NovelToon NovelToon

Benang Merah Takdir

1. Bab 1

Tuk. Tuk. Tuk.

Terdengar suara sepatu seseorang yang sedang terburu-buru. Seorang wanita sedang terburu-buru karena terlambat ke kantor. Dengan tak sabar ia memencet tombol lift.

"Duh.." gumamnya tak sabar menunggu lift turun. Sesekali dia melirik ke arah jam tangannya.

"Buruan dong.." gumamnya semakin tak tenang.

Secara bersamaan, ponselnya berbunyi. "Ya, hallo." wanita itu menjawab panggilan dengan cepat.

"Iya pak, sebentar. Saya masih nunggu lift." katanya dengan gelisah.

"..."

"Maaf pak, saya segera naik." begitu pintu terbuka. Dia segera masuk dan mematikan teleponnya.

Sampai di lantai 7. Dia segera menuju meja kerjanya. Lalu menyiapkan beberapa berkas yang akan ia bawa ke ruangan bos-nya.

"Terlambat lagi?" tanya Sisil, teman kantornya.

"Hmm..." wanita itu menganggukan kepalanya dengan cepat.

"Aku ke ruangan bos dulu." pamitnya segera meluncur.

Sisil yang melihat itu hanya tersenyum kecil sembari menggelengkan kepalanya. Dalam seminggu sudah tiga hari temannya itu terlambat. "Dasar.." gumamnya.

Sementara itu, Virginia Alenka Pramesti atau sering dipanggil Alenka. Dia segera berlari ke ruangan bos-nya. Hari ini bos-nya ada meeting dengan klien baru. Dan bahan meeting itu ada ditangan Alenka.

Tok. Tok. Tok.

"Masuk!" seru Andreas sang bos.

"Pak maaf saya terlambat lagi!" ucap Alenka begitu masuk ke ruangan Andreas.

"Begadang lagi? Lihat bola lagi?"

Alenka nyengir mendengar pertanyaan bos-nya. "Iya.." ucapnya.

"Hah.." Andreas tak habis pikir kenapa seorang wanita bisa sangat tergila-gila dengan bola.

"Desain yang aku minta udah siap?" tanya Andreas.

"Udah dong." Alenka segera menyerahkan desain-desainnya kepada bos muda-nya.

Andreas memeriksa desain tersebut. Senyumannya melebar. Untung saja karya-karya Alenka sangat luar biasa sehingga itu bisa menutupi kekurangan yang sering terlambat.

"Oke.. Aku selalu suka karya-karya kamu." tutur Andreas.

"Makasih pak."

"Tapi, kamu harus tetap dikasih hukuman! Kamu ikut aku meeting dan kamu yang jelasin semua karya kamu ini." Andreas mengangkat dokumen tersebut sembari menggoyang-goyangkannya.

"Sa...saya pak? Saya mana bisa?" Alenka pesimis. Dia memang seorang desainer, tapi dia belum pernah presentasi di depan klien.

"Kamu pasti bisa. Lagipula, desain ini kan kamu yang buat, jadi kamu lebih tahu setiap derail dari desain kamu dan arti dari desain kamu ini." Andreas menaruh kepercayaan penuh kepada Alenka.

"Ta..tapi pak.."

"Saya yakin kamu pasti bisa. Desain perhiasaan kamu ini unik lho. Klien kita pasti akan puas." Andreas terus memberi dukungan kepada Alenka.

"Sekarang kamu siap-siap! Sejam lagi kita akan berangkat ketemu klien!"

"I..iya pak." Alenka sebenarnya masih ragu. Apakah dia bisa menjalankan tugas ini. Tapi, dia juga harus siap menghadapi semua resiko yang terjadi.

Tangan Alenka masih gemetaran saat dia menyiapkan berkas untuk meeting bersama bos-nya. Gimana tidak, menurut informasi. Klien-nya ini adalah pemilik perusahaan besar. Mereka tertarik untuk bekerja sama dengan perusahaan tempat Alenka bekerja karena reputasi perusahaan Alenka yang begitu baik di bidang desain.

Alenka, adalah salah satu aset berharga di perusahaan tersebut. Dia menjadi desainer utama di perusahaan tersebut. Selain perhiasaan, Alenka juga pandai mendesain busana, dan juga interior. Kemampuan itu telah mampu membuat perusahaan yang dulunya kecil, sekarang bisa berkembang pesat.

"Kenapa mukanya kusut gitu?" tanya Sisil.

"Bos minta aku buat presentasi di depan klien."

"Bagus dong, kamu bisa tunjukin lebih banyak kemampuan kamu."

"Tapi aku nggak percaya diri. Aku takut klien akan kecewa. Aku kan nggak biasa presentasi walau itu hasil karyaku." jawab Alenka dengan lesu.

Sisil tersenyum kecil. Ia berdiri lalu mendekati Alenka. Dengan lembut menepuk pundak Alenka. "Semangat, kamu pasti bisa." katanya menyemangati Alenka.

"Ish, ngapain sih aku telat segala.." omelnya pada dirinya sendiri. Alenka menggaruk-garuk kepalanya, menyesali kenapa dia datang terlambat.

"Kamu sih begadang nonton bola terus. Cewek kok suka banget sama bola." gerutu Sisil. Dia juga bingung kenapa temannya itu bisa sangat tergila-gila dengan permainan kulit bundar itu.

"Ya gimana lagi, Piala Dunia tahun ini kan Piala Dunia terakhir idola aing, Lionel Messi. Aku nggak mau sia-siain momen berharga ini lah." jawab Alenka lagi.

"Terserah kamu aja. Lebih baik kamu siapin mental kamu untuk presentasi!" kata Sisil lagi.

"Hah.."

Alenka menempelkan kepalanya di meja kerjanya. Dia sangat sangat gugup.

"Lemes amat Al?" tanya Imam salah satu teman kantornya juga.

"Hemm.."

"Nih.." Imam meletakan beberapa lembar uang di depan Alenka.

Mata Alenka langsung berbinar melihat uang tersebut. "Ah, kamu emang paling tahu kesukaanku.." Alenka mencium uang tersebut.

Uang tersebut adalah uang taruhan bola antara Alenka dengan beberapa teman kantornya. "Nj*r langsung seneng dia. Tadi aja lemes banget." ucap Imam.

"Uang merubah segalanya brother.." jawab Alenka kembali mencium uang tersebut.

"Semi final pegang siapa kamu?"

"Argentina dong.. Aku yakin tahun ini juaranya Argentina."

"Dua ribuan.."

"Oke.. Deal." jawab Alenka dengan cepat. Ia menjabat tangan Imam dengan penuh semangat dan keyakinan.

Sisil yang melihat transaksi itu hanya menggelengkan kepalanya. "Bener-bener tuh anak." gumamnya.

Alenka kembali mencium uang taruhan yang ia dapat. "Lumayan buat makan seminggu." gumamnya.

Alenka adalah seorang yatim piatu. Dia memiliki paman yang merawatnya sedari kecil. Namun, semenjak dia lulus kuliah. Alenka mulai keluar dari rumah pamannya. Dia tidak betah hidup bersama bibinya yang merupakan istri dari pamannya. Setiap hari Alenka selalu diperlakukan tidak adil. Mungkin jika hanya diperlakukan tidak adil, Alenka masih bisa terima karena dia sadar dia bukan anak mereka. Tapi, yang membuat Alenka marah dan tak tahan, karena bibinya selalu menghinanya. Bahkan pamannya juga sering dihina oleh bibinya karena dirinya.

Kini, Alenka lebih memilih tinggal di sebuah kontrakan kecil tapi dia merasa aman dan nyaman. Tidak lagi mendengar penghinaan, mendengar keributan. Hidupnya serasa damai.

"Al, malam ini ada acara nggak?" tanya Raymon teman kantor Alenka yang lain.

"Emangnya kenapa?"

"Bantuin aku dong! Bantuin aku buktiin ke mantanku kalau aku udah move on dari dia." kata Raymon.

Alenka menoleh menatap Raymon. "Aku bayar 1 juta.." Raymon seolah tahu apa yang ingin Alenka katakan.

"Oke, bisa diatur." jawab Alenka dengan senang.

"Tapi kamu harus buat dia kesel dan nyesel udah duain aku!" Raymon mengajukan syarat untuk uang satu jutanya.

"Gampang."

"Nih lima ratus ribu dulu, sisanya kalau tugas kamu udah selesai." Raymon memberikan uang kepada Alenka.

"Senang bekerja sama dengan anda." kata Alenka dengan senang.

"Aku tunggu jam 8. Tempatnya nanti aku hubungi lagi! Aku harus cari informasi dimana mantan aku nongkrong malam ini."

"Tsk.. Wa aja nanti!" jawab Alenka.

Selain taruhan bola. Alenka juga menghasilkan uang dari jasa dia menjadi pacar pura-pura temannya. Lumayanlah untuk tambahan uang makannya. Untuk masalah bayar kontrakan, dia bayar dengan gajinya yang juga lumayan.

2. Bab 2

"Al, dipanggil pak Andreas." Maya, sekretaris Andreas turun ke ruanga Alenka secara khusus untuk memanggilnya.

"Mamp*s.." lirihnya.

"Kak Maya, bilangin ke pak Andreas kalau aku belum siap. Kapan-kapan aja aku ikutnya." katanya dengan gugup.

Namun Maya hanya tersenyum dan tetap memaksa Alenka untuk segera ikut meeting. "Ayo buruan! Pak Andreas udah nunggu." katanya.

"Tapi kak.." Maya terus menarik tangan Alenka.

"Kata pak Andreas, kalau kamu nolak, gaji kamu akan dipotong lima puluh persen selama satu tahun, karena berani menolak perintah bos." imbuh Maya menakut-nakuti Alenka.

"What? Peraturan darimana tuh?" Alenka menjadi kesal.

"Makanya, yuk buruan!" Maya terus menarik tangan Alenka, membawanya ke lobbi dimana bos mereka telah menunggu.

"Kak, aku gugup banget.." kata Alenka.

"Udah nggak apa-apa. Klien kita kali ini emang dingin dan tegas. Tapi dia juga sangat tertarik dengan hasil desain kamu. Baru saja pak Andreas mengirim gambar kamu melalui email. Klien kita sangat tertarik, dia ingin ketemu kamu langsung." Maya menjelaskan.

Kebetulan sekali, Andreas memang berniat untuk mengajak Alenka untuk presentasi. Tapi kliennya juga ingin bertemu langsung dengan Alenka.

"Ayo nggak apa-apa.." Maya masih terus menarik Alenka karena Alenka selalu berusaha kabur.

"Kamu mau gaji kamu dipotong selama satu tahun?" Alenka menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Makanya ayo!" imbuh Maya yang tidak melepaskan tangan Alenka karena takut Alenka akan kabur.

"Tapi kak Maya nanti bantuin aku ya!" pinta Alenka.

"Aku nggak ikut. Kamu cuma sama pak Andreas saja." jawab Maya yang tentunya membuat Alenka semakin gugup.

"Kalau gitu aku juga nggak mau." jawab Alenka cepat.

Namun Maya terus menariknya. Sembari sedikit mengolok Alenka. "Masa seorang Alenka yang bisa selesaiin masalah orang lain dengan adu argumen, bisa takut presentasi?" olok Maya.

"Ini beda kak. Ini taruhannya laba ratusan juta loh."

Alenka kembali hendak kabur. Tapi dengan cepat Maya menahannya lagi.

"Buruan!" seru Andreas saat melihat Alenka dan Maya mendekat.

"Bos, saya belum siap, saya gugup." kata Alenka.

"Nggak apa-apa, kita cuma makan siang sekalian kamu jelasin arti dari desain kamu." kata Andreas menenangkan Alenka.

"Kenapa nggak ajak kak Maya aja? Saya bisa jelasin ke kak Maya arti desain saya." namun Andreas tak menjawab. Dia menarik tangan Alenka dan membawanya ke mobil.

"Kak,, kak Maya.." Alenka berusaha meronta.

"Udah sana. Semangat." Maya mengangkat tangannya memberi semangat untuk Alenka.

Maya salah satu rekan kerja yang gemes dengan tingkah laku konyol Alenka. Meskipun beda bagian, tapi mereka tetap bekerja dalam satu perusahaan. Maya juga terbilang cukup dekat dengan Alenka.

Di dalam mobil. Berulang kali Alenka *******-***** tangannya. Itu merupakan cara untuk membuatnya agak tenang. Dan dia bahkan sama sekali tidak berani berbicara.

Andreas yang melihat kegugupan Alenka justru tersenyum kecil. "Kenapa? Biasanya kamu sangat percaya diri, kenapa sekarang gugup?" tanyanya.

"Saya cuma takut aja bos kalau proyek ini gagal, kita akan rugi ratusan juta. Saya nggak bisa ganti rugi." jawab Alenka mencoba mengatur pernapasannya agar lebih tenang.

"Tenang aja, aku udah kirim sketsa desaine kamu ke klien, mereka sangat tertarik dan langsung setuju bekerja sama tapi mereka ingin ketemu kamu secara langsung." jawaban Andreas tersebut sedikit melegakan hati Alenka meskipun tangannya masih terlihat gemetar.

"Padahal di kantor kamu termasuk orang dengan kepercayaan diri diatas rata-rata, tapi bisa minder juga ya.." olok Andreas sembari tersenyum.

"Kan beda bos, di kantor, kita kan udah kenal duluan. Tapi ini klien bos, apalagi katanya klien kita ini sikapnya dingin dan sangat tegas. Kalau klien kita kayak bos sih saya nggak akam segugup ini."

Tetap saja, meskipun dia masih gugup bukan main. Tapi Alenka tetap bisa menebar pujian untuk bos-nya. Ia tahu cara mencari aman di dalam pekerjaan.

"Ngerayu seperti itu juga kalau kamu nolak ketemu klien hari ini, gaji kamu tetap dipotong selama setahun." ucap Andreas sembari tersenyum kecil dan tanpa menoleh ke Alenka karena dia fokus menyetir.

"Dih si bos mulai kelihatan sikap arogon kayak CEO-CEO di komik." celetuk Alenka yang membuat Andreas tak bisa menahan tawanya.

Andreas terbahak mendengar celetukan Alenka. Ya, Alenka adalah orang yang kalau ngomong suka ceplas ceplos. Bahkan itu dengan atasan sendiri. Namun, Andreas tak mempermasalahkan hal tersebut. Karena disatu sisi, Alenka adalah orang yang sangat bertanggung jawab dalam pekerjaan.

Sesekali, hidup memang perlu hiburan dan candaan. Orang-orang seperti Alenka inilah yang membuat warna dalam perjalanan hidup yang terkadang membosankan.

"Kamu berani ngomong kayak gitu ke aku, nggak takut dipecat? Aku bos loh.." tanya Andreas sembari berusaha menahan tawa.

"Meskipun anda bos, tapi anda kan bos yang baik hati, suka menolong, rajin menabung, ganteng lagi. Jadi anda pasti tahu kan kalau saya cuma bercanda." jawab Alenka dengan wajah imutnya. Ia juga mengedip-ngedipkan mata kecilnya di depan Andreas yang menatapnya sejenak.

Deg. Deg. Deg.

Entah kenapa, saat itu hati Andreas berdegup dengan cukup kencang. Mungkin bisa terdengar oleh Alenka karena saking kencangnya. Akan tetapi, Andreas masih bersikap biasa. Dia hanya tersenyum kecil sembari mengetuk kening Alenka menggunakan jari tengahnya.

"Si pintar ngerayu.." katanya.

"Aduh.." Alenka memegangi keningnya yang agak sakit karena ketukan Andreas.

"Nggak ngerayu bos, itu fakta. Bos tuh emang ganteng, makanya cewek-cewek itu sering nyariin bos ke kantor." Andreas kembali tersenyum. Dia benar-benar tak menyangka jika Alenka berani mengoloknya seperti itu. Tapi Andreas justru tidak marah malah terhibur.

"Kamu masih taruhan bola?"

"Masih dong bos. Hari ini saya menang banyak. Bos mau nggak saya traktir makan siang?"

"Kamu mau traktir aku?"

"Hemm.." Alenka dengan cepat menganggukan kepalanya.

"Tapi di kafe yang biasa aja, kalau di kafe yang mahal, saya nggak punya duit.." imbuhnya sembari nyengir.

Lagi dan lagi Andreas tersenyum mendengar perkataan Alenka. Namun, dia melihat bahwa Alenka sudah tidak lagi gugup.

Ciittt..

Mobil berhenti dan Andreas membuka tali pengamannya. "Yuk turun! Klien sudah menunggu kita." katanya.

Tangan Alenka kembali gemetaran. Namun, sudah sampai juga. Mau tidak mau dia harus turun. "Hah.. Ayo Al, kamu pasti bisa." Alenka menyemangati dirinya sendiri.

Andreas mengetuk kaca mobil samping Alenka. Dia ingin agar Alenka segera turun. "Buruan, klien sudah menunggu!" katanya dari luar mobil.

Alenka pun kembali mengatur detak jantungnya dan pernapasannya. Setelah itu dengan yakin dia keluar dari dalam mobil.

Matanya menyapu tempat yang digunakan untuk meeting. Sebuah kafe mewah yang cukup terkenal. Angin yang berhembus cukup kencang mengibaskan rambut Alenka yang panjang nan hitam.

Alenka berusaha memegangi rambutnya agar tidak berantakan. Di sebelahnya, ada bos-nya yang diam-diam menatapnya dengan lembut. Senyuman kecil menghiasi wajah tampannya dengan mata agak besar dan hidung yang kecil tapi mancung.

"Are you ready?"

"...Yes."

Alenka dan juga Andreas segera melangkan memasuki kafe dimana klien mereka telah menunggu. Alenka berulang kali mengatur perasaannya agar tidak terlalu gugup.

"You can do it!" kata Andreas.

Alenka hanya tersenyum kecil sembari menganggukan kepalanya. Semangat Alenka, kamu pasti bisa!

3. Bab 3

Alenka melangkah dengan pasti bersama dengan Andreas. Dia mulai menyingkirkan keraguannya. Dan mulai percaya pada kemampuannya.

Andreas berjalan beriringan dengan Alenka. Dia melirik Alenka yang mulai percaya diri. Senyumannya pun mengembang.

Sementara di meja, klien mereka menunggu kedatangan mereka. Samuel Ryan Sasmito, seorang pengusaha kaya raya yang resmi menjadi patner bisnis Andreas.

Samuel melihat Andreas berjalan bersama seorang wanita cantik. Rambut yang berkibas serta senyuman khas wanita itu membuat Samuel terpukau. Wajah lembut nan ceria sama sekali tidak menunjukan kesedihan dan vibes-nya terlihat sangat positif.

Samuel terus menatap wanita itu dengan lekat sampai Andreas dan Alenka sampai di depannya. "Selamat siang pak Samuel, maaf menunggu lama." Andreas menyapa Samuel dengan sopan.

"No problem." jawab Samuel masih menatap Alenka dengan lekat.

"Oh ya pak, ini Alenka, desainer perhiasan 'bintang dan bulan ditangan'." Andreas memperkenalkan Alenka kepada Samuel klien-nya.

"Selamat siang pak, saya Alenka." Alenka menyapa Samuel dengan sopan pula. Namun, nampaknya dia agak terkejut begitu tahu klien-nya adalah Samuel.

Sejam yang lalu. Andreas mengirim desain Alenka tersebut melalui email. Samuel merasa tertarik dengan tersebut. Desain berkonsep benda-benda langit tersebut terlihat begitu indah. Rencananya, Samuel akan menggunakan perhiasan tersebut sebagai mahar pernikahannya yang akan berlangsung dua bulan lagi.

Namun, tiba-tiba matanya fokus ke nama desainernya yang tertera di disudut desain tersebut. _VAP_. Sepertinya tanda tersebut tanda untuk nama Alenka. Di semua karyanya, selalu ada tanda tersebut untuk memperjelas siapa desainernya.

Tanda itu tak asing bagi Samuel. Pikirannya langsung tertuju pada masa silam. Masa dimana dia masih sekolah di sekolah menengah atas. Dimana saat itu dia berpacaran dengan seorang gadis.

"Kamu sedang apa?" tanya Samuel pada sang kekasih yang sibuk menggambar sesuatu.

"Aku sedang menggambar. Ini adalah sketsa rumah kita kelak." jawab gadis itu sembari menunjukan gambarnya.

"Lalu ini apa?" Samuel menunjuk sebuah tulisan disudut gambar tersebut.

"Ini inisial namaku. Nanti kalau aku jadi desainer, ini akan jadi tanda bahwa setiap karya yang ada tulisan ini, itu berarti karyaku." jawab gadis itu dengan bangga.

ON.

"Gimana kabar kamu? Lama ya tidak ketemu?" tanya Samuel tanpa basa basi.

"A..ku baik." jawab Alenka sembari menundukan kepalanya.

Andreas memicingkan matanya. Dia terkejut kalau ternyata Samuel kenal dengan Alenka. "Pak Samuel kenal dengan Alenka?" tanyanya penasaran.

"Lebih dari kenal." jawab Samuel terus menatap Alenka yang menundukan kepalanya.

Tentu saja jawaban Samuel tersebut membuat Andreas semakin penasaran. "Dia teman sekolah saya, dulu." imbuh Samuel.

"Oh..." Andreas baru paham. Tapi, dia tetap menaruh curiga. Tidak mungkin hubungan mereka sesederhana itu. Apalagi melihat Alenka yang langsung menundukan kepalanya.

"Silahkan duduk!" ucap Samuel.

Andreas dan Alenka langsung duduk. Lalu mereka mulai meetingnya. Alenka menjelaskan makna dari desain perhiasaannya. "Bulan dan Bintang merupakan sesuatu yang tak terpisahkan. Mereka akan sama-sama bersinar saat cuaca bagus. Dan akan redup ketika mendung. Sama halnya dengan Benang Merah Takdir. Mereka akan mengikat satu sama lain. Meskipun menghilang dan diganti matahari, tapi mereka akan kembali bersama saat malam tiba." Alenka menjelaskan panjang lebar mengenai desain yang ia buat.

Andreas tersenyum dengan performa Alenka yang sama sekali tidak gugup. Sementara Samuel, selama Alenka menjelaskan. Dia terus menatap Alenka dengan lekat dan tajam. Ia bahkan tidak mengalihkan pandangannya sama sekali.

"Sekian penjelasan dari saya. Terima kasih." Alenka menghela nafas lega. Ia memang tak gugup saat menjelaskan konsep dan makna dari desainnya. Tapi, dia merasa gugup karena Samuel terus menatapnya dengan tajam.

"Oke. Saya masih harus pertimbangkan lagi proyek kita." tentu saja perkataan Samuel tersebut membuat Andreas dan juga Alenka membulatkan matanya. Bukannya Samuel telah setuju dan tertarik dengan desain tersebut. Tapi kenapa Samuel berubah pikiran.

"Loh pak, bukannya tadi bapak bilang tertarik dengan desain Alenka ini? Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?" Andreas menjadi bingung.

"Kerja sama ini sangat penting bagi saya karena menyangkut masa depan saya. Jadi tidak bisa sembarangan menentukan. Saya masih perlu bertanya lebih lanjut dengan desainer-nya." jawab Samuel.

"Besok siang datang ke kantor saya jam 10 pagi! Saya akan putuskan, dan jika saya setuju. Saya akan naikan nilai kontraknya menjadi dua kali lipat." imbuh Samuel.

"Tapi-"

"Kalau pak Andreas keberatan. Kita bisa tunda kerja sama kita. Saya akan cari patner yang lain." Samuel memotong perkataan Andreas yang ingin protes.

"Baik pak." Andreas tidak berani protes. Kerja sama itu bernilai ratusan juta. Dan hanya menunggu sampai besok.

"Besok biar Alenka ke kantor bapak." imbuhnya.

Tentu saja Alenka langsung melotot. Dia bahkan mencubit lengan Andreas. "Aku kasih bonus tiga kali dari gaji kamu kalau proyek ini sukses." bisik Andreas. Dia sangat tahu jika karyawannya itu sangat menyukai uang.

Alenka pun mulai dilema. Antara ingin uang atau menolak. Kalau menolak, dia akan kehilangan bonus dan gajinya dipotong selama setahun. Tapi kalau dia mau, dia akan berhadapan dengan mantan kekasihnya.

"Ini alamat kantor saya. Ada nomer saya yang bisa dihubungi." Samuel memberikan kartu nama khusus kepada Alenka. Di kartu tersebut ada nomer pribadi Samuel.

"Iya pak." Alenka masih belum berani menatap Samuel.

....

Perjalanan kembali ke kantor. Andreas bertanya apa hubungan Alenka dengan Samuel. Karena dia masih begitu penasaran. "Kamu kenal pak Samuel?" Alenka menganggukan kepalanya.

Mau berbohong pun itu hanya sia-sia. Sebelumnya Samuel sudah memberitahu Andreas. "Kita teman sekolah dulu." jawab Alenka.

"Tapi aku rasa kalian memiliki hubungan special. Dari pertama kita datang, pak Samuel sudah menatap kamu tanpa mengalihkan pandangannya. Kalian punya hubungan lebih?" tanya Andreas.

Namun, Alenka memilih untuk membisu. Ia tidak ingin menceritakan kisah masa lalunya kepada orang lain.

Setelah lama hening. Andreas kembali mengingatkan agar Alenka pergi ke kantor Samuel besok siang seperti yang Samuel mau. "Jangan lupa besok kamu harus ke kantor pak Samuel! Ingat bonus tiga kali gaji." ucap Andreas.

"Boleh nggak saya mikir dulu?"

"Silahkan. Tapi kamu juga harus ingat gaji kamu yang akan dipotong selama setahun kalau menolak perintah bos." jawab Andreas berubah menjadi bos yang kejam.

"Ah.. Si bos gitu terus ngancemnya.." gerutu Alenka.

"Pilihan ditangan anda, nona." kata Andreas sembari berjalan meninggalkan Alenka.

"Bos kejam.." seru Alenka.

"Kalau nggak kejam, aku nggak bisa bayar kamu dan karyawan yang lain." jawan Andreas dengan santai. Ia bahkan terus berjalan tanpa menoleh lagi.

"Bos manfaatin karyawan..."

"Maka dari itu aku jadi bos.."

"Ish..." Alenka mulai kesal. Dia mengepalkan tangannya ke arah bos-nya yang berjalan lebih dulu.

"Jangan mengumpat bos dari belakang. Gaji kamu akan dipotong." kata Andreas tanpa menoleh.

Alenka berlari kecil untuk mengejar Andreas. "Bos, anda nggak kasihan sama saya?" tanya Alenka.

"Pilihan ditangan kamu. Kamu mau bonus atau potong gaji." Andreas tidak menunjukan belas kasihannya sama sekali.

"Bos kan ganteng, baik hati." Alenka mulai menjual omongan. Dia memuji Andreas agar diberi belas kasihan.

"Tetap saja, pilihan ditangan kamu." Andreas tak goyah sama sekali.

Sementara Alenka mulai kehilangan kesabaran. Satu-satu jalan ya dia harus mau ke kantor Samuel besok siang. Sedangkan dia masih belum siap berhadapan secara langsung dengan Samuel. Apalagi mereka hanya bertemu berdua.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!