Setiap tetes air matanya, telah dicurahkan hanya untuk menangisi pernikahannya yang sudah terjalin selama lima tahun lamanya.
Fla sama sekali tidak bisa berkata apa pun, saat mendengar permintaan Morgan yang menyayat hatinya.
“Izinkan saya menikah dengan Ara,” ucapnya sembari memandang Fla dengan dalam.
Fla hanya mendengarnya sekilas, tanpa mengatakan apa pun. Ia melangkah menuju dapur yang masih menyatu dengan meja makan, untuk mengambil gelas dan air mineral untuk melepas dahaga.
GLEK ... GLEK ....
Fla meminum air tersebut hingga tetes terakhir, berusaha menghilangkan dahaga, sekaligus menghilangkan sakit di keningnya.
Wanita mana yang hatinya tidak hancur, saat mendengar permintaan suami tercinta untuk meminta izin agar bisa menikah kembali?
Fla termasuk wanita yang sangat tegar, karena ia sama sekali tidak meluapkan emosinya di hadapan Morgan. Hal itu yang sebenarnya membuat Morgan tidak tega untuk menyakitinya.
Namun, berhubung keluarga Morgan sudah mendesak agar Morgan bisa memberikan keturunan dan penerus keluarga mereka, Morgan terpaksa harus mengatakan hal menyakitkan ini kepada Fla.
Fla meraih tissue yang terletak tak jauh dari hadapannya. Ia mengelap sisa air yang masih berada di sekitar sudut bibirnya, dan juga butiran keringat yang membasahi keningnya. Ia sangat bingung, harus menjawab apa pertanyaan dari Morgan itu.
“Gimana? Mama dan papa terlalu mendesak, agar saya bisa memberikan mereka cucu. Seperti yang kamu ketahui, kita sudah lima tahun berumah tangga, tapi masih belum dikaruniai keturunan. Saya harap, kamu mengerti dengan apa yang saya maksud,” ujar Morgan dengan sangat berhati-hati memilah kata yang ia katakan pada Fla.
Fla menghela napasnya dengan panjang, berusaha meraih kembali tissue yang agak jauh dari hadapannya.
Melihat Fla yang sepertinya kesulitan, Morgan segera bangkit dari tempa duduknya, dan membantu Fla untuk meraih tissue tersebut.
“Biar saya bantu--”
“Gak usah, Bang. Fla bisa sendiri,” tolak Fla, memangkas ucapan Morgan.
Niat hati Morgan untuk menolong Fla tertahan, karena Fla yang tidak ingin terlihat lemah di mata Morgan.
Walaupun hati Fla sangat sakit, tetapi ia tidak ingin menunjukkannya di hadapan Morgan. Ia cukup bersikap seadanya, dan tidak meluapkan emosi apa pun pada Morgan yang sudah menyakitinya itu.
Ucapan Morgan yang seperti itu, sudah seringkali Fla dengar, sehingga tanpa sadar membuat hati Fla terbentuk dan seteguh seperti sekarang ini.
Fla kembali meraih tissue yang berada di hadapannya, dan ternyata ia sama sekali tidak bisa menggapainya.
Sama seperti Morgan, yang hanya bisa ia lihat tanpa bisa ia gapai.
‘Udah seringkali Bang Morgan bicara seperti ini, tapi kenapa yang ini lebih sakit dari biasanya?’ batin Fla, sembari berusaha menahan air matanya, agar tidak menggenang pada pelupuk matanya.
Morgan memandang Fla dengan dalam, “Ada yang mau kamu katakan mengenai ucapan saya tadi?” tanya Morgan, Fla hanya bisa menunduk dan menggelengkan kepalanya saja.
Seringkali ia meminta izin seperti ini, tetapi Fla sama sekali tidak mengizinkannya untuk menikah lagi. Terlebih lagi orang yang ingin Morgan nikahi, adalah adik kandung dari Fla sendiri.
Siapa wanita yang sanggup memberikan izin seperti itu, kepada suaminya sendiri?
Fla berusaha memandang Morgan dengan dalam, “Sudah malam, Bang. Fla harus tidur, supaya jam 3 nanti bisa berangkat ke rumah sakit,” ujarnya berusaha untuk mengakhiri percakapannya dengan Morgan.
Fla melangkah melewati Morgan, tetapi Morgan yang masih belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, segera menahan tangan Fla, agar Fla tidak meninggalkannya sendirian di sana.
“Fla ....” Morgan memandangnya dengan dalam, walaupun Fla sama sekali tidak membalikkan tubuhnya ke hadapan Morgan. “Saya antar kamu ke rumah sakit ya, jam 3 nanti,” ucapnya dengan inisiatif yang tinggi.
Fla tersenyum pahit mendengarnya, “Gak usah, Bang. Abang ‘kan besok harus ke kampus, karena harus mengawas ujian semester. Abang jangan sampai telat. Biar Fla nanti bareng sama Sakila aja,” tolaknya, yang benar-benar tidak ingin membuat Morgan sampai terlambat masuk ke kampusnya pagi nanti.
Kesibukan mereka yang sangat padat, membuat mereka sangat jarang untuk berkomunikasi yang berkualitas. Mereka jarang mencurahkan isi hati mereka, sampai-sampai mereka saling memendam apa yang terjadi dengan mereka di hari itu.
Morgan merupakan seorang dosen di salah satu kampus swasta di kota ini. Sementara itu, Fla adalah seorang admin di salah satu rumah sakit, yang tugasnya menerima pembayaran dari orang yang sudah selesai menerima pengobatan.
Pernikahan mereka terjadi karena Morgan yang lebih dulu jatuh cinta dengan Fla. Mereka bertemu di rumah sakit, tempat Fla bekerja.
Kala itu, Morgan sedang mengantarkan temannya yang juga berprofesi sebagai dosen, untuk mendapatkan pertolongan pertama pada kecelakaan yang mereka alami. Di saat itulah, Morgan bertemu dengan Fla, kemudian mulai jatuh cinta dan memberanikan diri mengajaknya menikah, meskipun kedua orang tuanya sangat tidak menyetujuinya.
Morgan menghela napasnya dengan panjang, “Fla ... mau sampai kapan kamu seperti ini? Saya sama sekali gak tau, perasaan kamu saat ini seperti apa,” ujar Morgan.
Bertanya tentang perasaan Fla? Tentu saja saat ini ia sangat hancur. Ia hanya tidak ingin mengutarakannya saja di hadapan Morgan, karena ia memang jarang sekali menunjukkan sisi kelemahannya.
Fla memandang ke arah Morgan dengan dalam, “Fla capek, Bang. Fla istirahat dulu,” ucapnya. “Selamat malam.”
Dengan langkah yang gontai, Fla meninggalkan Morgan sendiri di ruangan dapur rumah mereka. Rumah yang tidak terlalu mewah, dan juga tidak terlalu sederhana. Asalkan nyaman, Fla sama sekali tidak mempermasalahkannya.
Melihat kepergian Fla, Morgan merasa hatinya seperti teriris. Ia sama sekali tidak bisa berbuat apa pun, karena memang sampai detik ini ia masih sangat menyayangi Fla.
Karena desakan dari keluarganya saja, yang membuat dirinya harus secepatnya menceraikan Fla. Pada dasarnya Morgan sangat tidak rela, dan sangat tidak mau jauh dari Fla, apalagi menceraikannya.
Hancur hatinya saat ini. Morgan meremas rambutnya, dan mengusap kasar wajahnya karena ia yang benar-benar bingung harus berbuat seperti apa. Kenyataan kalau Fla mandul, tidak bisa dipungkiri.
Fla memang mandul, sehingga orang tua Morgan memintanya untuk menceraikan Fla.
“Argh!” gumam Morgan, kesal dengan keadaannya sendiri.
Rasanya seperti sangat sulit untuk menggapai sesuatu, yang padahal sudah menjadi miliknya.
Morgan memandang ke arah tangannya, yang sama sekali tidak bisa menggapai Fla lagi, seperti saat ia mengejarnya enam tahun lalu.
“Satu tahun mengejarnya, lima tahun menikah, tapi tangan ini masih juga belum bisa menggapainya. Bahu ini masih belum bisa membuatnya bersandar dengan nyaman, dan menumpahkan semua yang dia rasakan,” gumam Morgan, sembari terus menghela napasnya dengan panjang.
Kini, Morgan telah dikalahkan oleh keadaaan.
***
Morgan melangkah menuju ke arah kamarnya. Di sana, ia mendapati Fla yang sudah lebih dulu tertidur dengan membelakangi dirinya. Ia menghela napasnya dengan panjang, kemudian masuk ke dalam ruangan kamarnya.
Setelah menutup pintu kembali, Morgan perlahan duduk di pinggir ranjang, berusaha untuk mempersiapkan dirinya. Ia menghela napasnya dengan panjang, lalu segera membaringkan tubuhnya di sebelah Fla.
Karena perasaannya yang sangat kacau, ia tak sadar memiringkan tubuhnya untuk memeluk Fla dari belakang. Fla sangat menyadarinya, karena ia yang belum sepenuhnya tertidur dengan pulas.
Perasaan Fla ketika Morgan memeluknya saat ini, adalah rasa yang sudah bercampur aduk. Ia bahkan tidak bisa merasakan hangat tubuh Morgan, padahal Morgan sudah memeluknya dengan sangat erat.
Pelukannya terasa sangat hambar.
“Kamu sudah tidur?” tanya Morgan, Fla sama sekali tidak menjawab pertanyaan Morgan.
Mereka hanya bisa saling diam, karena permasalahan ini benar-benar sudah membuat mood Fla menjadi kacau.
Beberapa bulan terakhir, Fla memang seperti orang yang sangat berbeda dari biasanya. Ia kembali menjaga jarak dari Morgan, ketika pertama kalinya ia mendengar Morgan yang meminta izin darinya, untuk menikah kembali.
Fla benar-benar sangat tidak bisa menerimanya.
“Saya tahu kalau kamu belum tidur,” ucap Morgan, Fla mendelik mendengar ucapan Morgan yang seperti itu.
Pandangannya ia tundukkan, meskipun kepalanya tidak bergerak sama sekali dari tempatnya. Fla benar-benar merasakan sesak di dadanya, ditambah lagi Morgan yang memeluknya erat seperti ini, semakin menambah rasa sakit yang ia alami.
Melepaskan sesuatu yang sama sekali tidak ingin ia lakukan pun, menjadi beban tersendiri bagi Morgan. Ia benar-benar tidak bisa melepaskan Fla, karena baginya Fla adalah sosok wanita dan istri yang sangat sempurna.
Namun, kembali lagi pada kenyataan bahwa Fla tidak bisa memberikan keturunan kepada Morgan.
“Saya sangat mencintai kamu,” ucap Morgan dengan nada yang sangat rendah. Ia ingin menunjukkan, bahwa ia benar-benar mencintai Fla, bahkan sampai detik ini.
Mendengar pernyataan cinta Morgan padanya, Fla kembali tersenyum pahit. Ia benar-benar tidak habis pikir, dengan Morgan yang mengaku mencintainya, tetapi hendak meminta izin untuk menikah kembali, terlebih lagi dengan adik kandungnya sendiri.
‘Abang udah bawa Fla ke atas langit, terus Abang hempaskan Fla gitu aja. Sakit hati ini, Bang,’ batin Fla yang tidak bisa ia katakan pada Morgan.
Mereka sejenak terdiam, dengan Morgan yang masih dalam keadaan memeluk Fla dari belakang tubuhnya. Morgan merasa sangat lelah, sehingga merasa matanya menjadi sangat berat dan tak kuasa menahan rasa kantuk.
Morgan menguap, saking tidak bisa menahan rasa kantuk yang menyerang. Ia kembali memeluk Fla dengan lebih erat, sampai akhirnya ia kehilangan kesadarannya secara perlahan.
Dalam mimpinya, ia melihat sesuatu yang sangat indah di hadapannya. Entah apa yang bersinar di hadapannya, karena pandangan di dalam mimpi yang sangat terbatas.
Morgan mengusap kedua matanya, agar ia bisa melihat dengan jelas sesuatu yang bersinar terang di hadapannya itu.
Ketika ia sudah bisa melihat dengan jelas, ia kembali memandang ke arah hadapannya.
“Fla ....” Morgan melihat sesuatu yang bersinar terang tersebut, adalah Fla.
Fla memandangnya dengan senyuman sendu, kemudian segera melangkah pergi menuju ke arah cahaya terang yang berada di hadapannya.
Melihat kepergian Fla, Morgan pun sangat tidak rela. “Fla!!” pekiknya dengan sangat keras.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!