"Aku muak melihat kamu lagi" teriak Gilang kepada Rena.
"Jadi selama ini kamu hanya memanfaat aku saja kan? Kamu hanya mau harta aku saja, kamu tidak tulus mencintai aku" Gilang terus berteriak.
"Hidup banyak kebutuhan dan hidup butuh yang nama nya harta" jawab Rena.
"Apa belum cukup aku memberi mu uang dan membelikan semua yang kamu mau selama ini? Teriak Gilang.
"Uang saja tidak menjamin kalau tidak bisa menghangat kan tubuh ini" jawab Rena sambil menutupi tubuh nya dengan selimut.
"Dasar wanita tidak tahu diri, kalian berdua memang breng sek, kalian berdua telah menipu ku, kamu yang sangat aku cintai ternyata hanya memanfaat kan aku saja, dan elo!! Elo sudah ku anggap seperti saudara malah menusuk ku dari belakang" Gilang terus berteriak memarahi sang kekasih Rena yang ketahuan tidur bareng dengan Ronald sahabat nya sendiri.
"Jangan munafik, kamu juga sebagai pria pasti sering mencicipi wanita" kata Ronald dengan senyum smirk nya.
"Kita lagi di luar negeri sayang, jadi kita bebas, dan aku membutuh kan kehangatan yang tidak pernah kamu berikan untuk ku" jawab Rena dengan tidak tahu malu nya.
"Kalian berdua memang gila, dan ingat satu hal mulai sekarang kita ngga ada hubungan apa-apa lagi, kita putus, dan buat lo, gue udah ngga mau kenal lo lagi" teriak Gilang lalu pergi meninggalkan apartemen Rena kekasih nya yang dulu ia belikan sebagai hadiah ulang tahun nya.
Flashback
"Sayang aku ingin membeli tas Hermes keluaran terbaru ya? Kata Rena dengan nada manja.
"Kan kemarin baru beli tas Yang? Masa sekarang beli lagi? tanya Gilang.
"Ya kan nama nya juga wanita Yang, wanita itu yang di utamakan adalah Fashion" jawab Rena.
"Ya sudah nanti kita beli apa yang kamu suka" jawab Gilang.
"Kamu memang pacar ku yang terbaik sayang" kata Rena sambil mencium bibir nya Gilang.
Gilang pun membalas ciuman dari Rena, mereka saling me lu mat dan meng hisap lidah masing-masing.
Tangan Rena mengelus lembut dada bidang Gilang, hingga tangan nya membuka satu per satu kancing kemeja yang di pakai oleh Gilang.
"No, ini tidak baik kita belum sah jadi belum bisa melakukan nya" kata Anggar sambil memasang kembali kancing kemeja yang telah di buka oleh Rena.
"Ayolah sayang, aku lagi mau ini, tanggung Yang, masa cuma ci uman doang? Aku ingin sekali merasakan nya bersama mu" jawab Rena sambil meremas junior nya Gilang.
Gilang tidak tahu kalau Rena sudah bukan perawan lagi, dia sering bermain dengan para bos yang berduit, bahkan dengan sahabat nya Risky.
Yang ada di pikiran Rena hanyalah uang dan uang, jadi apa pun itu asal menghasilkan uang dia pasti melakukan nya meski harus tidur dengan pria yang berbeda.
Dalam diri nya tidak akan pernah hadir cinta yang sesungguh nya, karena yang Rena butuhkan hanyalah uang.
Rena pun memanfaat kan Gilang atas nama cinta, Gilang yang memang mencintai Rena sudah di buta kan mata dan hati nya, sampai-sampai ibu nya yang berbicara pun tidak dia dengarkan.
"Tidak, aku menghormati kamu seperti aku menghormati ibu ku" jawab Gilang lalu pergi meninggalkan Rena.
"Breng sek, ba ji ngan, setelah kamu membangkitkan gairah ku sekarang kamu malah pergi meninggalkan aku, aarggghhhh" teriak Rena.
"Sayang aku datang,,,,," teriak Ronald sambil membuka apartemen Rena.
"Ronald" gumam Rena lalu keluar dari dapur setelah menenggak habis air putih dingin untuk mendingin kan otak nya.
"Sayang nya aku, lihat aku bawakan apa? Tanya Ronald sambil memeluk dan men ci um pipi Rena.
"Ah sayang kamu ngerti banget dengan kemauan ku, ini tuh tas keluaran terbaru, makasih sayang nya aku" jawab Rena lalu men ci um pipi kanan dan pipi kiri nya Ronald.
"Ini tuh tidak gratis sayang" kata Ronald sambil men ci um leher jenjang putih Rena.
Rena pun men de sah begitu bibir nya Ronald mengabsen setiap inch tubuh nya, tangan nya pun sudah menjalar kemana-mana hingga membuat Rena terus mengeluarkan de sa han-de sa han manja nya.
Ronald yang sellau merasa puas dengan servis dari Rena selalu ketagihan dengan Rena, makanya dia rela mengeluarkan uang puluhan juta hanya demi bisa ber cin ta dengan Rena.
Gilang yang sudah di perjalanan pun baru tersadar kalau ponsel nya tertinggal di apartemen nya Rena.
"Ponselku? Ah ketinggalan di apartemen Rena kayak nya" gumam Gilang lalu memutar balik kan mobil nya kembali ke apartemen nya Rena.
Gilang pun sampai kembali ke apartemen Rena, begitu pintu di buka Gilang melihat ada sepasang sepatu pria tersimpan di rak sandal.
"Sepatu siapa ini? Gumam bathin Gilang sambil menatap ke arah sepatu ber merk itu.
Gilang pun berjalan sambil melihat ke setiap sudut apartemen nya Rena, tiba-tiba telinga nya mendengar suara de sa han seorang perempuan yang dia kenal dari kamar nya.
"Apa yang dia lakukan di kamar? Sama siap dia? Gumam bathin Gilang sambil menuju ke arah kamar dengan secara perlahan.
"Fas ter baby, come on" teriak Rena yang sedang berada di bawah tubuh Ronald.
Ronald pun bukan mempercepat gerakan nya tapi dia malah membalik kan posisi nya, sekarang dia yang di bawah sedang kan Rena berada di atas nya.
Rena pun terus meliuk-liuk kan badan nya seperti orang yang lagi menari, Rena sangat lah lihai dengan gerakan-gerakan nya.
Gilang yang sudah membuka sedikit pintu kamar pun melihat ke arah dua orang yang sedang asik ber cin ta.
Sungguh Gilang tidak percaya dengan semua yang ia lihat, dia melihat orang yang dia sayangi dan dia cintai bermain cinta dengan sahabat nya sendiri.
"Bagus,,,, jadi ini yang kalian lakukan di belakang ku" teriak Gilang sambil tepuk tangan dan menahan amarah nya.
Rena pun kaget dan dengan santai dia turun dari atas tubuh Ronal lalu mengambil selimut untuk menutupi tubuh nya yang polos tanpa sehelai benang pun.
"Kenapa? lo juga mau merasakan nya kan? Jangan munafik deh lo" kata Ronald sambil memakai celana boxer nya.
Gilang hanya menatap tajam ke arah Rena tanpa menghiraukan perkataan dari Ronald.
Terus selama ini hubungan kita itu apa? Aku itu sangat mencintai kamu" teriak Gilang.
"Yang aku butuh kan adalah uang dan kehangatan bukan cinta, jadi tidak ada kata cinta dalam hidup ku dan aku hanya memanfaat kan kamu saja" jawab Rena santai.
Gilang pun kini sudah berada di negara asal nya yaitu indonesia, dia meninggalkan New York bersama semua kenangan nya di sana, dan Gilang berjanji kalau dia ngga akan pernah lagi menginjak kan kaki di New York karena sudah terlalu sakit dengan kelakuan Rena kekasih nya.
"Mamah juga bilang apa dulu, mamah sudah tahu siapa Rena, dan kamu haru tahu wanita yang benar-benar yang tulus itu susah di dapat kan" kata bu Dewi ibu nya Gilang.
"Terus bagaimana cara nya mendapatkan wanita yang benar-benar tulus itu mah? Tanya Gilang.
"Menurut ku kamu harus pura-pura jadi orang miskin" teriak Glen sahabat nya Gilang yang baru masuk.
"Wah, wah si penjelajah cinta baru kelihatan" teriak Gilang lalu mereka pun salaman ala-ala pria.
"Kapan lo datang bro? Tanya Glen setelah duduk diantara Gilang dan bu Dewi.
"Semalam" jawab Gilang singkat.
"Memang nya kenapa lo mau cari yang tulus? Kamu sudah merasakan kalau mereka itu semua modus ya? Tanya Glen.
"Ya begitulah Glen, padahal dari dulu juga mamah sering bilang kalau Rena hanya memanfaat kan nya saja, tapi dia ngga mau mendengar kan" kata bu Dewi.
"Ya jalan satu-satu nya mencari yang tulus itu hanya dengan cara yang Glen tadi katakan mah" kata Glen, Glen sudah dianggap anak sendiri oleh orang tua Gilang, jadi Glen pun di wajib kan memanggil nya mamah.
"Tapi masa anak mamah harus jadi miskin sih Glen? Kata bu Dewi.
"Ya ngga apa-apa mah, lagian kan biar lebih meyakinkan, kalau ngga begitu Gilang akan terus di manfaatkan oleh para wanita" kata Glen.
"Boleh juga ide lo, tapi gue harus ngelakuin apa biar kelihatan miskin" tanya Gilang.
"Gimana kalau lo jadi office boy di kantor papah? mereka kan belum tahu wajah lo, jadi aman-aman saja, terus lo tinggal di mess gimana? Glen pun memberikan ide buat Gilang.
"Boleh juga ide lo" kata Gilang.
"Tapi mess kan ruangan nya sempit sayang? Gimana kalau kamu kepanasan nanti nya? Kata bu Dewi.
"tenang saja mah, aku bisa ko tinggal di ruangan sempit, mamah jangan khawatir" Gilang pun meyakinkan ibu nya.
"Ya sudah besok kan hari senin jadi kamu pura-pura melamar kerja aja, biar ngga ada yang curiga" kata Glen.
"Wah lagi pada kumpul nih? Teriak pak Surya yang baru selesai lari pagi bersama Dhea adik nya Gilang.
"Ada kak Gilang aja, bang Glen baru kesini, biasa nya kalau hari minggu gini jalan bareng pujaan nya" kata Dhea sambil duduk di samping ibu nya.
"Apaan minggu kemarin pun abang main kesini, kamu nya aja yang lagi jalan sama teman-teman kamu itu" jawab Glen.
"Lagi pada ngomongin apaan kayak nya serius banget? Tanya pak Surya.
"Begini pah,,,,,,,,, " bu Dewi pun menceritakan semua yang akan dilakukan Gilang anak nya besok.
"Wah berarti kakak besok mau jadi office boy di kantor papah dong, asik aku mau suruh-suruh ah" kata Dhea sambil tersenyum.
"Kamu ya dek, awas kalau ngerjain kakak di kantor" kata Gilang.
Dhea memang kerja di perusahaan papah nya, tapi dia kerja dari bawah dulu, ngga seperti kebanyakan orang yang bekerja di perusahaan papah nya yang langsung jadi orang penting, Di kantor juga banyak yang ngga tahu kalau dhea adalah anak dari pak Surya pemilik perusahaan.
Karena pak Surya dan bu Dewi orang nya ngga sombong dan ngga mau ada yang tahu tentang anak-anak mereka.
Bu Dewi ingin mempunyai menantu yang orang nya baik, bukan yang hanya mau sama harta nya saja.
Para karyawan di kantor pun pada tahu kalau pak Surya mempunyai dua anak, tapi mereka tidak mengetahui wajah anak-anak nya pak Surya.
"Sudah kalian ini, kalau sudah ketemu pasti selalu berdebat" kata bu Dewi.
"Kalau begitu jangan sampai ketahuan, kalian jangan bersikap seperti ini nanti kalau di depan orang" kata pak Surya.
"Iyah pah? Tadi adek cuma bercanda saja ko" kata Dhea.
"Perusahaan aman kan Dek? Kamu pantau terus ya, kali aja ada yang mau berbuat curang dan menggelap kan dana perusahaan" tanya Pak Surya.
"Siap pah, lagian kan besok juga sudah ada kak Gilang dan juga ada bang Glen, mereka juga bisa ikut memantau" kata Dhea.
*
*
Di sebuah rumah sederhana terlihat seorang ibu dan anak perempuan nya sedang bicara serius di ruang tamu.
"Nak, kamu belum kepikiran untuk menikah? Tanya bu Diah ibu nya Alina.
"Belum ah bu, Alin mau membantu biaya adik-adik dulu sampai selesai sekolah nya, kasihan bapak harus bekerja banting tulang, bapak juga sudah tua, mau nya Alin bapak jangan bekerja lagi" jawab Alina.
Ya dia adalah Alina anak dari pasangan pak Abidin dan bu Diah, mereka hidup sederhana dan selalu bersyukur dengan keadaan nya ini, Alina mempunyai adik kembar yang bernama Nura dan Nuri yang sekarang duduk di sekolah menengah atas.
"Tapi kamu juga harus memikirkan diri kamu sendiri nak? usia kamu sudah waktu nya kamu berumah tangga sama orang yang kamu cintai" kata bu Diah.
"Kalau sudah waktu nya juga nanti menikah bu, ibu tenang saja, yang penting ibu dan bapak selalu sehat biar nanti kalian bisa melihat cucu kalian" jawab Alina.
"Makanya kamu cepat menikah, mumpung ibu masih ada" kata bu Diah.
"Siang bu, kak" teriak Nura dan Nuri yang baru pulang dari taman.
"Kalian dari mana saja? Jam segini baru pulang, ngga baik anak perempuan keluyuran terus" kata Alina.
"Maaf kak, tadi kita ketemu teman dan ikut ngobrol bareng mereka, jadi nya lupa waktu" jawab Nuri sambil menunduk.
"Perempuan apa laki-laki teman nya? Kalau laki-laki bakal kakak nikah kan kalian dan berhenti sekolah" tanya Alina.
"Perempuan kak, kami belum berani sama laki-laki, kami ingin sekolah dan kuliah sampai selesai biar bisa bekerja dan membantu bapak dan ibu, lagian kakak juga pasti akan menikah dan pergi dari rumah ini, makanya kita ngga mau menyia-nyiakan sekolah" jawab Nura.
"Bagus kalau kalian berpikir sampai kesitu, sekarang kalian mandi sebentar lagi waktu makan siang, sambil nunggu bapak pulang" kata bu Diah.
"Jangan terlalu keras sama si kembar nak? kata bu Diah.
"Mereka kalau ngga di kerasin ngga bakalan benar bu sekolah nya, aku ingin mereka sekolah yang benar dan succes dulu baru mengenal yang namanya laki-laki" jawab Alina.
Hari ini hari senin, dimana hari ini adalah hari ter sibuk buat sebagian orang, seperti pagi ini di rumah Alina, mereka sibuk mempersiapkan diri untuk bekerja dan berangkat sekolah.
"Kalian masih ada ngga uang jajan nya? Tanya Alina kepada adik kembar nya.
"Aman kak, lagian kalau habis juga kakak ngga bakalan ngasih kita lagi, iya ngga Ra? Tanya Nuri pada kembaran nya Nura.
"Hooh" jawab Nura sambil mengangguk kan kepala nya.
"Ya iya lah, kan kakak gajian nya juga sebulan sekali, jadi jatah jajan kalian juga sebulan sekali lah" jawab Alina.
Alina memang yang memberikan uang jajan dan membayar ke dua adik nya, karena dia ingin meringankan ke dua orang tua nya.
"Ya sudah kita berangkat duluan ya kak" kata Nuri sambil meraih tas nya.
Mereka berdua pun pamit kepada ayah dan ibu mereka sambil mencium telapak tangan nya.
"Hati-hati kalian, jangan ngelayap kemana-mana, belajar yang benar, buktikan kepada kita kalau kalian dapat nilai yang bagus dan menjadi kebanggaan kita semua, jangan mikirin pacaran dulu" Setiap pagi ngga henti nya Alina memberikan petuah buat adik kembar nya.
"iya kakak bawel tapi baik hati" teriak ke duanya sambil berlari.
Sedangkan pak Abidin dan Bu Dewi hanya melihat kelakuan ke tiga anak nya sambil tersenyum dan menggelengkan kepala nya, walaupun mereka selalu berdebat tapi mereka saling menyayangi.
"Ya sudah kalau begitu Alin juga pamit ya bu, takut jalanan macet, nanti kesiangan lagi" kata Alina sambil mencium telapak tangan ibu dan bapak nya lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
Berbeda dengan kedua adik nya, Alina pergi ke kantor dengan motor matic nya, yang dia beli dengan hasil keringat dia sendiri, hasil selama dia bekerja di perusahaan pak Surya.
"Ngga terasa ya pak, anak-anak kita sudah pada dewasa, berasa kemarin ibu menggendong mereka" ucap bu Diah sambil membayangkan masa kecil mereka.
"Iya bu, ternyata kita sekarang udah tua ya bu" jawab pak Abidin lalu menyeruput kopi yang di buatkan istri nya.
"Ya sudah bu, bapak kerja dulu, hati-hati di rumah" pak Abidin pun pamit kepada istri nya, lalu sang istri mencium telapak tangan suami nya.
Anak-anak dan suami nya telah pergi dengan rutinitas mereka masing-masing, kini tinggal lah bu Diah seorang diri di rumah, bu Diah pun melanjutkan pekerjaan rumah nya dengan semangat.
*
*
Pagi hari di kediaman pak Surya, gilang sudah siap dengan baju hitam putih dan berkas untuk melamar pekerjaan.
"Widih,,,, yang mau melamar jadi OB semangat banget" ejek Dhea adik Gilang.
"Diam lo dek, awas ya kalau mulut mu ember nanti di kantor" jawab GIlang.
"Sabar bang, woles, adik my yang cantik dan imut ini hanya ember di dalam rumah saja" jawab Dhea sambil mengambil sarapan nya.
"Sudah, kalian itu kalau dekat selalu saja ribut, ayo makan nya jangan pada bercanda" kata bu Dew
"Pagi semua nya" teriak Glen yang baru datang.
"Ngapain lo pagi-pagi udah nongol di sini? Tanya Gilang.
"Biasa kak, mau minta sarapan gratis" jawab Dhea.
"Enak saja lo dek, gue datang kesini mau ngasih ini" kata Glen sambil memberikan sebuah kunci motor, lalu duduk di samping Gilang.
Pak Surya dan bu Dewi hanya diam dan melihat ke arah mereka sambil menikmati sarapan nya.
"Ini seperti kunci motor" gumam Gilang sambil menelisik sebuah kunci yang kini ada di tangan nya.
"Ya, benar, itu adalah kunci motor, dan motor itu buat elo berpergian" jawab Glen.
"Gue harus pakai motor? Tanya Gilang sedikit kaget.
"Ya iya lah kak, kakak kan lagi nyamar, kalau kakak bawa mobil ya pasti ketahuan dong" jawab Dhea.
"Benar kata adik mu kak, kalau kamu pakai mobil nanti penyamaran kamu cepat terbongkar" kata pak Abidin.
"Ya sudah lah ngga apa-apa yang penting motor nya keren" kata Gilang dengan tersenyum.
Glen hanya menyunggingkan sebuah senyuman yang sulit diartikan.
"Glen ayo sambil makan, kamu pasti belum sarapan" ajak bu Dewi pada Glen.
"Iya mah, kebetulan memang belum sarapan" jawab Glen sambil ngambil piring dan mengisi nya dengan nasi goreng spesial yang ada di atas meja makan.
"Nah kan benar, ujung-ujung nya minta sarapan" celoteh Dhea.
"Kan di tawarin dek, rezeki jangan di tolak, dosa" Glen pun nge les.
"Ya sudah adek berangkat duluan ya? Dhea pun pamit dan mencium telapak tangan semua nya.
"Bye calon OB, nanti kita ketemu di kantor ya? Teriak Dhea lalu berlari meninggalkan mereka.
"Awas kamu dek" gumam Gilang.
"Sudah,,sudah,, jangan di ladenin, kayak ngga tahu aja kelakuan adik mu" ucap bu Diah.
"Papah berangkat mah, kalian jangan sampai kesiangan ke kantor nya" kata pak Abidin lalu pergi dengan mobil nya yang di kemudikan oleh pak Rahmat sopir nya.
"Lo ke kantor naik apa? Tanya Gilang pada Glen.
"Kan gue pecinta motor, jadi gue pakai motor gue lah" jawab Glen lalu membersihkan mulut nya dengan tisu.
"Ya sudah ayo kita berangkat" ajak Gilang.
"Mah kita berangkat ya? Mereka pun pamit lalu pergi setelah mencium telapak tangan bu Dewi.
Glen sudah duduk manis di motor Ninja keluaran terbaru nya dengan helm full face nya, terlihat keren dan macho.
Sedangkan Gilang masih mencari-cari motor yang mau dia pakai.
"Bro, motor gue mana? Tanya Gilang dengan wajah bingung nya.
"Lah, kan motor lo itu yang di depan itu" kata Glen setelah membuka helm nya kembali.
Betapa terkejut nya Gilang begitu melihat motor jadul yang terparkir tidak jauh dari diri nya berdiri saat ini.
"Lo ngga salah? Masa gue di kasih motor jadul kaya gini" Gilang pun protes.
"Kan lo mau nyamar jadi orang biasa, jadi ya lo juga harus beradaf tasi dengan hal-hal yang biasa, kalau lo pakai yang mewah bukan nyamar itu nama nya" kata Glen.
"Nasib ko gini-gini amat ya, hanya untuk menemukan seorang istri yang mencintai gue apa adanya, bukan ada apa nya" gumam Gilang lalu naik ke motor jadul nya.
Glen pun tersenyum dari balik helm full face nya sambil menggelengkan kepala nya.
"Ya sudah gue duluan" teriak Glen sambil melajukan motor nya.
Gilang pun mulai menyalakan motor jadul nya lalu berangkat menuju perusahaan papah nya, Gilang pun menjelajah kepadatan jalanan dengan motor jadul nya, meski begitu Gilang mulai menikmati hari nya sebagai orang biasa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!