NovelToon NovelToon

My Enemy, My Love!

Prolog

Sebelum membaca My Enemy, My Love! Alangkah baiknya membaca BUKAN SITI NURBAYA. Karena kisah mereka dipertemukan dalam cerita Aa Reza dan Neng Tasya.

Pemeran :

KEENAN WIJAYA (Keen)

Seorang pemuda berambut tebal dengan kulit sawo matang terlahir sebagai anak bungsu dari keluarga Wijaya.

Dia menjadi anak yang tidak terlalu banyak bicara, namun dia akan mengejar wanita yang dicintainya dengan hal gila.

Hal gila yang dia lakukan yaitu dia rela magang di sebuah perusahaan kecil hanya untuk mengejar seorang wanita yang berhasil memikat hatinya pada pandangan pertama.

Lebih gila lagi, saat dia nekat mendekati wanita tersebut yang ternyata sang wanita sudah bersuami.

Untuk melancarkan aksinya, dia sengaja mengorek informasi dari Lashira Ayumi atau biasa dipanggil Lala dengan cara mendekati Lala.

Namun sayang, usaha yang dilakukan Keenan untuk mendapat perhatian wanita itu, sama sekali tidak membuahkan hasil. Wanita yang disukainya sama sekali acuh kepadanya.

Lala yang mengetahui maksud dan tujuan Keenan tersebut dengan terang-terangan melarangnya. Hal itu membuat Keenan sadar sekaligus kesal pada Lala. Sehingga apapun yang dilakukan Lala, menjadi bahan perdebatan oleh dirinya.

LASHIRA AYUMI (Lala)

Gadis periang dari keluarga sederhana yang berjuang dengan bekerja di CV Petani Maju hanya untuk membiayai kuliahnya.

Cita-citanya hanya sederhana, dia hanya ingin dihalalkan oleh seorang pria mapan nan tampan yang bisa membawanya jauh melayang dalam buaian keromantisan.

Sayang sungguh sayang, cita-citanya tersebut sangat sulit dia gapai. Sekalipun dia menyukai seorang pria, namun dia hanya menjadi pemuja rahasia.

Setiap melihat pria tampan, tak hentinya dia memuja. Bahkan bosnya sendiri pun dia kagumi karena ketampanan dan kemapanannya. Namun, saat dia bertemu pemuda tampan lainnya, dengan mudah dia pun jatuh cinta pada pemuda tersebut.

Awal mula dia melihat Keenan, dia sudah terpesona. Dia meminta nomor ponsel Keenan pada istri bosnya sendiri karena istri bosnya tersebut lebih dulu mengenal Keenan.

Lala gencar mendekati Keenan setelah tahu Keenan magang ditempatnya bekerja. Namun sayang, dia menyadari bahwa pemuda yang ditaksirnya tersebut menyukai istri dari atasannya. Dia berusaha menyadarkan Keenan. Tapi apa yang dia dapat?

Keenan selalu bersikap dingin dan berbicara ketus pada Lala. Bahkan tak segan, Keenan selalu memperdebatkan hal-hal kecil yang tidak perlu dengannya.

Hal itu membuat Lala menjadi sadar. Bahwa dia telah salah mencintai pemuda tersebut. Dengan mudahnya, dia dapat melupakan rasa sukanya pada Keenan. Seperti halnya pena yang terkena air, mudah sekali luntur.

Rasa sukanya telah pudar, selaras dengan Keenan yang telah pergi dari hari-harinya karena masa magang di tempat dia bekerja telah habis. Dia bahkan tidak pernah sama sekali berkomunikasi dengan Keenan. Apalagi bertemu dengan pemuda tersebut. Mereka saling melupakan, dan saling menjauh.

Sekalipun terkadang, dia selalu terngiang akan ucapan bosnya tersebut :

"Kalian tinggal pacaran saja sih. Biar gak iri" usul Reza sang bos

"Runtuh dunia persilatan Pak" ucap Keenan santai

"Jangankan dunia persilatan, kuda saja bisa ngepang rambutnya sendiri kalau saya sama dia" Lala tak mau kalah

"Biasanya yang suka begitu jadi jodoh sungguhan loh" Tasya, istri bos ikut menimpali

"Amit-amit" Seru keduanya kompak.

Bagaimana kisah selanjutnya? Akankah mereka berjumpa kembali? Bisakah mereka akur kedepannya? Disini kisah mereka dimulai.

Selamat membaca ^^

KEENAN

Dering alarm berbunyi nyaring membuat berisik kamarnya. Keenan memicingkan matanya mencari jam weker yang berada di atas mejanya. Dimatikan dering alarmnya tersebut, kemudian dia memejamkan matanya kembali. Rasanya dia enggan untuk bangun pagi ini.

Tok.. Tok.. Tok..

"Tuaan.. Tuaan.. " suara seorang wanita memanggilnya

"Tuan muda.. Ditunggu sarapan oleh tuan besar" ucapnya lagi

"Iyaa" teriaknya.

'Hhh.. Masih pagi juga!' gerutunya kesal

Keenan segera bangkit. Dia mengacak rambutnya kemudian berjalan ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.

Dia menyambar handuk kecil untuk mengeringkan mukanya, kemudian merapikan rambutnya yang disisiri oleh jarinya sendiri.

Keenan menuruni anak tangga berlapis karpet berwarna merah yang membuat kesan sangat megah.

"Pagi Pa, Pagi Ma" dia menyapa kedua orang tuanya dengan memberikan kecupan di pipi sang orang tua.

"Kamu hari ini gak ke kampus sayang?" tanya Mama Keenan yang terlihat awet muda dengan wajah bersinar karena perawatan yang tak pernah terlewat.

"Nanti siang. Aku kan sebentar lagi lulus Ma. Jadi sudah bebas. Masa Mama lupa" ucapnya sambil mengunyah sandwich yang telah disediakan oleh pelayan dirumahnya.

"Papa minta kamu memikirkan tawaran Papa kemarin Nak" ucap pria berusia setengah abad dalam masa perawatan karena sakit yang dideritanya.

"Iya Pa. Aku masih memikirkannya" ucapnya tak banyak bicara.

Setelah selesai makan, dia pamit kembali ke kamarnya. Seperti biasa, dia akan memainkan gitar kesayangannya dengan duduk di balkon sambil bertelanjang dada.

Setelah bosan, dia segera masuk ke kamar mandi dan berlama-lama di dalam sana.

Setelah beberapa lama, dia keluar dengan handuk kimono berwarna putih dengan tali membelit pinggangnya.

Keenan menatap kaca besar di kamarnya, dia membiarkan rambut tebal yang tak beraturan tersebut, tapi membuatnya terlihat sangat tampan.

'Jadi gak futsal sore ini ?' sebuah pesan grup masuk dari temannya yang biasa dipanggil Bang Al ketika dia membuka ponsel miliknya

'Siap Kapten' balasnya singkat

'Laksanakan Kapten Al' balas Pramono yang mereka sebut Mas Pram

Keenan membuka lemari pakaiannya, dia memakai kaos putih bergambar micky mouse dibalut dengan jaket hoodie dan memakai ripped jeans yang membuatnya terlihat lebih stylish.

Dia membawa tas hitam di sebelah pundaknya, kemudian keluar kamar dan menuruni anak tangga.

"Aku berangkat ya Ma" ucapnya sambil mengecup pipi sang Mama.

"Pakai mobilmu! Mama heran sama kamu, selalu saja pakai motor. Tahu gak? Jantung Mama mau copot kalau kamu belum kasih kabar ke Mama. Bisa mati jantungan Mama karena mengkhawatirkanmu" dumelnya

"Enakan pakai motor Ma, lebih cepat." bantahnya

"Hati-hati" ucapnya begitu anak kesayangannya berlalu meninggalkannya.

'Dasar anak itu, selalu saja begitu' gerutu Mama keenan.

Keenan memakai helm bogo miliknya setelah duduk di atas motor matic kesayangannya. Dia melajukan motornya keluar gerbang rumahnya dengan anggukan sang penjaga rumah.

Setibanya di kampus, Keenan segera menulis pesan grup pada sahabatnya.

' Dimana kalian?' tanyanya

'Wc bro Keenan. Mau ikut?' balas Mas Pram

'di hatimu sayang' balas Bang Al dengan tanda hati dibelakangnya

'Sialan' balas Keenan singkat

Tak lama, dari arah belakang seseorang menepuk pundaknya.

"Ayo" ajaknya masuk kedalam kantin

"Baru jam segini Bang, masa ngajak ke kantin. Itu perut apa tong sampah" ledek Keenan

"Haha.. Daku belum sarapan sayang" ucapnya dibuat semanja mungkin

"Idih.. Meriang dengarnya juga!" keenan begidig ngeri

Bang Al tertawa puas.

"Mas Pram belum terlihat batang hidungnya" ucap Keenan

"Maklum, dia mah titisan kura-kura. Haha" Bang Al tertawa, begitupun Keenan

Tak lama Mas Pram tiba.

"Kawanku yang budiman, apakah kalian sudah sarapan?" tanya Mas Pram

"Kamu tau gak bro? Nunggu dia selesai bicara, gak terasa hari sudah berganti saja" Sindir Bang Al

"Pantas saja. Aku lihat dirimu tua sekali Bang" ledek Keenan

"sialan!" ucapnya kesal

***

Sore hari, seperti biasa Keenan beserta teman lainnya bermain futsal di Taman Kota. Dia nampak gesit memainkan bola dikakinya.

Permainannya cukup lincah, membuat sang lawan nampak kewalahan.

"Bro.. " Bang al melempar minuman dingin ke arahnya setelah pertandingan berakhir

"Terima kasih Bang" ucapnya

"Hari ini jalan yuk? Rasanya sudah lama sekali gak ke Mall" ucap Mas Pram

"Kebanyakan main sama sabun di kamar mandi sih Mas" ucap Keenan

"Haha.. Dilarang kurang ajar Bro Keenan" ucapnya

"Maaf.. Maaf Mas Kanjeng Pramono" Keenan bersimpuh dihadapannya

"Orang gila semua" ucap Bang Al seraya tertawa

"Daku ada janji sama si Mira bagaimana dong kawan?" tanya Bang Al

"Ajak saja Bang Al, siapa tahu Mira mau traktir kita" usul Mas Pram

"Iya traktir kalian karena berbela sungkawa dengan kejombloan kalian. Haha" Bang Al tertawa puas

"Haha.. Dirimu terlalu sialan Bang Al" Mas Pram protes

Keenan tertawa mendengarnya. Entahlah, setiap Mas Pram bicara, menjadi hiburan tersendiri untuknya.

"Ayo jalan" ajak Keenan

"Kalian duluan saja, aku jemput Mira dulu" ucap Bang Al

"Nanti ketemu disana saja ya Bang. Ingat, jangan merindukanku Bang Al" rayu Mas Pram

"Hii najis Mas" ucapnya

***

"Mana nih Bang Al?" ujar Mas Pram seraya mengedarkan pandangannya

"Sengaja menghindar dia, bosan lihat mukamu Mas" timpal Keenan

"Pasti bosan, soalnya dia selalu kalah ganteng dari aku" ucapnya

"Setidaknya dia tidak jomblo sepertimu Mas" balas Keenan

"Sesama jomblo dilarang saling menghujat Bro Keenan" ucapnya

"Woy.." teriak Bang Al dari arah belakang. Dia menggandeng Mira sang pujaan hatinya

"Hai Mira? Belum bosan sama Bang Al?" sapa Mas Pram

"Sialan Pramono" ucap Bang Al

Mira hanya tersenyum mendengarnya. Sementara Keenan selalu cuek, jarang menyapa pacar Bang Al.

"Kemana kita?" tanya Bang Al

"Seperti biasa" ucap Mas Pram

Mereka naik ke lantai tiga. Kemudian masuk kedalam ruangan yang berisi berbagai permainan disana.

Keenan dan Bang Al nampak sibuk bertanding basket. Sementara Mas Pram, sibuk sendiri dengan claw machine.

"Heran sama jomblo yang satu itu, dia sibuk main capit boneka" ujar Bang Al yang melihat Mas Pram fokus mengamati targetnya.

"Haha.. Kalau dapat paling buat dia peluk-peluk" ucap Keenan

Mira tersenyum mendengarnya.

"Kamu main juga dong. Gak romantis kamu ini" protes Mira

"Daripada kesal main capit boneka. Aku beli saja di toko boneka." ucap Bang Al

"Tuh kan gak romantis. Gak ada perjuangannya tahu" gerutu Mira

Setelah puas bermain, mereka segera pergi ke foodcurt. Rasa lelah setelah futsal dan bermain membuat Keenan makan dengan lahap. Sesekali Mira mencuri pandang ke arahnya. Keenan yang sadar, hanya bisa diam sambil memainkan ponselnya.

'Dasar wanita berisik' batinnya saat melihat status Lala di aplikasi pesan.

'Apa kabar si berisik ya? Lama juga tak bertemu dengannya' dia mengingatnya.

LALA

Lala mematikan alarm ponselnya yang tergeletak di samping bantal. Dia meregangkan tubuhnya kemudian duduk dengan mata yang masih terpejam. Lala mengacak rambutnya kemudian merapihkannya kembali seraya menguap.

"Kapan liburnya" gumam Lala yang merasa malas untuk berangkat bekerja.

"Lalaaa.. Bangun" teriakan Ibu Tita mengagetkannya.

Dia segera beranjak dari tempat tidur.

"Bisa gak sih bu gak teriak-teriak" Lala bersungut seraya melewati Ibunya yang sedang menata makanan di meja makan

"Kamu ini! Anak gadis bangunnya harus di teriakin terus" omelan Ibu setiap hari menjadi sarapan Lala sebelum dia berangkat ke kantor.

Rutinitas pagi yang tak biasa ia lepaskan adalah berlama-lama di dalam mandi. Bukan untuk menggosok badannya, melainkan berjongkok dengan mata terpejam.

"Lalaaa.." Ibu meneriakinya kembali

"Astaga Ibuuuu" Lala mengegrutu kesal sambil membuka bajunya satu persatu.

Tak berapa lama, dia keluar kamar mandi dan segera masuk ke dalam kamar.

"Pakai baju apa ya?" dia memilih baju yang hendak dipakainya.

"Duh perasaan bajuku itu-itu saja. Buluk semua. Kapaan shoppingnya" gumamnya merasa bingung dengan baju dihadapannya.

"Ini sajalah. Toh yang liat juga si Agus sama si Deni!" gerutunya seraya memakai rok span hitam dan kemeja putih bercorak.

Lama dia menatap dirinya didepan cermin sambil sesekali tersenyum.

"Lalaaaaaa" Teriakan ketiga dari Ibu di pagi ini

"Astaga" Lala berdecak kesal

"Dandan saja lama! Kamu mau kerja saja kayak mau pesien syow" Ibu tak henti bicara

"Fashion show ibu. Fashion show" Lala meralatnya

"Terserah lah. Sana sarapan dulu." Perintah ibu yang sibuk menggoreng bakwan.

"Aku gak mau sarapan Bu. Lagi diet" ucapnya enteng

"Apa? Diet?" ibu membelalakan matanya

"Ibu gak mau ya nanti malam harus ngerokin kamu gara-gara dietmu itu" suara lantang Ibu meramaikan pagi harinya

"Sarapan dulu! Sudah mati nanti kamu gak bisa sarapan lagi!" Perintahnya masih dengan suara lantang

"Astaga! Ibu nyumpahin anaknya mati" Lala bersungut

"Ibu gak nyumpahin kamu. Memang benar kok? Ada orang mati yang sarapan?" Ibu balik bertanya.

"Tidak ada ibundaku" ucap Lala menyudahi perdebatan mereka.

Lala mengambil bakwan dan nasi goreng yang berada dihadapannya.

"Makanmu sedikit sekali kayak kucing saja" Ibu mengajaknya berdebat kembali

"Artis gak ada yang rakus Ibu" ucapnya seraya memberikan senyuman termanis pada sang Ibu

"Artis kamar mandi" gumam ibu sambil menggigit bakwan. Dia menemani sang putri sarapan.

Tinggal berdua dengan sang Ibu tak membuatnya kesepian. Lala mewarisi watak Ibunya yang cerewet sehingga rumahnya selalu terasa ramai oleh ocehan mereka.

Ayah Lala yang berkebangsaan Jepang, telah lama meninggal karena kecelakaan tragis yang merenggut nyawanya. Di usia Lala yang menginjak 10 tahun, dia harus menjadi seorang anak yatim. Semua aset kekayaan mereka seketika diambil alih oleh keluarga ayahnya dengan kecurangan keluarga ayahnya. Tak sepeserpun Ibu Tita dan Lala dapatkan atas hak mereka. Dengan terpaksa Ibu Tita menghidupi Lala dengan sederhana dan tanpa putus asa.

Ibu Tita sendiri disibukan dengan menjadi kader Posyandu di wilayah RWnya. Beliau sangat aktif dalam kegiatan sosial sambil menitipkan kue basah buatannya ke toko dan warung yang ada di lingkungannya.

"Nanti siang Ibu mau ke Kelurahan La, ada rapat kader sekelurahan. Kemungkinan nanti Ibu gak masak ya" ucap Ibu

"Iya Ibu. Nanti pulang aku beli makan. Mau makan apa nanti?" tanya Lala

"Gak usah La"

"Kenapa Bu?" tanya Lala heran karena biasanya sang Ibu paling semangat dengan makanan yang Lala bawa.

"Gak usah yang macam-macam maksud Ibu. Belikan Ibu nasi padang sama martabak saja cukup" ucap Ibu tanpa merasa bersalah.

"Ya Tuhan, aku kira betulan Ibu gak mau aku bawakan makanan" Lala berdecak sebal

"Rezeki itu jangan di tolak, kalau bisa ditambah La" ucap Ibu santai

"Iya Ibundaku"

Setelah selesai sarapan, Lala segera memesan ojek online. Dia menunggu kang ojek datang sambil memotret dirinya dengan berbagai gaya.

"Kasihan sekali ponselmu La" Ibu menggelengkan kepalanya

"Kenapa sih Bu?" Lala bertanya kesal

"Tiap hari dia dijejali foto-fotomu yang aneh itu. Kalau dia manusia udah overdosis kayaknya" Ibu berkomentar

"Ibundaku kenapa tidak luluran dulu sebelum ke kelurahan? Siapa tahu disana nanti ketemu Duren alias duda keren yang tajir melintir" Lala tak mau kalah

"Ini anak yaa.. Kurang asem sama Ibu sendiri" Ibu berkacak pinggang

"Ampun Ibundaku. Maaf saya gak ada waktu berdebat. Yayang ojek sudah menjemputku. Byeee Ibu" Lala melenggang pergi meninggalkan Ibu yang kesal.

"Hei, Assalamualaikum dulu" ucap Ibu seraya berteriak

"Waalaikumsalam Buuuu" Lala tak kalah berteriak.

Dia menghampiri kang ojek dengan ceria.

"Sesuai aplikasi ya Pak" ucapnya riang

"Siap Mbak" tukang ojek tersenyum ramah

"Helm couplenya mana Pak? Eh maksud saya, helmnya Pak" pinta Lala

'Duh ini mulut sudah ngarep dijemput pacar'

Tukang ojek memberikan helmnya kemudian melaju ke Petani Maju tempatnya bekerja.

Lala menikmati pagi hari dengan hembusan angin yang menerpa wajahnya dan cahaya mentari pagi yang menyapanya dengan ceria. Dia menikmati perjalanannya menuju kantor dengan memperhatikan jalanan yang mulai sibuk.

Setibanya di kantor, dia duduk manis sambil memainkan ponselnya.

"Ibu datang gak ya?" batinnya menanyakan sang bos tercinta patrnernya bergosip.

Dia sangat menyukai bosnya yang ramah, cantik, dan tidak pelit. Apalagi kalau bos Reza (suami Bu Tasya) datang menghampiri mereka. Khayalannya selalu melambung jauh saat menyaksikan pasangan tersebut melakukan hal romantis dihadapannya.

Setelah lama berselang Ibu Tasya datang dengan ceria menghampirinya.

"Assalamualaikum, selamat pagi La" ucapnya ramah

"Waalaikumsalam Ibuuuu" dia tak kalah girang

Dia seharian penuh berada dalam ruangan tersebut berdua dengan ibu bos, sementara di depannya ada beberapa karyawan yang berkutat dengan sayuran terhalang oleh pintu dan jendela kaca.

Di sela-sela kerjanya, dia sesekali melihat ponselnya.

'Duh ini ponsel mati suri apa ya? Gak ada tanda-tanda kehidupan' rutuknya dalam hati

Dia bergerilya di sosial media miliknya. Disana terpampang banyak sekali foto dirinya dengan berbagai kata sesuai isi hatinya.

'Bikin pantun ah, kali ada yang komen' batinnya riang.

Pergi ke Sampang naik becak

Naik becak rodanya bolong

Lihat saja tampang yang baca

Sudah kayak penggorengan gosong

Lala tersenyum sendiri dengan pantun yang dia buat di statusnya. Tak berapa lama, ponselnya bergetar. Disana beberapa pesan masuk mengomentari pantun yang dia buat menjadi status.

'Akhirnya ini ponsel ada kehidupan' gumamnya senang.

Dengan semangat, dia membalas satu persatu pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Hingga dia melupakan pekerjaannya sejenak. Dia membuka siapa saja yang melihat statusnya. Sesaat dia melebarkan matanya seolah tak percaya

"Keenan" pekiknya dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!