NovelToon NovelToon

Secret Wedding

Bab 1. Awal bertemu

Zara, gadis manis sedang mengendarai motor sport milik sepupunya. Tanpa ragu ia mencari jalan pintas untuk menghindari kemacetan, wanita itu melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata karena malam sudah semakin larut. Namun, saat sedang fokus mengendarai motornya tiba-tiba seseorang menghentikannya dengan cara merentangkan kedua tangannya di tengah jalan.

Zara langsung mengerem mendadak, jika tidak sudah dipastikan orang itu akan tertabrak. Ia segera turun untuk menghampiri Pria berpakaian hitam itu. Namun, tiba-tiba suara tembakan terdengar begitu dekat.

"Tolong aku," kata pria itu lirih.

Zara masih berdiri terpaku, ia bingung bagaimana cara membawa orang yang kini sedang meminta bantuannya itu.

Saat Zara akan mengulurkan tangannya tiba-tiba, ada yang menodongkan senjata ke arah kepalanya. Gadis itu tidak berkutik, karena setelah itu datang lima orang sudah mengepungnya.

Zara memberikan kode kepada pria yang kini sedang berlutut, ia memohon agar seseorang yang kini berdiri di belakangnya itu melepaskannya.

"Lepaskan wanita ini, aku akan menyerah," kata pria itu.

Mendengar apa yang dikatakan orang yang hampir saja ditabraknya itu Zara menatap tajam. Ia menarik napas panjang dengan gerakan memutar, kini Zara berhasil mengambil alih pistol dan menodongkan ke arah kepala pria bertato itu.

Kelima pria itu melihat bosnya dikalahkan seorang wanita begitu mudahnya merasa penasaran. Tanpa menunggu lama kelima orang itu menyerang Zara.

Zara tersenyum tipis, niat hati ingin cepat sampai rumah Pamannya. Namun, kini ia sedang dikeroyok olah orang yang tidak dikenalnya.

Perkelahian sengit pun tidak terelakkan, Zara yang memiliki ilmu bela diri dengan mudah menghindar dan melawan lawannya. Gadis itu memutar tubuhnya dan tendangannya tepat mengenai dada lawannya.

Pria yang tidak lain Nathan itu langsung berusaha berdiri dan membantu untuk melumpuhkan musuhnya. Hanya butuh waktu lima belas menit kelima orang itu langsung bisa dilumpuhkannya.

"Sebaiknya kita langsung pergi sebelum rekan mereka datang," kata Nathan.

"Tunggu, tangan Anda terluka, Tuan," kata Zara.

Nathan melihat darah yang mengalir dari jari tangannya, ia hanya tersenyum."Hanya luka kecil."

Zara menarik tangan pria yang masih memakai topi dan masker itu, gadis itu menyobek bajunya dan mengikat tangan pria yang tidak dikenalnya itu untuk menghentikan darahnya sementara.

Setelah Zara selesai, tidak lama ada mobil datang dan pria itu langsung masuk begitu saja.

Gadis itu segera menuju motornya, tidak berapa lama Zara sampai di kediaman Pamannya. Ia tersenyum saat melihat siluet Mike yang duduk bersama sepupunya.

"Assalamualaikum," kata Zara.

"Waalaikumsalam," jawab semua kompak.

"Zara, apa yang terjadi?" tanya sepupu Zara itu merasa heran karena baju sang adik terlihat begitu kotor.

"Biasa, Kak." Zara duduk di samping kekasihnya.

Reyhan yang melihat Zara sudah datang langsung masuk dan meninggalkan Mike dan adiknya.

"Pernikahan kita kurang dua minggu lagi, apa kamu akan pulang Berlin lebih dulu?" tanya Mike.

"Kakak kapan pulang?" tanya Zara.

Mike tidak menjawab, tapi pria itu tersenyum menatap gadis polos dan begitu pandai ilmu bela diri itu.

Zara hanya menurut saat Mike memintanya untuk pulang lebih dulu. Setelah itu Mike pamit karena malam kian larut.

****

Pagi harinya Zara langsung pulang dan ikut penerbangan siang, ia juga sudah memberikan kabar kepada kedua orang tuanya.

Tama begitu senang karena anaknya akan pulang lebih cepat dari rencananya, sedangkan Mike seminggu lagi baru akan pulang.

Setelah menempuh perjalanan yang begitu panjang, akhirnya Zara sampai di bandara. Gadis itu segera keluar karena barang-barangnya tidak banyak.

Setelah menikah nanti Zara dan Mike akan menetap di Turkey walaupun awalnya Tama keberatan, tapi itu sudah sewajarnya jika seorang wanita yang sudah menikah akan ikut suaminya.

Sesampai Zara di rumah orang tuanya disambut oleh keluarga besar dari pihak ayah dan Ibunya.

Ada rasa haru karena semua sudah berkumpul untuk melihatnya menikah dua Minggu lagi.

“Zara kenapa Mike tidak ikut sekalian, Nak?” tanya Zeni.

Zara hanya tersenyum tipis, selama ini rasanya hanya dirinya yang selalu berjuang untuk mencintai Mike, sedangkan pria itu belum pernah mengutarakan isi hatinya langsung dan hanya melalui chat jika selama ini mencintainya.

Ia harus berpikir positif, mungkin itu cara Mike untuk membuktikan jika benar -benar mencintai dirinya. Buktinya kekasihnya itu berani melamarnya langsung ke orang tuanya.

Zara tiba-tiba ingat sosok pria yang terluka saat itu. Ia berharap pria itu akan baik-baik saja.

Zara yang kini sedang berada di kamarnya dikejutkan dengan kedatangan Ibunya. Zeni sebenarnya kurang setuju Mike datang dengan keluarganya untuk melamar putri satu-satunya itu. Namun, jika Zara sudah yakin Pria itu yang akan menjadi imam dalam rumah tangganya hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk putrinya.

“Sayang, apa kamu yakin dengan Mike?” tanya Zeni sekali lagi.

Zara yang sedang fokus dengan ponselnya langsung menoleh dan menatap sang Ibu dengan heran.

“Ibu ada apa?” Zara memeluk wanita yang sudah membuatnya terlahir ke dunia ini.

“Perasaan Ibu tidak enak, semoga hanya prasangka saja,” ujar Zeni.

Zara menarik napas dalam, wanita itu merasa jika ada yang di pikiran Ibunya. Namun, wanita itu tidak ingin sampai dirinya bersedih.

“Ibu, jika ada yang mengganjal katakan saja,” kata Zara.

Zeni tersenyum, diusapnya rambut panjang putrinya yang masih basah itu. Sebagai seorang ibu, ia begitu merasa was-was dengan pernikahan Zara dan Mike. Apalagi sekarang undangannya sudah dibagikan dan keluarga besar menyambut dengan bahagia atas pernikahan Zara dengan anak dari pengusaha itu.

Zara sebagai lulusan IT di salah satu universitas bergengsi di Turki memiliki usaha di bidang software jadi bisa dikerjakan di mana saja selama ini. Namun, kedua orang tuanya tidak ada tahu karena usahanya itu dirintis dengan sepupunya Reyhan.

Selama Zara berada di Indonesia, Rey yang memegang kendali di sana.

Reyhan akan datang lusa dengan kedua orang tuanya demi untuk menghadiri acara pernikahannya.

“Bun, percaya sama Zara. Semua akan baik-baik saja,” ujar Zara tidak ingin sampai Ibunya nanti sakit.

Zeni kembali lagi tersenyum, wanita itu menatap Zara lalu pamit untuk beristirahat. Setelah Ibunya pergi, Zara menarik napas panjang. Gadis itu mengusap dadanya. Semua ia serahkan kepada yang memberi kehidupan.

Zara membaringkan tubuhnya, ditatapnya langit-langit kamarnya. Tidak lama ada pesan masuk dari Rey jika ada salah satu pengusaha di Jerman ingin memakai jasanya untuk menjaga keluarganya.

Mendengar itu Zara tersenyum, gadis itu lebih suka melakukan tugas itu sendiri, terkadang membuat Rey jantungan dibuat adik sepupunya itu.

Zara membaca semua data orang yang akan dijaganya, pernikahannya seminggu lagi dan besok Mike akan datang. Wanita itu sedikit ragu untuk mengambil pekerjaan di Jerman karena jadwalnya setelah satu minggu ia menikah.

Bab 2. Mike Menghilang

Besok adalah hari pernikahan Zara dan Mike. Mulai seminggu yang lalu gadis itu sudah tidak boleh keluar dari kamar dan ponselnya juga disita oleh Zeni.

Zara hanya bisa pasrah, ia berharap segera pagi untuk bisa menghubungi calon suaminya. Tiba-tiba perasaannya tidak enak, hingga tepat pukul tiga dini hari Zafa baru bisa memejamkan matanya.

**

Pagi harinya Zeni sudah berada di kamar Zara, wanita itu merasa heran kenapa putrinya belum bangun.

“Zara bangun, Nak.” Zeni mengusap lengan putrinya yang sebentar lagi tidak akan menjadi tanggung jawabnya lagi.

Zafa yang merasa tidurnya terusik, kembal menutup wajahnya dengan selimut.

“Astagfirullah, Zara. Ayo bangun, Nak. Ini sudah pukul lima lewat!” seru Zeni kesal.

“Bunda ... Zara masih ngantuk berat,” kata Zara yang langsung kembali berbaring .

Zeni melihat putri kembali tidur, langsung menarik tangan Zara hingga putrinya itu duduk .

“Zara cepat mandi, jangan sampai mempelai pria datang kamu belum siap!” perintah sang Bunda.

Zara dengan langkah gontai, karena masih begitu mengantuk akhirnya masuk kamar mandi.

Zeni melihat itu hanya menarik napas panjang sambil menggelengkan kepalanya. Ia sendiri tidak yakin bagaimana putrinya itu menjalani rumah tangganya nanti.

Ia berharap Mike bisa membimbing Zara untuk menjadi lebih baik lagi dari sekarang. Tepat pukul enam Zara mulai dirias, dua orang wanita dan satu pria yang begitu gemulai itu mulai meriasnya.

Zara dilarang untuk melihat ke arah cermin, gadis itu hanya ingin di make up natural saja.

*

Tepat pukul delapan pagi, Tama mendapatkan kabar jika Mike dari tadi malam tidak pulang. Pihak keluarganya juga sampai sekarang sedang mencarinya.

Tama merasa dipermalukan dengan tidak datangnya mempelai prianya. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Namun, tidak ada tanda-tanda jika keluarga Mike akan datang.

Tamu undangan sudah banyak yang datang, sebagai pengusaha sukses dan banyak relasi pria itu begitu malu jika sampai pernikahan putri satu-satunya itu akan batal.

Zeni yang baru tahu hanya bisa menangis, sedangkan Leon orang kepercayaan tiba-tiba masuk.

“Maaf, Tuan Nathan sudah hadir,” kata Leon sambil menunduk.

Tama hanya mengangguk, pria itu melihat benda mahal yang melingkar di tangannya itu hanya bisa menarik napas panjang.

“Bagaimana, Ayah? sekarang sudah pukul sepuluh?"tanya Zeni.

Tama keluar dari ruangan itu, saat akan keluar ia bertemu rekan bisnisnya yang tidak lain Nathan. Keduanya saling berjabat tangan.

“Tuan Nathan, apa kita bisa bicara sebentar?” tanya Tama.

Nathan menatap wajah Tama dengan mengerutkan keningnya.

“Ada apa Tuan Tama?” tanya Nathan.

Tama menjelaskan semua yang terjadi, jika mempelai prianya menghilang.

“Lalu apa yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya Nathan.

Nathan memiliki hutang Budi kepada Tama karena pria itu pernah menolongnya saat berada di Berlin waktu itu. Kini hubungan keduanya dekat walaupun jarang bertemu.

“Menikahlah dengan putriku!” pinta Tama.

Mendengar apa yang dikatakan rekan kerjanya itu, Nathan tersenyum getir. Jauh-jauh dari Turki untuk menghadiri undangan pernikahan anak dari rekan bisnisnya, tapi nyatanya harus menjadi Mempelai pengganti untuk wanita yang tidak dikenalnya itu.

“Boleh kasih saya waktu?” tanya Nathan.

“Lima menit, Tuan,” kata Tama .

“What? Itu bukan waktu!” kata Nathan menatap kesal Tama.

Tama tersenyum, sedangkan Nathan terlihat sedang berpikir.

“Dengan Anda diam berarti setuju,” kata Tama.

“No, i-itu,” kata Nathan gugup.

“Saya harap Anda bisa membahagiakan Zara, Tuan,” kata Tama.

Nathan menarik napas panjang, bukannya tidak mau menolong. Apa wanita itu mau menikah tanpa cinta dengannya.

“Baiklah, tapi dengan syarat bisa saya bertemu dengan putri Anda lebih dulu!” Nathan ingin melihat seperti apa putri dari rekan bisnisnya itu.

Tama tersenyum dan langsung mengangguk, tapi sebelumnya pria itu membawa Nathan untuk mengurus datanya.

Kedua pria beda usia itu menghampiri petugas untuk menganti nama mempelai prianya.

Mendengar itu petugas itu hanya mengangguk, pria itu sudah sering mendapatkan hal seperti ini.

Setelah itu, Nathan minta waktu lima belas menit kepada yanga lain karena ia ingin melihat calon istrinya dulu.

Nathan berjalan mengikuti Tama, entah mimpi apa dirinya harus mengakhiri masa lajangnya sekarang.

“Tuan, saya harap pernikahan ini dirahasiakan,” kata Nathan.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Nathan, membuat Tama menghentikan langkahnya. Pria berbadan tegap dengan umur yang tidak muda lagi itu menatap tajam ke arah calon menantunya itu.

“Ada alasannya?” tanya Tama.

Nathan menarik napas panjang, pria itu kini mengusap wajahnya dengan kasar.

“Suatu saat Anda akan tahu!” tegas Nathan.

Tama tersenyum getir, pria itu menatap pintu yang masih tertutup rapat.

Di dalam sana ada putrinya yang pasti begitu cemas saat ini, entah kenapa Tama menjadi ragu untuk menikahkan putrinya dengan Nathan.

“Jika kamu ingin merahasiakan pernikahan ini, jangan sentuh putriku jika belum ada rasa cinta diantara kalian.” Tama kembali melangkah dan meninggalkan Nathan begitu saja.

Nathan menghembuskan napas kasar. Menikahi, tetapi dilarang untuk menyentuh. Pria itu membiarkan Tama masuk lebih dulu. Namun, melihat calon mertuanya itu ragu untuk membuka pintu. Pria itu mengerutkan keningnya, saat melihat Tama begitu murung. Entah apa yang dipikirkannya Ayah satu anak itu.

Tama bersandar di dinding, hatinya begitu sakit pasti akan membuat putri semata wayangnya itu begitu kecewa. Apalagi harus menikah dengan sosok Nathan. Pria yang dikenal kejam dan tak berperasaan di kalangan pebisnis itu.

"Ingat Tuan, saya hanya minta waktu lima menit dan sekarang sudah lebih," kata Nathan.

"Kamu ini tidak ada sopan-sopannya dengan mertua sendiri," ujar Tama menatap tajam ke Nathan.

Nathan hanya menaikkan bahunya acuh, pria itu melihat jam yang melingkar di tangannya."Kita sudah lewat lima belas menit, Ayah mertua."

Saat Tama hendak memutar handle pintu, dikejutkan dengan seseorang yang memeluknya dari belakang. Isakan tangis itu membuat hatinya begitu sakit, Zeni yang baru mau menemui putrinya kembali menangis di punggung suaminya.

"Ayah, dari satu minggu yang lalu perasanan Bunda sudah tidak enak." Zeni mempererat pelukannya di pinggang suaminya.

Tama ingat istrinya berapa kali mengingatkan dirinya untuk membatalkan lamaran Mike, tetapi pria itu merasa jika putrinya begitu mencintai pria brengsek yang kabur saat hari pernikahannya itu.

"Bunda, Ayah tidak sanggup untuk mengatakan kepada Zara.Jika pernikahannya batal," kata Tama.

Zeni mengusap air matanya, wanita itu mengerti karena suaminya begitu dekat dengan putrinya itu.

"Nak Nathan, apa kamu yakin untuk menikahi putri kami?" tanya Zeni.

Nathan diam terpaku, tiba-tiba terlintas bagaimana Mamanya memintanya untuk segera menikah karena ingin cepat menimang cucu.

"Saya yakin," jawab Nathan tidak terlihat ragu sama sekali.

Zeni tersenyum, diusapnya lengan pria yang sebentar lagi akan menjadi suami dari putrinya."Tolong cintai Zara, jangan pernah melukai hatinya. Cukup kali ini saja air matanya mengalir dan jangan biarkan putriku kembali merasakan hal yang sama."

Tangis Zeni kembali pecah, Tama langsung memeluk wanita yang setia mendampinginya itu.

Bab 3. Sah

Zara yang sudah selesai di make up terlihat begitu gelisah, karena sejak dua jam yang lalu nomor Mike tidak bisa dihubungi. Tiba-tiba pintu terbuka, seorang wanita berumur empat puluh delapan tahun memberikan senyum terbaiknya kepada putri semata wayangnya.

Zeni sebentar lagi akan melepaskannya putrinya dengan pria pilihannya. Namun, kini semua itu tidak sesuai harapan Zara.

"Ibu, apa penghulu sudah datang?" tanya Zara sebisa mungkin tidak ingin terlihat Bundanya juga ikut khawatir.

Zara melihat Bundanya menarik napas dalam."Apa Mike ada memberitahumu, Nak?" tanya Zeni.

Zara menggelengkan kepalanya, entah kenapa dadanya begitu sesak saat sang Bunda menanyakan akan calon suaminya itu.

Suara dobrakan pintu mengejutkan Zara dan Bundanya. Kedua wanita beda usia itu langsung menoleh. Tama menatap putrinya dengan sendu, hal itu membuat Zeni menghampiri suaminya.

"Ayah," panggil Zeni lembut sambil mengusap lengan suaminya.

"Zara," kata Tama sambil menarik napas berat.

"Ayah, ada apa sebenarnya?" tanya Zara karena melihat kedua orang tuanya sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

"Mike membatalkan pernikahannya," ucap Tama lirih, tetapi masih bisa didengar oleh Zara.

Zara terdiam, gadis itu mencoba untuk mencerna apa yang baru saja didengarnya. Saat ia mulai paham, tiba-tiba sang Bunda berlutut di depan Zara.

"Bunda mohon tetap melanjutkan pernikahanmu, Nak!" pinta Zeni karena tidak akan sanggup menahan malu apalagi malamnya resepsi akan langsungkan.

Zara langsung berlutut mensejajarkan dengan Bundanya, air matanya sudah menganak sungai membasahi kedua pipinya. Gadis itu tidak peduli akan bagaimana bentuk wajahnya saat ini.

"Bunda jangan seperti ini, Zara akan mengikuti apa kata Bunda dan Ayah. Jika pernikahan ini tidak bisa dibatalkan lalu siapa yang akan menjadi suami penggantiku, Ayah?" tanya Zara berusaha tegar.

Tama memejamkan matanya, setelah itu semua menatap ke arah pintu. Sosok menjulang tinggi dan berkharisma itu kini menatap Zara dengan tatapan datar.

"Ini rekan kerja Ayah," ucap Tama dengan senyum tipis yang dipaksakan.

Zara menatap sebentar, gadis itu merasa tidak mungkin menikah dengan pria yang hampir pantas dipanggilnya Paman itu.

"Ayah, Zara bisa bicara dengan calon suamiku?" tanya Zara.

Tama dan Zeni saling pandang, Lalu pria itu menatap Nathan yang kini sudah memakai jas warna hitam.

Setelah sosok yang belum dikenal Zara itu masuk, Tama mengajak istrinya untuk keluar dari kamar dan menutup pintu kamar perlahan. Hening, baik Zara dan pria yang kini duduk di sofa dengan melipat tangannya di dada itu saling diam. Sama sekali tidak ada yang memulai obrolan.

Zara merasa jika rasanya tidak mungkin menikah dengan patung, apalagi awal bertemu tidak ada kesan baik.

"Hem, maaf. Sepertinya pernikahan ini dibatalkan saja," kata Zara sambil memberanikan diri menatap pria yang kini menatapnya dengan tajam.

"Apa Anda yakin, Nona. Setelah pembatalan pernikahan ini semua akan baik-baik saja?" tanya pria itu terdengar penuh dengan penekanan.

"Paman. Kita tidak saling cinta dan kenal, rumah tangga seperti apa yang akan kita jalani nanti!" kata Zara dengan menatap pria yang sampai sekarang belum diketahui namanya itu.

Zara langsung berdiri, saat pria itu beranjak dari duduknya. Perlahan pria itu menghampirinya.

"Namaku Nathan. Jadi Anda ingin kita saling mengenal dan menjalin hubungan. Lalu saat akan janji suci satu jam lagi saya membatalkannya demi wanita lain. Itu mau Anda, Nona!" seru Nathan dengan suara baritone.

Zara mendengar itu begitu terkejut, ia menggelengkan kepalanya. Hubungannya dengan Mike sudah terjalin selama dua tahun dan itu bukan waktu sebentar.

"Anda jangan pernah memfitnah Kak Mike!" bentak Zara menatap tajam Nathan.

Nathan hanya tersenyum tipis karena baru kali ini ada wanita yang membentaknya dan sialnya wanita itu sebentar lagi akan menjadi istrinya.

"Sekarang bersiaplah karena waktu saya sangat berharga!" kata Nathan membuat Zara mendengus tidak suka.

Nathan membuka pintu dan kembali menutupnya, Setelah kepergian pria sombong itu Zara menghentakan kakinya ke lantai. Tangisnya langsung pecah. Gadis itu masih tidak percaya jika Mike tega membatalkan pernikahannya.

Zara mengambil ponselnya, gadis itu mencoba menghubungi nomor Mike. Namun Sayang, sampai detik ini masih tidak aktif.

"Kak Mike apa salahku, semalam kita masih baik-baik saja," kata Zara dengan air mata yang tidak berhenti mengalir membasahi kedua pipinya.

Zara langsung menghentikan , saat mendengar seruan kata-kata sah dari luar. Ia memejamkan matanya."Aku tidak mau menjadi istri Paman Nathan."

Zara langsung membuka pintu balkon kamarnya, saat ia akan memanjat pagar pembatas balkon. Tiba-tiba ada yang menarik tubuhnya hingga ia tersungkur di lantai.

"Astagfirullah, Paman!" seru Zara menatap tajam pria yang kini sudah sah menjadi suaminya itu.

Nathan mengusap wajahnya kasar, pria itu mengulurkan tangannya kepada gadis kecil yang kini duduk di lantai dengan mulut komat-kamit.

"Zara, apa yang kamu lakukan?" tanya Zeni saat melihat putrinya yang duduk di lantai dengan wajah ditekuk.

"Nak Nathan ada apa ini?" tanya Zeni.

"Zara mau kabur, Ibu." Nathan langsung menarik tangan Zara supaya mau berdiri karena di luar sudah ditunggu untuk tukar cincin.

Zeni yang mendengar itu langsung menarik telinga dibalik hijab putrinya itu."Kamu ini sudah punya suami jangan bandel lagi!"

Zara hanya diam sambil mengusap telinganya yang panas karena tarikan Bundanya. Kini mereka keluar kamar, Zeni berjalan di samping Zara.

"Bun," panggil Zara saat akan sampai depan penghulu.

Zeni menoleh dan menatap putrinya itu gemas, saat memberikan kode kalau Zara lupa memakai sepatunya.

Nathan yang akan membantu istrinya duduk, hanya mengulum senyum. Entah mimpi apa ia tadi malam. Sengaja mengambil cuti dari semua pekerjaannya untuk menghadiri undangan rekan kerjanya. Namun, kini ia yang mengakhiri masa lajangnya.

Nathan tidak membayangkan, apa kata kedua orang tuanya nanti saat tahu diam-diam ia sudah menikah dengan gadis kecil di sampingnya saat ini.

Kini keduanya tukar cincin, saat mempelai pria diminta mencium kening mempelai wanitanya. Nathan tidak lupa memejamkan matanya untuk memanjatkan doa dengan tangannya berada di atas kepala Zara. Sedangkan Zara merasakan dadanya berdegup kencang saat ada benda hangat menempel di keningnya.

Setelah seluruh rangkaian acara sudah selesai, Zara memeluk Bundanya. Tangis kedua wanita beda usia itu langsung pecah. Entah kenapa rasanya dada Zara begitu sesak saat ini.

Saat Zara akan sungkeman ke Ayah Tama, gadis itu menatapnya sambil cemberut."Ayah kenapa mencarikan suami Paman-Paman?" tanya Zara.

Nathan mendengar itu menatap Zara dengan tajam, tetapi sang istri bukannya takut malah terkekeh.

"Zara, siapa pun yang menjadi suamimu saat ini, itulah jodoh terbaik yang diberikan Allah SWT kepadamu, Nak," kata Tama sambil mengusap bahu putrinya.

"Iya, Ayah," jawab Zara sambil menarik napas dalam untuk menekan rasa sesak di dadanya.

Mungkin kedua orang tuanya dan keluarga besar yang lain melihat Zara akan terlihat baik-baik saja. Namun, sebenarnya ada luka yang menganga di hatinya saat ini.

Zara tidak ingin terlihat lemah depan keluarganya, gadis itu ingin melihat kedua orang tuanya selalu tersenyum saat ini. Walaupun hatinya bak tertusuk duri yang kasat mata.

"Nak, kalian istirahatlah di kamar. Ingat Zara, nanti tepat pukul empat harus sudah berada di kamar make up!" pesan Zeni kepada putrinya.

Nathan yang sudah merasa gerah dan lelah menatap Zara."Ayo kita ke kamar," ajak Nathan.

" Paman. Masih siang juga sudah ajak masuk kamar," ucap Zara yang langsung mengundang tawa keluarga besarnya.

Nathan melebarkan matanya mendengar jawaban dari istri kecilnya itu. Pria itu akan memberikan pelajaran kepada Zara."Tunggu hukumanmu, Zara!"

Wajah Zara seketika pucat saat mendengar suara mengerikan dari suaminya itu, wanita itu entah kenapa ada rasa takut, tetapi ia tidak boleh lemah."Saya tunggu hukumannya, Tuan Nathan!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!