NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Kupu-Kupu Malam

Bab. 1. Pengkhianatan Yang Sempurna.

Brak!

Suara benturan keras menggema di dalam salah satu ruangan yang ada di Perusahaan El Group, terlihat ada dua orang lelaki yang saat ini sedang berada di dalam ruangan tersebut.

"Apa, apa Tuan baik-baik saja?"

Seorang lelaki yang berdiri diambang pintu tidak berani mendekat saat melihat kondisi Tuannya, dia hanya bisa bertanya dari jarak yang agak jauh dari sang Tuan.

"Aku baik-baik saja, Rafi!"

Rafi bernapas lega saat Tuannya menjawab apa yang dia tanyakan, dengan perlahan dia mendekati lelaki itu yang saat ini sedang duduk di atas sofa.

Lelaki yang dipanggil Tuan oleh Rafi terlihat sangat berantakan, di mana dasinya sudah tergeletak di atas lantai dengan pakaian yang tidak lagi rapi ditubuhnya.

"Apa malam ini kau bisa menemaniku, Rafi?"

Dia mendongakkan kepalanya untuk melihat ke arah Rafi, tampak jelas kesedihan dimatanya saat ini.

"Tentu saja, Tuan! Saya akan selalu menemani anda!"

Lelaki itu tersenyum, dia lalu bangkit sembari menyambar kunci mobilnya dan berlalu keluar dari ruangan itu.

"Abra! Kau mau ke mana?"

Tiba-tiba langkahnya terhenti saat mendengar suara panggilan seseorang, dia berbalik dan melihat ke arah orang tersebut.

"aku ingin pergi ke suatu tempat!" jawab lelaki bernama Abra.

Lelaki yang tidak lain dan tidak bukan merupakan Kakaknya sendiri mendekat. "Kau baik-baik sajakan?" Terlihat jelas gurat khawatir diwajahnya.

Abra menganggukkan kepalanya, dia kemudian berbalik dan berlalu dari sana dengan diikuti oleh Rafi.

Beberapa hari ini terasa sangat berat bagi seorang lelaki bernama Abraham Elvano, rasa sakit akibat pengkhianatan dari orang yang dia cintai terus menari-nari dalam hatinya.

Rasa cinta yang sejak dulu selalu dia persembahkan hanya untuk sang kekasih, kini hancur berkeping-keping tak tersisa. Dia benar-benar berada dalam fase terburuk, di mana wanita yang sangat dia cintai dengan teganya bermain api dengan sahabatnya sendiri.

"kita mau ke mana, Tuan?" tanya Rafi saat mereka sudah berada di dalam mobil.

Abra terdiam, dia juga tidak tau harus ke mana saat ini. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering dan menunjukkan pesan dari seseorang.

"kita ke night sky!" ucap Abra tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

Rafi menganggukkan kepalanya dan mulai melajukan mobil yang dia kendarai, mobil itu lalu melaju kencang membelah keramaian jalanan malam ini.

Beberapa menit kemudian, mobil yang mereka kendarai sudah sampai diparkiran night sky yang merupakan klub malam terbesar di kota itu.

Abra dan Rafi segera turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam tempat itu, terlihat lautan manusia sedang asik menari dan menikmati minuman yang ada di sana.

Abra berjalan terus menuju ruangan yang ada dilantai dua dengan diikuti oleh Rafi, sesekali lelaki itu melihat ke kanan dan ke kiri untuk menyapa orang-orang yang dia kenal.

"Tunggulah di sini, aku akan masuk sebentar!"

Abra yang sudah bersiap masuk tidak jadi melangkahkan kakinya karna tangannya sedang ditahan oleh Rafi, dia lalu beralih melihat sekretarisnya itu dengan penuh tanda tanya.

"apa Tuan sedang janjian dengan seseorang?" tanya Rafi dan dibalas dengan anggukan kepala Abra.

"Apa Tuan janjian dengan Tuan Romi?"

Abra terdiam, dan itu sudah memberi jawaban pada Rafi membuatnya langsung berjalan melewati Abra dan masuk ke dalam ruangan itu.

Abra menghela napas berat dan berlalu menyusul langkah Rafi, dia mencoba untuk menenangkan hatinya yang sudah mulai membara.

"Waah, Abra! Aku kira kau tidak akan datang ke sini!"

Seorang lelaki bernama Romi tampak tersenyum cerah menyambut kedatangan Abra, tanpa sedikitpun merasa menyesal atas apa yang telah dia lakukan.

"Anda masih saja tidak tau malu ya, Tuan!"

Senyum Romi hilang seketika saat mendengar ucapan Rafi, sementara Rafi sendiri merasa tidak peduli dan duduk di samping Abra.

"apa yang kau inginkan?" tanya Abra dengan tajam, terlihat jelas kebencian dari sorot matanya saat ini.

"Ayolah, Abra! Aku tidak sengaja melakukan semua itu, lagipula cuma sekali aku melakukannya dengan Stefy!"

Abra tersenyum sinis, mudah sekali lelaki di hadapannya itu mengatakannya. Dia tidak tau bahwa selama ini dia belum pernah sekalipun tidur dengan kekasihnya.

"cih, tidak sengaja? Bagian mana yang menyatakan kalau tidur dengan kekasih orang lain disebut tidak sengaja?" cibir Rafi, dibandingkan dengan Abra, sepertinya dia jauh lebih sakit hati dengan apa yang Romi lakukan.

Wajah Romi merah padam mendengar ucapan Rafi, sementara Abra sendiri hanya tersenyum tipis melihat apa yang sekretarisnya lakukan.

"tidak bisakah kau meninggalkan kami berdua? Aku ingin berbicara dengan sahabatku!" usir Romi, dari dulu dia memang tidak pernah suka dengan sekretaris sahabatnya itu.

"tentu tidak bisa, Tuan! Karna anda bukan sahabat Tuan saya, karna kalau anda memang sahabatnya, tidak mungkin anda tega menusuknya dari belakang!"

"Kau!"

Romi mencengkram kuat kerah kemeja Rafi sampai lelaki itu terangkat dari duduknya. Melihat itu, tentu Abra tidak tinggal diam dan langsung melepaskan cengkraman tangan Romi dari baju sekretarisnya.

"Jangan menyakitinya, atau kau akan berhadapan denganku!"

Romi menghempaskan tubuh Rafi dengan kasar, dia sudah merasa sangat geram dengan lelaki itu.

"Aku menemuimu di sini bukan karna masih mengangggapmu sahabat, tapi karna ada sesuatu yang ingin aku katakan!"

Romi terdiam, dia melihat ke arah Abra yang saat ini sedang menatapnya dengan tajam.

"Aku sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri, Romi! Bahkan lebih dari itu, tapi aku tidak menyangka kalau kau malah bermain api dengan Stefy!"

Yah, saat Abra memergoki lelaki itu dan kekasihnya sedang memadu kasih. Dia tidak sempat untuk mengucapkan apapun pada mereka, rasa kecewa dan amarah yang menguasai hatinya langsung membuatnya diam membeku dan tidak sanggup untuk melakukan apa-apa.

"ayolah, Abra! Aku benar-benar tidak sengaja melakukannya, lagipula saat itu kami sedang mabuk. Jadi-"

"Jadi, untuk ke depannya jangan lagi menggangguku. Baik kau, ataupun wanita itu. Aku tidak ada hubungan apapun lagi dengan kalian!"

Romi terdiam dan menatap Abra dengan nanar, sementara Rafi tersenyum senang dengan apa yang Tuannya katakan.

Abra lalu mengambil minuman yang ada di atas meja dan meminumnya dengan sekali teguk. "Ini sebagai tanda kalau kita tidak saling mengenal!" Abra mengangkat gelas kosong itu dan menunjukkannya pada Romi.

Setelahnya dia bangkit dan berlalu keluar dari ruangan itu, sementara Romi hanya terdiam melihat kepergian mereka.

Abra terus melangkahkan kakinya untuk keluar dari klub itu dengan tetap diikuti oleh Rafi. Namun, belum sempat kakinya mencapai pintu keluar. Tiba-tiba dia merasa sangat pusing sampai tubuhnya terhuyung ke belakang.

"Tuan!"

Rafi dengan cepat menyanggah tubuh Abra sebelum mencium lantai, dia lalu berusaha membawa Abra untuk duduk dikursi yang ada di tempat itu.

Bruk!

"Aw! Hati-hati dong, Sayang!"

Seorang wanita yang sedang berjalan ke arah luar tidak sengaja tertubruk oleh tubuh Abra menyebabkan mereka berdua terjatuh di atas sofa.

Tbc.

Terima kasih yang udah baca 😘

Selamat membaca karya baru aku 😍 semoga kalian semua menyukainya 🙏🥰

Bab. 2. Obat Terlarang.

"Aw! Hati-hati dong, Sayang!"

Abra menubruk tubuh seorang wanita menyebabkan mereka berdua terjatuh ke atas sofa, dengan cepat wanita itu menahan tubuh Abra agar tidak terguling ke lantai.

"Astaga, Tuan!"

Rafi yang baru sadar kalau Tuannya terjatuh bergegas untuk mengangkatnya, dia meletakkan tubuh Abra di samping wanita yang tadi tertimpa oleh lelaki itu.

"maafkan kami, Nona!" ucap Rafi.

Wanita itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya, dia lalu melirik ke arah lelaki yang tadi sempat menimpa tubuhnya.

"Dia ganteng sekali!"

Wanita itu lalu tertawa dengan apa yang ada dipikirannya, kemudian dia sedikit membungkuk untuk memasang sepatunya yang sempat terlepas.

"Tuan! Apa Tuan tidak apa-apa?"

Rafi mencoba untuk menyadarkan Abra yang sedang menutup kedua matanya, terlihat lelaki itu mulai menggeliatkan tubuh saat tangan Rafi menepuk-nepuk bahunya.

"Emmh ... Rafi?"

Abra mulai mengerjapkan kedua matanya, tetapi pandangannya buram dengan kepala yang sangat pusing.

"Tuan tidak apa-apakan?"

Rafi terlihat sangat khawatir, dia lalu membantu Abra yang sedang berusaha untuk duduk dan bersandar disandaran kursi.

"Sepertinya Tuan anda sedang mabuk, Tuan!"

Tiba-tiba wanita yang ada di samping mereka bersuara membuat Rafi melihat ke arah wanita tersebut.

"mabuk? Tuanku tidak minum apapun, tidak mungkin dia mabuk!" bantah Rafi.

Wanita itu lalu bangkit dan mencondongkan wajahnya tepat kewajah Abra membuat Rafi terjingkat kaget.

"Ma-mau apa kau?"

Rafi menahan leher wanita itu dan langsung menariknya membuat wanita itu berteriak kesakitan.

"dasar gila! Apa kau mau mematahkan leherku?" teriak wanita itu sembari memegangi lehernya yang terasa sakit.

"kau yang gila! Bisa-bisanya kau mengambil kesempatan dalam kesempitan!"

Wanita itu mengernyitkan keningnya karna tidak mengerti dengan apa yang lelaki itu katakan. "Kesempatan apa? Aku hanya ingin mencium aroma mulutnya!"

Rafi terdiam, dia lalu beralih ke arah Abra dengan menahan malu karna sudah salah paham dengan wanita itu.

"Cih!"

Wanita itu mendengus sebal, dia lalu mengambil tasnya dan bersiap untuk pergi dari sana.

Rafi mencondongkan wajahnya kemulut Abra untuk mencium aroma alkohol, tetapi dia tidak mencium bau apapun selain wangi mint.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada Tuan? Apa bajing*an itu memberi sesuatu pada minuman yang tadi Tuan minum?"

Yah, Rafi baru mengingat kalau Tuannya tadi sempat meminum minuman yang ada di atas meja. Dia yakin kalau Romi pasti memasukkan sesuatu ke dalam minuman itu.

"Dasar brengs*ek! Awas saja kau!"

Rafi lalu kembali beralih ke arah Abra dan berusaha untuk mengangkat tubuh lelaki itu, dia harus segera membawanya ke dalam mobil.

"Emh, Rafi! Kenapa kau tidak menyalakan pendingin? Di sini sangat panas!"

Tiba-tiba Abra bersuara membuat Rafi sekilas melihat ke arahnya. "Tuan sudah sadar?"

Rafi menghentikan langkahnya dan menyandarkan tubuh Abra ketubuhnya sendiri, dia menarik napas dalam sebelum melanjutkan jalannya.

Abra yang saat itu mulai sadar bergegas membuka jas yang membalut tubuhnya, dia juga membuka kancing kemejanya membuat Rafi terkejut.

"Apa yang Tuan lakukan? Kita masih diklub!"

Rafi menahan tangan Abra yang terus membuka kancing pakaiannya, dia benar-benar bingung dan tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi pada Tuannya.

Dari kejauhan, Romi memperhatikan mereka dengan senyum lebar. Dia puas karna sudah berhasil mengerjai Abra, dengan memasukkan obat perangs*ang ke dalam minuman yang lelaki itu minum tadi.

"Nikmati malam-malam indahmu, Abra! Itu hadiah dariku!"

Romi lalu berbalik dan kembali berkumpul dengan teman-temannya, dia tau kalau selama ini Abra tidak pernah tidur dengan wanita manapun, dan entah kenapa dia merasa tidak senang karna lelaki itu berlagak sok suci.

Sementara itu, Rafi segera membawa Abra untuk masuk ke dalam mobil sebelum lelaki itu menelanjangi dirinya sendiri.

Beberapa wanita yang melintas di hadapan mereka terpana melihat betapa bagusnya tubuh Abra, apalagi dengan penampilan yang sangat berantakan membuat lelaki itu semakin tampak menggairahkan.

Bruk! Akhirnya Rafi berhasil memasukkan tubuh Abra ke dalam mobil, dia lalu menyandarkan tubuhnya sendiri yang merasa sangat lelah karna memang fostur tubuhnya lebih kecil dari Abra.

"Eemh ... panas sekali!"

Abra menggeliatkan tubuhnya, seketika matanya terbuka lebar saat menyadari kalau ada sesuatu yang bangkit dalam dirinya.

"Apa yang terjadi? Ke-kenapa aku seperti ini?"

Abra terkejut dengan penampilannya saat ini, di mana pakaiannya sudah terbuka dan hanya menyisakan celananya saja.

"Tuan sudah sadar?"

Abra segera beralih ke arah Rafi. "Rafi, apa yang terjadi padaku?"

Rafi dan Abra saling pandang dengan bingung, mereka berdua sama-sama tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

Di tengah kebingungan itu, tiba-tiba Abra mengerrang kuat membuat Rafi terlonjak kaget.

"ada apa Tuan?" tanyanya dengan khawatir.

"Aku, aku merasa sangat panas, Rafi! Dan, dan iniku juga tegang sekali!"

Rafi melihat ke arah yang sedang ditunjuk oleh Abra, terlihat jelas kalau pusaka lelaki itu sedang tegak menantang saat ini.

"Sshh, aargh!"

Abra kembali mengerrang membuat Rafi kembali keluar dari mobil untuk pindah ke kursi belakang.

Bruk! Sangking buru-burunya, Rafi tidak sengaja menyenggol seorang wanita membuat ponsel wanita itu terjatuh.

"kau! Kenapa kalian suka sekali sih, menabrak orang lain?" teriak wanita yang sama dengan wanita yang Abra tabrak tadi, dia merasa kesal karna terus ditabrak oleh mereka.

"Rafi, cepat ke sini!"

Rafi yang ingin membalas ucapan wanita itu mengurungkan niatnya saat mendengar panggilan Abra, dia segera masuk ke kursi belakang dan mendekati lelaki itu.

"ada apa, Tuan?" Apa ada yang-"

"Rafi, aku, aku sudah tidak tahan! Asetku terus berdenyut sakit, dan aku, aku ingin sekali melakukan itu!"

Rafi yang paham ke mana arah pembicaran Abra merasa benar-benar bingung, dia mulai berpikir mungkin saja Romi memasukkan semacam obat ke dalam minuman itu.

"Dia pasti minum obat pera*ngs*ang!"

Rafi mengalihkan pandangannya ke arah belakang saat mendengar suara seseorang. "Kau? Apa yang kau lakukan di sini?"

Wanita yang dia tabrak tadi mengatakan kalau dia penasaran dengan suara errangan Abra, itu sebabnya dia melihat ke dalam mobil.

"Jadi, Tuan benar-benar kena obat lakn*at itu?"

Wanita itu mengangguk, dia sangat yakin karna memang dia sering sekali melihat orang yang meminum obat itu.

"La-lalu? Apa yang harus aku lakukan?"

Sangking bingungnya, Rafi sampai tidak bisa berpikir dengan jernih dan malah bertanya pada wanita itu.

"tentu saja mencari wanita untuk tidur dengannya, lalu apa lagi?"

"Apa?"

Rafi terlonjak kaget saat mendengarnya, tetapi sesaat kemudian dia baru bisa berpikir dengan benar dan menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan wanita itu.

"Sia*lan! Aku akan membunuhmu, Romi!"

Rafi berdecak kesal, dia tidak tau harus mencari siapa untuk menemani Abra malam ini. Dia tau kalau efek dari obat perangs*ang itu sangat berbahaya jika tidak dilepaskan.

"Kenapa kau bingung? Di tempat ini ada ratusan wanita malam, kau tinggal pilih saja!"

Yah, Rafi baru ingat kalau saat ini dia sedang berada di mana. Namun, dia tidak bisa selancang itu untuk membiarkan Tuannya tidur dengan wanita sembarangan.

"Dari pada kau bingung, serahkan saja Tuanmu padaku! Maka akan kupastikan, kalau Tuanmu akan puas malam ini!"

Tbc.

Terima kasih yang udah baca 😘

Bab. 3. Menyerahkan Seluruhnya.

"Dari pada kau bingung, serahkan saja Tuanmu padaku! Maka akan kupastikan, kalau Tuanmu akan puas malam ini!"

Rafi terlonjak kaget mendengar ucapan wanita yang ada di sampingnya, bagaimana tidak, wanita itu menawarkan dirinya sendiri untuk ditiduri dengan santai.

"apa, apa kau wanita malam?" tanya Rafi dengan tajam, dia lalu memperhatikan wanita itu dari atas sampai bawah.

"Ya, aku wanita malam! Tapi kalau kau ingin memakaiku di siang hari, maka bisa saja!"

Rafi tercengang mendengar ucapan wanita itu, dia lalu menggelengkan kepalanya melihat tingkah wanita yang ada di hadapannya.

"Siapa namamu? Apa sejak tadi kau memang sudah mengincar kami?"

Yah, Rafi mulai curiga. Jangan-jangan wanita itu memang sudah berencana untuk menawarkan diri pada mereka.

"Namaku Bella! Aku sama sekali tidak mengincar kalian, aku sendiri sudah punya pelanggan penting malam ini! Tapi sayang, dia tidak jadi datang!"

Rafi memperhatikan gerak-gerik wanita itu, dia ingin melihat apakah wanita itu berkata jujur atau tidak.

"Lalu? Kenapa kau menawarkan dirimu sendiri?"

Wanita itu terdiam, dia lalu melihat ke arah Abra yang sedang menggeliat-geliat tidak karuan. "Aku butuh uang, dan malam ini aku harus mendapatkan uang itu!"

Rafi tersenyum lebar, seharusnya dia tidak perlu bertanya alasan kenapa wanita itu menawarkan diri, karna sudah pasti jawabannya adalah uang.

"arrgh" Abra kembali mengerrang membuat Rafi langsung melihat keadaannya, lelaki itu sudah membuka celananya dan hanya menyisakan celana pendek saja.

Mata Rafi membulat sempurna saat melihat Abra sudah tegak menantang, dia yakin kalau saat ini Tuannya sudah setengah mati menahan hasrat. Dia harus segera melakukan perjanjian dengan wanita itu sebelum menyerahkan Tuannya.

"Baiklah, aku akan memberikan uang sesuai yang kau minta! Tapi, kau harus membuat perjanjian ...,"

Rafi menjeda ucapannya dan melihat wanita itu dengan tajam, dia sedang menilai kecantikan dan tubuh wanita itu agar Tuannya tidak merasa rugi.

"perjanjian apa?" tanya wanita bernama Bella.

"Perjanjian kalau kau tidak akan mengatakan semua yang telah terjadi pada siapapun!"

Bella langsung menganggukkan kepalanya, baginya perjanjian itu tidaklah penting karna dia sendiri tidak pernah membicarakan tentang para pelanggannya dengan siapapun.

Setelah berhasil membuat perjanjian, Rafi menyuruh Bella untuk ikut bersamanya. Mereka harus segera mencari hotel sebelum terjadi sesuatu dengan Abra.

Bella berusaha untuk kembali memakaikan pakaian Abra, karna tidak mungkin lelaki itu keluar dari mobil hanya menggunakan celana pendek saja.

Namun, saat Bella baru memegang kaki Abra. Lelaki itu langsung menariknya membuat tubuh Bella terangkat dan jatuh di atas pangkuan lelaki itu.

"Kau sangat cantik!"

Abra menyerang bibir Bella membuat wanita itu terdiam di atas pangkuannya. Dia terus menyerang bibir itu membuat Bella membalas serangan panasnya, sementara Rafi semakin menekan pedal gasnya agar mobil itu cepat sampai di tempat tujuan.

"Nana!"

Deg, Bella terdiam saat mendengar Abra menyebut nama seseorang. Namun, sesaat kemudian dia kembali dibuat mendessah kuat saat Abra menyerang lehernya.

Rafi yang sudah melihat hotel langsung membelokkan mobilnya sebelum adegan dewasa terjadi di dalam mobilnya.

Dia segera turun dari mobil dan berpindah ke kursi belakang. "Cepat, kita harus membawa Tuan ke dalam!"

Bella yang mendengar ucapan Rafi segera mendorong tubuh Abra walaupun lelaki itu terus menikmati tubuhnya. Dia dan Rafi segera memakaikan Abra pakaian agar segera keluar dari mobil itu.

Dengan perjuangan besar, akhirnya mereka berhasil membawa Abra keluar dari mobil dan menuntunnya masuk ke dalam hotel. Rafi segera memesan kamar untuk mereka, dan kembali membawa Abra saat sudah mendapat kamar.

Brak! Rafi membuka pintu kamar dan segera membawa Abra masuk ke kamar tersebut, begitu juga dengan Bella yang berusaha mati-matian menahan tubuh Abra yang sudah menciumi tangannya.

"Hah!"

Akhirnya Rafi dan Bella berhasil meletakkan tubuh Abra ke atas ranjang, napas mereka tersengal-sengal dengan keringat yang membanjiri tubuh mereka saat ini.

Abra yang sedang terlentang mulai mengerjapkan matanya, dia melirik ke arah Bella dan langsung menarik tubuh wanita itu.

Bruk! Bella kembali terjatuh di atas tubuh Abra dan langsung diserang oleh lelaki itu, sementara Rafi segera berbalik karna tidak ingin melihat semua pemandangan itu.

"Ka-kalau gitu saya permisi, Tuan!"

Walaupun tau kalau Abra tidak akan mendengar ucapannya, Rafi tetap pamit untuk keluar dari kamar itu. Dia segera menutup pintunya dan berdiri diam di depan kamar tersebut.

"Maafkan aku, Tuan! Aku terpaksa melakukan semua ini!"

Rafi merasa bersalah, dia tau kalau Tuannya belum pernah tidur dengan wanita manapun. Bahkan dengan mantan kekasih yang sudah bertahun-tahun menjalin hubungan dengan Abra, tapi sekarang, Abra malah harus tidur dengan wanita malam.

Setelah kepergian Rafi, Abra terus menyerang seluruh tubuh Bella dan meninggalkan jejak kepimilikannya di sana.

Bella yang mulai berhasrat segera melepaskan semua pakaiannya, matanya benar-benar dibuat takjub saat melihat tubuh indah dari lelaki yang sebentar lagi akan memakannya.

Tubuh Bella menggelinjang hebat menahan nikmat dari permainan Abra, dia menekan kepala lelaki itu agar semakin dalam menikmati tubuhnya.

Setelah puas, Abra segera bangkit dan membuka kedua kaki Bella dengan lebar. Bles! Akhirnya Abra masuk ke dalam kenikmatan Bella sebagai saksi hilangnya sesuatu yang sudah dijaga lama olehnya.

Tbc.

Terima kasih yang udah baca 😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!