrinya.
Wanita sialan yang merusak rencananya ini.
Sekarang Henry mulai memikirkan tentang apa yang sebaiknya nanti dirinya lakukan pada wanita itu.
Owh, benar untuk wanita kurang ajar yang mempermainkannya itu, dirinya jelas akan memberikan hal yang setimpal.
Henry tiba-tiba memiliki sebuah ide.
Henry lalu mencium kening Istrinya itu, hal-hal yang sesuai prosedur Pernikahan.
Namun sebelum Henry menjauhkan dirinya dari Anya, dirinya segera berbisik di telinga Anya,
"Aku memiliki sebuah ide yang sangat bagus, hanya mencium tanganku saja tidak cukup, kamu harus mencium kakiku setelah Acara ini, aku akan pastikan pilihanmu untuk menikah denganku bukanlah hal yang menyenangkan,"
Kata-kata itu dikatakan degan nada yang begitu dingin.
Anya kurang lebih sudah bisa menebak hutang bagaimana hal-hal berjalan berikutnya.
Yah, Siapa juga yang mengharapkan sesuatu seperti Pernikahan yang indah?
Dirinya dari awal mengerti, dirinya tidak sebatas dari mainan untuk Tuan Muda di hadapannya ini, yang saat ini menjadi Suaminya.
Dirinya sudah mempersiapkan hatinya untuk menerima takdir yang sudah dirinya pilih.
Tidak apa-apa, dirinya pasti bisa melewati semua ini.
Mari, tunggu sampai Tuan Muda itu bosan dengannya, lalu meninggalkannya, kemudian dirinya akan bisa kembali ke kehidupannya yang biasanya.
Dirinya harus menahan hal-hal ini sejenak.
Saat itu, Pesta Pernikahan Anya dan Henry masih berjalan dengan cukup meriah.
Di acara itu, Anya hanya bisa bersabar dan mencoba untuk sedikit tersenyum ketika menyapa semua orang.
Begitu pula Henry, yang sepertinya merasa sangat lelah dengan pesta ini.
Akad Nikah mungkin bukan pesta yang besar, namun saat resepsinya setelahnya, undangannya cukup banyak.
Mereka adalah kolegan Perusahan, juga beberapa kenalan Keluarganya.
Orang yang paling bersemangat untuk pesta pernikahan Henry adalah Kakeknya.
Saat ini, Kakek Henry yang berada di hadapan cucunya itu.
"Akhirnya, Henry cucu sulungku ini menikah juga, kamu tidak tahu betapa jumlahnya kakek memikirkan kamu sudah umur segini namun tidak juga ingin menikah,"
"Semua hal selalu ada saatnya,"
"Namun aku benar-benar cemas padamu kamu ini hanya selalu bermain-main dengan wanita di sana ini, bagaimana jika kamu sampai membuat kesalahan di luar?"
"Astaga, Kakek. Kak tidak perlu terlalu memikirkannya, Aku selalu melakukannya dengan aman, tidak akan terjadi kesalahan,"
Kakek Henry cara menepuk kepala cucunya itu karena merasa kesal.
"Itu berani berbicara semacam itu di depan Istrimu!"
Kakek Henry lalu segera menatap ke arah Anya dan berkata,
"Lupakan apa yang barusan cucu kukatakan kamu tidak perlu memikirkannya. Di masalalu, dia memang memiliki sikap yang buruk, namun aku akan memastikan selama pernikahannya ini cucuku tidak akan pernah bersama dengan wanita lainnya, hanya kamu yang akan ada dihatinya, seumur hidupnya,"
Anya mendengar kata-kata tulus itu hanya berkata,
"Ya, Kakek. Tentu Aku percaya, Henry sudah berubah, bahwa jika hanya aku sekarang yang ada di hatinya, dan juga hanya ada dia sekarang yang ada di hatiku, benar bukan Henry sayang?"
Henry yang mendengar kata-kata Anya itu, entah kenapa merasa merinding.
Bisa-bisanya wanita itu, katakan hal omong kosong semacam itu didepan Kakeknya dengan ekpersi ceria.
Sungguh, sangat hebat dalam berakting!
"Benar, hanya ada Istriku tercinta, Anya di hatiku," kata Henry merasa jijik hanya dengan mengatakan hal itu.
Namun apa boleh buat dirinya harus tetap berpura-pura seperti ini.
Ini semua demi mendapatkan warisan!
Dirinya setidaknya harus bersabar di depan semua orang.
Namun lihat saja, nanti ketika hanya tinggal mereka berdua, apa yang akan dirinya lakukan pada wanita sialan ini!
Namun sayangnya kesabaran Henry mulai diuji ketika sepupunya, Stefan Achilles datang untuk menyapa.
"Kak Henry, akhirnya menikah juga aku pikir Kakak tidak akan pernah menikah, hidup sendiri, dan selalu bermain-main seperti itu, benar-benar membuat Kakek selalu khawatir, soal masa depan Keluarga Achilles,"
Henry mendengar sindiran itu hanya berkata dengan ekpersi dingin,
"Ya tentu saja aku akan menikah, kamu juga gak perlu khawatir soal masa depan Keluarga Achilles, Aku sebagai Pewarisnya, tentu saja akan menjalankan semuanyadengan baik,"
Lalu, sekarang tatapan sepupu Henry menuju ke arah pengantin wanita, Henry.
Jelas, Stefan tahu soal Identitas Istri dari Kakak Sepupunya itu.
"Tapi, Kak Henry Aku tidak tahu sekarang jika selera Kakak soal Perempuan sudah berganti? Sekarang Kak Henry ternyata menyukai wanita yang lebih tua seperti ini, Astaga,"
Henry jelas merasa kesal bisakah sepupunya itu mengatakan hal itu.
Dirinya biasanya memang hanya berkencan dengan wanita-wanita yang lebih muda, dan tertarik dengan yang lebih muda, sekitar umur adik Anya, antara 21-24.
Namun sekarang dirinya malah menikahi wanita yang dua tahun lebih tua daripada dirinya.
Hai ini benar-benar memalukan, sekarang ini menjadi bahan olok-olokan dari sepupunya yang menyebalkan.
Henry coba untuk tetap menjaga ekspresi tenangnya dan berkata,
"Ya, apa yang salah dengan wanita lebih tua? Asal ada cinta, tidak masalah dengan siapa itu,"
Stefan yang masih melihat ekspresi tenang di wajah Henry jelas merasa kesal.
Lalu, mencoba memprovokasinya lagi, dan berbisik di telinganya, agar hanya di dengar oleh Henry.
"Jadi begitu, Kak Henry berganti selera? Yah, mungkin tidak buruk juga bukan? Kak Henry menyukai yang lebih tua karena mungkin dia miliki pengalaman yang cukup baik, berbeda dengan gadis-gadis polos yang lebih muda, mungkin lebih bisa memuaskan Kak Henry dengan yang lebih berpengalaman, namun tetap saja itu sudah pernah di pakai, kurang fres, barang tua,"
Ekspresi Henry jelas menunjukkan ekspresi kesal.
Memang, ketika Henry memikiran ini, perasaannya menjadi kesal.
Memikiran soal dirinya menikahi Anya, wanita yang lebih Tua, apalagi umur segitu, walaupun belum menikah pasti wanita itu pernah bermain-main sebelumnya.
Tidak mungkin masih perawan.
Dirinya cukup pemilih, biasanya tidak menyukai bermain-main dengan yang bekas.
Hanya menyukai yang masih segar, walaupun begitu, masih banyak wanita yang mengantri untuk menjadi miliknya di luar sana, yang rela melepaskan keperawanannya hanya untuknya, walaupun itu hanya sebatas satu malam.
Menjadi populer tentu cukup sulit.
Dan sekarang dirinya malah mendapatkan yang bekas, rasanya jelas hanya kesal.
Namun dirinya tidak boleh menunjukkan kekecewaannya ini.
"Itu jelas bukan masalahmu, Stefan. Lalu kenapa kamu tidak urusi pacarmu itu? Ah, apakah dia masih fresh? Apakah kamu tahu, jika Aku pernah memiliki malam yang indah dengannya?"
Itu adalah kata-kata provokasi.
Ketika mendengar itu, Stevan hanya bisa merasa kesal.
"Itu sudah jadi mantan, dan tidak ada lagi hubungannya dengan ku," kata Stefan lalu segera pergi dari sana, karena merasa kesal setelah diingatkan pada hal-hal yang buruk.
Bisa-bisanya, Kekasihnya dulu tergoda oleh Henry Brengsek itu!!
Dasar Casanova gila, sangat suka merayu wanita manapun yang di lihatnya!
Anya tidak begitu tahu soal percakapan macam apa yang dua Tuan Muda itu bicarakan, itu sepertinya bukan hal baik dan sesuatu yang layak untuk dirinya dengar.
Pesta itu akhirnya, berakhir dengan tenang tanpa gangguan apapun.
Dan saat ini, Sang Pengantin segera diantar ke rumah dengan Pengantin mereka di kamar hotel VVIP di lantai paling atas, yang memang sudah disiapkan sebelumnya.
Tidak ada hal menarik menurut Henry ketika tiba di kamar itu, hanya ada beberapa dekorasi bunga dimana-mana, yang menunjukkan kamar untuk pengantin baru.
Sekarang hanya ada mereka berdua di sana.
Henry lalu mulai duduk di tempat tidur disana, lalu berikutnya menatap kearah Anya yang juga memasuki kamar itu bersamanya.
"Hey, kamu! Mau kemana kamu?"
"Maaf Tuan Muda, Aku hanya ingin membereskan riasan ku di kamar mandi, dan ingin segera mandi, sangat lelah mengikuti acara hari,"
Henry melihat jika wanita itu sepertinya ingin segera beristirahat jelas merasa kesal.
"Siapa yang menyuruhmu untuk bisa bersantai? Kamu tidak boleh mandi dulu, memangnya kamu pikir hanya kamu yang lelah? Aku juga lelah,"
Anya menatap Tuan Muda itu dengan ekpersi heran.
Kata-katanya jelas menunjukkan kesombongan dan tingkah sok berkuasa tertentu.
Terlihat seperti Pria egois hanya melakukan apapun yang dia suka.
"Lalu, apa yang harus Aku lakukan?"
Mendengar pertanyaan itu, Henry segera menunjukkan senyum dikitnya sekolah memiliki sebuah ide tentang apa yang harus dirinya lakukan.
"Berlutut di depanku!"
Ini adalah sebuah perintah, Henry ingin melihat bagaimana wanita di hadapannya itu, merasa harga dirinya diinjak-injak dengan cara harus berlutut di hadapannya.
Lihat, ekpersi apa yang nanti akan dia buat, penolakan seperti apa...
Ketika Henry memikirkannya, yang dia lihat adalah Anya yang sudah berlutut di lantai, berlutut kearahnya tanpa banyak gerakan yang tidak perlu.
Henry menatap heran betapa patuh nya wanita itu.
"Sangat bagus kamu begitu patuh. Kamu harus tahu, kedepannya, kamu harus patuh seperti ini padaku, menuruti semua hal yang Aku perintahkan padamu tanpa terkecuali, tidak ada penolakan yang diijinkan. Aku adalah Master mu, dan sekarang kamu adalah Budak ku, Mainan ku, Aku bisa melakukan apapun padamu. Aku selalu benar, jadi kamu tidak boleh membantah,"
Anya yang mendengar itu, kurang lebih sudah memperhatikan hal-hal ini, namun dirinya tidak mengira jika Tuan Muda ini sepertinya sedikit lebih buruk dari pada yang dirinya kira.
Hanya...
Hal-hal sepertinya akan sangat merepotkan.
Sangat malas berurusan dengan hal yang merepotkan seperti ini, jadi patuhi saja agar semuanya selesai cepat dan dirinya bisa tidur dengan nyaman.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!