NovelToon NovelToon

Mafia And His Maid

# Part 1 Mafia AHM

Happy birthday to you

Happy birthday to you

Happy birthday

Happy birthday

Happy birthday

To Flower

Dentingan piano mengiringi lagu ucapan happy birthday untuk Flower oleh sang ayah tercinta. Yousef Michelin tersenyum bahagia kemudian mencium pipi sang putri setelah jari-jarinya selesai menari di atas tuts-tuts piano itu.

"Semoga kamu bahagia sayangku," ujar Yousef seraya mencium pipi sang putri dengan mata berkaca-kaca. Merlin menepuk bahu sang suami agar pria itu tidak menunjukan kesedihannya.

"Yousef, apa kamu tidak ingin mengiringi Aku menyanyi sayang?" Merlin sekali lagi mengalihkan perhatian Yousef yang benar-benar sangat tidak merasa baik saat ini.

Beberapa hari ini pria itu selalu bermimpi buruk dan merasa sangat tidak ingin berjauhan dengan Flower putri satu-satunya itu.

"Ayah, hari ini Aku bahagia sekali. Di usiaku yang ke tujuh belas tahun ini, kalian berdua masih sehat dan panjang umur," ujar Flower seraya merangkul dua orang kesayangannya itu. Tak terasa airmatanya juga ikut menganak sungai.

"Kalian adalah orangtua terbaik yang Aku punya. Terimakasih banyak, Aku sangat mencintai mu ibu, ayah," lanjut Flower dengan perasaan haru yang seakan *******-***** hatinya.

Gadis itu pun memaksakan dirinya untuk tersenyum meskipun tak sanggup.

"Flo, Bernyanyilah bersama dengan ibumu dan jangan tunjukkan wajahmu yang sedih seperti itu. Ayah akan mengiringi lagu kalian sayang," ujar Yousef berusaha mengusir rasa khawatir dari dalam hatinya.

Pria paruh baya itu kemudian duduk kembali di kursinya. Ia mengahadapi pianonya dan bersiap menerima instruksi dari istrinya.

"Merlin Bernyanyilah sayang," ujar Yousef lagi karena Merlin dan Flower belum juga mengatakan lagu apa yang akan mereka nyanyikan.

"Ibu, apa kamu mendengar sesuatu?" tanya Flower dengan perasaan yang tiba-tiba sangat takut. Langkah kaki yang kedengaran sangat banyak dan juga cepat dari arah beranda depan membuat mereka semua terdiam.

Klik

Lampu mati. Suasana ruangan itu tiba-tiba menjadi sangat gelap dan menyeramkan. Hanya ada sedikit sinar bulan purnama dari arah tirai jendela yang tersingkap di sekeliling ruangan itu.

"Ibu, Aku takut," bisik Flower dengan suaranya yang berubah gemetar. Telinganya terus berusaha menangkap suara yang dari arah pintu depan.

"Jangan takut. Mungkin sekring lampunya yang sedang rusak di luar sana," jawab Yousef dengan suara ia buat sangat tenang. Akan tetapi hatinya mengatakan bahwa inilah saatnya mereka datang untuk menjemputnya.

"Ayah,"

"Yousef,"

"Tolong jangan kemana-mana. Tetaplah bersama dengan kami di sini," ujar Merlin dengan tangan meraih tubuh pria yang telah menikahinya itu selama 18 tahun. Flower ikut menarik tangan ayahnya dan tidak membiarkan pria itu pergi.

"Aku tidak akan lama sayangku. Aku hanya akan memeriksa listriknya sayang." ujar Yousef menenangkan.

"Tidak biasanya listrik di rumah ini mati 'kan?" jadi Aku rasa ini pasti ada kesalahan." lanjut pria itu kemudian melepaskan pegangan isteri dan anaknya. Merlin dan Flower saling berpandangan dan akhirnya membiarkan pria itu ke pergi.

Brak!

Pintu depan Rumah itu terbuka dengan paksa dan membentur tembok dengan keras.

Door

Door

Door

"Aaaargh!"

"Yousef!"

"Ayah!"

Merlin dan Flower berlari ke arah pintu dimana mereka melihat pemimpin dalam keluarga mereka itu jatuh terkapar oleh tangan seorang pria asing yang tidak mereka kenal.

Wajahnya tidak nampak karena suasana di ruangan itu sangat gelap. Hanya siluet tubuhnya yang tinggi besar yang bisa dikenali dari cahaya bulan yang menerobos tirai jendela itu.

"Yousef!" Merlin melompat ke arah suaminya yang sudah terbujur kaku. Darah seakan tumpah keluar dari tubuhnya hingga memenuhi lantai ruangan itu.

"Siapa kamu? bajingan!" teriak Merlin dengan suara melengking tinggi. Ia menatap pria kejam itu dengan tatapan penuh kebencian. Tangannya menggapai ke atas berniat untuk memukul pria itu.

Door

"Aaaargh!"

"Ibu!" Flower Michelin berteriak histeris karena melihat perempuan yang telah melahirkannya itu ikut terkapar di samping suaminya dan tidak bergerak lagi. Ternyata satu peluru itu berhasil menembus jantung sang ibu dengan sangat kejam.

"Ayah! Ibu!" Flower berteriak keras memanggil dua orang kesayangannya itu. Ia meraung sampai suaranya parau. Ia pun menatap pria kejam itu yang masih berdiri disana tak bergeming.

"Dasar biadab!" Flower berteriak keras kemudian memukul pria itu dengan sekuat tenaganya. Ia tidak lagi merasa takut jika harus mati seperti kedua orangtuanya.

"Aaaargh!" Flower berteriak tertahan karena merasakan tubuhnya terlempar ke lantai. Pria kejam itu mendorong tubuh gadis itu sampai terjatuh dan membuat gaunnya tersingkap.

Frederico Patria menyeringai kejam, sesuatu dari dalam dirinya berkedut saat melihat kaki jenjang putih mulus itu nampak dimatanya.

"Aaawwwww, lepaskan Aku!" Flower berteriak lagi dengan suara serak dan marah. Ia memberontak karena tubuhnya sangat tidak nyaman diangkut seperti karung gandum.

Gadis itu terus memukul punggung pria itu dengan sisa tenaganya. Sedangkan Frederico Patria itu semakin senang dengan apa yang dilakukan gadis itu di bahunya.

Pria itu semakin tertantang dan membuat adrenalinnya terpacu. Ia berharap putri Yousef ini bisa lebih ganas lagi di ranjang beberapa menit lagi.

"Awwww," Flower berteriak lagi saat tubuhnya di lempar paksa oleh pria itu ke atas ranjang empuk di dalam kamar itu. Gadis itu ingin turun dari ranjang itu karena sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya pada dirinya.

Frederico Patria menghampiri Flower dan mengikat kedua tangan gadis itu di head board ranjang dengan sebuah syal.

"Lepaskan Aku bajingan! Iblis jahat!" Flower terus memberontak dengan mengumpat dengan kasar. Kakinya yang bebas ia gunakan untuk menendang.

Frederico Patria semakin senang melihat penolakan gadis itu. Karena itu adalah cita-citanya untuk menghancurkan keluarga Yousef Michelin.

"Aaaaaw tolong lepaskan Aku!" suara Flower tersendat-sendat saat jari-jari pria kejam itu mempermainkan bagian bawahnya. Gadis itu menggeliat tak tahan dengan sensasi yang diberikan pria itu padanya.

"Jangan! Tolong! Aaaarhkk!" Suara Flower tak bertenaga lagi. Ia memohon agar pria kejam itu menghentikan penyiksaannya pada tubuhnya.

Desh

"Aaargh!"

Frederico Patria menyeringai senang saat ia berhasil merobek selaput dara putri satu-satunya seorang Yousef Michelin, mantan asisten Ferguson sang Ayah.

Pria itu terus menyentak-nyentak dibawah sana dengan teriakan pilu gadis berusia 17 tahun itu.

🌺

*Tobe Continued.

Jangan lupa like dan komentar ya. Dan juga Ingat untuk memberikan rate bintang 🌟 ya sayangku.

Perkenalkan nih, si tampan dan bajingan, Frederick Partia, 32 tahun. Seorang mafia kejam yang tidak punya hati apalagi cinta.

Dan ini dia si cantik, Flower Michelin, 17 tahun. Gadis baik hati yang harus memelihara dendam dalam dirinya karena kematian orangtuanya.

# Part 2 Mafia AHM

Frederico Patria terus menyerang gadis 17 tahun itu dengan hentakan-hentakan kerasnya. Ia benar-benar tidak perduli akan teriakan pilu gadis itu. Sampai Flower tak bisa lagi berkata-kata.

Hanya air mata yang terus mengalir dari sudut matanya yang menunjukkan begitu sakitnya ia saat ini. Sakit hati dan sakit fisik. Bagian bawahnya terasa sangat perih bagaikan tersayat-sayat. Sedangkan pria kejam itu masih terus menyentak-nyentak tanpa perasaan.

"Ternyata Putri si Youssef sialan itu lezat juga," gumam Frederick Partia seraya menutup matanya menikmati pelepasannya yang sudah kesekian kalinya di dalam tubuh gadis tidak berdaya itu.

"Aaaargh," ia mengerang lagi karena inti dirinya serasa di jepit dan dipijat dengan sangat lembut oleh milik putri Yousef Michelin. Dirinya kembali on karena sensasi yang sangat luar biasa itu.

Sungguh pengalaman yang sangat istimewa yang pernah ia rasakan setelah bersama dengan para perempuan-perempuan pemuas hasratnya.

Tak menunda waktu, ia menyerang kembali pertahanan Flower Michelin yang benar-benar sudah sangat tidak berdaya. Gadis itu terkulai lemas dan berharap mati saja. Tak ada lagi gunanya ia hidup dengan penderitaan yang sangat berat ini.

Frederico Patria akhirnya menarik juga senjatanya yang sudah sangat puas berkelana dalam sebuah tempat yang sangat luar biasa.

Tak ada lagi peluru yang ingin dimuntahkannya. Semuanya sudah habis di dalam tubuh si putri bajingan yang sudah ia lenyapkan. Pria itu pun turun dari tubuh Flower. Ia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Sebuah tatto Scorpion besar di bawah pusar pria itu tiba-tiba nampak di pandangan mata Flower yang sedang membuka penglihatannya itu.

Cahaya rembulan yang hanya sedikit cuma bisa menunjukkan tanda itu saja sedangkan wajah dan ciri-ciri yang lainnya tak dapat ia lihat. Setelah itu ia pun sudah tidak sadarkan diri dengan posisi yang masih terikat tangan dan kakinya.

Frederico Patria memakai kembali pakaiannya dan segera pergi dari rumah itu. Hatinya saat ini sangat senang luar biasa. Rasanya ia ingin berpesta setelah hari ini sampai puas.

Flower Michelin terbangun saat cahaya matahari pagi sudah menembus tirai jendela di dalam kamar itu. Ia bergerak tak nyaman karena tangan dan kakinya masih terikat seperti semalam.

"Oh Tuhan. Ternyata ini bukan mimpi hiks," gadis itu menangis kembali seraya berusaha melepaskan ikatan tangannya.

Gadis itu terus bergerak tidak nyaman dengan posisi seperti itu. Ia ingin berteriak sekeras-kerasnya untuk meminta tolong tetapi tangisannya saja yang ingin keluar dari mulutnya.

"Flo, sayangku," sebuah suara panik ia dengar memasuki kamar itu. Flower Michelin merasa ia akan hidup. Itu berarti ada seseorang yang sedang datang untuk menolongnya.

"Ya ampun Flo, ada apa ini sayang?" Bibi Matilda menahan tangis dan marahnya saat membuka ikatan- ikatan pada tubuh gadis itu. Perempuan paruh baya itu bisa melihat bagaimana tersiksanya putri dari sahabatnya itu beberapa saat yang lalu.

"Bibi, dimana Ayah dan ibuku?" tanya Flower seraya mengelus pergelangan tangannya yang memberikan bekas ikatan pria jahat itu.

Bibi Matilda tidak menjawab. Hanya airmata yang keluar dari pelupuk matanya. Ia memeluk gadis tak berpakaian itu dengan perasaan yang sangat sedih.

"Kamu bersihkan dirimu sayang, kamu pasti sangat tidak nyaman dengan keadaanmu sekarang," ujar perempuan itu seraya membantu Flower untuk bangun. Ia tahu begitu kejamnya pelaku dari kejahatan ini hingga membuat keluarga kecil ini hancur sedemikian rupa.

"Aaawwwww, bibi. Ini sakit sekali." Flower mengernyit seraya mengeluh kesakitan di sekujur tubuhnya. Terutama dibagian inti dirinya yang sudah robek dan berdarah.

"Ah iya, Aku bisa melihatnya sayangku, kamu pasti sangat menderita," ujar perempuan itu seraya mencari kain untuk menutupi tubuh polos gadis itu. Setelah itu ia membawanya ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

"Apa kamu bisa sendiri sayang?" tanyanya lagi karena melihat tubuh gadis itu berdiri sempoyongan. di dalam kamar mandi itu. Kakinya gemetaran dan akhirnya jatuh tetapi Bibi Matilda berhasil menangkapnya.

"Flo, kamu harus kuat sayang. Ayah dan ibumu ingin kamu hidup dan bahagia," ujar Bibi Matilda berusaha memberi semangat kepada Flower Michelin. Gadis itu langsung menatap wajahnya dengan mata berkaca-kaca. Ia tahu kedua orangtuanya sudah tiada. Dan sekarang ia tinggal sendiri.

"Iya bibi. Aku kuat. Dan Aku pastikan akan membalas bajingan itu!" ujar Flower dengan tatapan mata tajam. Airmata itu di susutnya dengan punggung tangannya.

"Bibi, Aku akan mandi. Bibi bisa menungguku di luar." lanjut Flower dengan tubuh ia tegakkan kembali. Ia berharap tubuhnya bisa bekerjasama dengan perasaan emosinya saat ini agar ia kuat untuk membalas dendam.

Bibi Matilda pun keluar dari sana dengan perasaan sedih dan khawatir. Ia yang merupakan sahabat dan tetangga dari Merlin tidak menyangka akan melihat kejadian buruk seperti ini.

Pagi-pagi sekali ia datang untuk membawakan kue kering rasa apel yang ia buat sendiri. Semalam ia ingin datang untuk merayakan ulang tahun Flower atas undangan Merlin tetapi kepalanya sangat sakit jadi ia tidak datang.

Akan tetapi begitu kagetnya ia karena pintu rumah itu terbuka dan mendapati dua mayat bergelimpangan di depan pintu. Darah dari keduanya sudah mengering di lantai.

Bibi Matilda sudah menghubungi 911 untuk meminta pertolongan. Setelah itu ia mencari keberadaan Flower yang ternyata mengalami hal yang lebih buruk lagi.

Perempuan itu melihat ke arah pintu kamar mandi yang terbuka. Ia bisa melihat wajah Flower yang sudah lebih segar daripada yang tadi. Ia pun menghampiri gadis itu dan memberinya pakaian.

"Berpakaianlah. Sebentar lagi polisi akan datang dan membangun kita menguburkan jenazah ayah dan ibumu," ujar bibi Matilda dengan perasaan hancur. Sungguh ia sangat berat mengatakan ini tetapi ia tetap harus melakukannya.

"Iya Bibi," jawab Flower kemudian segera memakai pakaiannya. Setelah itu ia pun keluar dari kamar itu mengikuti langkah bibi Matilda dengan langkah pelan. Rasa nyeri masih sangat ia rasakan pada bagian bawahnya.

"Ayah, Ibu," panggil Flower dengan airmata yang kembali menetes dipipinya. Ia menyaksikan 2 mayat orang-orang yang sangat dicintainya itu dibawa ke Rumah sakit untuk diautopsi. Ia dan Bibi Matilda pun ikut untuk memberikan kesaksian.

Flower terus menstimulus otaknya untuk membalas sakit hati dan penderitaannya ini agar ia tidak lemah. Sampai di ujung dunia pun, ia akan mencari pria kejam itu untuk membalas dendam.

🌺🌺🌺

*Tobe Continued.

Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya Okey?

Nikmati alurnya dan happy reading 😍

# Part 3 Mafia AHM

"Apa yang akan kamu lakukan setelah ini Flo?" tanya Bibi Matilda saat mereka berdua selesai mengikuti pemakaman Yousef Michelin dan isterinya.

"Aku belum tahu Bibi, rasanya ini terlalu tiba-tiba," jawab Flower seraya memandang jauh ke depan. Terdengar helaan nafas beratnya menandakan sesak yang ia rasakan di hatinya saat ini.

"Tenangkan dirimu sayang, kamu bisa tinggal di rumah bibi kalau kamu merasa tidak nyaman di rumahmu," ujar perempuan paruh baya itu seraya meraih bahu Flower dan merangkulnya.

"Terimakasih banyak bibi akan Aku pertimbangkan kata-katamu." Flower tersenyum tipis kemudian memperbaiki letak kacamata hitamnya.

Ada airmata lagi yang meleleh di sana. Akan tetapi ia berusaha untuk tegar dan kuat. Ia berjanji untuk tidak boleh nampak lemah lagi.

Mereka berdua pun melangkahkan kaki mereka untuk pulang dari lokasi pemakaman itu. Jarak pemakaman yang harus ditempuh sekitar 15 menit perjalanan dari arah tempat tinggal mereka.

Flower mengendari mobil ayahnya dan mengantar Bibi Matilda sampai di rumahnya. Perempuan itu meminta agar gadis itu untuk mampir di tempat tinggalnya yang sederhana tetapi Flower hanya mengucapkan terimakasih saja. Ia ingin kembali ke rumahnya sendiri untuk mengenang kebersamaannya dengan kedua orangtuanya.

"Baiklah sayang, kalau kamu butuh sesuatu telpon saya ya?"

"Iya Bibi terimakasih banyak ya," jawab Flower kemudian melajukan mobilnya ke arah rumahnya yang terpisah satu blok.

"Ayah, aku pulang!" teriaknya seperti biasa saat ia pulang dasi sekolahnya. Gadis itu masuk ke rumahnya dengan langkah ringan kemudian tiba-tiba terpaku di ruang tamunya. Bayangan ayah dan ibunya yang tertembak di depan matanya kembali berputar bagaikan rekaman video. Rasa sedih dan marah kembali datang menyerang hatinya.

"Brengsek! bajingan!" Akan ku bunuh kamu bajingan!" Flower berteriak histeris kemudian menjambak rambutnya. Ia kesal karena Polisi juga tidak bisa berbuat banyak. Ia sama sekali tidak bisa mengenali wajah pria itu.

"Tatto itu," ujarnya pelan bagaikan gumaman. Ia ingat kalau ada Tatto hewan kalajengking dibawah pusar pria itu.

"Aaaargh!" sekali lagi Flower berteriak histeris kemudian jatuh berlutut di lantai. Tanda khusus itu hanya bisa terlihat jika pria itu sedang tidak menggunakan apapun. Jadi apa yang harus ia lakukan? Gadis itu tidak tahu caranya.

Akhirnya ia pun bangun dari posisinya kemudian melangkahkan kakinya ke arah kamar kedua orangtuanya. Ia ingin tidur di sana agar bisa merasakan pelukan sayang dari mereka berdua.

🌺

Frederico Patria mengetuk-ngetuk meja kaca yang ada di hadapannya dengan wajah yang tampak berpikir. Pria itu sedang menikmati hisapan rokoknya yang sudah ia habiskan sekitar dua batang.

Ada rasa gelisah yang ia rasakan akhir-akhir ini. Akan tetapi ia tidak tahu apa itu. Usahanya di bidang penjualan senjata ilegal baik-baik dan bahkan sangat bagus saat ini. Akan tetapi ia merasa ada yang tidak beres dengan hatinya.

"Aaargh, entah kenapa Aku selalu mengingat rasa putri Yousef sialan itu!" geramnya seraya menghembuskan asap rokoknya ke udara. Inti dirinya berkedut dan bergerak tak nyaman dibawah sana mengingat kejadian malam itu.

"Sial!" Frederico Patria berteriak kesal dan menekan sisa puntung rokoknya ke atas asbak kaca di hadapannya. Pria itu pun berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerjanya.

"Siapkan Aku barang baru 15 menit lagi!" titahnya pada seorang asistennya lewat sambungan telepon. Ia harus menuntaskan hasratnya yang tiba-tiba saja bergejolak dan menyiksanya.

Ia pun menutup panggilan telepon itu kemudian melangkah dengan cepat keluar dari Perusahaan itu. 15 menit adalah waktu yang ia bisa tahan dengan rasa yang sangat menyiksa ini.

Sebenarnya ia bisa saja menarik sekretarisnya yang seksih itu kedalam ranjangnya tetapi ia terkenal sebagai pria baik-baik jika berada di Perusahaan.

Ia tidak pernah terlibat affair dengan lawan jenis yang bisa merusak harga dirinya yang terkenal sosial dan baik.

Sopir pribadi yang mengantarnya ke sebuah Hotel membukakan pintu untuknya ketika mereka berdua sudah sampai di depan gedung yang di ingin didatangi oleh pria tampan itu.

Pria itu segera melangkahkan kakinya untuk masuk ke Gedung bertingkat dan mewah itu. Ia langsung mendatangi nomor kamar yang sudah disiapkan oleh asistennya.

Gairahnya yang menyiksanya saat ini ingin ia tuntaskan pada seorang perempuan cantik yang sudah duduk dengan sangat menantang di atas ranjang hotel itu.

Frederico Patria langsung membuka mantelnya dan melemparnya ke segala arah. Ia langsung mendatangi Perempuan itu dengan senyum diwajahnya.

"Tuan Patria, sudah lama saya ingin bertemu dengan anda," ujar perempuan itu yang ternyata adalah seorang model yang terkenal di kota itu.

Perempuan yang terkenal sebagai model pakaian d*alam wanita itu langsung menjemput pria itu dengan senyum yang sangat manis diwajahnya. Ia sudah sangat lama ingin merasakan kehebatan pria tampan dan sukses itu di ranjang.

Frederico Patria tiba-tiba merasakan gairahnya menghilang. Ia tidak tahu kenapa, tetapi keinginannya tadi yang sudah sangat menyiksanya kini berubah menjadi perasaan yang biasa saja.

"Maafkan Aku nona. Aku sepertinya baru ingat kalau Aku ada meeting penting di Hotel ini. Kalau kamu tidak keberatan, Aku akan pergi dulu," ujar pria itu dengan wajah santai.

"Apa?" Mandy Vasco terlongo tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh pria itu padanya. Beraninya ia diperlakukan seperti ini oleh seorang pria.

Selama ini ia bebas memilih pria mana saja yang bisa memakai jasanya, tetapi sekarang ia sepertinya sedang dibuat malu oleh pria tampan yang sudah lama ia inginkan.

"Apa kamu tidak merasa rugi Tuan kalau datang ke tempat istimewa ini tanpa melakukan hal yang menyenangkan?" tanya Mandy Vasco seraya meraih tangan pria itu agar tidak pergi meninggalkannya.

Ia harus mendapatkan pria ini agar bisa membanggakan dirinya pada teman-temannya yang lain kalau ia sudah pernah merasakan kehebatan pria yang terkenal berbahaya di ranjang itu.

"Asistenku akan mentransfer berapapun yang kamu inginkan Nona," ujar Frederico Patria seraya berusaha melepaskan tangan model cantik dan seksih itu dengan sopan.

Nama baiknya sebagai pengusaha muda dan sukses harus ia jaga dengan baik jika berhubungan dengan kalangan selebritis. Mereka biasanya gampang gembar-gembor ke media kalau mempunyai hubungan khusus dengannya.

"Aku tidak suka dipermainkan Tuan Partia! Anda sungguh mempermalukan Aku!" sentak gadis itu dengan marah.

Ia lalu menarik kelopak jas Frederico dan merapatkannya kedalam tubuhnya. Ia benar-benar terobsesi pada pria tampan dan maskulin ini. Dan ia rela memohon agar pria itu mau bersamanya menghabiskan waktu yang sangat menyenangkan.

Frederico Patria tersenyum kemudian menolak dengan halus gadis itu. Ia pun berucap dengan nada yang sangat sopan.

"Aku minta maaf Nona." Federico pergi dari sana dengan teriakan seorang Mandy Vasco.

🌺🌺🌺

*Tobe Continued.

Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?

Nikmati alurnya dan happy reading 😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!