Derap langkah dan suara sepatu itu terdengar saat pintu tertutup. Tiba-tiba derit menyaring terdengar dari pintu tadi yang di buka dengan kasar.
Terlihat pria paruh baya dengan wajah yang menakutkan berjalan tergesa-gesa, seperti mencari sesuatu.
Terdengar suara teriakan mencari-cari seseorang yang selalu ia disebut sebagai anak pembawa sial.
"Dimana kau? Hei ... anak pembawa sial! Keluar kau!" Pria itu terus saja berteriak dengan keras, sembari mencari seseorang yang selalu dia sebut sebagai anak pembawa sial.
"Di mana kau simpan? Beraninya kau! Hardik pria paruh baya tadi dengan nada suara yang keras seperti seorang debt collector yang menagih hutang.
Pria itu adalah Kim Jung, ayah dari Moly. Ayahnya itu memiliki kebiasaan buruk yaitu mabuk-mabukan dan berjudi hingga hutangnya begitu besar. Tabiat sang ayah membuat Moly harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kim Jung seperti tidak memperdulilakan keluarganya. Kim Jung hanya bersenang-senang berjalan kesana kemari seperti orang tidak waras.
Pagi ini langit sangat cerah matahari mulai menerbitkan sinarnya.
Adegan sebelum insiden terjadi.
Moly sedang bersiap-siap untuk pergi berbelanja kebutuhan sehari-hari bersama adiknya. Tak lupa dirinya mengajak ibunya untuk menghirup udara yang sangat segar.
"Josen! kenapa kamu lama sekali?" teriak Moly membuat josen terburu-buru keluar kamar mandi.
"Iya tunggu sebentar kakak?" ucap Josen segera keluar kamar mandi .
Mereka pun berangkat kepasar berjalan kaki, Moly bersajalan sambil bersenda gurau dengan Josen. Mereka kejar-kejaran seperti anak kecil yang sedang rebutan permen.
Airin terlihat bahagia melihat anak-anaknya tertawa sebahagia itu.
"Bu, kakak memukul ku. Tolong hukum dia?" ucap Josen lee.
"Kita sudah sampai, kalian mau membeli makanan apa untuk dimasak?" Tanya Airin kepada Moly.
"aku ingin makan ayam bu." jawab Moly
"memangnya kakak punya uang untuk membeli ayam?" celetuk Josen membuat Moly langsung menatapnya.
PLAK ! Pukulan mendarat dibahu josen.
"Kakak! Kenapa kakak memukul ku? aku hanya bertanya?" gerutu Josen.
"Kau ini meremehkan ku! " seru Moly ingin memukul Josen tapi dengam cepat Josen menghindar.
"Lihat lah bu, kakak memukul dan mebentak ku?" Keluh Josen kepada Airin.
Airin hanya tersenyum melihat josen mengadu kepadanya.
"Apa uangnya cukup untuk membeli ayam?" tanya Airin sedikit khawatir.
"Ibu tenang saja, aku dapat uang tambahan dari bosku. Jadi hari ini kita bisa makan enak." jawab moly langsung berjalan membeli ayam.
Ketika Moly sedang meminta penjual ayam untuk membungkus satu ekor ayam. Matanya langsung menatap kearah Josen yang sedang berdiri dengan santai, Moly memanggil namanya dengan begitu lembut.
"Josen ... Kemarilah." Moly memanggil Josen dengan suara yang lembut. Mendegar nada suara yang berbeda daei biasanya, Josen pun mendekat kearah sang kakak.
Moly langsung memberikan beberapa kantong belanjaan yang cukup banyak kepada Josen. Membuat Josen kualahan dengan banyak nya barang ditangannya.
"Kak sudah cukup! Tanganku sudah penuh kantong belanjaan." keluh Josen kepada Moly.
"Baiklah, mari kita pulang." ajak Moly berjalan keluar pasar bersama ibu dan adiknya.
Mereka berjalan kaki karena akses menuju pasar cukup dekat dengan rumahnya, terlihat Josen kesusahan membawa barang pelanjaan itu. Moly terus berjalan tanpa menghiraukan Josen, tiba-tiba langkahnya berhenti didepan rumah.
Moly merasakan ada sesuatu yang janggal dirumahnya. Moly langsung menyuruh Josen untuk membelikan sesuatu.
"Kakak lupa membeli cabe bubuk? Tolong kamu belikan ya. "pinta Moly memberi uang kepada Josen.
"Astaga, kakak ini sengaja mengerjai ku ya?" ucap Josen meletakan semua barang itu.
"Jika kau tidak mau, aku tidak akan memberikan mu uang jajan." ucap Moly menatap Josen.
Josen pun terpaksa menerima uang itu dan pergi memembeli cabe bubu, ditemani Airin.
"Menyebalkan." gerutu Josen sambil berjalan.
"Sudah ikuti saja kata kakakmu, mungkin dia lupa." Airin berusahan melerai emosi Josen, sambil membeli sesuatu yang dibutuhkan.
Moly langsung masuk kerumah, dirinya terkejut melihat rumah begitu berantakan. Moly melihat setiap sudut tetapi dirinya tidak menemukan siapapun.
Moly memegang botol minuman keras yang sering diminum ayahnya, terdengar suara yang tak asing Moly menoleh ke arah sumber suara.
"Rupanya kamu sedang membeli banyak makanan?" ucap Kim jung kepada Moly.
"Ayah" ucap Moly.
"Apa kamu terkejut melihat ku? Aku kemari ingin mengambil sertifikat itu! katakan dimana surat itu!" seru Kim jung kepada Moly.
Moly pun hanya terdiam tidak mengeluarkan satu katapun.
"Jangan diam saja! Dimana surat itu! Apa kau tidak menganggap aku ini ayahmu? " seru Kim Jung mulai frustasi dengan sikap Moly yang hanya diam saja.
Tetap tidak ada jawaban dari Moly, Kim Jung dengan sekuat tenaga mendekati Moly dan menampar Moly sampai Moly terjatuh kelantai.
Tamparan itu cukup keras, sampai membekas tanda merah dipipi Moly. Dengan penuh keberanian Moly bangkit dan menatap Kim Jung dengan penuh amarah.
"Sampai kapan pun aku tidak akan memberikan surat ini kepada ayah!" triak Moly dengan nada bergetar.
"Apa! Beraninya kau berteriak didepan ayahmu sendiri? Astaga, kau anak yang tidak tahu sopan santun!" seru Kim Jung.
"Kali ini aku beri kesempatan mu untuk hidup, jika kau tidak memberikan surat itu? Maka aku akan membunuhmu." jelas Kim Jung membuat Moly terpaku diam tak menjawab apapun.
Moly masih terpaku dengan ucapan ayahnya sendiri. Tidak menyangka ayahnya akan setega itu untuk membunuhnya.
Moly mengusap air matanya, dan langsung membereskan rumah yang berantakan. Tak lama Josen dan Airin kembali dengan sekantung belanjaan.
Tanpa rasa curiga, Airin memasak makanan kesukaan Moly dan Josen. Saat sedang memasak Airin merasa perutnya mulai terasa nyeri, Airin mencoba menahan sampai keluar keringat di keningnya.
Josen dan Moly sedang asik menyiram bunga di halaman rumahnya. Terdengar suara seperti sesuatu yang terjatuh membuat Moly langsung masuk kedalam mencari sumber suara.
Moly terkejut melihat ibunya tergeletak pingsan dilantai.
'Ibu !" Seru moly langsung mendekat kearah ibunya.
Moly berusaha mengangkat Airin ke kursi ruang tamu, Moly terus mengusap tangan ibunya.Tak lama Airin pun tersadar dari pingsannya.
"Jangan khawatirkan ibu, Ibu hanya kelelahan." ucap Airin.
"Maafin Moly ya bu, ngajakin ibu jalan kaki kepasar." ucap Moly sambil menundukan kepalanya
"kak ini air hangatnya."kata Josen memberikan air hangat itu kepada Moly.
"Apa yang ibu rasakan?" tanya josen terlihat khawatir.
" Mungkin ibu hanya kelelahan." jawab Moly.
"Ibu tenang saja, nanti biar Josen yang mencuci piring bu." ucap Josen.
Moly yang mendengar Josen menawarkan diri untuk mencuci piring, langsung menatap josen. "Awas jika kau berbohong ya? Kakak akan memukul mu! Mengerti!" seru Moly menatap Josen seakan memukulnya.
"Kakak mulai lagi." gerutu Josen meletakan makanan diatas meja.
Mereka pun menikmati makanan, Moly terus memperhatikan gerak-gerik ibunya yang seperti menahan sakit.
"Apa ini terasa sangat sakit bu?" ucap Moly membuat Airin menoleh kearah Moly.
"Bu, apa boleh aku bermain futsal bersama teman-teman ku?" ucap Josen meminta izin kepada ibunya.
"Tidak diizinkan! Kamu harus jagain ibu! Kakak mau berangkat kerja." perintah Moly sambil mengunyah makanan.
"Jahat sekali kakak ini, ibu saja sudah mengizinkan ku. Kenapa kamu melarangku?" ucap josen dengan wajah cemberut.
Karena mengetahui adiknya merajuk. Moly akhirnya langsung menggodanya.
"Nanti kakak kasih tambahan uang jajan." bujuk Moly.
"Benarkah? Yasudah berikan sekarang!" ucap Josen.
" Lakukan tugasmu dulu nanti aku akan membayarmu." ucap Moly dengan senyuman.
"Baiklah, jika kakak bohong aku tidak ingin berbicara dengan kakak lagi."ucap Josen.
Moly pun mempersiapkan diri untuk berangkat kerja, jarak tempat kerja Moly dengan rumah cukup jauh, membuat Moly harus berangkat lebih awal. Moly bekerja di salah satu resto ternama dikota "XX" resto yang selalu ramai pengunjung.
Membuat banyak orang selalu berdatangan dari beberbagai penjuru.
Kesibukan Moly dimulai.
BERSAMBUNG.
Dengan terburu-buru Moly berjalan manuju halte untuk menunggu mobil bus. Saat mobil bus dateng Moly langsung menaiki mobil itu.
Mobil bus itu berjalan sekitar 20 menit, untuk menuju halte yang dituju Moly. Mobil pun berhenti dihalte dan Moly turun dari Mobil dengan terburu-buru.
Kakinya terus melangkah dengan terburu-buru, ia merasa telat. Tidak melihat jalan dengan baik, Moly menabrak seorang pria tampan berbadan kekar seperti seorang atlet.
Benturan badan Moly dengan Punggung pria itu cuku keras membuat Moly terjatuh. Tak berani menatap pria itu, Moly langsung menutup wajahnya.
"Maafkan saya tuan, saya tidak sengaja." ucap Moly menundukan kepalanya tanpa melihat pria itu.
Pria itu masih terdiam melihat tingkah Moly.Tak memperhatikan wajah wanita itu, karen pria itu sedang berbicara melalui telpon dengan seseorang.
"Kenapa pria ini diam saja? Apa aku menabrak patung? Tapi ... kakinya nyata seperti kaki manusia?" gumam Moly terus bertanya-tanya.
Tidak ada respon dari pria itu. Moly pun langsung kabur setelah melihat pria itu sedang bebicara melalui telpon.
"Ini kesempatan aku untuk kabur." gumam Moly.
Moly akhirnya berlari menjauh dari pria itu, dengan kecepatan maksimal. Sampai ditempat dirinya bekerja, Moly berusaha mengatur napasnya yang tergesa-gesa.
"Mol kamu kenapa? Apa kamu sedang berolaraga?" tanya Choi kepada Moly.
Choi adalah teman kerja Moly diresto itu, mereka terlihat sangat akrab.
Tanpa menjawab pertanyaan Choi, Moly langsung mengganti pakaian dengan pakaian kerja.
"Wanita yang aneh." ucap Choi menggelengkan kepalanya.
"Wanita siapa yang kamu maksud?" bisik Moly diterlinga Choi.
"Astaga!" Choi merasa terkejud dengan bisikan itu. Choi langsung menoleh ternyata suara Moly. Moly langsung tersenyun manis, berjalan menuju meja admin untuk mengecek pekerjaanya.
■■■
Pria itu mencari gadis yang tadi sempat menabraknya.
Dimana gadis itu? Sial! Umpat pria itu.
Pria itu bernama Yojin, Park Yojin. Seorang pewaris MC.Group. Putra tunggal keluarga Park Hye Son.
Park Yojin terkenal dengan sifatnya yang tempramen, dingin dan arogan. Tapi banyak wanita yang menyukainya meski mendengar rumor yang beredar di luar sana.
Park Yojin memiliki wajah yang begitu tampan, berkarisma, badan seperti seorang atlet. Yojin langsung menuju mobilnya dan melajukan mobilnya menuju kantor.
Saat Moly sedang sibuk, tiba-tiba pak Bima datang menghampiri Moly dengan senyum genitnya.
"Sepertinya terlihat sangat sibuk?" Tanya pak Bima.
Pak Bima sebutan nama pemilik resto tempat Moly bekerja.
"Anda benar sekali pak, hari ini cukup ramai." Jawab Moly sambil memeriksa pesanan pelanggan.
"Baiklah lanjutkan pekerjaan mu, Oiya nanti keruangan saya ya." pinta pak Bima langsung berjalan menjauh dari hadapan Moly.
Ucapan pak Bima membuat Moly langsung berhenti dari aktivitasnya, dan menatap pak Bima yang mulai menjauh dari hadapannya.
Airin merasa perutnya semakin sakit dan sangat sakit sehingga dirinya memanggil Josen berkali-kali. Tidak ada jawaban dari Josen, Airin pun pingsan di ruang tengah.
Josen pun keluar dari kamar mandi, karena dia merasa ingin buang air besar. Josen keluar dari kamar mandi berjalan menuju ruang tengah.
Dirinya sangat terkejut melihat ibunya sudah tergeletak diruang tengah.
"Ibu!" Seru josen langsung menghampiri ibunya.
Josen pun panik melihat ibunya tidak sadarkan diri. Josen pun menelpon moly tetapi tidak ada jawaban.
"kenapa tidak mengangkat panggilanku?" ucap Josen.
"Ayo angkatlah? Kumohon." pinta Josen menghubungi Moly tapi tak ada jawaban.
Tanpa pikir panjang Josen langsung membawa ibunya kerumah sakit terdekat.
Moly sedang sibuk dengan pekerjaannya tidak menyadari bahwa ponsel nya terus berdering.
Jam menunjukan pukul 09.00WIB.
Moly pun berkemas-kemas dan segera menemui pak Bima yang sudah menunggu diruangannya. Moly berjalan sampai didepan ruangan pak Bima Moly mengetuk pintu itu.
Terdengar suara dari dalam, Moly pun langsung masuk. Melihat pak Bima sedang duduk santai didepan mejanya.
"Maaf pak, ada keperluan apa ya pak memanggil saya?" tanya Moly.
Pak Bima tersenyun menatap Moly.
Moly merasa bingung dengan sikap pak Bima yang tidak seperti biasanya.
"Saya mau tawarkan kamu, pekerjaan yang lebih baik." ucap pak Bima.
"Apa! Bapak memecat saya?" ucap moly dengan wajah yang terkejut.
"Bukan begitu maksud saya, tidak ada niatan saya memecat kamu. Saya hanya ingin membantu kamu untuk melunasi semua hutang orang tuamu." jelas pak Bima dengan sangat hati-hati.
"Apa yang mau pak Bima tawarkan kepada saya?" ucap Moly.
"Apa kamu mau menjadi istri seorang pewaris MC.Group?" tanya pak bima dengan sangat hati-hati.
"Apa! Bapak ingin menjual saya?" Ucap Moly dengan wajah yang sangat terkejut.
"Astaga! Bukan begitu maksud saya, saya hanya menawarkan kamu sebagai istri bayaran, seorang pengusaha yang kaya raya. Hanya untuk sementara saja." ucap pak Bima.
"Istri bayaran? Maksudnya pak?" ucap Moly dengan wajah yang bingung.
Bima pun mulai menceritakan tentang kontrak sebagai istri bayaran kepada Moly dengan detail.
"Beri saya waktu ya pak. Saya harus memikirkan semua ini." ucap Moly.
"Baiklah, saya sangat mengharapkan keputusan mu. Saya kasih waktu 3 hari, dan besok teman saya akan ke sini untuk bertemu dengan mu." ucap pak bima.
"Secepat itu pak?" ucap moly.
Pak Bima menganggukan kepalanya menandakan iya.
Moly pun kembali keruang ganti dan memeriksa ponselnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Josen. Membuat Moly langsung menelpon Josen.
Josen mengatakan kondisi ibunya yang langsung dilarikan kerumah sakit. Moly yang mendengar semua itu langsung terburu-buru keluar dari resto.
Melihat Moly terburu-buru keluar dari resto itu, pak Bima yang melihat kepanikan Moly, pak Bima langsung mengurungkan niatnya untuk mengejar dan bertanya kepada Moly.
Sampai lah Moly dirumah sakit dan menemui Josen yang sedang duduk diruang tunggu.
"Bagaimana keadaan ibu?" tanya Moly dengan suara yang lemas.
"Ibu tidak sadarkan diri kak." ucap Josen.
"Kak, sepertinya ibu mempunyai penyakit yang serius?" ucap Josen.
"Apa kata dokter?" Moly menatap Josen dengan wajah wajah datar.
"Aku khawatir terjadi sesuatu dengan ibu?" ucap Josen dengan wajah yang sangat khawatir.
"Jangan khawatir, serahkan semua sama dokter ya." ucap Moly menenagkan adiknya.
Moly menatap kondisi ibunya melalui pintu yang terdapat kaca kecil untuk melihat kondisi didalam. Tak lama dokter dan perawat pun datang untuk memeriksa kondisi pasien Airin.
"Apa ada wali dari pasien Airin?" tanya perawat itu.
Moly langsung mendekati perawat itu.
"Saya sus" ucap Moly.
"Nona silahkan ikuti kami keruangan dokter." ucap Perawat itu.
Moly akhirnya mengikuti perawat dan dokter itu menuju ruang konsultasi.
Saat diruangan, dokter menjelaskan kondisi Airin yang saat ini, Moly yang mendengar pun sangat terkekjut. Dirinya tidak menyangka bahwa selama ini ibunya menderita penyakit yang serius.
Saat dokter menunjukan hasil pemerikaan CT Scan, ternyata kanker yang diderita sudah memasuki stadium akhir. Kemungkinan kecil untuk sembuh total.
Mendengar penjelasan dari dokter, dada Moly terasa sangat sesak. Moly berusaha untuk menahan tangisnya.
"Dok, apa yang harus saya lakukan?" tanya Moly.
"Ini keputusan yang sangat berat, Pasien Airin membutuhkan operasi darurat kerena sebagian hatinya membengkak akibat infeksi, tapi kondisinya saat ini tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi, karena tekanan darahnya yang meningkat sehingga detak jantungnya melemah." jelas dokter dengan detail.
"Saat ini pasien Airin masih bisa bertahan dengan alat yang terpasang ditubuhnya." ucap dokter itu.
"Lakukan yang terbaik untuk ibu saya dok, kumohon?" pinta Moly.
"Berdoalah kepada Allah semoga dipermuda segalanya. Kami tim medis hanya bisa melakukan sesuai prosedur nona, selebihnya serahkan pada yang diatas." ucap dokter itu.
Moly pun keluar dari ruangan dokter dan berjalan melihat ruangan dimana ibunya sedang dirawat.
"Aku harus mendapatkan uang untuk biaya pengobatan ibu." gumam Moly didalam hati
"Kak bagaimana? Apa kata dokter?" tanya Josen.
Next.
guys gambar itu ilustrasi semata ya semoga imajinasi kalian semakin nyata🥰
Moly terus menatap kondisi ibunya yang terpasang alat medis untuk memantau kondisinya.
"Kak, bagaimana keadaan ibu? Apa yang dikatakan oleh dokter?" tanya Josen merasa khawatir.
Dengan berat hati Moly harus mengakatan semuanya kepada Josen.
"Ibu harus segera dioperasi, tapi..." ucap Moly tak kuasa melanjutkan ucapannya.
"Kenapa kak? Tapi apa? Katakan sekarang juga!" desak Josen menatap wajah Moly.
"Kondisi ibu saat ini kritis, harus dilakukan operasi segera, tapi sangat beresiko tinggi jika dilakukan operasi sekarang. Ibu hanya bisa bertahan dengan alat yang menempel ditubuhnya, sampai tekanan darahnya menurun," jelas Moly kepada Josen.
"Lalu kita harus bagaimana kak?" ucap Josen dengan raut jawah yang lesu.
"Kita serahkan semuanya kepada dokter, semoga tekanan darah nya segera turun dan ibu bisa di operasi," pinta Moly.
"Kak, maafin Josen, Josen tidak bisa menjaga ibu dengan baik," ucap Josen merasa bersalah.
"Kamu gak perlu meminta maaf, ini bukan salahmu." sahut Moly memeluk Josen untuk menenagkan dirinya.
Salah satu perawat menghampiri Moly untuk melakukan pengisian data pasien yang belom lengkap.
Setelah selesai melengkapi pendaftaran, Moly menanyakan tentang semua biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan ibunya.
"Maaf sus, boleh saya bertanya?" tanya Moly.
"Tentu boleh nona, ada yang bisa kami bantu?" ucap administrasi rumah sakit.
"Berapa biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan ibu saya ya sus?" tanya Moly.
"Tunggu sebentar ya nona, saya periksa dulu." ucap adminstrasi rumah sakit.
Saat staf bagian admin sedang mengecek perkiraan biaya yang dibutuhkan. Moly menunggu sambil matanya melihat setiap sudut rumah sakit.
"Untuk biaya atas nama pasien Airin, biaya operasi mencapai Rp.350.000.000. Belum termasuk biaya yang lainnya nona, mungkin akan mencapai angka Rp.650.000.000." ucap adimistrasi rumah sakit itu.
Moly pun langsung melebarkan matanya dan merasa sangat-sangat terkejut mendengar nominal dari biaya yang harus dikeluarkan.
"Wah, nominal yang tidak sedikit? Bagaimana ini? Apa aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Apa aku harus menjual setifikat itu? Oh tidak! Jangan lakukan Moly!" gumam Moly dalam hati.
"Nona, hallo non, apa ada yang ingin ditanyakan lagi?" tegur staf rumah sakit itu, melihat Moly hanya terdiam menatap tulisan dibelakang ruang administrasi.
Moly tersadar dari lamunannya, "kenapa sus?" Moly merasa bingung karena dirinya sempat melamun.
"Apa yang ingin anda tanyakan lagi nona?" Tanya administrasi rumah sakit.
"Tidak sus, makasih ya sus atas informasinya." Jawab Moly berlalu pergi meninggalkan ruang staf itu.
Moly berjalan dan terus memikirkan bagaimana mendapatkan uang sebanyak itu.
"Aku tidak mungkin menjual sertifikat itu? Kemungkinan besar aku harus menerima tawaran dari pak Bima." gumam Moly didalam hati.
Moly terlihat mulai frustasi dengan situasi ini, melihat josen yang sedang duduk termenung Moly langsung menghampiri Josen.
"Kakak harus pulang mengambil beberapa pakaian, nanti kakak akan kembali lagi. kamu harus jaga diri baik-baik selama kakak pergi," pinta Moly kepada Josen.
"Baik kak, kakak jaga diri baik-baik." ucap Josen.
"Kak!" seru Josen.
"Ada apa?" ucap Moly menjawab panggilan Josen.
"Ayah dimana? Kenapa ayah tidak berada di sini?" ucap Josen merasa penasaran.
"Mungkin ayah sibuk? Sudah jangan terlalu dipikirkan!" ucap Moly memberi peringatan kepada josen.
Mendapat anggukan dari Josen. Moly pun pergi menjauh dari hadapan Josen.
Moly pun segera pergi kerumah untuk mengamankan sertifikat yang menjadi incaran ayah nya.
Sampailah Moly dirumah, langkah nya terhenti saat melihat pintu rumah terbuka lebar. Moly langsung masuk kedalam melihat isi rumah yang begitu berantakan membuat Moly sangat terkejut.
Pikiran Moly langsung tertuju pada kamarnya, dia tidak memperdulikan keadaan rumah yang sangat berantakan.
Moly melihat gagang kunci pintu kamarnya terlepas seperti di dobrak secara paksa. Dirinya langsung masuk kekamar dan membuka lemari yang berisi sertifikat itu.
Dan ternyata sertifikat itu tidak ada ditempatnya.
Moly merasa tubuh nya terasa lemas dan jatuh kelantai dengan posisi duduk, badannya terlihat gemetar. Moly berusaha mencarinya lagi tapi tidak menemukam surat itu.
Air matanya pun menetes dan tangis Moly pun pecah saat itu juga suaranya terdengar sangat menyedihkan.
Moly begitu gigih mempertahankan surat itu karena hanya itu satu satu nya harta yang dia miliki, kini telah tiada.
"Aku harus bagaimana? Aku harus bagaimana? Aku harus bagaimana? rengek moly dengan suara rintihan nya.
Moly akhirnya menghubungi sahabatnya untuk menitipkan beberapa barang yang bisa diselamatkan..
Setelah selesai berkemas Moly menemui sahabatnya bernama Yuri, yang sudah menjemputnya didepan rumah nya.
Moly yang melihat Yuri sudah berada didepan rumah nya, dengan terburu-buru Moly langsung mendekati Yuri dan memeluknya. Tangisnya pun kembali pecah, Yuri yang merasa kaget saat Moly menangis dipelukannya mencoba untuk menenangkan Moly.
Saat Moly mulai tenang, mereka berdua memutuskan untuk pergi kerumah yuri. Yuri terus menatap Moly yang hanya terdiam membisu selama perjalanan menuju rumah Yuri.
Sampailah dirumah yuri, mereka pun segera membereskan barang bawaan nya kedalam rumah.
Yuri adalah sahabat sewaktu mereka kecil, ibu Yuri menikah lagi dengan orang belanda dan harus pengikuti suaminya keluar ngeri.
Saat itu Yuri tidak ingin meninggalkan Moly karena kehadiran Moly membuatnya merasa nyaman, akhirnya Yuri memutuskan untuk tinggal disini bersama asisten rumah tangga yang mengurus semua kebutuhan nya.
Saat semuanya tenang, Moly akhirnya membuka suara.
"Aku harus bagaimana?" ucap Moly sangat terpukul tentang keadaan yang sedang menimpa nya.
"Jangan menangis lagi ya, ceritakan apa yang sedang terjadi?" tanya yuri kepada Moly
Moly akhirnya menceritakan tentang surat itu yang hilang.
FLASH BACK.
Dulu sewaktu Kim Jung menikah dengan Airin mereka dikaruniai 3 orang anak. Anak pertama bernama Kim Moly, Anak kedua bernama Yo Jesi, Anak ketiga sedang dikandung oleh Airin.
Saat itu Moly disuruh menjaga adik nya, Moly memang mengajak nya ke minimarket terdekat. Untuk membeli manisan karena Jesi suka sekali dengan manisan.
Ketika Moly akan membayar manisan itu, Jesi melepaskan genggaman tangan Moly, dan berlari keluar minimarket itu.
"Jesi tunggu kakak!" triak Moly tidak didengar oleh Jesi.
Transaksi di toko itu cukup lama, karena ada hambatan kecil.
Saat Moly keluar dari minimarket itu, Moly mencari Jesi tidak dimenemukannya, Moly mulai panik mencari kesana kemari tapi tidak menemukan keberadaan Jesi.
Diujung jalan Moly melihat ada kerumunan orang tengah melihat sesuatu yang tertabrak atau terjatuh, dengan rasa penasaran Moly berjalan menuju kerumunan itu.
Moly melihat gadis kecil tergeletak tak berdaya, Moly semakin penasaran, pakian yang dikenakan gadis kecil itu sama dengan pakaian yang dipakai Jesi.
Dengan keberanian dan rasa penasaran Moly akhirnya Moly membuka tutup koran yang menutupi sebagian tubuh nya.
Mata Moly melebar seperti merasa terkejut menatap gadis kecil itu, ternyata dia adalah Jesi. Moly sempat tidak percaya melihat gadis itu tergeletak berlumuran darah tak berdaya.
"Jesi!" teriak Moly dengan suara gemetar.
Badannya terasa gemetar, tak percaya dengan keadaan yang dialaminya. Moly langsung meminta tolon.
"Tolong panggilkan ambulan sekarang!" perintah Moly dengan suara yang lantang.
"Jesi bangun! Ini kakak." rengek Moly menangis memeluk adiknya
Tak lama ambulan pun datang dan segera membawa Jesi kerumah sakit. Didalam perjalanan menuju rumah sakit, Moly terus menangis menyesali perbuatan nya yang begitu lalai menjaga Jesi.
Sampai dirumah sakit, dokter pun langsung memeriksa keadaan Jesi. Moly menunggu diruang tunggu.
Tiba-tiba ada seorang lelaki paruh baya yang duduk disamping Moly. Dia mengatakan bahwa dialah pelakunya.
"Maafkan aku nona." kata lelaki paruh baya itu.
Tidak didengar oleh Moly, Moly hanya terdiam menatap tirai rumah sakit.
"Nona maafkan saya! Saya sudah menabrak adik anda," sesal lelaki paruh baya itu menatap Moly.
Moly langsung menoleh kearah sumber suara. Dengan mata yang sembab Moly menatap wajah lelaki itu.
"Apa itu benar?" ucap Moly.
"Kau! Yang menabrak adik ku?" tanya Moly.
"Iya nona," ucap lelaki itu terlihat penuh dengan penyesalan.
"Aku minta maaf atas kelalaianku, mohon maafkan aku nona," sesal lelaki itu.
Hati nya seperti tersambar petir, mendengar pengakuan lelaki itu, bibir nya tidak bisa berkata-kata lagi. Tenaganya pun melemah saat hatinya ingin memukulnya tapi dia tak berdaya.
Tak lama dokter pun keluar dari ruang periksanya. Moly yang melihat dokter itu langsung mendekat dan bertanya tentang kondisi adiknya.
"Dok, bagaimana kondisi adik saya?" tanya Moly dengan suara yang gemetar.
"Maaf nona, pasien bernama Jesi tidak bisa kami diselamatkan, akibat benturan yang hebat membuat perdarahan diotaknya, itu sangat fatal nona. Maafkan kami." jelas dokter itu.
"Tidak! dokter pasti salah, Jesi masih bisa diselamatkan kan dok? katakan itu padaku!" seru Moly merasa tidak mempercayai situasi sekarang.
"Kematiannya pukul 16.00WIB." ucap dokter itu.
Moly menangis sejadi-jadinya, lelaki paruh baya itu mendekati Moly dan meminta maaf dengan begitu tulus.
"Nona maafkan saya, maafkan atas ketidak sengajaan saya, saya akan menebus kesalahan saya." ucap pria itu.
Pria itu memberikan selembar surat didalam map, dan berlalu pergi meninggalkan Moly yang terus meronta-ronta memanggil adiknya.
Ayah moly pun dengan tergesa-gesa menghampiri Moly, "ada apa ini?" melihat Jesi terbaring dengan wajah yang mulai pucat, Kim Jung mendekati Jesi.
"Apa yang terjadi? Kenapa kamu tidak membuka matamu?" Tanya Kim Jung menatap wajah Jesi
BERSAMBUNG.
lanjut di episode sebelah yaa guys..
lope sekebon 💜💜
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!