Allahu akbar.. Allahu akbar..
Suara azan berkumandang membangunkan semua orang untuk menunaikan shalat subuh.
Seorang gadis bergegas bangun dan bersiap menunaikan shalat subuh. Seperti biasa gadis tersebut melaksanakan shalat subuh yang diimani ayahnya.
Gadis tersebut bernama Shofia putri hartono, biasanya dipanggil Shofi, merupakan anak ke dua dari dua bersaudara, yang memiliki paras cantik, kulit kuning langsat dan postur tubuh langsing dan tinggi. Kini dia berusia 20 tahun, dan dia menempuh pendidikan di salah satu universitas Islam di Jakarta dengan jurusan Teknik Sipil.
Teknik Sipil menjadi salah satu pilihannya karena ia tidak ingin mengikuti jejak Kakaknya yang telah menjadi magister Arsitekur. Selain itu, dia menjadi seorang selebgram muslimah. Meskipun dia putri dari orang terpandang, tapi dia jarang menunjukkannya ke publik. Dia lebih dikenal sebagai seorang selebgram daripada seorang putri pengusaha.
Kakaknya bernama Eriza putra hartono. Dia adalah salah satu CEO perusahaan kontraktor ternama di Indonesia. Usianya kini menginjak 28 tahun. Sudah menikah dan memiliki seorang putri bernama Safira putra hatono yang berusia 1 tahun. Istrinya bernama Sinta Lestari, berusia 24 tahun dengan status ibu rumah tangga bersarjana. Meskipun Sinta seorang wanita karir, namun Eri tidak mengizinkannya bekerja.
Papanya bernama Bram hartono, kini usianya sudah memasuki 54 dan istrinya bernama Yanti hartono berusia 48 tahun.
Papa mengimami shalat subuh sampai selesai. Dilanjut dengan Eri yang memimpin doa.
Suasana keluarga Hartono begitu agamis. Bahkan mereka sangat sering berjamaah dengan keluarganya di rumah.
Setelah shalat biasanya mereka membaca Alquran hingga matahari terbit. Setelah itu. semuanya kembali dan bersiap-siap melanjutkan rutinitasnya.
Semuanya menunggu Shofi di meja makan.
"Morning, semuanya." Shofi menarik kursi dan duduk.
"Telat banget sih?" tanya Eri kesal
"Dududuh.. Kak Eri ku sayang, sudah punya bini jangan ketus lagi dong sama adiknya." Shofi melirik Eri tersenyum miring.
"Sudah! ayo makan, nanti kalian telat," tutur Yanti lembut.
"Eri hari ini pulang cepat, kan?" tanya Papa menatap Eri.
"Insyaa Allah, Pa."
"Shofi, hari ini pulang cepet ya, Nak!"
"Maaf Ma, Shofi hari ini harus photo shoot. Ada beberapa produk yang belum sempat Shofi endorse, Ma."
"Kali ini tinggalin dunia selebgram mu, ya. Cuma sehari doang," pinta Yanti penuh harap.
"Ma, lagian ada acara apa sih?"
"Ada teman Papa kesini, jadi kita semua harus kumpul keluarga. Jangan nanti ditanya kamu kemana malah gak ada," jawab Bram memberi pengertian.
"Ya sudah deh, Pa. Nanti Shofi usahain." Kalau sudah permintaan papanya ia hanya membalas dengan lembut agar tidak mengecewakannya.
"Terima kasih, Nak."
Yanti mencetak senyum di bibirnya melihat suaminya berhasil membujuk Shofi.
"Pa, Ma, Eri, berangkat ya!"
Eri berjalan mendekati Papa dan Mamanya untuk mencium punggung tangan mereka. Istri Eri mengantarnya sampai ke depan pintu.
"Pa! Ma! Shofi, juga mau berangkat ni." Ucap Shofi berjalan.
"Anak perempuan kita ada yang kelupaan ni, Pa." Sindir Mama menoleh ke Papa.
Shofi membalikkan badannya dan berjalan ke arah Papa dan Mama.
"Sorry-lah, Ma. Shofi buru-buru." Shofi mencium punggung tangan Mamanya.
"Kebiasaan deh." Mama menatap Shofi.
Shofi merespon dengan mengedip mata kanannya dan menoleh ke Papa.
"Pa! Shofi pamit ya, Pa," pamit Shofi mencium punggung tangan Papanya.
"Hati-hati ya, Nak."
"Assalamualaikum, Pa! Ma!"
"Wa'alaikumussalam warahmatullah."
Shofi beranjak, tak sengaja melihat kakaknya sedang mencium kening istri, dia pun berdeham. "Hmm."
"Kenapa lo?" tanya Eri menoleh ke Shofi.
"Idih! Ayah jahat" Shofi meledek berlagak seperti anaknya Eri.
"Bilang aja lo kepingin?" Balas Eri menatap sinis Shofi.
"Amit-amit," Shofi berjalan meninggalkannya dan masuk ke mobil Eri.
Pom..pom.. Suara klakson mobil.
Eri kesal menoleh ke mobil.
"Cepat dong kak!" Teriak Shofi menatap Eri.
"Tunggu! kalau gak bisa tunggu, lo jalan sendiri aja sana," ketus Eri.
"Mas! sudah! Jangan bikin Shofi telat ke kampus," tutur Sinta lembut.
"Sayang! Mas berangkat ya. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Hati-hati, Mas."
Pom..pom.. Suara klakson mobil.
"Iya, sabar dong, bawel," ucap Eri berjalan menuju mobil dan melambai tangan ke arah Sinta. Sinta membalas lambainya.
"Mbak! Shofi pamit ya." Shofi berpamitan pada kakak iparnya.
Sinta mengangguk kepala dan tersenyum.
Kini Eri dan Shofi telah pergi. Sinta kembali ke kamar untuk melihat putri kecilnya.
Mobil sport melaju meninggalkan rumah Pak Hartono dan menuju ke kampus.
"Kak! Disini aja," titah Shofi mendadak menyuruh berhenti.
"Dek! kenapa lo selalu suruh gue antarin lo sampai sini," tanya Eri bingung.
"Gue gak mau lo dilihat sama anak kampus," ucap Shofi sembari melepaskan seatbelt-nya.
"Lo takut ya kalau gue jadi pusat perhatian?" tanya Eri penuh percaya diri.
"Iya, gue takut lo jadi pusat perhatian, habis itu mereka tau kalau lo itu kakak gue. Bisa-bisa dimanfaatin deh guenya ... Sudah ah, gue mau turun. Terima kasih ya udah antar gue."
"Hmm. Belajar yang rajin tuh, jangan sampai lo kalah sama gue!"
"Sip, Bos! Kali ini gue cum laude."
"Buktikan sama gue!"
"Oh ya, Kak! Kalau gue cum laude lo kasih apa buat gue?"
"Apa aja, yang penting lo cum laude."
"Ok. Kalau gue cum laude lo beliin gue mobil sport terbaru."
"Ok, deal."
"Deal."
Shofi langsung turun dari mobil dan berjalan ke kampus.
Shofi mengenakan dress outfits cream garis garis panjang hitam lewat lutut dengan belt kecil warna hitam dipadukan dengan celana jeans cream, pashmina cream dan sepatu high heel caged shimmer sandals hitam dengan tas selempang hitam berisi Ipad, iphone dan tas kecil berisi makeup, berjalan menuju kampus.
Mahasiswa tau bahwa Shofi seorang selebgram bahkan tidak sedikit yang datang menghampirinya, namun untuk para lelaki, Shofi memberi batasan bagi mereka. Sehingga para lelaki hanya bisa melihatnya dari jauh tanpa ada yang berani mendekatinya.
"Artis lewat" Ucap Tari menghampiri Shofi.
"Haha.. Kurang asem lo," kekeh Shofi. "Yok masuk!"
"Fi! sore ini lo ada jadwal photo shoot untuk 3 brand muslimah." Tari menunjukan agenda Shofi.
"Tar! Lo sebagai asisten gue, lo urus deh semuanya, gue hari ini harus balik cepet ke rumah, nyokap sama bokap gue minta gue biar gak balik telat. Lo tau kan gue gak bisa lihat bokap gue mohon-mohon sama gue," Jelas Shofi menatap Tari penuh harapan.
"Jadi gue cancel nih?" tanya Tari serius.
"Iya dong. Undurin aja sampai besok, dan satu lagi! bilang sama bang Heri gue minta maaf banget untuk hari ini," jelas Shofi.
Shofi bersama dengan Tari berjalan masuk ke kelas.
Sofi dan Tari berbincang-bincang sebentar. Tak lama kemudian dosen datang.
"Assalamu'alaikum." Ucap Pak Boy berjalan masuk dan duduk di kursinya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah" jawab semua mahasiswa dengan kompak dan semangat untuk mengikuti matakuliah pak Boy.
Pak Boy mulai membuka slide dan melanjutkan pelajarannya hingga selesai.
"Mahasiswa saya semuanya. Mohon dengarkan sedikit pengumuman dari bapak," ucap Pak Boy serius.
Semua mahasiswa menatap ke wajah Pak Boy.
"Hari ini bapak terakhir disini, karena bapak harus menyelesaikan pendidikan bapak di Germany selama 1 tahun, jadi untuk mata kuliah bapak, bapak sudah suruh dosen baru untuk menggantikan bapak. Dan selama bapak di sana bapak harap, kalian bisa belajar yang rajin dan tahun depan Insyaa Allah semuanya lulus dengan hasil yang memuaskan."
"Amiinnn." ucap mahasiswa serentak.
"Ada yang ingin ditanyakan sebelum bapak mengakhiri kelas bapak?" tanya Pak Boy menatap semua mahasiswa.
"Ada Pak." Tari menunjuk tangannya.
"Silakan!" Pak Boy menatap Tari.
"Kira-kira dosen pengganti bapak ganteng gak?" tanya Tari tersenyum polos.
"Huuuu...." Sorak semua mahasiswa.
"Tar! ngapain lo tanya begituan, bikin malu tau'" bisik Shofi melirik Tari.
"Ah, biarin'" ucap Tari cuek.
"Sudah-sudah, jangan ribut lagi. Untuk pertanyaan Tari coba dilihat sendiri minggu depan ya."
"Halah Pak.. kasih taulah biar enak tidur entar malam karena gak kepo sama dosen baru kita." Tari memdesak ingin tahu karena penasaran.
"Huuu..." kembali terdengar sorakan dari mahasiswa.
Shofi yang duduk di sebelahnya menepuk jidatnya.."Tari gila."
"Diam dulu kalian." Ucap Pak Boy mengangkat tangannya.
Semua mahasiswa kembali diam.
"Dosen baru kita ini sangat tampan dan smart juga masih muda. Bapak rasa kalian betah belajar dengan dosen muda ini," ucap Pak Boy tersenyum.
"Siapa namanya, Pak?" tanya Tari penasaran.
"Tar! cukup, Tar," bisik Shofi menarik tangan Tari.
"Ah, diam deh lo. Gue kepo tau," bisik Shofi menepis tangan Shofi.
"Untuk namanya, kalian sebaiknya kenalan langsung saja sama beliau minggu depan. Nanti kalau bapak kasih tau semuanya gak surprise lagi dong untuk kalian semua," tutur Pak Boy tersenyum.
"Iya juga ya. Ok deh. Kami tunggu minggu depan, ya gak teman-teman?"
"Huuu.."
"Kalian apaan sih sorak-sorak? kayak pasar ikan aja" ketus Tari.
"Huuu..." sorak mahasiswa.
"Sudah tenang-tenang." Pak Boy menepuk mejanya.
Semua mahasiswa terdiam dan menatap pak Boy.
"Cukup sekian. Terima kasih atas partisipasinya, Bapak akhiri. Assalamualaikum," Ucap Pak Boy beranjak pergi.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah," Ucap mahasiswa serentak.
Semua mahasiswa keluar satu persatu karena kuliah akan dimulai kembali sejam lagi.
"Fi! kita makan yok?"
"Yok. Udah laper juga ni gue" ucap Shofi beranjak pergi.
*Di kantin
Shofi duduk dengan Tari berdua sedang menikmati makanannya.
Datang seorang lelaki yang sangat menyukai Shofi.
"Halo sayang," Ucap Roji sambil duduk di samping Shofi.
"Apa sih lo panggil gue sayang, geli gue dengernya" ketus Shofi.
"Lo ngapain kesini, Ji" tanya Tari cuek.
"Gue gak ada urusan sama lo ya, Tar. Gue kesini mau ketemu sama bebeb gue" ucap Roji melihat Tari sinis dan kembali tersenyum menatap Shofi.
"Rojiun lo lama-lama ngeselin ya" Ucap Tari kesel.
"Udah jangan pada berantem, bikin mood makan gue hilang aja. Yok Tar kita cabut!" ucap Shofi mengentikan makannya dan pergi meninggalkan Roji.
Tari dengan senang hati pergi mengikuti Shofi.
"Bebeb Shofi! jangan pergi dong" ucap Roji berdiri.
"Berani lo ikuti gue, gue blok lo di instagram gue" Ketus Shofi menghentikan Roji.
"Ok..ok.. gue gak ikutin lo, tapi jangan diblok ya. Gak tau sudah berapa akun yang udah lo blok" ucap Roji lesu.
"Nah, kalau lo gak mau gua blok, turuti perintah gua" Ucap Shofi tegas.
Roji mengangguk kepala dan hanya menyaksikan kepergian Shofi dan Tari.
"Mampus lo, emang enak" Tari memalingkan wajahnya melihat Roji sambil menjulur lidahnya.
.
"Tari!" Panggil Shofi menggertak giginya.
Tari langsung memalingkan wajahnya dan berjalan mengikuti Shofi.
*Di rumah.
Mama Yanti dan Bi Ijah sibuk memasak. Sinta berjalan menghampiri Mama Yanti yang sedang menggoreng ikan.
"Ma! biar sini biar aku bantu" Pinta Sinta.
"Nih, kamu tolong potong sayurnya ya" ucap Mama Yanti menunjukkan sayuran.
Sinta mengambil pisau dan memotongnya.
"Begini bisa, Ma?" Sinta menunjuk hasil potongannya.
"Iya bagus, nanti dipisahin ya" ucap Mama yanti.
Sinta kembali memotong sayurannya dan meletakkannya secara terpisah-pisah.
"Ma! untuk apa kita masak sebanyak ini ?" tanya Sinta bingung.
"Nanti malam kita kedatangan tamu nak" ucap Mama Yanti tersenyum.
"Tamu? Apa hubungannya dengan Shofi yang disuruh pulang cepat?" tanya Sinta polos.
"Sayang..! tamu kita ini sangat penting, mereka ini sahabat Papa dan kita harus berkumpul malam ini" jelas Mama Yanti penuh kelembutan.
Sinta mengangguk kepala dan melanjutkan memotong sayuran.
*Di Bandara.
Seorang lelaki tampan, berkulit putih, tinggi dan badannya kekar turun dari pesawat dengan sebuah tas di tangannya.
Kring..
Lelaki itu meroboh saku dan mengambil handphonenya.
"Assalamualaikum, Ma"
"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Udah sampai kemana, nak ?" tanya Mama Salma.
"Baru aja sampai bandara, Ma. Dimana sopir yang menjemput aku, Ma?" Lelaki tampan itu melihat seluruh sudut bandara.
"Tunggu sebentar nak ya, biar Mama hubungi" ucap Mama Salma.
"Den" panggil Pak Tejo dari kejauhan menghampiri lelaki tampan.
"Eh Ma..Ma.. Gak usah di telpon lagi, ni Pak Tejo udah sampai"
"Baik nak, hati-hati ya. Assalamualaikum" ucap Mama Salma mengakhiri.
"Iya Ma, Wa'alaikumussalam warahmatullah".
Tut..tut..tut..
"Maaf Den! bapak telat" ucap Pak Tejo.
"Ya, gak apa-apa Pak, tolong bawakan tas saya" tutur lelaki itu.
"Baik Den. Mari ke arah sini" tutur Pak Tejo berjalan dengan membawa tas lelaki tampan itu.
Lelaki tampan itu bernama Aditya Sultan Yusuf. CEO Sultan holding. Berusia 28 tahun.
Adit terus berjalan mengikuti Pak Tejo.
Sampai di parkiran, Pak Tejo memasukan tas Adit di bagasi mobil dan membukakan pintu untuk Adit.
Pak Tejo langsung mengemudi mobilnya sampai ke rumah.
Adit sibuk dengan handphone sepanjang perjalanan.
"Den! kita sudah sampai" ucap Pak Tejo menoleh ke Adit.
"Oh, makasih Pak, ya" ucap Adit memasukan handphone ke sakunya.
Pak Tejo membuka pintu dan Adit keluar dari mobil.
Adit berjalan masuk dan menghirup udara segar.
"Akhirnya setelah beberapa tahun aku kembali lagi" bathin Adit.
Tok..tok..tok..
Mama Salman langsung membuka pintu dengan kedua tangannya dan tersenyum bahagia melihat anaknya.
"Assalamualaikum, Ma" Adit memeluk Mama Salma.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah" Mama Salma membalas pelukannya.
"Ayo masuk, pasti kamu capek sekali" tutur Mama Salma melepas pelukannya.
"Iya Ma, capek banget. Tapi Adit rindu Mama" ucap Adit manja.
"Mama sangat rindu anak Mama, ayo masuk dulu" ajak Mama Salma.
Keduanya berjalan masuk dan duduk di ruang tamu.
"Bi..bibi" panggil Mama Salma.
"Iya Nya" ucap bi Imah.
"Tolong buatkan minum untuk pria tampan ini" pinta Mama Salma tersenyum.
"Eh, Den! sudah pulang?" ucap bi Imah menatap Adit yang sedang merebahkan tubuhnya di sofa.
"Iya Bi, baru aja sampai" ucap Adit menatap bi Imah.
"Den! mau minum apa biar bibi buatkan" tawar Bi Imah lembut.
"Apa aja deh, Bi. Pokoknya semuanya yang bibi buatkan Adit minum" ucap Adit lembut.
"Tunggu sebentar Den ya" ucap bibi beranjak pergi.
Adit mengangguk kepalanya.
"Dit! nanti malam kita ada acara makan malam di rumah teman Papa, ikut ya!" ucap Mama Salma penuh harapan.
"Adit mau istirahat, Ma. Baru juga sampai" ucap Adit menolak.
"Memangnya kamu gak rindu sama Eri dan Shofi?" tanya Mama Salman tersenyum.
"Adit ikut, Ma. Lama Adit gak gangguin si Shofi gendut itu" tutur Adit penuh semangat.
"Den! silakan diminum" ucap Bi Imah meletakkan minuman di atas meja.
"Terima kasih, Bi ya" ucap Adit tersenyum.
"Sama-sama, Den" ucap Bi Imah kembali ke dapur.
"Bismillah" Adit langsung minum minuman yang disugukan bi Ima.
"Setelah minum kamu istirahat dulu di kamar. Ingat, jam 7 kita langsung berangkat" ucap Mama Salma lembut.
"Ok, Ma" ucap Adit mengangguk kepala sambil meletakkan minumannya.
"Mama tinggal ya, kalau sudah minum, kamu langsung masuk kamar ya" ucap Mama meninggalkannya.
"Den! mau dibawa ke atas tasnya?" Tanya Pak Tejo menghampiri Adit.
"Gak usah Pak, biar Adit bawa sendiri saja" ucap Adit sambil menghabisi minumannya.
"Baik Den. Bapak letak disini ya" ucap Pak Tejo meletakkan tasnya.
"Terima kasih, Pak ya" ucap Adit mengambil tasnya.
"Sama-sama Den. Bapak permisi ya" ucap Pak Tejo meninggalkannya.
Adit terus berjalan menaiki tangga satu persatu hingga sampai di kamarnya.
Krek..
Adik membuka pintu kamarnya dan melihat semua barangnya masih tersusun rapi sama persis seperti beberapa tahun lalu.
Adit menutup pintu dan langsung berjalan ke kasur untuk merebahkan tubuhnya.
Tanpa sengaja Adit terlelap dengan baju yang belum sempat di ganti dan baju dalam tas juga belum dirapikan.
Krek..
Mama Salma masuk dan melihat Adit tertidur sangat pulas dan tak tega membangunkan anaknya.
"Pasti sangat lelah sekali nak ya" gumam Mama Salma menyelimuti anaknya.
Mama Salma melihat seisi ruangan dan menemukan tas Adit yang belum dirapikan.
Mama Salma mengeluarkan baju Adit dari tas dan merapikannya ke dalam lemari. Kemudian pergi keluar tanpa menimbulkan suara.
Mama Salma turun dari tangga menuju ke ruang makan.
"Nya! ini makanan untuk Den Adit" ucap bi Imah menyerahkan nampan berisi Nasi dan minuman.
"Biarkan disitu saja. Adit lagi tidur, jangan diganggu ya, bi" tutur Mama Salma lembut.
"Baik, Nya" ucap bi Imah meletakkan kembali nampannya.
-----
*Di kampus.
"Akhirnya selesai juga" ucap Tari memasukkan buku ke dalam tas.
"Gue duluan ya" ucap Shofi mengambil tasnya.
"Eh tunggu, biar gue antar" ucap Tari.
"Gue mau langsung balik ke rumah Tar" ucap Shofi menatap Tari.
"Iya gue tau. Biar gue antar lo" ucap Tari menarik tangan Shofi.
"Ah, Ok" Shofi berjalan mengikuti Tari.
Tari dan Shofi berjalan ke parkiran dan mengambil mobil sportnya.
"Fi, lo anak orang kaya, selebgram lagi, tapi kenapa mobilpun gak ada?" tanya Tari bingung sambil nyetir.
"Gua rasa lo taulah kenapa sampai sekarang gue belum boleh nyetir mobil sendiri. Kalau bukan karena sepupu gua mati saat nyetir mana mungkin gue kayak gini" jelas Shofi kesal.
"Iya sih, tapi lo udah gede, bentar lagi lo sarjana, masa nyokap sama bokap lo masih ngelarang lo nyetir" ucap Tari bingung.
"Lo ngomong enak. Kalau misalnya lo diposisi gue gimana?" tanya Shofi menatap Tari.
"Gue rayulah nyokap sama bokap gue" ucap Tari santai sambil sesekali melirik Shofi.
"Udah gue coba, tapi syaratnya gue harus nikah dulu baru boleh nyetir." ucap Shofi lesu.
"Wah parah orangtua lo, berat banget syaratnya" ucap Tari terkekeh.
"Gak taulah, orangtua gue. Suka banget lihat anaknya jadi gembel gini, cuma numpang di mobil mewah lo, Tar" ucap Shofi lesu.
"Wes, jangan bilang gembel numpang di mobil mewah gue dong"
"Terus apa juga" balas Shofi sendu.
"Lo itu sahabat gue dari kecil, gue juga asisten lo sekarang, jadi gak ada istilahnya gembel. Lagian kalaupun di cek, lo lebih kaya dari gue" ucap Tari tersenyum.
"Kaya? semua uang gue udah gue investasi, dan cuma lo yang tau" ucap Shofi menatap Tari.
"Hahaha.. Iya lah bos properti. Sekarang lo nyetir-nyetir villa aja, biar gue yang nyetir mobil" ucap Tari tertawa.
Plak..
"Kenapa lo pukul kepala gue" ucap Tari mengusap kepalanya.
"Sini biar gue pukul lo sekali lagi" ucap Shofi menggepal tangannya hendak memukul Tari.
"Eh..eh.. Lo kejam kali sama gue" ucap Tari menghindari.
"Gimana gak? gak ada bagus-bagusnya lo ngomong sama gue" ucap Shofi kesal.
"Hahaha.. Udah cukup, turun lo sekarang" ucap Tari menghentikan mobil di pintu gerbang rumah Shofi.
"Makasih, Tar." ucap Shofi menatap Tari.
"Sama-sama" ucap Tari menatap Shofi.
"Lo gak ikut turun sekalian?" tanya Shofi melepaskan seatbelt.
"Gak usah deh, Fi. Lo bayar gue aja" ucap Tari.
"Sini biar gue gebukin lo. Dalam otak lo duit-duit aja" ucap Shofi kesal.
"Gue butuh duit buat shopping-lah" ucap Tari kesal.
"Shopping? setiap ke mall gue yang selalu belanjain buat lo" ketus Shofi.
"Tapi gue asisten lo, Fi" ucap Tari lembut.
"Cuma gue bos yang baik sama asisten matre kayak lo" ucap Shofi.
"Iya udah deh, gue akui lo bos gue yang paling baik. Tapi kapan lo ajak gue shopping lagi?" tanya Tari lembut.
"Nah kalo gini aja lo puji-puji gue" ucap Shofi tersenyum.
"Ayo lah, Fi" Tari merengek.
"Ok, Insyaa Allah hari minggu ini kita shopping" ucap Shofi tersenyum terpaksa.
"Lo memang paling best deh pokoknya" ucap Tari memeluk Shofi.
"Eh lepas, Tar. Kecekik gue, gak bisa bernafas" Shofi ngeluh.
"Eh sorry sorry sorry" ucap Tari melepas pelukannya.
"Gue turun ya, sampai jumpa besok di kampus" ucap Shofi membuka pintu dan turun.
Tari menurunkan kaca pintu mobil dan menatap Shofi kemudian pergi.
Shofi berjalan masuk ke rumah.
-----
*Di dapur.
"Sinta coba lihat udah jam berapa?" tanya Mama Yanti sambil menanak nasi.
"Jam 4, Ma" ucap Sinta melihat jam di tangannya.
Tok..tok..tok..
"Bi, bukain pintu. Mungkin Shofi sudah pulang" pinta Mama.
"Baik, Nya" ucap bibi beranjak.
Krek..
"Assalamualaikum, Bi" Ucap Shofi berjalan masuk.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah" Ucap bi Imah menutup pintu kembali.
"Mama mana, Bi ?" tanya Shofi melihat sekeliling ruangan.
"Nyonya ada di dapur, Neng" ucap bi Imah.
Shofi berjalan ke dapur menemui Mama Yanti.
"Wah, Mama masak banyak Siapa yang mau makan?" tanya Shofi sambil duduk di kursi dapur.
"Ini untuk kita dan juga tamu kita" Ucap Mama Yanti tersenyum.
"Tamu, Ma?" tanya Shofi bingung.
"Iya sayang, kamu pasti senang deh" ucap Mama yanti tersenyum.
"Senang? Apa hubungannya?" tanya Shofi makin bingung.
"Dari pada kamu banyak tanya, mending bantuin Mama masak" ajak Mama Yanti lembut.
"Ogah deh Ma, mending Shofi ke kamar". Ucap Shofi beranjak.
"Hei! kamu selalu gitu kalau disuruh bantu Mams masak" ucap Mama menghentikan langkah Shofi.
"Mama taukan kalau Shofi gak bisa masak" ucap Shofi menoleh Mama Yanti.
"Karena gak bisa makanya belajar. Tuh lihat Mba mu, dulu dia wanita karir, setelah nikah sama kakak mu, gak pernah bilang gak bisa masak" ucap Mama.
"Tapi Shofi belum nikah, Ma" ucap Shofi.
"Jangan tunggu nikah baru belajar, cepat sana ganti baju dan bantuin Mama" tegas Mama Yanti.
"Mama.." panggil Shofi melas.
"Gak boleh bantah" tegas Mama Yanti.
"Iya deh" ucap Shofi beranjak pergi ke kamarnya yang berada di atas.
"Anak ini susah kali dibilanginnya" Gumam Mama Yanti.
"Ma! jangan tegas kali dengan Shofi, kasihan dia" Ucap Sinta mendekat.
"Kamu ini selalu manjain adik iparmu itu" Ucap Mama kesal.
"Bukan manjain, Ma. Tapi dia masih kuliah, biarlah, Ma. Dulu Sinta juga gitu kok, Ma" bujuk Sinta lembut.
"Tapi umur dia makin lama makin tua, kalau bukan sekarang kapan lagi? Dan Mama minta sama kamu, tolong ajarkan dia masak" pinta Mama penuh harapan.
"Baik Ma" ucap Sinta mengangguk kepala.
-----
*Di kediaman Adit.
"Ma..mama" panggil Rangga.
"Assalamualaikum Rangga" ucap Mama Salma menghampirinya.
"Hehehe.. Lupa, Assalamualaikum Ma" ucap Rangga menggaruk kepalanya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah, ada apa teriak-teriak panggil Mama?" tanya Mama Salma penasaran.
"Adit, mana ?" tanya Rangga melihat seisi ruangan.
"Adik mu sedang tidur di dalam" ucap Mama Salma.
Rangga terus berjalan menuju kamar Adit.
"Rangga, jangan ganggu adikmu sedang tidur" teriak Mama Yanti.
Rangga tak menghiraukannya dan langsung masuk ke kamar Adit.
Adit masih terbaring di kasurnya. Rangga langsung datang melompat ke kasur Adit.
"Siapa sih gangguin aja" ucap Adit membalikkan tubuhnya.
"Woi.. bangun!" teriak Rangga di telinga Adit.
Adit terkejut dan langsung duduk sambil mengusap telinganya.
"Gila lo ya" ucap Adit kesal.
"Wih.. Sok kali lo ya yang baru pulang dari Germany" ledek Rangga.
"Bukan sok, tapi gue ngantuk. Keluar sana dari kamar gue!" Ucap Adit kembali tidur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Eh, ngapain lo masih tidur? bangunlah!" Rangga menarik selimut.
"Gue ngantuk Ngga." Ucap Adit mempererat menutupi tubuhnya.
"Lo mah gitu, sengaja gue pulang kantor cepet buat ketemu sama lo, tapi lo acuhin gue" ucap Rangga lesu.
"Lo mau ngomong apa ?" ucap Adit membuka selimutnya dan duduk.
"Nah, gitu dong" Ucap Rangga senang.
"Cepat bilang, gue mau lanjut tidur" ucap Adit kesal.
"Ini udah sore, bentar lagi magrib, lo jangan tidur lagi" ucap Rangga tersenyum.
"Lo kira Germany-Indonesia dekat ?" ketus Adit kesal.
"Iya, gue tau jauh. Tapi lo tidur nanti malam aja, ya!" ucap Rangga tersenyum.
"Cepat lo bilang, lo ngapain kesini" tanya Adit kesal.
"Mana oleh-oleh gue dan untuk calon istri gue?" ucap Rangga menadah tangannya penuh harapan.
"Emang lo kesini gak ada gunanya. Keluar sana!" Adit menarik tangan Rangga agar ia cepat keluar.
"Weh! kasar kali lo" ucap Rangga kesal.
Dam... Adit menutup pintunya dan segera mengunci pintu kamarnya.
Rangga dengan wajah kesal turun ke bawah. Mama Salma tertawa melihat Rangga dengan wajah masam lalu menghampirinya.
"Kan sudah Mama bilang jangan ganggu adikmu, gak dengar sih" ucap Mama Salma sambil tertawa.
"Au ah" ucap Rangga kesal dan meninggalkan Mama Salma.
"Ada aja kelakuan kakak beradik ini" Gumam Mama Salma tersenyum.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!