NovelToon NovelToon

Istri Kontrak CEO

Grebek!

...1...

Seorang pria bertubuh tegap dengan bahu yang cukup lebar sedang menaiki anak tangga dengan berlari. Buliran keringat mengucur dari sela-sela rambut hitam legam miliknya, yang sudah acak-acakan.

Jas mahal yang membalut tubuhnya terlihat berantakan dengan tiga kancing teratas kemeja yang dibuka sehingga menampakkan dada bidang pria tersebut.

Nafas pria tersebut tersenggal-senggal dan terenggah-enggah. Deru nafasnya terdengar ditarik dengan berat, seolah ada sesuatu yang mengganjal aliran pernapasannya. Walaupun begitu, pria itu tetap berlari dengan langkah kaki yang mulai gontai karena ia sekarang tengah menaiki tangga darurat menuju rooftop hotel.

Ia terpaksa harus menjajaki setiap anak tangga darurat, mulai dari lantai dasar karena lift sedang penuh. Jadi, ia memilih mengorbankan kedua kakinya untuk menaiki ratusan anak tangga.

Akan tetapi, semua itu tidak ada apa-apanya dengan hati yang tengah terbakar di dalam tubuhnya. Dunianya terasa jungkir balik saat melihat foto seorang gadis tengah makan malam romantis dengan seorang pria. Gadis yang selalu ia puja dan banggakan dihadapan ayahnya, kini tega mengkhianati dirinya. Gadis yang ia anggap segalanya, tempat pulang dan tempat berkeluh kesah. Kini, meninggalkan dirinya dengan begitu kejam.

Pria tersebut membungkukkan tubuhnya dengan kedua tangan memegang kedua lutut yang terasa bergetar dan lepas dari engselnya. Akhirnya, ia berhasil sampai di titik yang akan menghubungkan dirinya dengan sebuah kenyataan pahit.

Pria tersebut menghembuskan nafasnya lega, saat melihat pintu rooftop yang berwarna abu-abu. Ia mengusap keringat yang mengalir hendak jatuh pada mata kirinya. Sementara, rahang wajahnya mengeras dengan sorot mata penuh amarah dan derita.

Pria tersebut menatap nyalang pada pintu di depannya, seolah siap untuk menghancurkan pintu tersebut. Kedua tangannya mengepal dengan sangat erat hingga buku-buku tangannya memutih dengan sempurna.

Dengan langkah kaki yang mantap tanpa keraguan sedikitpun. Pria tersebut berjalan dengan cepat dan memutar knok pintu.

Ceklekk!

Duarr!

Krak!

Saat pintu terbuka lebar, rasanya petir dengan jutaan volt menyambar tubuhnya sampai lebur berkeping-keping. Di depan matanya sendiri, ia melihat gadis yang sangat ia cintai tengah berciuman panas dengan pria lain. Pria yang sangat ia kenal, tidak lain dan tidak bukan adalah kakaknya sendiri.

Hatinya terasa pecah berkeping-keping seperti sebuah kaca yang dibuang ke lantai dengan sengaja. Di mana rasa sesak yang menyeruak ke dalam dadanya terasa sedang menarik-narik nyawanya.

Amarah dan rasa sakit hati bercampur menjadi satu. Ia tidak terima dengan pengkhianatan ini. Dengan setengah berlari, pria tersebut mendekat pada dua manusia yang masih berciuman dengan panas. Bahkan, hampir menyingkap pakaian sang gadis.

Dengan kasar, pria tersebut menarik kerah jas pria yang sedang bercumbu dengan kekasihnya dan menghempaskan tubuh pria tersebut, yang tak lain adalah kakaknya hingga terpental dan tersungkur di lantai.

"Brengsek!" teriak pria tersebut dengan amarah yang membara, persis seperti api tungku yang baru dinyalakan.

"Kendrik," lirih gadis tersebut saat melihat kekasihnya.

Yah, Kendrik Cemamide, putra bungsu dari keluarga Ceramide. Seorang CEO dari Ceramide Group. Pria dengan wajah tampan, berbola mata sedikit kebiru-biruan dengan bibir merah seksi yang memikat.

"Brengsek kau, Galen!" teriak Kendrik dengan amarah yang sudah mencapai level tertinggi. Siapa yang tidak akan terbakar melihat kekasihnya sendiri berselingkuh dengan Saudara sendiri.

"Bajingan!" imbuh Kendrik lagi dengan menarik kerah kemeja Galen dan menariknya dengan paksa sehingga tubuh Galen yang tersungkur di lantai, bangkit dengan paksa.

"Berani sekali kamu mengambil Marsha dariku. Dasar bajingan!" teriak Kendrik dengan melayangkan satu bogem mentah tepat di wajah Galen. Tubuh pria dengan postur tak kalah tinggi dari Kendrik itu kembali tersungkur ke lantai.

"Aaaa!" jerit Marsha ketakutan sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ia tidak menyangka jika Kendrik kekasihnya datang ke hotel ini dan memergoki ia dengan Galen kakak dari pria itu sedang berselinkuh. Apalagi, adegan mereka sedang berciuman.

Marsha mendekati Kendrik yang hendak melayangkan pukulan maut pada Galen, dan menarik tangan kekasih sekaligus Bosnya di kantor.

"Kendrik, hentikan. Jangan pukul Galen lagi, ini semua tidak seperti yang kamu lihat. Semuanya hanya salah paham," seru Marsha dengan air mata yang sudah tumpah. Saat ini ia sangat takut, takut akan karirnya sebagai sekertaris Kendrik yang pasti akan segera melayang dari tangannya.

Kendrik menatap tangan lentik yang tengah memegang lengan tangannya sehingga pukulan yang akan ia layangkan mengambang di udara. Kendrik menatap tangan Marsha dengan jijik. Sudah ketahuan selingkuh, bukannya minta maaf padanya tapi Marsha malah membela Galen selingkuhannya.

Hati Kendrik terasa dicambuk dengan sangat keras hingga terasa hancur tak bersisa. Ia menatap wajah cantik Marsha dengan bola mata hitam yang selalu mampu membuat ia tenggelam dalam hitam bola mata gadis itu, yang kini sudah menangis dengan tatapan memohon.

Sedangkan, Galen malah tersenyum licik melihat amarah, kekecewaan, serta luka di mata Kendrik. Apalagi, Marsha membela dirinya secara terang-terangan tepat di depan Kendrik, pria yang sangat ia benci dan ingin ia hancurkan. Dirinya dengan Kendrik memang bersaudara. Namun, hal itu tidak menjadi alasan untuk membuat dirinya berhenti membenci pria yang sedang patah hati di depannya.

Ia sangat bahagia karena sudah membuat Kendrik hancur dengan merebut Marsha, kekasih Kendrik selama dua tahun ini. Gadis cantik bak model yang selalu di puja-puja di hadapan sang ayah. Akan tetapi, sekarang semua telah berbalik. Marsha malah terjebak dengan pesona ketampanan dirinya hingga berani menduakan Kendrik.

Galen bangkit sambil merapikan kemejanya yang sudah di buat kusut oleh sang adik. Ia mengusap dengan santai ujung bibirnya yang sedikit berdarah. Ia tidak menduga jika pukulan Kendrik ternyata cukup keras. Akan tetapi, tidak cukup untuk membuat rahangnya bergeser.

"Ck, akhirnya kamu tahu juga, Adikku," ujar Galen tanpa rasa bersalah.

Kendrik lansung menghempas tangan Marsha dengan kasar sembari menatap gadis itu dengan penuh kebencian.

"Kamu sungguh rendahan, Galen. Cih, menjijikkan," umpat Kendrik dengan perasaan yang hancur.

"Ha ... Ha ..., menjijikkan? Aku tidak pantas menyandang julukan itu, tetapi julukan itu sangat pantas untuk pecundang sepertimu. Jangankan, Dady yang tidak suka padamu. Bahkan, sekarang kekasih yang kamu banggakan di depan Dady malah memilih diriku. Kamu tahu kenapa? Itu karena kamu hanya sampah, dan sampah itu selalu menjijikkan." Galen tertawa dengan begitu bahagia dan penuh kesenangan. Seolah-olah ia sedang memenangkan sebuah tender besar.

Rahang Kendrik semakin mengeras dengan gigi-giginya yang bergemelatuk satu sama lain. Hinaan Galen benar-benar menghancurkan harga dirinya. Ia benar-benar membenci pria di depannya yang sedang tertawa di atas penderitaan dan luka hatinya.

"Bedebah, hanya mendapat sisa dariku kamu sangat bangga. Ha ... Ha ..., seharusnya kamu berkaca di cermin rumah dan lihat siapa yang lebih menjijikkan dan tidak tahu malu," sarkas Kendrik dengan selingan tawa di sela-sela ucapannya.

...----------------...

...****************...

Jangan lupa

like

koment

gift

vote

tips

Hubungan kita selesai

...2...

Rahang Kendrik semakin mengeras dengan gigi-giginya yang bergemelatuk satu sama lain. Hinaan Galen benar-benar menghancurkan harga dirinya. Ia benar-benar membenci pria di depannya yang sedang tertawa di atas penderitaan dan luka hati yang ia derita.

"Bedebah, hanya mendapat sisa dariku kamu sangat bangga. Ha ... Ha ..., seharusnya kamu berkaca di cermin rumah dan lihat siapa yang lebih menjijikkan dan tidak tahu malu," sarkas Kendrik dengan selingan tawa di sela-sela ucapannya.

"Oucchhh, kata-kata pemuda yang sedang patah hati. Sangat-sangat menyentuh hati."Galen menyeringgai dengan menepuk-nepuk dada kirinya, mengejek duka dan derita adik kandungnya sendiri.

Detik berikutnya, wajah Galen berubah serius dengan tatapan penuh kebencian. Ia menatap Kendrik dengan tajam, seolah-olah siap meleburkan tubuh pria di hadapannya. Pria yang selalu menjadi batu sandungan untuk dirinya mendapatkan posisi sebagai seorang Presdir Ceramide.

"Marsha, kamu adalah milikku. Sekarang tinggalkan pria sampah itu!" pekik Galen dengan kedua tangan mengepal.

Marsha yang sejak tadi berdiri dengan tubuh bergetar, seketika tersentak dengan panggilan Galen. Ia menatap ke arah Kendrik yang hanya menatap lurus pada Galen dengan tatapan penuh amarah. Sejak bertemu, barang sedetik pun kekasihnya itu tidak menatap ke arahnya. Marsha menatap ke arah Galen yang tak kalah menyeramkan dari Kendrik. Ia dengan perlahan berjalan mendekat ke arah Galen dengan tatapan takut.

Galen lansung meraih pinggul Marsha saat gadis itu berada di sampingnya. Tanpa malu, Galen mencium mesra pipi Marsha tepat di depan mata Kendrik.

Rasanya, ribuan tombak tajam menghunus hati Kendrik dengan membabi-buta hingga tidak ada rasa cinta untuk Marsha yang tertinggal di hatinya. Orang yang paling ia cintai pun kini memihak musuh.

"Ambil saja gadis ****** itu, aku tidak membutuhkan dia dalam hidupku lagi. Sudah menjadi hobi dan kebiasaanmu bukan, selalu mengambil barang bekas dariku. Dan kamu Marsha, mulai detik ini hubungan kita selesai, dan juga aku memecatmu dari kantorku." Kendrik segera beranjak pergi meninggalkan dua orang yang kini sangat ia benci. Ia sudah tidak tahan lagi, meladeni dua manusia laknat yang sudah menghancurkan dan mengkhianati dirinya. Sementara Marsha yang mendengar bahwa dirinya dipecat, bergerak dengan cepat menggapai Kendrik.

"Ken, kamu tidak bisa memecatku. Ini adalah masalah pribadi. Kamu tidak bisa bersikap tidak prefesional!" jerit Marsha frustasi sembari menjambak rambutnya sendiri. Ia tidak ingin kehilangan pekerjaannya yang sudah susah payah ia dapatkan lewat dedikasi dan kinerja.

Langkah Kendrik terhenti, ia berbalik dan menatap ke arah Marsha yang benar-benar tidak tahu malu mengatakan hal itu. Sungguh, ia tidak pernah menemukan gadis seperti Marsha, yang sudah menyakiti dirinya dan sekarang gadis itu malah meminta untuk tidak dipecat.

"Ck, ck kamu masih berani mengajariku tentang profesionalitas? Waww, seharusnya aku menyadari hal ini dari dulu. Bagaimana bisa aku mencintai gadis tidak tahu malu sepertimu. Kamu tahu, kamu sangat cocok dengan pria pemulung itu. Asal kamu tahu, kamu tidak berhak untuk mengatur siapa yang ku pecat. Itu kantorku jadi aku bisa memecat siapapun yang aku inginkan." Kendrik segera pergi meninggalkan rooftop. Sudah tidak ada lagi yang perlu ia lakukan dengan dua manusia laknat yang pasti sedang tertawa di atas luka hatinya.

Mendengar keputusan mutlak dari Kendrik. Marhsa segera berlari memeluk Galen yang hanya bersikap santai sembari menyesap minuman.

"Sayang, aku di pecat. Kendrik sudah tahu tentang hubungan kita. Sekarang aku harus bagaimana? Kamu mau kan menerimaku bekerja di kantormu?" cecar Marsha dengan renggekan manjanya.

Galen tersenyum dengan lebar, membuat wajahnya terlihat semakin tampan. Ia membalas pelukan Marsha hingga tubuh gadis itu semakin menempel pada tubuhnya.

Ia menatap Marsha dengan tatapan penuh minat, seolah-olah seperti singa yang tengah menatap mangsanya.

"Jangan khawatir, Sayang. Kamu bisa bekerja sebagai sekertarisku mulai besok. Kamu harus membuat kantorku lebih maju lagi dari pada kantor Kendrik, dan juga kamu harus memberi tahuku, rencana pengembangan Kendrik untuk satu tahun ke depan." Galen mengusap dagu lancip milik Marsha dengan lembut sehingga membuat Marsha memejamkan matanya karena sentuhan Galen.

"Baiklah, selagi kamu tidak mencampakkan aku. Maka, aku akan melakukan apapun untukmu," balas Marsha tanpa rasa bersalah sedikitpun dengan apa yang sudah ia lakukan pada Kendrik.

Selama ini ia memakai Kendrik hanya untuk menopang kehidupannya. Ia bukanlah gadis yang terlahir dari keluarga kaya. Oleh sebab itu, ia harus pintar-pintar mencari korban yang bisa ia hisap kekayaannya. Meskipun ia sedikit tidak rela kehilangan Kendrik, tetapi ia mendapatkan kakak pria itu, yang lebih di sayangi oleh Presdir Ceramide yaitu ayah Galen dan Kendrik.

"Mana mungkin hal itu akan terjadi. Kamu adalah kebanggaan Kendrik, artinya kamu adalah sesuatu yang berharga," ucap Galen dengan lemah lembut dan mendayu-dayu, membuat Marsha jatuh ke dalam perkataan manis Galen yang mengalahkan manisnya gula.

"Aku mencintaimu."

"Aku juga."

Marsha dan Galen semakin mengeratkan pelukannya satu sama lain. Galen menyeringgai senang karena semua rencananya akhirnya berhasil.

Lihat Kendrik, kamu bukan lawan yang sepadan bagiku. Aku tidak akan pernah membiarkanmu melangkahi diriku. Setiap sesuatu yang kamu miliki, akan ku rebut dan ku jadikan milikku. Sekarang kekasihmu, dan esok adalah kantormu. Batin Galen dengan senyum puas yang terlukis di wajah tampan mempesona miliknya.

Dua bola mata biru yang begitu indah dengan alis tebal begitu memikat kaum hawa. Postur tubuh yang hampir sempurna menambah nilai ketampanan seorang Galen Ceramide, putra sulung keluar Ceramide, yang kini menduduki kursi CEO di perusahaan besar itu sama seperti Kendrik.

Satu perusahaan yang dibagi menjadi dua, dan di pimpin oleh dua putra keluarga Ceramide. Saling berlomba-lomba memajukan perusahaan agar terbukti layak untuk menjadi Presdir selanjutnya di masa depan.

Persaingan yang ketat, membuat Kendrik dan Galen menjadi musuh bebuyutan. Ikatan saudara yang tersambung lewat darah mereka, seolah hilang di telan rasa benci dan keinginan untuk menjadi yang terbaik.

Belum lagi tuntutan sang ayah yang membuat mereka harus memutar otak dan menguras tenaga untuk terlihat paling baik di hadapan pria yang sangat dihormati itu, meski dalam realita Galen selalu menang dan selalu dibanggakan. Sementara Kendrik hanya mendapat tuntutan tanpa sebuah hasil yang memuaskan. Namun, Kendrik masih bertahan karena dia ingin membuktikan jika dia lebih baik dari Galen.

...----------------...

...****************...

Jangan lupa

like

komentar

gift

vote

tips

Jangan jadi putri Tarzan

...3...

Seorang gadis tengah berjalan menyusuri jalanan berkerikil menuju sebuah kontrakan satu pintu yang hanya berjarak lima meter darinya. Wajah cantik gadis itu terlihat lesu dan penuh dengan kekesalan. Kedua bola mata hitam legam dengan bulu mata lentik terlihat sembab. Rambut coklat bergelombang miliknya pun terlihat acak-acakan, sama persis dengan setelah baju yang ia kenakan.

Ia menggeret dua koper di kedua tangannya dengan susah payah, di mana roda koper mahal miliknya harus tersandung pada kerikil jalanan. Sungguh sangat melelahkan sekaligus menyebalkan.

Yah, dia adalah Ziera Gracin. Putri satu-satunya dari keluarga Gracin yang tinggal di negri B. Negri yang sangat jauh dengan laut dan daratan yang memisahkan. Kini Ziera berada di kota V. Ia harus kabur ke negara ini karena sangat kesal dengan ayahnya.

Ia tidak menyangka jika ayahnya, Jarvis Gracin pengusaha terkenal di seluruh Asia Tenggara tega mengusir putri cantik seperti dirinya karena hal sepele. Bahkan lebih teganya lagi, Ayahnya itu hanya memberikan uang secukupnya untuk bertahan hidup.

Ziera menghembuskan nafasnya kasar. Hari ini sangat melelahkan karena penerbangan dari Negri B ke Negri V cukup memakan waktu. Apalagi setelah sampai, ia harus mencari tempat tinggal dan menemukan kontrakan yang super kecil. Bahkan, lebih kecil dari kamarnya yang dulu. Wajah Ziera tertekuk ke dalam dengan bibir yang mengerucut ke depan.

"Dady! Kenapa kamu tega sekali padaku!" teriak Ziera meluapkan kekesalannya.

Cetter!

"Auuu!" teriak Ziera lagi, saat merasakan kakinya yang disabet oleh sapu lidi.

"Hei, Nona. Jika kamu ingin menjadi putri tarzan jangan di sini. Kamu tidak tahu ini sudah malam? Sekali lagi kamu berteriak awas kau," ancam seorang wanita paruh baya dengan sapu lidi di tangannya.

Ziera membungkam mulutnya dengan kedua tangan. Wanita itu benar-benar sangat menyeramkan. Apalagi, tatapan tajam miliknya yang terasa siap menguliti kulit Ziera.

Setelah mengomeli Ziera, wanita paruh baya itu pergi dan masuk ke dalam kontrakan tepat berada di sebelah kontrakan Ziera. Hal itu sontak membuat kedua bola mata Ziera melotot dengan sempurna karena itu artinya ia akan bertetangga dengan ibu judes itu. Ziera bergidik ngeri, membayangkan hari-harinya dengan omelan pedas dari ibu itu.

"Dady, aku sangat menderita. Kenapa kamu begitu tega dengan mengusirku dari rumah. Hiks ...." Air mata Ziera tumbah begitu saja. Ziera memilih merebahkan bokongnya pada kursi kayu keras yang ada di depan kontrakan.

Ziera menatap kaki jenjangnya yang dibaluti jeans biru dengan tatapan nanar. Sementara pikirannya melayang menembus kejadian dua hari lalu yang membuat ia terdampar pada kemiskinan.

Flasback On.

Negri B, tepatnya di sebuah mansion mewah bergaya modern. Terlihat Ziera tengah duduk dengan wajah tertunduk, sementara di depannya berdiri seorang pria paruh baya tengah berkacak pinggang.

Di sisi lain, juga terdapat seorang wanita dengan usia berkisar 40 tahun tengah memandang sedih putri satu-satunya yang sedang di sidang oleh sang suami.

"Kamu pikir, mencari uang itu mudah sehingga kamu menghambur-hamburkannya untuk kepentingan tidak jelas. Dady, sangat kecewa padamu Ziera. Kamu berani mengambil uang perusahaan untuk keperluan pribadi. Kamu tahu, itu sama halnya dengan kamu korupsi. Aku memberikan posisi manager bukan untuk mengeruk uang perusahan," sarkas Tuan Jarvis dengan deru nafas yang tidak teratur.

Sungguh, putri yang selalu ia manjakan selama ini. Malah mencoreng kepercayaannya dengan kelakuan yang selalu menghambur-hamburkan uang. Ia memperkejakan Ziera sebagai manager seperti keinginan putrinya itu. Namun, lihatlah sekarang, hanya tiga bulan Ziera bekerja di perusahaan Gracin, putrinya itu malah menggunakan uang kantor untuk bersenang-senang dengan dalih sebagai putri dari pemilik perusahaan.

Ziera yang sejak tadi terus di marahi, sudah menangis dengan sesenggukan. Bahkan, ingus yang ada di dalam lubang hidungnya sudah merembes jatuh ke bibirnya sehingga ia bisa merasakan rasa asin dari cairan kental itu. Akan tetapi, ia tidak memiliki keberanian untuk menyeka ingusnya sendiri karena melihat kemarahan sang ayah yang sangat besar.

Wanita paruh baya yang tak lain adalah Nyonya Disty Gracin, ibunya Ziera menatap tidak tega pada kondisi sang putri yang sejak tadi terus saja menangis tanpa henti. Bahkan kini, suara isakan tangis Ziera tersendat-sendat dengan dada yang naik turun dengan cepat.

"Dady, sudahlah. Lagi pula ini masalah sepele. Haruskah kamu memarahi Ziera seperti ini. Lihatlah, keadaan Ziera kesayanganku," sela Nyonya Disty membela Ziera sang putri kesayangan yang selalu diperlakukan seperti ratu.

"Diamlah, Mom!" sentak Tuan Jarvis menatap tidak suka dan kecewa pada sang istri.

"Jangan terus membela putrimu dan memanjakan dia dengan selalu memaafkan kesalahannya. Kali ini, ia tidak melakukan kesalahan yang sepele. Dia sudah menggelapkan uang perusahaan, dan kali ini aku tidak akan memaafkannya. Dia aku sekolahkan untuk memahami apa yang benar dan salah bukan menjadi koruptor seperti ini," imbuh Tuan Jarvis sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Dady, Hiks ... Ziera Hiks ... Minta maaf, Dad. Ziera janji Ziera tidak akan melakukan hal itu. Hiks ... Lagi pula Ziera putri Dady, kan Dady bilang uang Dady adalah uang Zie. Perusahaan kan milik Dady, jadi uang itu juga milik Dady. Jadi, itu juga uang Zie---"

"Cukup, Zie. Uang perusahaan tetap uang perusahan meskipun perusahaan itu milik Dady. Ada ribuan orang yang bernaung di bawah perusahaan itu untuk menghidupi keluarga mereka. Apa uang saku yang Dady berikan selama ini masih kurang bagimu. Kamu hanya bisa menghabiskan uang tanpa tahu bagaimana lelahnya mencari uang." Tuan Jarvis menghela nafas panjang. Lalu, melanjutkan perkataannya.

"Kali ini, Dady tidak bisa memaafkanmu begitu saja. Untuk membuatmu jera dan membuatmu mengerti betapa sulit mencari uang dengan tangan sendiri. Mulai detik ini kamu keluar dari rumah Dady. Kamu tidak berhak lagi untuk tinggal di rumah Dady, semua fasilitas dan kredit card milikmu akan Dady bekukan. Kamu hanya akan membawa uang yang cukup untuk bertahan hidup selama sebulan," putus Tuan Jarvis, yang membuat Ziera dan Nyonya Disty membeku di tempat.

Keputusan final yang keluar dari bibir Tuan Jarvis seperti mantra kutukan bagi Ziera. Ia tidak percaya hanya dengan kesalahan kecil yang ia perbuat, sang ayah sampai mengusirnya dari rumah. Bahkan, semua fasilitas dan Kredit Card miliknya dibekukan. Itu artinya, ia akan cosplay menjadi orang miskin yang susah hanya untuk meminum air putih.

"Dady, jangan lakukan itu," ujar Nyonya Disty tidak terima.

"Keputusanku sudah bulat, Mom. Kamu tidak akan bisa membujukku untuk meralat apa yang baru saja aku katakan. Zie, sekarang kemasi barang-barangmu dan keluar dari rumah Dady," titah Tuan Jarvis dengan menekan setiap ucapannya.

"Dady jahat!" jerit Ziera dengan tangis yang semakin pecah dan terdengar memilukan. Nyonya Disty yang tidak tega pada putrinya, terus membujuk sang suami untuk menarik setiap ucapannya. Namun, kali ini usahanya sia-sia. Tuan Jarvis tetap teguh dengan keputusannya. Ia berharap Ziera bisa memahami kerasnya dunia. Ia hanya ingin putrinya itu menghargai uang dan kerja keras.

Flasback Off

...----------------...

...****************...

Jangan lupa

like

komentar

gift

vote

tips

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!