NovelToon NovelToon

Ghani Si Jenius

Bab 1

🌹 *Malam indah yang ternoda 🌹

🌹🌹🌹

" Ampun peri, saya janji tidak akan berbuat nakal lagi." Ucap Ghani memohon kepada peri kebaikan.

" Kamu sudah keterlaluan Ghani, lihat perbuatan yang kamu lakukan. Ibu yang sudah melahirkan kamu masuk penjara karena kenakalanmu, padahal ibumu sudah melakukan yang terbaik untukmu." Ucap Peri.

" Karena kenakalanmu akan aku hukum, fan fin fun safun jadilah......." Ucap peri itu.

" Aaaaaaa." Teriak Ghani.

Whusssss... sebuah kepulan asap putih mulai memudar dan terlihat anak kecil yang sangat imut dan tampan.

" Aaaahh, a-aku kenapa?" Tanya anak kecil itu.

" Tubuhku kenapa mengecil." Ucap Ghani dengan panik.

" Saat ini kau aku hukum menjadi seorang bocah yang tidak berdaya, kau akan kembali menjadi normal ketika satu kebaikan bisa kau selesaikan. Dan ingat satu lagi, kamu akan di pertemukan dengan pasangan suami istri yang penuh kelembutan dan akan mengangkatmu sebagai anak." Ucap peri itu lalu menghilang.

" Tunggu peri...." Teriak Ghani memanggil peri itu.

" Tidaaaaaaakkk." Ucap Ghani kecil frustasi.

🌹🌹🌹

Pasangan Ridwan dan Layla adalah pasangan mandul, keduanya tidak bisa memiliki anak. Karena itu mereka sangat kesepian, Ridwan mengalami kemandulan karena kecelakaan sedangkan Layla dia baik-baik saja. Layla memilih menunggu pengobatan suaminya, dia wanita baik dan setia.

" Sayang, kita akan tinggal di daerah ini tidak papa kan." Ucap Ridwan pada Layla.

" Tidak papa sayang, aku seneng kok masih untung kita bisa beli rumah usai kamu bangkrut." Sahut Layla.

" Maafin Ayah ya sayang, gara-gara kita gak punya keturunan akhirnya Ayah di usir dan dipecat dari perusahaan papa." Ucap Ridwan.

" Sayaaaang, jangan merasa bersalah ya. Justru Bunda yang minta maaf karena tidak baik jadi Istri Ayah, Bunda sudah banyak buat Ayah malu di keluarga." Sahut Layla.

" Enggak Bunda." Ucap Ridwan lagi.

Tiba-tiba Ridwan tanpa sengaja menabrak sesuatu.

" Astaghfirullah Ayah, ada apa." Ucap Layla takut.

" Bentar Bunda, Ayah periksa dulu." Ucap Ridwan.

Saat Ridwan memeriksa apa yang mengganjal di mobil, betapa terkejutnya Ridwan.

" Astaghfirullah ya allah." Ucap Ridwan.

" Ada apa Ayah." Tanya Layla yang ikut keluar juga.

" Astaghfirullahal' azhiim Ayah, Ayah kita bawa dia ke rumah nanti kita obati." Ucap Layla.

" Iya Bunda." Sahut Ridwan.

***

" Saya ada dimana." Ucap Ghani dalam hatinya yang belum sepenuhnya sadar.

Ghani kemudian bangun, dan melihat di sekelilingnya masih banyak kardus.

" Wahh sudah sadar yahh." Ucap Layla sambil senyum.

" Cantik sekali." Batin Ghani.

" Hey." Panggil Layla sekali lagi.

" Alhamdulillah, ternyata kamu sudah sadar." Ucap Ridwan.

" Laki-laki ini cukup tampan." Batin Ghani sekali lagi.

" Hay adik manis, namanya siapa sayang." Tanya Layla kepada Ghani kecil.

" Nama saya...." Ucap Ghani terhenti.

" Perempuan ini cantik sekali." Batin Ghani, tapi itu langsung di tegur oleh peri kebaikan lewat telepati.

" Cukup Ghani, dia akan jadi ibumu nanti jangan berfikiran kotor tentangnya ingat misimu kalau ingin kembali seperti dulu." Ucap peri kebaikan lewat telepatinya.

" Dasar peri jahat." Gerutu Ghani.

" Jadi namanya siapa sayang." Tanya Layla.

" Ahh eee Ghani." Ucap Ghani sok keren, padahal dimata Layla itu sangat imut dan menggemaskan.

" Iiii lucu sekali kamunya, gemes banget pipi kamu chabi banget." Ucap Layla yang tidak tahan melihat pipi chabi Ghani lalu mencubitnya.

" Aduhhh, eeee duhh." Keluh Ghani yang ingin melepas tangan Layla dari wajahnya, tapi tangannya yang kecil tidak kuat untuk melepaskannya untung saja ada Ridwan.

" Ehh Bundaaa... kasian dia, pipinya di gituin." Ucap Ridwan.

" Yahh habisnya gemesin Ayah." Sahut Layla.

" Anak ini siapa yahh orang tuanya, sepertinya Layla sangat menyukai anak ini apa aku tanya saja siapa orang tuanya." Batin Ridwan.

Ridwan pun duduk di samping Ghani.

" Adik kecil, kenalin saya Ridwan dan ini istri saya Layla. Tadi malam kami tidak sengaja menyerempet kamu, kalau boleh tau kamu darimana malam-malam sendiri di jalan." Tanya Ridwan.

" Saya tidak mungkin memberitahu yang sebenarnya." Batin Ghani.

" Saya habis kabur." Sahut Ghani.

" Kabur." Ucap Layla.

" Kabur darimana sayang, dari rumah maksudnya." Ucap Ridwan lagi.

" Bukan." Sahut Ghani.

" Terus." Ucap Layla.

" Apa saya mengarang aja yahh." Batin Ghani.

" Saya kabur dari penculikan Om." Sahut Ghani.

" Astaghfirullah." Ucap Layla yang mendengar jawaban Ghani kecil.

" Astaghfirullahal' azhiim, kabur nak kok kamu bisa diculik lalu kemana orang tua kamu." Tanya Ridwan.

Ghani menggelengkan kepalanya, lalu menjawab.

" O-orang tua aku Om yang jual, makanya kabur takut Om teman saya udah dijual organ tubuhnya Om." Ucap Ghani.

" Astaghfirullah." Ucap Ridwan.

" Dasar orang tua bejat anak seimut kamu mau dijual, dasar gak punya hati." Umpat Layla.

" Bunda sudahh, tenang dulu." Ucap Ridwan.

" Ghani ingat gak, waktu Ghani kabur dimana lokasinya." Tanya Ridwan.

" Tidak ingat Om, Ghani kabur waktu di kereta sebelumnya Ghani di gudang sama teman-teman tapi kami di pisah terus saat mereka lengah Ghani kabur." Ucap Ghani.

" Ghani takut Om, mereka bakalan jual Ghani lagi." Ucap Ghani.

" Kamu tenang saja Ghani, tante pasti akan lindungi kamu." Ucap Layla.

" Beneran tante." Ucap Ghani.

" Iya, benarkan Yah." Ucap Layla.

" Iya." Ucap Ridwan.

" Yeyyyy." Layla tampak senang dan langsung memeluk Ghani kecil.

" Layla tampaknya sangat senang, sebaiknya aku cari tau dulu asal-usul Ghani." Batin Ridwan.

🌹🌹🌹

Karena baru pindah dan membawa Ghani tanpa sengaja ke rumah baru, tetangga akhirnya mengira bahwa Ghani adalah anak mereka.

" Ghani, kamu mau makan apa sayang." Tanya Layla.

Ghani menggeleng dia tidak ingin makan apa-apa untuk sekarang.

" Tidak mau makan apa-apa tante." Ucap Ghani.

" Heeehh, kok gitu nanti kamu sakit loh." Ucap Layla.

" Ghani bantu tante beres-beres rumah aja, sebagai tanda Ghani berterima kasih sama tante." Ucap Ghani.

" Ooo gemesin, ehh Ghani jangan manggil tante dong panggil Bunda ajahh terus sama Om panggil Ayah." Ucap Layla.

" Apa itu boleh." Sahut Ghani.

" Boleh dong sayang." Ucap Ridwan.

" Hahahaha." Layla dan Ridwan pun tertawa renyah.

***

Keluarga besar Ridwan mulai membicarakan Ridwan dan istrinya.

" Kenapa Papah pecat Ridwan." Ucap Ani, Ibunya Ridwan.

" Itu karena Ridwan tidak bisa memberikan keturunan, dia memang berjodoh dengan Layla mereka berdua pantas di pecat." Ucap Rayis, Ayahnya Ridwan.

" Mereka itu cuma manusia Pah, kasihan mereka tinggal dimana kalau Papah cabut semua fasilitas Ridwan." Ucap Ani.

" Mau dia jadi gembel atau gelandangan sama istrinya, masa bodo aku tidak mau punya keturunan mandul seperti Ridwan dan istrinya, itu sangat memalukan." Ucap Rayis dengan wajah kerasnya.

" Papah jahat." Ucap Ani lalu pergi.

***

Pagi ini Layla memasak Ayam goreng dan terong, lalu memasak ikan nila dengan bumbu kuning resep neneknya dulu.

" Masakan Bunda emang paling the best." Puji Ridwan.

" Ayah bisa aja deh mujinya, jadi terbang nihh Bunda. Oiyah Ghani sayang, mau makan apa." Ucap Layla.

" Hmm biasanya aku gak bisa setiap hari makan ayam goreng, makan itu aja ah pakai kecap pasti enak." Batin Ghani.

Ghani pun menunjuk ayam goreng paha, Layla pun mengambil ayam goreng itu ke piring Ghani.

" Kamu mau ayam yahh." Ucap Layla.

Ridwan tersenyum melihat Ghani makan.

" Wahh enak banget ayam gorengnya, selain cantik tante ini sangat pandai memasak." Batin Ghani yang tidak henti-hentinya memuji Layla.

Melihat Ghani makan lahap dan cemong, membuat tangan Layla gatal ingin membersihkan mulut Ghani.

" Nasinya sayang, ihh cemong sekali kamu makannya." Ucap Layla gemas.

" Bundaaa, Ghani bukan anak kecil." Ucap Ghani keceplosan.

Ridwan dan Layla terdiam mendengar ucapan Ghani, sedangkan Ghani yang baru sadar dengan ucapannya membulatkan matanya.

" Ahahahahaha." Ridwan dan Layla tertawa sangat tulus, mereka merasa Ghani sangat lucu.

🌹🌹🌹

🌹 BACAI NOVEL ULUN BUHANNYALAH*

Bab 2

♥️ UY URANG BUNGAS ♥️

♥️♥️♥️

Saat Layla merapikan kardu yang habis pindahan, rumahnya tidak besar dan tidak kecil.

Karena sudah tidak tinggal dirumah mewah lagi, akhirnya Layla memutuskan untuk membuka laundry pribadi sendiri dirumahnya.

Ghani yang sebenarnya malas membantu langsung di datangi oleh peri kebaikan.

" Ghani bantu mama kamu." Perintah peri.

" Ogahh ngapain aku bantu." Sahut Ghani dalam telepati.

" Ouhh mau selamanya jadi anak kecil yahh." Ancam peri.

" Ihh peri kok jahat banget sihh." Protes Ghani.

" Makanya, cepat bantu." Ucap peri.

" Iya iya, ini aku bantu." Sahut Ghani.

" Bunda apa ada yang bisa Ghani bantu." Ucap Ghani dengan polosnya dimata Layla.

Layla tersenyum

" Ghani mau bantu Bunda." Tanya Layla, Ghani pun mengangguk.

" Emang Ghani bisa." Ucap Layla lagi yang tampak meragukan Ghani.

" Bisa Bunda, Ghani kan udah besar." Sahut Ghani.

" Ehehehe iya iya kamu sudah besar." Ucap Layla.

" Ghani bantu ngangkut barang aja ya Bunda." Ucap Ghani sambil berlari.

" Iya sayang, tapi jangan angkut barang berat ya nak." Ucap Layla.

" Iya Bunda." Sahut Ghani.

💓💓💓

Ani sebenarnya bukan ibu yang jahat, tapi karena tekanan suami dan keluarganya membuat Ani tidak bisa berbuat apa-apa.

Ani punya anak dua Ridwan dan Malik, Ridwan anak pertama dan Malik anak kedua.

Malik sudah menikah dengan Chiya dan punya anak laki-laki namanya Fino, hampir seumur dengan Ghani kecil.

Ridwan sudah 7 tahun menikah namun tidak dikaruniai anak, Ridwan di tuntut punya anak supaya meneruskan perusahaan namun faktanya Ridwan mengalami kemandulan permanen.

Tidak hanya Ridwan, ternyata Layla juga di tuntut keluarganya untuk punya anak dan itu membuat Layla stress dan mengalami sakit keras hingga sulit hamil.

Semenjak Ridwan dan Layla mengalami kemandulan permanen, Rayis sangat malu dan segera memecat Ridwan.

Ani sangat menyayangi Ridwan karena sikap dan karakternya yang lembut dan baik.

Fino tumbuh menjadi anak yang manja, dia tidak mau memakai baju atau seragam kecuali di pakaikan oleh art.

" Fino, ayo pakai baju." Suruh Oma Ani.

" Tidak mau." Sahut yang asyik menonton di handphone.

" Ini udah jam berapa Fino, nanti kamu telat loh." Ucap Oma Ani lagi, namun tidak dihiraukan oleh Fino.

Karena tidak ingin sang cucu terlambat, akhirnya Ani menarik tangan Fino untuk memakai baju.

" Ayo sini pakai bajunya." Ucap Oma Ani.

" Aduhh Oma sakit, sakit Oma." Teriak Fino.

" Fino jangan ngada-ngada kamu, Oma pegangnya biasa aja kok." Ucap Oma Ani.

" Tetap aja sakit Oma." Ucap Fino dengan keras.

" Fino kamu berani bentak Oma." Ucap Oma Ani mulai emosi.

" Ada apa sih ini ribut-ribut." Ucap Chiya.

" Mamiiii... Oma Mami." Fino yang tahu Maminya sangat sayang padanya mulai bertingkah.

" Kenapa sayang, kamu di apain Oma." Tanya Chiya.

" Kalau kamu tanya sama Fino jangan kurang ajar." Tegur Ani.

" Oma menarik tangan Fino Mi, sakit tangan Fino." Ucap Fino yang sudah kelihatan bibit buruknya.

" Fino kamu jangan mengada-ngada, Oma menarik tangan kamu tadi pelan." Ucap Oma Ani.

" Ada apa sihh ini, pagi-pagi dah ribut." Ucap Malik.

" Itu tadi mas, Ibu kasar sama Fino." Ucap Chiya.

" Eh Chiya kamu jangan kurang ajar yahh, saya tidak mungkin kasar sama cucu saya sendiri." Ucap Oma Ani.

" Memang itu yang terjadi Bu." Sahut Chiya.

" Ibu sudah, jangan di lanjut lagi." Ucap Malik.

" Malik, ibu ingatkan hati-hati anak yang di manja itu akan menyengsarakan orang tuanya nanti." Ucap Oma Ani.

" Ani cukup." Ucap Opa Rayis dari luar.

Ani terkejut mendengar suara Rayis, suaminya.

" Mas Rayis." Ucap Ani dalam hatinya.

" Kamu itu sukanya cari masalah aja." Ucap Rayis.

" Bisa tidak kamu ikuti kemauannya Fino, biar bagaimana pun Fino cucu tunggal kita." Ucap Rayis.

" Aaahhh sudah mas, capek aku dan jangan suruh-suruh aku lagi." Sahut Ani yang membalikkan badannya.

Mendengar jawaban Ani, Rayis sangat marah. Malik tahu Papahnya pasti marah sama Mamanya, dengan cepat Malik menyuruh Chiya membawa Fino.

" Kamu bawa Fino cepat." Ucap Malik.

" Berani kamu sama saya sekarang yahh, udah gak takut lagi kamu." Ucap Rayis.

Dengan hati yang teguh, Ani menjawab dengan suara lirih.

" Untuk apa aku bertahan jika hanya untuk kesakitan, aku lelah menghadapi orang keras kepala sepertimu, kamu ingin dirajakan tapi kamu membabukan aku di rumah ini, menikah hanya untuk punya anak ideologi macam apa itu." Ucap Ani lalu pergi.

Rayis hanya terdiam mendengar ucapan Ani, istrinya.

💓💓💓

Dengan cepat Ghani membantu meletakkan barang dan menyusun barang dengan rapi, saat mengambil tas rakit milik Ayahnya ternyata tangan mungilnya tidak kuat.

" Iiiiiihh... kok berat yahhh, biasanya aku kuat ngangkat." Ucap Ghani dan itu disaksikan oleh peri kebaikan.

Peri kebaikan hanya tertawa kecil lalu dia mempunyai ide untuk mengerjai Ghani.

" Wushhhh." Peri kebaikan mengubah tas rakit itu sangat berat dan menindih tubuh mungil Ghani.

Brukkk...

" Aaaww sakit, aduhh sakit." Ucap Ghani.

" Ghani." Ucap Layla yang mendengar suara teriakan Ghani.

Dengan cepat Layla menyusul Ghani, dan melihat Ghani tertimpa tas rakit.

" Astaghfirullah Ghani." Ucap Layla langsung mengangkat tas rakit itu dan langsung menggendong Ghani.

" Hiks.. huuuuu..." Ghani kecil menangis.

" Ya allah Ghani, kamu kalau gak kuat angkat jangan di angkat sayang." Ucap Layla.

" Sebenarnya aku bisa angkat, tapi peri kebaikan itu ngerjain aku awas aja nanti." Batin Ghani.

" Sakit Bunda." Ucap Ghani.

" Yang mana yang sakit sayang." Tanya Layla.

" Pasti punggung kan." Ucap Layla lagi sambil mengelus punggung Ghani.

" Bunda, Ghani mau turun." Ucap Ghani.

" Kenapa?" Tanya Layla heran.

" Ghani dah besar, malu." Ucap Ghani.

" Ahahhaha, Ghani-Ghani pinter banget sihh kamu." Ucap Layla sangat gemas melihat Ghani.

Karena gemas Layla pun mencium pipi Ghani.

" Aduhh gimana nihh, aku dicium cewe cantik." Batin Ghani.

" Heyy, jangan mesum kau." Ucap peri dalam telepati.

" Huh, dasar peri jaim." Sahut Ghani yang juga dalam telepati.

" Aduh-aduh Bunda jangan, rumahnya masih belantakan." Ucap Ghani yang membuat Layla makin tertawa.

" Kamu ngomong R aja belepotan Ghan." Ucap Layla.

Layla pun menurunkan Ghani dan melanjutkan pekerjaan tadi.

" Ghani melipat baju yahh Bunda." Ucap Ghani.

" Iya sayang, ingat yahh hati-hati." Ucap Layla.

Layla pun keluar menyapu halaman, saat menyapu tetangga menyapa.

" Siang Bu." Sapa tetangga.

" Siang Bu." Sahut Layla.

" Baru pindah ya Bu." Ucap tetangga lagi.

" Iya baru tadi malam pindah." Sahut Layla.

" Ya sudah Bu ini tadi saya hajatan masih ada lebihan makanan, saya pergi dulu yahh." Ucap tetangga itu.

" Aaaa terimakasih yah, yahhbelum tahu namanya udah pergi lagi mainnya." Ucap Layla.

" Hmmm sop ayam, kesukaan Ayah ini ahh Ghani juga pasti makan ini coba ahh." Ucap Layla kemudian masuk ke dalam rumahnya.

💓💓💓

Bab 3

😉 𝓟𝓪𝓰𝓲 𝓫𝓾𝓱𝓪𝓷𝓷𝔂𝓪😉

☺☺☺

Ridwan sedang membersihkan toko bangunan yang nantinya akan digunakan untuk menjual baju.

" Assalamu'alaikum." Ucap salam seseorang.

" Wa' alaikumsalam." Sahut Ridwan.

" Pak, apa ada pekerjaan untuk saya." Ucap orang itu.

" Ehhhh gimana yah pak, saya juga lagi mau bangun usaha ini belum siap apa-apa." Ucap Ridwan.

" Gak di gajih saya juga gak papa pak, asal saya dan anak bisa tinggal gratis." Sahut bapak itu.

Ridwan yang melihat bapak dan anak itu makin iba, walaupun dirinya juga masih kesusahan.

" Astaghfirullah, aku gak boleh begitu." Ucap batin Ridwan yang menepis pikirannya itu.

" Ya sudah pak, sini masuk saya jelaskan yahh. Ini toko baru aja saya beli rencananya saya mau jualan baju, dan nama toko ini saya kasih nama Rigala. Emm bapak bisa tinggal di ruang belakang dengan putri bapak, tapi ingat ya pak saya gak gajih tapi nanti insya Allah kalau usaha saya maju bapak saya gajih." Ucap Ridwan.

" Terima kasih pak, kalau boleh tau nama bapak siapa?" Tanya orang itu.

" Nama saya Ridwan, kalau bapak sendiri."Sahut Ridwan.

" Nama saya Jono dan ini anak saya Safana." Ucap bapak itu.

" Iya, saya pergi dulu yahh ini juga udah sore terus mau hujan juga oiyah pak saya boleh minta tolong sedikit ini semua lantainya sudah saya sapu bersih dan di pel juga. Kalau bapak tidak keberatan besok bapak bisa merapikan barang yang ada disini, dan ini ada uang 50 ribu untuk besok pagi bapak berdua beli makanan." Ucap Ridwan lalu pergi sebelumnya mengucapkan salam.

" Safana, alhamdulillah yahh kita bisa tidur aman." Ucap Pak Jono.

" Iya Ayah." Sahut Safana.

Clinggggg...

" Pak Ridwan memang benar-benar baik, padahal dia juga lagi susah tapi masih bisa bantu orang. Hmmm, aku harus bisa mendidik Ghani untuk berbakti pada orang tua itulah tugasku." Ucap peri kebaikan lalu menghilang.

💜💜💜

Ghani kecil merapikan kamar kecil yang ada dibelakang tanpa sepengetahuan Layla, sedangkan Layla lagi masak nasi dan goreng ikan untuk menambah kuah sop tadi masih ada sisanya.

Tok tok tok

" Assalamu'alaikum." Ucap Ridwan.

" Iya sebentar." Sahut Layla dari dapur kemudian menghentikan kegiatan masaknya dan langsung membuka pintu untuk suaminya.

" Wa' alaikumsalam Yah." Layla menjawab salam kemudian mencium tangan suami.

" Ayah pasti lapar, mandi gihh baru nanti makan." Suruh Layla.

" Iya sayang." Sahut Ayah.

Beberapa menit kemudian Ridwan selesai mandi dan waktunya untuk makan.

" Bun, Ghani mana?" Tanya Ridwan.

" Tadi sih main yahh." Sahut Layla.

" Sebentar ya Yah, Bunda cek dibelakang dulu." Ucap Layla.

" Ayah ikut yahh." Susul Ridwan.

Bunyi bising dan ketukan antar barang ada di kamar belakang.

" Shuuuut." Ucap Ayah pada Bunda.

Mereka berdua mengintip apa yang dilakukan Ghani dalam kamar.

" Tuhh bersihkan kalau aku membersihkannya." Ucap Ghani dengan bangga.

" Halahhh, kalau bukan aku yang nyuruh kamu gak bakalan melakukannya." Sahut peri yang selalu ada.

" Dasar peri tengil." Gerutu Ghani.

" Idihh ngambek." Ucap peri.

Ceklekk

" Bunda." Ucap Ghani terkejut.

" Kamu ngapain disini sayang." Tanya Bunda.

" Ghani habis bersihin kamar ini Bunda, Ayah. Buat Ghani tidur disini, bolehkan Ayah." Ucap Ghani.

" Ghani mau tidur di kamar ini." Ucap Bunda.

" Iya sayang, kok kamu mau tidur disini." Ucap Ayah juga.

" Iya Bunda, Ghani tidur disini kan udah besar." Ucap Ghani.

" Yang benar saja aku tidur dengan kalian berdua, huh rasanya menyakitkan." Batin Ghani.

" Eee Ghani, kalau ini Bunda gak setuju yahh kamu masih kecil sayang." Ucap Bunda.

" Kenapa Bunda?" Tanya Ghani.

" Sayang, Ghani kan masih kecil takutnya nanti kalau sendiri bobo disini Bunda jadi takut. Bobo sama Bunda dan Ayah saja, biar aman." Ucap Layla dengan lembut.

" Iya Bunda." Sahut Ghani lagi dengan terpaksa.

" Lohh kok terpaksa gitu jawabnya." Ucap Layla.

" Enggak kok." Sahut Ghani.

" Sudahh, ini Ayah dari tadi laper lohh." Rungut Ayahh.

" Ya ampun Bunda sampai lupa, ya sudah Ghani ayo kita makan, ayo Ayah." Ucap Layla.

" Ayo." Sahut Ridwan.

💜💜💜

Malik memeriksa tagihan kartu kreditnya, Malik sedikit ternganga karena tagihan kartu kreditnya mencapai 1 milyar.

" Sayang kamu beli apa sihh, sampai segini tagihannya." Tanya Malik.

" Aku beli tas yank." Sahut Chiya.

" Kok tasnya segitu harganya yank." Tanya Malik lagi.

" Iyalah yank, itu kan merk gucci sama kaya artis Korea gitu lohh." Ucap Chiya.

" Haaahhh kamu ini." Ucap Malik.

" Tegur dong Malik, kamu ini hah huh hah huh terus." Ucap Oma Ani.

" Ma sudahlah." Sahut Malik.

" Kamu itu kebiasaan ya Malik, nanti dia keterusan kaya gitu kamu pikir uang yang dipakai itu uang siapa." Ucap Oma Ani.

" Oma kenapa marahin Mami, biarin aja Oma." Ucap Fino yang sudah mulai berani.

" Berani ya kamu Fino sama Oma." Sahut Oma Ani.

" Ma sudah, sama anak kecil akan Mama gak mau ngalah gimana sih." Ucap Malik.

" Mama tuhh kayak gini karena sayang sama kamu, Mama gak mau punya mantu dan cucu malas." Ucap Oma Ani.

" Mama jangan bikin aku naik darah, sudah." Ucap Malik.

" Malik." Ucap Ani dengan keras.

" Kamu berani sama Mama Malik, Mama gak nyangka kamu lebih berpihak pada istri kamu yang licik ini. Hahaha tapi sudahlah gak ada gunanya lagi Mama menasehati kamu dan keluarga Lik, sekarang terserah kalian mau melakukan apa aja." Ucap Ani dengan perasaan sedih.

" Mama." Ucap Malik.

Ani pun pergi ke belakang dan lebih memilih masuk ke kamar Ridwan dulu dengan istrinya.

" Hiks hiks, Ridwan Mama kangen nak jemput Mama." Ucap Ani tersedu-sedu.

Sedangkan Rayis yang ada di balkon sambil memandang bintang.

" Apa yang aku lakukan ini benar, tapi kenapa aku melihat Ani makin kurus." Batin Rayis.

" Egoku terlalu besar memang aku akui itu, tapi aku juga tidak bisa mengatakan aku salah." Ucap batin Rayis lagi.

" Ridwan, dimana dia sekarang." Batin Rayis yang ternyata masih memikirkan Ridwan.

🔴🔴🔴

Malam ini Ghani tidur bertiga sama Ayah dan Bunda barunya, walaupun sebenarnya dia risih tapi dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.

" Nahh sekarang kita bobo dulu, Ghani hafal belum doa sebelum tidur." Tanya Layla.

" Hmm, hafal Bunda." Sahut Ghani.

" Yaiyalah gue hafal, lo aja gak tau." Batin Ghani.

" Mana coba, Ayah sama Bunda mau denger." Ucap Ridwan.

" Allahumma ehh hihihi.. bismillahirrahmanirrahim bismikallahumma ahya wa amuut aamiin. Ucap Ghani berdoa.

" Duhh pinternya anak Bunda." Puji Layla.

" Ya sudah ayo kita bobo." Ajak Ridwan.

Setelah beberapa menit kemudian Layla dan Ridwan tertidur karena kecapean, Ghani yang melihat wajah mereka yang kecapean malah timbul naluri anak kecilnya.

" Aduhhh Ghani sadar, lo itu sudah dewasa." Ucap Ghani menyadarkan pikirannya.

Brakk...

" Wwooahaaa." Teriak Ghani yang melayang.

" Ehh apa ini." Ucap Ghani ketakutan.

Clingy...

" Ghani." Panggil peri kebaikan.

" Peri." Ucap Ghani.

" Pakai cincin yang ada dijari kamu Ghani." Suruh peri.

" Buat apa?" Tanya Ghani bingung.

" Buat hentikan kekuatan jahat ini, cepat." Pinta peri lagi.

" Ba baik." Ucap Ghani.

" Haaaaa." Ucap Ghani sambil memancarkan cincin itu ke segala arah.

Brakkkk...

Ghani terjatuh, tapi anehnya kenapa Ayah dan Bunda nya tidak melayang dan bangun.

" Kok aneh yahh." Ucap Ghani.

❤❤❤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!