NovelToon NovelToon

Dari Plagiat Jadi Plarajin

Part 1

Tanggal Pembuatan : 24 - 10 - 2022

Di sebuah tempat yang sangat gelap, tak ada satu pun makhluk yang mampu bertahan lama di dalamnya.

Dan seandainya ada, mereka pasti hanya akan memaksakan diri mereka saja.

Pulau yang tak pernah ada kebahagiaan di dalamnya, tempat penyiksaan batin yang begitu nyata bahkan menguras pikiran secara perlahan.

Nama pulau itu adalah pulau Prakbusya. Pulau yang di pimpin oleh seorang makhluk pembuat mimpi dan ia juga sangat menyeramkan.

Setiap malam ia menugaskan banyak para prajuritnya untuk pergi memeriksa seluruh manusia yang tak pernah menghargai karya tulis orang lain.

Jika mereka sudah menemukan mangsanya maka mereka akan mengambil tubuh manusia itu dan di masukkan ke dalam sebuah kotak hitam yang penuh dengan sarang laba - laba.

Tak cukup sampai di situ, kotak itu lalu di taruh di kedalaman tanah yang cukup dalam sampai mereka kesulitan untuk bernafas dan alhasil jiwa mereka pun keluar dari dalam tubuhnya.

Jiwa - jiwa itu kemudian di rantai dan di bawa ke pulau Prakbusya.

Teriakan, tangisan, dan permohonan tak ada artinya saat jiwa telah ada dalam genggaman para prajurit itu. Mereka seakan tuli dan mati akan rasa kasian.

Jiwa seorang gadis dengan rambut sebahu terlihat tak pernah lelah berteriak pada sosok yang sedang membawanya melayang dengan sebuah rantai yang terlilit cukup kuat pada lehernya.

"Hei! ada apa ini? dan siapa kamu? kenapa kamu merantai ku?" tanyanya yang masih berusaha agar terbebas dari rantai tersebut tapi tetap saja gagal.

"Hahahaha apa kau sadar bocah? jika kau sekarang sudah mati, jiwamu juga sudah menjadi milik kami." jawab sosok yang wajahnya tak terlihat karena seperti asap berwarna hitam.

"Tidak! tidak mungkin, aku tidak percaya sama sekali jika aku sudah mati. Perasaan aku sedang tidur di atas kasur empuk ku," geramnya.

"Kau bodoh atau apa hah? coba lihatlah sekarang tubuhku melayang di udara, tapi kau masih tak percaya juga. Seandainya kau adalah manusia biasa, apakah mungkin tubuh hinamu itu bisa melayang di udara?" hinanya.

"Kurang ajar! berani sekali kau menghinaku, dan asal kau tau kalau aku itu adalah gadis yang baik. Jika aku mati harusnya aku sudah berada di dalam surga berkat seluruh kebaikanku, bukannya di rantai seperti ini. Kamu pasti salah orang," geramnya.

"Aku prajurit makhluk yang paling di segani di pulau ini, tidak mungkin salah mengambil tubuh sesuai alamat yang telah di berikan terhadapku." responnya penuh penekanan.

"Dan kau ternyata cukup percaya diri juga ya, lihat saja nanti ketika kau sampai di sana. Tak ada satu wajah pun yang mampu kau lihat senyumannya, hanya ada tekanan batin yang kau terima nantinya akibat sebuah kesalahan yang telah kau lakukan sendiri." beritahunya.

"Kesalahan? maaf, aku tidak pernah menyakiti orang lain, dan aku juga sangat patuh kepada orang tuaku juga peduli pada teman - temanku. Bagaimana bisa sekarang kau dengan mudahnya berkata jika aku mempunyai kesalahan?" protesnya.

"Hmm... Sepertinya manusia memang makhluk yang mudah amnesia dengan kesalahannya sendiri, sedangkan kebaikan bagaikan rasa trauma yang tak akan pernah bisa dengan mudah di lupakan." resahnya.

"Tutup mulut omong kosongmu itu, lebih baik sekarang cepat kembalikan jiwaku pada tubuhku atau langsung kau antarkan saja aku menuju surga tempat peristirahatan yang terbaik untuk diriku." pintanya.

"Hahaha teruslah bermimpi, toh itu tidak akan ada gunanya sama sekali. Dasar manusia angkuh, tak sadar dengan perlakuan buruknya sendiri." geramnya lalu mengelurkan kekuatannya hingga membuat gadis itu bisu dan tak bisa bergerak agar ia mudah menjalankan tugasnya.

Hanya dua pasang mata yang di izinkan untuk terbuka, tujuan makhluk tersebut agar ia bisa melihat semuanya saat sudah sampai nantinya.

"Ah! sial! sungguh sial! makhluk ini malah menghilangkan suaraku, bahkan tubuhku saja menjadi kaku sampai tak bisa ku gerakkan sedikit pun. Liat saja nanti, aku pasti akan memberikan perhitungan kepadamu." tekadnya.

Akhirnya mereka tiba juga di sebuah pulau yang semuanya di tumbuhi oleh pohon beringin yang berwana hitam sampai ke daun - daunnya.

Di tengah - tengah pulau tersebut ada sebuah bangunan yang tampak begitu menyeramkan dengan warna hitam kemerahan - merahan bagaikan jimpratan darah, tapi hanya dalam lingkaran bangunan yang tampak seperti istana saja yang di setiap sisinya di bangun sebuah tembok yang menjulang hingga menembus awan.

"Ih... Tempat apa itu?" batinnya ikut merasa merinding.

"Perkenalkan ini adalah pulau Prakbusya, pulau yang paling di takuti oleh semua orang yang pernah melakukan plagiat pada karya tulisan yang susah payah di rangkai oleh orang lain." beritahunya sambil tersenyum miring.

"Hah? pulau untuk orang - orang yang suka plagiat karya? yang benar saja, aku sampai tak percaya jika di kehidupan lain ada juga pulau yang hukumannya di tujukan karena hal yang begitu sepele ini." batinnya merasa heran.

Mata gadis itu tak sengaja melihat seorang wanita lain yang terus berlari dari kejaran para makhluk berjubah, ia terus saja berlari sekuat tenaga tapi sayang kakinya malah tersandung robohan pohon hingga ia jadi tertangkap kembali.

"Tolong lepaskan aku! tolong! aku sudah tidak kuat menulis lagi, otak ku tak sanggup untuk menerima hal ini. Jika kalian membebaskanku, aku berjanji tidak akan menjadi orang yang suka menjiplak karya orang lain lagi." ucapnya memohon.

"Tidak ada ampun bagi kami untukmu! lebih baik cepat selesaikan tugasmu dalam menulis naskahmu, jika sampai satu Minggu kau tak mampu menyelesaikan cerita sebanyak 70 ribu kata, maka kamu akan mendapatkan hukuman yang setimpal dari kami." respon mereka yang kembali membawanya seperti karung beras.

"Tidak! tidak! tolong lepaskan aku, aku bisa gila jika seperti ini. Dan aku juga tidak kuat dengan semua hukuman yang begitu menyiksa itu, ku mohon lepaskan!!!" teriaknya yang tetap saja tak di respon oleh mereka.

Gadis itu dapat melihat tubuh wanita tadi sudah penuh dengan luka sayatan kecil di bagian lengannya yang memakai pakaian sepundak.

"Ya ampun, tempat apakah ini? apa mungkin ini tempat yang membuat seorang plagiat bisa merasakan pahitnya perjuangan penulis yang ia curi ceritanya dan dengan mudahnya di copy di tempat lain." pikirnya.

"Gawat! kalau begitu aku pasti akan mendapatkan hukuman yang sama, dan yang lebih parahnya lagi mana mungkin di sini ada alat modern yang mampu dengan mudah untuk mengetik seperti ponsel, laptop dan lain - lain." resahnya.

"Alamatnya pasti aku akan di suruh menulis hanya menggunakan selembar kertas dan sebuah pensil yang harus ku serut berulang kali," keluhnya yang sejak tadi hanya mengeluh seorang diri.

Gadis itu kini hanya bisa pasrah dan melihat lebih dulu apa yang akan di suruh oleh makhluk yang membawanya ini nantinya. Apakah akan sama seperti manusia plagiat lainnya.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Hai Kaka semuanya... 🤗

Makasih udah mau like, komen, ranting hadiah bahkan tak segan - segan memberikan Vote pada karya Star ya... Star sangat senang atas kebaikan Kaka semuanya... 😆

Semoga Kaka Sehat selalu ya... 😇

Part 2

Tanggal Pembuatan : 24 - 10 - 2022

Gadis itu kini sudah berada di dalam ruangan, ia merasa aneh dengan dirinya. Katanya ia sudah mati, tapi kenapa kakinya masih bisa menapak di tanah?

Pertanyaan itu terus saja menghantuinya, dan kini rantai yang melekat di lehernya juga di lepas hingga menimbulkan bekas merah di sana.

"Dasar makhluk aneh sialan! gara - gara kamu leherku yang mulus jadi lecet begini," batinnya merasa geram sambil mengelus lehernya.

Untung mahluk asap hitam itu tidak dapat membaca batin manusia, jika bisa sudah tentu gadis itu akan di berikan pelajaran saat itu juga.

"Hormat yang Mulia, saya membawa seorang gadis atas nama Gezastia kehadapan Baginda sebab ia telah melakukan Plagiat pada karya Kakanya sendiri." lapornya yang membuat gadis itu terkejut dan baru menyadari di mana letak kesalahannya.

"Ya ampun, gawat! aku benar - benar lupa jika karya yang sempat aku jiplak itu sangat di minati oleh para pembacaku. Namun setelah mereka tau jika itu sebenarnya punya siapa, baru mereka membuliku habis - habisan." batinnya merasa resah.

"Berapa banyak kata yang ia jiplak dari karya Kakanya? dan sampai berapa pembaca yang sudah menikmati hasil karya curiannya?" tanya Raja tersebut.

"Kalau tidak salah ia telah menjiplak 200 ribu kata, dengan popularitas karya hingga mencapai 10 M." jawabnya.

"Wah... Berarti lumayan berat juga hukuman yang harus ia jalankan saat ini," ucap sang Raja.

"Benar yang Mulia, dia juga manusia yang tak tau diri. Sejak tadi ia selalu bersikap layaknya seperti orang yang tidak memiliki dosa sama sekali, padahal jika di lihat langsung lidahnya terdengar lebih pedas dari pada cabai." geramnya sambil menatap tajam Gezastia.

"Baik, hukum dia dengan menulis 300 ribu kata dalam waktu tiga minggu. Dan tulisan itu harus di tulis sangat rapi," putusnya.

"Apa? 300 ribu kata? apa otak Raja ini sudah konslet apa? yang benar saja, aku ini masih penulis pemula. Mana sanggup langsung di serang sebanyak itu dengan jumlah kata yang lumayan banyak pula." protesnya tak terima.

Gezastia akhirnya sudah dapat mengeluarkan suaranya, karena sihir makhluk itu sudah di hilangkan saat ia sudah berhadapan dengan Baginda Raja.

"Hei! berani sekali kau berkata kepada Baginda Raja seperti itu," unjuknya dengan tatapan yang penuh sorot api kemarahan.

"Siapa peduli, lagian ya karya penulis novel yang aku jiplak itu adalah punya kakaku. Jadi wajar dong kalau aku mengambilnya hanya untuk mempromosikannya saja," ucapnya berbohong.

"Sungguh pintar membalikkan fakta, kau kira kakamu itu tidak sakit hatinya saat mengetahui jika karyanya ternyata di curi oleh adiknya sendiri." resahnya tak habis pikir.

"Ya pastinya kesel sih, tapi tidak sampai lama bisa marah kepadaku. Karena aku kan adik kesayangannya. Mana mungkin ia ingin hidup adiknya menderita, hingga ia dapat dengan mudah memaafkanku." jelasnya.

"Itu kan jika ia sudah mengetahui, dan apakah kau tau. Meskipun yang melakukan itu adiknya, tapi apa kau pikir itu tidak sakit? itu sebabnya prajurit ini terbentuk di sebabkan kekesalan dan rasa sakit dari hati kakamu." tegasnya.

Gezastia jadi terdiam, ia kini bisa paham sekarang. Akhirnya ia pun memilih pasrah tanpa ingin menjawab apa pun lagi.

"Hahaha baru sekarang kau diam kan? mulai besok kerjakan hukumanmu, dan aku ingin satu buku itu bisa terisi dengan 300 ribu kata dalam waktu hanya tiga Minggu bagaimana pun caranya." ucapnya.

"Baik yang Mulia akan saya laksanakan," responnya sambil menunduk sedih.

"Prajurit, cepat antar dia ke dalam sel tahanan penulisan." perintah Raja tersebut.

"Siap yang Mulia," responnya sedikit membungkukkan badan lalu menyuruh gadis itu untuk mengikutinya.

Seakan terhipnotis Gezastia langsung mengikutinya dari belakang, tak ada lagi raut wajah yang menunjukkan rasa kesal. Yang ada hanyalah sisi penyesalan yang tiada habisnya.

"Aku memang bodoh, harusnya aku tidak terlalu menghiraukan ucapan beberapa teman - temanku yang selalu membandingkanku dengan kakaku. Memang aku bukanlah gadis yang pintar, untuk membuat cerita saja aku tak mampu. Itu sebabnya aku di anggap bodoh oleh mereka," batinnya yang kini sudah berada di sebuah lorong yang begitu gelap.

Tapi saat kakinya sudah masuk ke sana tiba - tiba saja ruangan tersebut jadi bercahaya, memperlihatkan banyak manusia yang sibuk bekerja keras di dalam selnya masing - masing.

Jika di lihat - lihat tempat ini tidak terlalu buruk, di dalamnya terdapat sebuah tempat tidur dan meja belajar. Makan? mungkin saat menjadi arwah ia tidak akan pernah merasakan lapar.

Lagian ruh manusia dalam keadaan terkekang seperti ini pasti tidak akan memikirkan apa pun selain bebas.

Setiap langkahnya menuju ke selnya, ia dapat melihat puluhan manusia itu lebih banyak menulis di atas meja belajar atau pun sambil berbaring di atas kasur. Intinya tidak ada yang tidur - tiduran saja di situ.

Di depan setiap sel ada sosok penjaga mereka masing - masing, mereka akan terus berjaga dari pagi sampai sore hari. Saat malam para penjaga itu akan menghilang dan membiarkan mereka keluar dari sel hanya di sekitar lorong saja.

"Ini adalah selmu, di atas meja belajarmu itu ada sebuah buku dan sebuah pensil. Jika kamu menulis di atas selembar kertas itu, maka di bagian bawahnya akan menunjukkan berapa total kata yang telah kamu rangkai."

"Rangkaian kata akan berubah kembali menjadi nol saat kamu telah membuat bab baru atau judul baru. Jika ingin melihat keseluruhan kata, kamu hanya tinggal melihat sampul bagian depan yang akan menunjukkan total dari keseluruhan kata dalam buku itu." jelasnya.

"Baik aku paham, nanti ketika telah menulis 300 ribu kata apa yang akan terjadi?" tanyanya.

"Jika kau sudah menyelesaikan 300 ribu kata maka buku itu akan naik ke atas lalu bersinar dengan terang, membuat kau terhisap ke dalamnya. Buku itu akan membawamu ke dalam tubuh yang telah kami kubur jauh di dalam tanah atas izin dari Baginda Raja."

"Saat jarak antara buku itu sudah dekat dengan tubuhmu maka kotak hitam kecil itu akan terbang keluar dan membesar, barulah arwahmu itu bisa masuk ke dalamnya."

"Jadi sejak awal kau memasukkan kami ke dalam kotak kecil? bagaimana tubuh manusia kami yang besar bisa masuk?" tanyanya bingung.

"Dasar bodoh! cobalah jangan hanya bisa menjadi otak udang saja, yang kotorannya hanya ada di kepala." resahnya sambil memegang dahinya.

"Tubuh manusiamu sudah lebih dulu aku sihir menjadi kecil, baru aku masukkan ke dalam kotak. Lagian aku tidak ingin membuat diriku menjadi lelah dengan membawa tubuh gendutmu itu," acuhnya.

"Heh! dasar makhluk aneh, bisanya mandang fisik aja. Aku ini gak gendut tau, cuma kebanyakan sedikit lemak saja. Kamu apa tidak bisa mengaca pada dirimu sendiri, tubuh seperti asam hitam saja sombongnya tingkat rumput laut." balasnya tak habis pikir.

"Jangan sembarangan bicara, meskipun aku begini. Lama - lama aku akan menjadi tampan jika kamu berkerja begitu keras," jelasnya.

"Maksudmu kalau aku rajin nulis maka wajahmu akan berbentuk dan tak lain bukan lagi asap hitam? jadi pria tampan gitu jika tulisanku bagus karena akunya rajin?" tanyanya yang di angguki olehnya.

"Hahaha," tawanya sedikit terbahak - bahak.

"Kenapa kau tertawa?" tanyanya karena merasa tidak ada hal yang lucu.

"Hahaha makhluk asap aneh, masak ia bisa tampan hanya karena aku. Hadeh... Udah sadari saja dirimu yang hanya berupa asap hitam dan akan terus menjadi asap hitam," tawanya sambil masuk ke dalam selnya yang masih terbuka lalu tertutup dengan sendirinya.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Hai Kaka semuanya... 🤗

Makasih udah mau like, komen, ranting hadiah bahkan tak segan - segan memberikan Vote pada karya Star ya... Star sangat senang atas kebaikan Kaka semuanya... 😆

Semoga Kaka Sehat selalu ya... 😇

Part 3

Tanggal Pembuatan : 24 - 10 - 2022

Gezastia yang sudah masuk ke dalam selnya karena rasa penasaran memilih duduk langsung di atas meja belajarnya.

Awalnya tidak ada apa - apa, hingga akhirnya keluar sebuah makhluk yang sangat besar dan begitu mengerikan dengan rantai panjang di tangannya.

Matanya menatap tajam ke arahnya, sedangkan di satu tangannya terdapat sebuah cambuk yang ketika mengenai kulit siapa pun pastinya akan terluka.

"Ya ampun... Nenek tua rupanya, nek. Maaf nek, nenek ngapain ya di sini? harusnya nenek itu kalau udah tua istirahat aja... Kan dah pensiun, ngapain sih masih ikut - ikutan acara hukumin para bocil yang begitu kuat seperti kami." ucapnya tanpa rasa takut sedikitpun.

"Heh bocah baru, kamu harus tau kalau aku adalah makhluk yang paling di takuti di sini. Aku bisa berubah bentuk tergantung kerajinan para Plagiat di sini, jika kau banyak abai dalam menyelesaikan hukumanmu maka akan aku pastikan cambuk ini mengenai kulitmu." ancamnya.

"Hadeh... Dasar nenek tua bangkotan, heh nek! nenek itu udah tua, bahkan gigi pun mungkin sudah tidak ada. Kalau udah jadi ruh lebih baik istirahat aja nek... Jangan sibuk nambah dosa lagi dengan nyiksa banyak bocah," responnya hingga membuat api kemarahan wanita tua itu semakin berkobar.

"Kau! masih saja menganggapku remeh, lihat saja nanti. Akan aku pastikan kau menangis di penyiksaan ku yang paling menyakitkan hingga mati," tawanya begitu menggema di lorong tersebut.

"Hoah... Aduh nek... Belum juga aku buat salah, lagian ya nek kalau aku nanti nenek matiin gak ada gunanya juga kok. Aku kan emang udah mati nek, dan... Aku juga tidak mungkin merasakan lagi rasa sakit ketika di pukul dalam kondisi tembus pandang seperti ini kan?" responnya yang dalam sekejap melunturkan tawa jahat sang nenek.

"Sial! bocah ini sangat berbeda dengan bocah atau orang tua lainnya yang saat melihatku, tubuh mereka langsung bergetar tak karuan. Tapi gadis ini? kenapa ia malah menganggap ku sebagai lolucon? apa mungkin dia sudah tidak waras lagi?" batinnya merasa geram.

Ingin sekali ia mencambuknya sekali saja, tapi ia tidak berani sedikit pun melakukan hal itu untuk membuktikan kebenaran dari ucapannya. Karena ia tidak berhak melakukannya jika gadis tersebut tidak memiliki kesalahan sama sekali.

"Lebih baik aku pergi saja dari sini, dari pada otakku tambah pusing dengan bocah yang tak waras ini." batinnya lagi.

Gezastia yang tak lagi melihat sosok itu jadi tersenyum lebar.

"Hahaha ujung - ujungnya kabur juga itu si nenek peot, makanya jangan macam - macam sama bocah sepertiku. Meskipun begini aku terkenal cerdas lho... Hehe walau hanya cerdas menaikkan emosi orang saja," tawanya yang langsung berbalik menghadap ke meja belajarnya setelah sejak tadi sempat memutar kursi duduknya kebelakang.

Mata Gezastia kini sudah setuju pada sebuah buka hitam yang di lapisi lapisan benang berwarna merah darah.

Di samping lapisan buku terlihat sebuah pensil yang di lilit oleh putaran benang merah tersebut.

Dengan hati - hati Gezastia mulai mengambilnya.

"Selamat datang ke dalam pulau Prakbusya manusia Plagiat, mari menulis di atas tubuhku. Jika kau berhasil menulis 300 ribu kata seperti apa yang telah di perintahkan oleh sang Raja, maka kau bisa kembali ke tubuh aslimu dan ambillah pelajaran dari ini semua." ucapnya.

"Kurang ajar! sambutan yang langsung membuat mood menulisku jadi hancur, yang benar saja baru buka langsung di semprot dengan kata - kata Plagiat. Memang sih aku si Plagiat bodoh itu, tapi tetap saja berikan sedikit rasa hormat akan usahaku ini." geramnya.

"Rasa hormat? tidak ada rasa hormat bagi kami untuk seorang manusia Plagiat yang telah menumpahkan banyak air mata bagi para penulisnya. Apa kalian pikir menulis cerita itu mudah hah? ada sejuta kerja keras di dalamnya dari siang sampai malam." jelasnya.

"Wah, wah, wah. Hebat juga nih buku bisa jawab, kirain pas aku tanya bisu aja gitu kayak benda mati. Bagian pertama memang semua udah di kontrol aja kalinya. Eh taunya hidup," ucapnya cengengesan.

"Dasar bocah usil yang bisanya cuma menaikkan emosi orang lain saja," geram buku itu.

"Emang iya, masalah buat lo. Wheee..." responnya sambil menjulurkan lidah.

"Jangan buat aku sampai marah ya, jika itu terjadi maka aku tidak ingin terbuka untukmu." ancamnya.

"Oh... Tidak mau terbuka ya? tak apa, akan aku laporkan pada Raja nantinya." jawabnya santai.

"Hahaha mana bisa, kau kan terkurung." ledeknya.

"Hahahaha bisa aja kan pakai ponsel," responnya balas meledek.

"Hah? apa itu ponsel?" tanya buku itu.

"Hahaha dasar buku bodoh, zaman modern seperti sekarang ini, masih gak tau apa itu ponsel? sangat miris," hinanya.

"Heh! jangan menghinaku, mana aku peduli. Aku kan hanya sebuah buku yang terus tersimpan di dalam rak, jadi mana tau aku tentang itu." responnya.

"Ya... Dan jika tidak di pakai, hanya tinggal menunggu sampai berdebu atau di gigit tikus." ucapnya dengan nada meremehkan.

"Diam! menyesal aku memilih keluar dari rak buka ternyamanku itu," geramnya.

"Hehe menyesal pun sudah tiada artinya, lebih baik bagaimana kalau kamu berteman saja denganku? agar aku tidak terlalu menaikkan darahmu, lagian suasana yang begitu sunyi ini begitu membuatku jenuh dan ingin mempunyai benda pelampiasan saja." ucapnya sambil tersenyum licik.

"Sembarang, sampai kapan pun kami bangsa buku yang terhormat tak akan pernah mau berteman dengan para Plagiat yang begitu pecundang." sombongnya.

"Udah mau di coret - coret juga masih saja belagu, di tempatku beberapa kawananmu lebih banyak tak di hargai bahkan sampai di injak - injak, di robek dan di bakar habis - habisan." beritahunya.

"Itu tidak mungkin, di sini kami sangat di jaga." elaknya.

"Tidak ada yang tidak mungkin, di sini karena terlalu menghargai karya orang lain dan buku adalah bahan utama menumpahkan karya di saat benda elektronik seperti ponsel, laptop dan yang lainnya belum ada." jelasnya.

"Apa lagi yang kau bicarakan itu?" herannya.

"Sudahlah! mau aku katakan apa pun juga kamu pasti tidak akan percaya, malas aku. Capek iya, ngerti enggak." responnya yang kini lebih memilih berbaring di atas kasur saja.

"Heh! kamu tidak ingin menulis di atasku? tadi kan kamu sudah membukaku," tanyanya merasa geram.

"Malas ah aku nulis di atas buku yang gayanya sok bangsawan," jawabnya acuh lalu memilih memejamkan matanya.

"Lalu aku harus apa agar kamu mau nulis hah?" tanyanya lagi.

"Jadilah temanku maka aku pasti akan menulis di atasmu," pintanya.

"Sial! apakah tidak ada keinginan lagi di kepalamu?" tanyanya merasa keberatan.

"Tidak," jawabnya singkat.

"Huh! oke, aku mau jadi teman mu, tapi berjanjilah untuk tidak membuatku kesal." setujunya.

"Akhirnya setelah aku bertarung dengan kepala kerasmu itu kau mampu luluh juga ya denganku, hehe. Memang tidak ada seorang pun yang bisa kalah melawan adu mulut denganku," bangganya.

"Sudah tidak usah sekarang malah kamu yang ganti posisi, cepat menulislah meskipun hanya sedikit saja." perintahnya.

"Iya buku hitam jelek bawel," responnya merasa malas.

"Sembarang! jangan asal bicara kamu," geramnya.

"Iya - iya... Aku nulis sekarang, maksa banget. Harusnya jatah menulisku kan besok," patuhnya.

"Siapa suruh kau membukaku terlalu cepat hingga aku jadi aktif kembali," ucapnya.

"Baik - baik terserah, sekarang diamlah biar aku fokus menulis." responnya.

Buku itu pun diam dan ia mulai merasakan goresan - goresan lembut dari satu tangan Gezastia yang membuatnya begitu bahagia.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Hai Kaka semuanya... 🤗

Makasih udah mau like, komen, ranting hadiah bahkan tak segan - segan memberikan Vote pada karya Star ya... Star sangat senang atas kebaikan Kaka semuanya... 😆

Semoga Kaka Sehat selalu ya... 😇

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!