NovelToon NovelToon

Istri Rahasia Sang CEO (Penyesalan Seorang Istri)

1 : Hambar

Sebuah sedan hitam yang begitu mengkilap berhenti tepat di depan lobi Amour Hotel. Satpam yang terjaga di sana langsung bergegas membukakan pintu penumpang sebelah tengah. Liam Aretas Amir, pria bertubuh tegap itu keluar dari sana. Kacamata hitam besar yang tertahan di hidup mancungnya membuat penampilannya tampak makin memukau. Melangkah tegas di tengah sikapnya yang dingin tak tersentuh, Liam memasuki Amour Hotel.

Semua karyawan di sana langsung membungkuk hormat kemudian mencuri-curi kesempatan untuk mengabsen kesempurnaan seorang Liam yang kali ini mengenakan setelan jas warna biru gelap. Pemandangan kini memang tidak beda dengan pemandangan adegan sebuah drama atau film, ketika bos besar datang dan langsung mendapatkan sambutan hormat luar biasa. Apalagi, bos besar mereka juga memiliki ketampanan di atas rata-rata dan membuat semua mata wanita yang memandang, langsung jatuh cinta.

Di usianya yang baru memasuki awal tiga puluh Tahun, selama lima tahun terakhir, setelah pernikahannya dengan Fello, Liam memang sudah menjadi CEO sekaligus salah satu pemegang saham terbesar Amour Hotel. Amour Hotel sendiri merupakan salah satu hotel berbintang terkemuka di negara mereka. Dan Liam tergolong sebagai pemimpin muda yang berhasil.

Hanya saja, kehidupan pribadi Liam tak semulus perjalanan kariernya. Kehidupan Liam tidak luput dari masalah layaknya manusia pada kebanyakan. Bahkan kini, sambil memasuki lift bersama dua laki-laki bertubuh tegap yang melakukan pengawalan khusus padanya, Liam tengah memikirkan masalah tersebut.

Tak lama setelah akhirnya Liam keluar dari lift, dering tanda pesan masuk langsung membuat pria berkulit bersih itu merogoh saku dalam bagian kanan jasnya. Liam menahan napas pelan ketika mendapati nama Istriku sebagai kontak yang terus mengiriminya sederet foto. Liam memilih menyimpan kembali ponselnya kemudian membiarkan salah satu dari pengawalnya membukakan pintu untuknya.

“Berikan laporan yang kemarin saya minta. Mengenai data diri korban yang tertabrak oleh Nyonya Fello.” Sambil melepas kacamatanya, Liam segera duduk di kursi kerja megahnya, membiarkan hidupnya bak Tuan Muda yang selalu dilayani dalam segala hal tanpa terkecuali sekadar duduk.

Kedua pengawal Liam dan salah satunya baru membantu Liam duduk, saling lirik dan jelas berkode mata. Keduanya mempermasalahkan dering ponsel tanda telepon masuk di ponsel Liam dan tak kunjung berhenti.

“Ceritakan sesingkat mungkin agar saya bisa secepatnya membalas telepon dari Nyonya kalian!” Liam menatap kedua pengawalnya penuh peringatan. Kedua memang sengaja bekerja untuk menjaga sekaligus memastikan tidak ada wanita lain yang dekat dengannya selain Fello, istrinya.

Memiliki istri yang super posesif, memang menjadi salah satu masalah serius dalam hidup Liam. Karena meski mereka menikah berdasarkan cinta, mereka saling mencintai dan Liam juga sangat mencintai Fello yang usianya empat tahun lebih tua darinya, tak bisa Liam pungkiri, ada titik jenuh, titik lelah di setiap Fello kelewat posesif kepadanya.

Liam ingin marah, tapi baru melihat wajah Fello, Liam langsung tidak tega. Apalagi kecelakaan yang tiga bulan lalu menimpa Fello akibat Fello yang diam-diam membuntuti kepergian Liam ketika Liam meninjau lokasi di puncak, membuat Fello keguguran dan Fello terancam sulit hamil.

Liam menghela napas dalam, menyerah dengan penghakiman yang dilakukan kedua pengawalnya melalui tatapan. “Baiklah. Beri saya berkasnya, nanti saya akan mengeceknya sendiri.” Liam memutuskan untuk menjawab telepon dari Fello.

“Kamu enggak suka? Apakah menurutmu, aku perlu sedot lemak? Perhatikan perut, paha dan juga lenganku. Aku rasa, semenjak keguguran, semuanya jadi kendur. Termasuk payudaraku, bukankah kamu juga merasakannya? Jadi beda semua, kan?” Dari seberang, suara Fello terdengar merengek manja. Wanita itu terdengar sangat cemas, tak sabar menunggu balasan Liam.

Liam sampai tak bisa berkata-kata karena tak mau sang istri terlalu sibuk sekaligus terobsesi mempermak penampilan. Terlebih tanpa harus sedot lemak saja, bagi Liam Fello sudah kurus.

“Jadi menurut kamu, aku terlalu kurus?” Balasan Fello yang kali ini terdengar sangat sedih, langsung membuat Liam makin serba salah.

“Sayang, tolong lihat dulu. Beneran gitu aku kurus, makanya tubuhku jadi pada kendur? Oh, iya, hari ini aku mau ke salon mau perawatan biar makin rapet! Kamu pasti makin suka kan, kalau punyaku makin rapet?” Kali ini Fello mengakhiri ucapannya dengan ceria, sangat kontras dari sebelumnya. “Soalnya akhir-akhir ini aku merasa punyaku agak becek. Menurut kamu gimana?”

Tangan kiri Liam yang bebas refleks memijat pelipis. Ia menghela napas pelan, mencoba mencari alasan yang dirasanya tepat untuk mengakhiri semuanya tanpa melukai Fello. “Sayang, ....” Buntu, Liam tak bisa mengatakannya.

“Mm ...? Kenapa? Liam, jawab dong ....”

Liam terpejam pasrah. “Aku mencintaimu, Fello. Aku sangat mencintaimu dan aku yakin, kamu akan melakukan yang terbaik untuk kita!”

Dari seberang tak ada jawaban dan Liam yakin, kenyataan tersebut terjadi karena sang istri sedang tersipu malu.

“Terima kasih banyak karena kamu selalu mempercantik dirimu hanya untuk membahagiakanku. Lakukan semua yang kamu mau, tapi jangan sampai perawatan itu menyakitimu.” Liam bertutur sarat pengertian di tengah kesibukannya menghela napas pelan.

“Kalau mau cantik ya wajib kebal rasa sakit, Sayang. Tanam benang, suntik sana sini, perawatan ekstrem, atur pola makan bahkan tahan lapar biar tubuh tetap kencang! Ih kamu ... kamu enggak usah khawatir gitu. Jadi makin sayang gini kan, aku ke kamu!”

Liam meringis ngeri, tak sanggup bila harus membiarkan Fello menjalani perawatan ekstrem yang kadang di luar nalar demi obsesi mendapatkan kecantikan.

“Cepat cek pesan dariku. Setelah pulang dari perawatan aku akan langsung ke kamu.” Kali ini, Fello sangat memaksa.

Liam terpejam pasrah. “Setelah perawatan lebih baik kamu istirahat. Lagi pula, hari ini aku memiliki banyak agenda rapat. Aku akan langsung pulang setelah semuanya selesai.”

“Di rapat, tidak ada wanitanya, kan?” Kali ini nada suara Fello menjadi sarat curiga.

“Aku hanya mencintaimu, Fello!” Liam berucap seperti orang yang sedang belajar bahasa asing. Sebelum Fello kembali bawel dan makin menyita waktunya yang super sibuk, Liam sengaja berkata, “Aku akan memilih, dan saat aku pulang nanti, kamu harus sudah memakainya!” Sengaja ia berkata agak genit agar istrinya semakin percaya. Ia paham Fello, selain selalu ingin dimanja dan juga selalu jadi nomor satu terlebih dalam hidup seorang Liam, istrinya itu juga memiliki hasrat seksual yang sangat tinggi Kadang, Liam sampai kewalahan menghadapi Fello yang sering kali tidak mau mengerti apalagi mengalah pada Liam terlebih dalam urusan ranjang.

Fello memang tipikal istri yang selalu ingin menyenangkan suami terlebih untuk urusan penampilan sekaligus urusan ranjang. Jadi, merupakan hal lumrah bila Liam sampai menyiapkan ponsel khusus karena semua foto dan video yang Fello kirimkan selalu berbau sensual. Layaknya sekarang, pemandangan semacam majalah sekaligus situs dewasa dan menjadikan Fello sebagai modelnya, terpampang nyata di gawai super canggih dalam genggaman Liam. Fello bahkan tak hanya pandai bergaya bak model andal dengan pose yang kelewat menggoda. Karena Fello juga sangat paham fashion melebihi desainer andal. Foto-foto Fello memakai gaun malam dalma berbagai gaya sekaligus warna, atau bahkan wanita itu sama sekali tidak memakai busana, masih terpampang nyata di galeri ponsel Liam.

Fello dengan segudang kesempurnaan yang selalu wanita pupuk memang harusnya membuat Liam bahagia. Harusnya Liam merasa dirinya beruntung. Masalahnya, seiring bergulirnya waktu sekaligus lamanya kebersamaan, Liam malah seolah mati rasa pada Fello dan pria itu sungguh merasakannya. Tak ada getaran aneh apalagi nafsu berahi yang Liam rasakan meski sederet foto bahkan video Fello jelas berusaha menggodanya.

Liam berpikir, apakah rasa cinta memiliki masa kadaluwarsa? Kenapa ia mendadak merasa mati rasa pada istrinya sendiri, wanita yang sangat ia cintai dan selalu berusaha memuaskannya? Atau, Liam hanya bosan dan membutuhkan gaya lain dalam hubungan mereka? Tentu, jangan lupa betapa Fello seolah menjadikannya tawanan karena sekadar ke toilet saja, Liam tetap dikawal dan semacam ponsel akan disita karena Fello terlalu takut Liam serong dengan wanita lain melalui ponsel.

Iya, level cinta Liam telah berubah dan Liam merasa harus segera memperbaikinya demi kelangsungan hubungannya dengan Fello.

Di tengah pikirannya yang kacau memikirkan hubungannya dan Fello, Liam menyempatkan waktu untuk mengecek informasi mengenai korban kecelakaan akibat tertabrak mobil Fello. Korban Fello berasal dari kalangan kurang mampu dan mereka sepakat menyelesaikannya secara kekeluargaan. Orang tua Fello sudah memberikan sejumlah uang sebagai santunan, tapi Liam menganggap uang tersebut sebagai uang tutup mulut karena hal semacam itu sudah biasa mereka lakukan dalam menyelesaikan masalah.

Riko Setiawan, seorang duda tanpa anak, merupakan nama dari korban yang meninggal akibat tertabrak mobil Fello. Kejadiannya di jalan sekitar puncak, Fello yang curiga Liam akan menemui wanita lain di acara dengan klien yang dimaksud, nekat menyusul dan menabrak pria bernama Riko Setiawan.

“Harusnya satu minggu lalu dia menikah?” Membaca informasi tersebut, hati Liam mendadak berkedut ngilu. Satu minggu lalu harusnya korban yang Fello tabrak menikah. Kasihan sekali keluarga terlebih calon yang ditinggalkan.

Ketika Liam membuka lembar selanjutnya, Liam dibuat tak bisa berkata-kata. Ada foto wanita sangat cantik dengan gayanya yang sangat sederhana sekaligus anggun.

Indah Gayatri, calon istri Riko Setiawan. Usianya dua puluh empat tahun dan terpaut enam tahun lebih muda dari Riko Setiawan. Orang tua Indah Gayatri memiliki rumah makan lesehan di sekitar puncak tak jauh dari lokasi kejadian kecelakaan. Indah Gayatri selalu menghabiskan waktunya di sana. Namun semenjak kematian Riko Setiawan yang saat itu karena mencoba melindungi Indah Gayatri, Indah Gayatri mengalami kerusakan pita suara.

Sesak. Untuk kali pertama Liam merasa hidupnya mendadak dililit kesedihan. Hatinya seolah teriris, benar-benar perih. Ia merasa telah menjadi penjahat karena telah menorehkan duka mendalam bagi korban tabrak Fello. Andai Fello mau diajak kompromi dan membiarkan Liam bekerja dengan leluasa, pasti hubungan mereka tidak akan merenggut korban.

Di tempat yang berbeda, di bibir tempat tidur megah, ekspresi marah tak bisa Fello sembunyikan sesaat setelah wanita itu turut memastikan duplikat berkas mengenai korban yang ia tabrak. Tentu saja, ia mendapatkan itu dari kaki tangannya. Data yang sama persis tengah diselidiki oleh Liam.

“Kenapa harus sampai ada foto calon istrinya bahkan sampai sendirian begini? Enggak ... enggak, aku lebih cantik! Wanita ini bukan tandinganku! Dia bukan tipe Liam. Ah ... lebih baik sekarang aku pergi perawatan agar Liam semakin mencintaiku.” Fello beranjak berdiri kemudian menyembunyikan asal map berisi informasi korban yang ia tabrak. Ia menyembunyikannya di laci sebelah nakas yang ada di sebelahnya. Selalu begini, ia akan merasa takut, cemburu dan benar-benar tidak bisa tenang jika Liam akan berurusan dengan wanita lain bahkan itu untuk urusan pekerjaan.

2 : Indah Gayatri

“Apakah kamu bisu?!”

Suara terbilang membentak sekaligus lantang barusan, sukses mematahkan langkah Liam. Hati Liam bergetar, berdesir nyeri seiring tatapannya yang tertuju ke ruangan di sebelah kanannya. Ruang yang juga Liam ketahu sedang menjadi tempat perekrutan karyawan baru di perusahaannya.

Membahas bisu membuat Liam teringat kepada Indah Gayatri. Terlebih biar bagaimanapun, wanita itu menjadi salah satu sosok yang paling berduka dari kepergian Riko akibat sikap posesif Fello kepadanya. Dan teringat kenyataan tersebut, Liam menjadi agak linglung.

Lalu lalang di lobi terbilang ramai sekaligus bising, tapi apa yang baru saja Liam dengar seolah memiliki medan magnet tersendiri, dan menarik Liam untuk segera memastikannya. Liam khawatir, sosok yang dianggap bisu itu benar-benar Indah Gayatri.

“Maaf, perusahaan kami tidak menerima karyawan bisu seperti kamu! Cepat sana pergi! Buang-buang waktu saja!”

Liam kembali mendengar suara yang sama dari ruangan yang juga masih sama. Suara seorang wanita yang terdengar sangat galak dan Liam kenal sebagai suara ibu Sri, manager pelaksana yang berandil merekrut karyawan baru hari ini.

Tangan Liam sudah langsung meraih gagang kenop pintu ruang tersebut, kemudian mendorongnya dengan tidak sabar. Seperti dugaan Liam, Indah Gayatri. Iya, wanita bisu itu sungguh Indah Gayatri. Liam nyaris lupa bernapas hanya karena terpana pada penampilan seorang Indah Gayatri yang lebih cocok disebut bidadari. Tak lupa, duka wanita itu yang harusnya tengah bahagia-bahagianya menjadi pengantin baru bersama Riko. Kedua kenyataan tersebut membuat hati seorang Liam menjadi rapuh.

Tanpa harus menor terlebih memakai pakaian terbuka nan seksi dan sudah menjadi kebiasaan Fello, Indah Gayatri yang tampak sangat bersahaja, mengangguk hormat sambil membungkuk kepada Liam. Liam yakin, hal tersebut sebagai wujud dari sapaan sekaligus bentuk hormat Indah Gayatri kepadanya. Wanita bertubuh semampai yang memiliki kulit bersih itu menguncir tinggi rambut lurus panjangnya, tanpa banyak gaya tapi memang secantik itu.

“Indah Gayatri, tunggu. Mulai sekarang kamu merupakan sekretaris sekaligus asisten pribadi saya!” tegas Liam sengaja menahan kepergian Indah Gayatri.

Di belakang Liam, Indah Gayatri langsung terdiam di tengah kenyataannya yang masih menyikapi keadaan dengan tenang. Sementara di depan sana, ibu Sri yang sampai berdiri dari duduknya, langsung tidak bisa berkata-kata layaknya kedua pengawal Liam. Ibu Sri sampai menurunkan kacamata bening berbingkai merah maroon-nya guna memastikan apa yang baru saja ia dengar. Ibu Sri berharap dirinya hanya salah dengar.

“Ibu Sri, Indah Gayatri merupakan karyawan yang sudah disiapkan khusus oleh Nyonya Fello, untuk saya!” Melalui apa yang baru saja ia tegaskan, Liam sengaja memberi sang manager pelaksana peringatan keras. Tentu saja, Liam berbohong perihal kenyataan Indah yang ia sebut sebagai sekretaris sekaligus asisten pribadi pilihan Fello, untuknya. Liam hanya memanfaatkan nama sekaligus kuasa Fello untuk berada di posisi seaman mungkin karena memang sekuat itu pengaruh Fello di perusahaan mereka, bahkan di kehidupan seorang Liam.

***

Indah Gayatri langsung bekerja, merapikan meja kerjanya yang ada persis di depan ruang kerja Liam. Membuat Liam sibuk mengintip secara diam-diam dari balik pintu ruang kerjanya yang sedikit Liam buka. Liam menyadari, dirinya langsung tertarik bahkan jatuh hati kepada seorang Indah Gayatri. Mungkin karena pembawaan Indah Gayatri yang begitu tenang dan selama ini sangat Liam dambakan dari sang istri.

Yakin ada yang diam-diam mengawasinya, Indah Gayatri pun sengaja mengerling. Indah memastikan suasana sekitar yang benar-benar sepi, tak ada orang lain selain dirinya di sana. Tak diduga, dari balik pintu ruang kerja Liam yang sedikit dibuka, ia mendapati sang bos besar tengah memperhatikannya. Senyum yang begitu indah sekaligus hangat, Indah dapatkan dari seorang Liam. Membuatnya buru-buru beranjak dari duduknya kemudian mengangguk sambil membungkuk sebagai wujud dari rasa hormatnya. Indah takut ada yang salah dan lebih fatalnya lagi malah dirinya telah melakukan kesalahan fatal yang sampai tidak ia sadari hingga sang bos besar menamparnya dengan senyuman yang membuat pria itu makin tampan. Senyum yang malahan membuat Liam lebih mirip malaikat karena pria itu terlalu sempurna sekaligus indah.

Tanggapan Indah Gayatri yang kelihatan sungkan bahkan takut kepadanya, membuat senyum Liam makin bermekaran. Liam melepaskan satu persatu senyumnya. Keadaan yang sudah sangat lama tidak ia lakukan. Liam ingat, terakhir ia melakukannya, sebelum ia menikahi Fello. Iya, sebelum hubungannya dan Fello diwarnai hubungan bisnis selain Fello yang langsung mengikatnya dengan banyak sikap posesif dan Liam selalu wajib mengalah.

Hambar, jenuh, lelah, itulah yang Liam rasakan pada hubungannya dan Fello. Namun pertemuannya dengan Indah Gayatri seolah menjadi pelipur laranya. Mengobati luka bahkan kekosongan yang ada jauh di dalam hatinya. Hati Liam berbunga-bunga, seolah ia baru saja menyecap indahnya jatuh cinta layaknya ketika ia masih remaja. Liam kembali menemukan semangat hidup yang membuatnya ingin merasakan kebahagiaan baru bersama wanita di hadapannya. Meski bila harus memilih, Liam juga tidak bisa melukai Fello.

Kamu keren, Ndah. Kamu bisa setegar ini setelah semua yang terjadi, batin Liam. Indah Gayatri sukses membuat Liam jatuh cinta sejatuh-jatuhnya di awal pertemuan mereka.

***

Sore menuju petang, Indah Gayatri membawa setumpuk map yang membuatnya agak kerepotan. Sehari bekerja langsung membuatnya mengerjakan banyak hal. Tidak, Indah bukan bermaksud mengeluh. Karena kenyataan tersebut sungguh membuat Indah bahagia. Dalam heningnya, jauh di dalam hatinya, Indah terus memanjatkan rasa syukur karena akhirnya dirinya mendapatkan pekerjaan layak bahkan patut di perhitungkan, di perusahaan besar dan tak sembarang orang bisa mendapatkannya.

Indah masih ingat, adanya ia di sana juga karena campur tangan nyonya Fello layaknya apa yang Liam katakan. Meski jujur, baru mendengar nama Fello disebut, Indah langsung merinding. Indah merasa, nama Fello tidak begitu asing untuknya. Atau, Indah memang memiliki ikatan spesial dengan orang bernama Fello? Nyatanya, dari wanita bernama Fello juga, dirinya mendapat pekerjaan layak dan itu Liam yang mengatakan. Tak mungkin bukan, Liam berbohong? Karena untuk apa juga bos besarnya itu berbohong padahal mereka tidak saling kenal?

“Bisa tolong buatkan saya kopi?” ucap Liam ketika Indah baru saja meletakan setumpuk map yang dibawa, ke bibir meja kerja Liam yang megah.

Indah langsung fokus menatap Liam dan memang menyimak. Ia mengulas senyum sambil mengangguk hingga peluh keringat yang menggantung di keningnya kompak berjatuhan. Indah mengerling karena takut kenyataan tersebut membuat Liam tidak nyaman. Melalui lirikan, ia memastikan keadaan Liam. Tak disangka, pria itu justru tersipu memandanginya. Ah tidak, Liam semakin tampan dan benar-benar membuatnya yang masih normal, merasa sangat gugup.

Bos Liam sangat baik sekaligus santun. Dia begitu murah senyum dan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia orang yang kejam. Padahal harusnya jika melihat statusnya, ... harusnya dia orang yang berkepribadian dingin tak tersentuh, batin Indah sambil berlalu dari sana. Namun sepertinya, dia memang memiliki hati yang sangat hangat, pikir Indah lagi karena biar bagaimanapun, kali ini mereka baru bertemu.

Jebred!

Pintu ruang kerja Liam mendadak dibuka dari luar dan langsung ditutup dengan dibanting. Indah refleks mundur, tak jadi melangkah karena kenyataan tersebut.

Fello yang datang dan kali ini tanpa kawalan. Fello yang tampak elegan nan seksi, selalu memamerkan keindahan lekuk tubuh apalagi keindahan buah dadanya yang sebagiannya terpampang menonjol akibat pakaian terbuka yang dikenakan, menatap Liam dengan kemarahan menyala. Begitupun pada Indah meski hal tersebut tidak bertahan lama karena Fello langsung mengenali siapa wanita cantik di hadapannya.

Dia yang di foto, ... dia calon istri pria yang aku tabrak, kan? Jadi ... jadi dia wanita cantik dan sekretaris baru yang dimaksud? batin Fello ketar-ketir.

Di belakang sana, Liam sudah berdiri gagah, menyikapi keadaan dengan dingin. Kontras dari ketika pria itu hanya sedang bersama Indah. “Ndah, tolong tinggalkan kami.”

Mendengar itu, Indah buru-buru menoleh sekaligus balik badan. Ia menyikapi Liam dengan sangat sopan. Tentu saja tidak hanya kepada Liam karena kepada Fello pun, ia memberikan penghormatan terbaiknya. Ia melangkah sambil agak membungkuk santun, berlalu dari sana meninggalkan Liam hanya berdua dengan Fello, sesuai titah.

Kenapa wanita tadi seperti tidak asing? Aku seperti pernah melihatnya. Apakah kami memang saling kenal? Pikir Indah yang menjadi bertanya-tanya sendiri. Namun, tiba-tiba saja hatinya terasa ngilu. Rasa ngilu yang begitu kuat sama persis ketika ia meratapi kepergian Riko sekaligus hubungan mereka. Indah bahkan sampai harus menggunakan kedua tangannya untuk menahan dadanya guna meredam rasa sakit di sana.

Seperginya Indah, Liam masih menyikapi Fello dengan dingin. Tatapannya lurus sementara kedua tangannya tersimpan di kedua saku sisi celananya. Ketika akhirnya tatapan bingung bercampur tak percaya milik Fello menatap Liam, Liam langsung berkata, “Iya. Itu memang dia. Namanya Indah Gayatri dan aku memilihnya.”

Maksud dari Liam mengatakan memilih Indah Gayatri langsung membuat Fello mengernyit tak mengerti. “Apa maksud kamu dengan memilihnya?”

Liam menghela napas pelan di tengah ketenangannya. Tatapannya masih lurus kepada Fello, khususnya kedua mata wanitanya itu. Wanita itu bergegas melangkah cepat menghampirinya. Fello seperti kebakaran jenggot.

“Biarkan Indah menjadi orangku karena gara-gara kamu, semua perusahaan menolaknya. Kecelakaan yang kamu lakukan dan membuat calon suaminya meninggal membuat Indah bisu,”  ucap Liam tegas.

“Bisu?” lirih Fello memastikan. Namun bukan itu maksud utamanya mendekati Liam kemudian mendekapnya dan membelainya dengan gerakan sensual.

“Fello ... jangan begini. Ini kantor!” Liam berusaha menghentikan Fello, menahan kedua tangan Fello. Ia dapati, Fello yang sudah berkaca-kaca menatapnya.

“Dia terlalu cantik, Liam! Dia ... pakai sekretaris yang lama saja! Aku mohon!” Iya, wanita bisu itu memiliki fisik yang jauh berkali lipat lebih cantik dari Fello dan Fello takut, kenyataan tersebut akan membuat Liam berpaling darinya.

Liam menggeleng. “Enggak, Fello. Cukup Riko, jangan dengan yang lain. Kalau kamu memang menyayangiku, kamu harus percaya kepadaku!”

Fello terdiam seiring lirikan sinisnya yang menyertai senyum kecil dan membuat wajahnya menjadi tampak keji. “Kamu bilang begitu, seolah-olah kamu lupa dengan semua yang sudah aku lakukan hingga kamu sesukses ini dan semua orang menatapmu penuh hormat, Liam!” Ia memisahkan diri dari Liam. Ia bersedekap dan menatap pria itu dengan kejam.

“Selalu begitu ... aku sampai bingung, sebenarnya aku ini suami kamu atau memang boneka kamu?” lirih Liam yang kemudian menggeleng tak habis pikir. Ia memilih pergi meninggalkan Fello dan masuk ke kamar mandi.

“Memangnya menurut kamu, ada yang bisa lebih baik dari aku? Ada yang bisa kasih kamu lebih dari yang aku lakukan kepadamu, hah?” Lantaran Liam tetap mendiamkannya dan pria itu tetap bertahan di dalam kamar mandi, Fello sampai menggedor pintu bercat kuning keemasan tersebut. “Liam, buka. Kalau cara kamu begini, aku laporin kamu ke papahku, ya. Enggak tahu diri, kamu!”

Di dalam kamar mandi, Liam membasuh wajahnya menggunakan air dari keran. Ia mematut wajahnya yang basah di tengah kenyataannya yang susah payah bersabar.

Ketika akhirnya Liam membuka pintu, Fello langsung menerobos masuk. Fello yang terus fokus menatap kedua mata Liam, juga sampai menutup sekaligus mengunci pintunya.

“Aku tidak mau berdebat,” tegas Liam lirih sembari menepis Fello. Melalui ekor lirikannya, ia mendapati Fello yang masih menatapnya dengan saksama. Bisa Liam pastikan, wanita yang usianya empat tahun lebih tua darinya itu sedang mencurigainya. Namun, kenyataan Fello yang sampai mendadak berusaha melepas ikat pinggangnya, sukses mengusiknya.

“Kalau kamu menolakku, berarti kamu ada rasa ke wanita bisu itu!” sergah Fello.

Cara Fello yang terus menyudutkannya, membuat Liam muak. Liam menatap marah istrinya itu. “Jadi kalau aku menerima dan aku bahkan memuaskan kamu, kamu akan berhenti mempermasalahkannya?”

Tanpa menjawab, Fello yang sempat fokus menatap Liam, berangsur merunduk bahkan jongkok disertai kedua tangannya yang melepas celana panjang warna hitam milik Liam. Namun, Liam yang telanjur emosi tak membiarkan itu terjadi. Ia mengangkat paksa tubuh Fello, mendudukkan wanita itu di wastafel. Liam bersumpah, kali ini dirinya tidak akan membiarkan sang istri menyentuhnya, membuat wanita itu tunduk agar tidak terus-menerus meragukannya.

Sekitar lima menit kemudian, kedatangan Indah yang membawa nampan berisi kopi pesanan Liam, membuat wanita itu kebingungan lantaran suasana di sana sangat sepi. Tak ada Liam maupun Fello yang sempat datang dan langsung bertindak dengan kasar. Namun, Indah meletakan kopinya di meja kerja Liam. Dan ketika ia melangkah pergi tiga langkah dari meja Liam, ia mendengar seruan penuh kenikmatan seorang wanita dan Indah kenali sebagai suara Fello. Suara yang sampai membuat Indah geli tersebut berasal dari kamar mandi yang pintunya dalam keadaan tertutup sempurna.

Masa sih, itu mereka? Apa kebetulan hanya ibu Fello? Memangnya hubungan pak Liam dan ibu Fello, apa? Pikir Indah.

3 : Fello Dan Segala Keegoisannya

Liam menghela napas pelan seiring ia meringis, menahan rasa sakit di sudut bibir kiri dan juga sekitarnya yang lebam, selain bekas jemari khas tamparan yang juga masih ada di pipi sebelah kiri. Liam masih ada di kamar mandi ruang kerjanya. Ia masih berada di sekitar area wastafel, tempatnya akan mengeksekusi sang istri. Sementara sang istri yang menjadi penyebab wajahnya babak belur, juga ada di sebelah Liam. Namun baru saja, Liam memutuskan masuk ke ruang kamar mandi yang dihiasi kloset dan juga shower.

Fello yang tengah merapikan pakaiannya kemudian membenarkan rias wajahnya, melirik kepergian Liam. Raut wajah kesal sekaligus marah nan sadis masih menjadi ekspresi mencolok dari wanita itu.

Di dalam kamar mandi, Liam mengeluarkan ponsel dari saku sisi celana sebelah kanannya. Melalui ponsel tersebut, ia mengirimi Indah WA.

Liam : Ndah, kamu sudah boleh pulang. Tidak perlu menungguku. Saya sudah pergi saat kamu mengambilkan saya kopi.

Indah : Terima kasih banyak, Pak. Namun, apakah tadi saya membuat Anda menunggu kopinya terlalu lama?

Liam : Tidak-tidak. Memang saya yang ada urusan mendadak.

Liam : Ya sudah, selamat malam.

Indah : Selamat malam, Pak. Sekali lagi, terima kasih banyak.

Lebih tepatnya, Liam tidak mau Indah melihatnya keluar dari ruang kerja bersama Fello, terlebih dengan kenyataan wajahnya yang sampai babak belur layaknya sekarang.

Niat hati ingin memberi Fello pelajaran dengan tidak membiarkan wanita itu menyentuhnya, yang ada wanita itu malah mengamuk. Menampar, bahkan membogem pipi kanan Liam, selain Fello yang tak segan menendang dada Liam hingga Liam terpental.

Begitulah Fello, walau selalu menegaskan dirinya sangat menyayangi sekaligus mencintai Liam, pada kenyataannya wanita itu paling anti diatur apalagi ditekan sekaligus dikuasai. Terlebih untuk urusan percintaan panas mereka, Liam wajib mengikuti kemauan Fello.

Kini, Liam yang sudah makin lelah, mengembuskan napas pelan melalui mulut kemudian duduk di kloset. Pria itu merasa frustrasi, tak yakin bisa bertahan jika situasinya terus layaknya kini. Bersama Fello, ia memang memiliki materi dan juga posisi mentereng yang membuat semuanya memuji bahkan menyegani. Namun, apa gunanya semua itu jika hidupnya selalu diperlakukan layaknya boneka? Jika Liam terus dipaksa dan kehilangan harga dirinya?

Mengandalkan kedua tangannya, Liam mengendurkan dasinya. Matanya yang perlahan basah juga sampai berubah menjadi merah. Lagi-lagi Liam terkungkung di titik nadir. Liam ingin semuanya berakhir, hidup tanpa bayang-bayang Fello jika pada kenyataannya, wanita itu tetap tidak bisa menghargainya. Liam lebih memilih Fello bersama pria lain yang bisa membuat wanita itu merasa jauh lebih bahagia.

Sekitar sepuluh menit kemudian, dari luar ada yang menggedor pintu ruang Liam merenung, dengan sangat kasar. Liam yang tengah duduk loyo di kloset langsung terusik. Bisa Liam pastikan itu Fello yang sampai saat ini masih sangat emosional.

“Mau sampai kapan kamu terus di situ. Ayo kita pulang ini sudah malam!”

Suara Fello masih terdengar emosional.

“Malam ini aku tidak akan pulang ke rumah. Aku ingin pulang ke rumah orang tuaku.” Liam membalas tak bersemangat.

“Kamu marah ke aku gara-gara kejadian tadi? Aku begitu kan karena kamu yang mulai!” sergah Fello masih emosional sekaligus tak mau disalahkan.

Di dalam, Liam tetap membungkuk loyo. “Cek WA kamu. Siang tadi, suster yang mengurus mamahku juga mengabarimu bahwa keadaan mamahku makin kurang baik.”

Di depan pintu, Fello yang masih emosional langsung mengernyit curiga. Namun, ia segera mengeluarkan ponsel dari tas jinjing mahal berukuran mungilnya. Ia langsung memeriksa pesan masuk di ponselnya. Di sana memang masih banyak pesan masuk yang belum ia baca termasuk pesan masuk dari kontak Suster Mama Liam.

Tak lama setelah Fello membaca pesan yang dimaksud, Liam keluar. Namun, pria itu mendadak mematung setelah sampai melepas kaitan pintu dan membuat pintu kayu bercat keemasan tersebut terbanting menghantam dinding di belakangnya.

“Sori, ... aku beneran minta maaf,” lirih Fello penuh sesal sambil membingkai wajah Liam. Khusus wajah bagian kiri Liam yang terluka, ia membelainya dengan sangat lembut, tapi suaminya itu tetap diam sekaligus menunduk. Liam mengabaikannya.

“Aku baru perawatan, dan perawatan yang aku jalani mewajibkanku untuk istirahat total. Aku belum bisa menemanimu ke rumah mamah kamu.”

Satu hal yang sampai detik ini juga tidak pernah Fello lakukan yaitu dekat dengan mamah Liam selaku satu-satunya keluarga yang tersisa dalam hidup Liam. Selalu saja ada alasan Fello menghindar di setiap Liam mencoba mendekatkannya dengan sang mamah.

Karena Liam menatapnya sarat kecewa, Fello yang sadar itu karena keputusannya pun berkata, “Mamah kamu pasti akan membahas masalah anak!”

Mendengar itu, Liam mengembuskan napas pelan sekaligus panjang melalui mulut seiring ia yang juga menunduk.

“Meski harusnya mamah kamu enggak menuntut karena biar bagaimanapun, papah dan mamahku sudah kasih semuanya ke kalian!” sergah Fello.

Liam menatap tegas Fello. “Kalau memang menurut kamu bahkan orang tua kamu, aku dan mamah kamu hanya benalu, kamu boleh membuangku dan carilah suami yang sepadan dengan kamu.”

“Maksud kamu apa bilang begitu?” sergah Fello ketar-ketir.

“Termasuk kedua pengawalmu, ... jika kamu terus menyuruh mereka mengawasiku, aku rela kehilangan semua yang kamu dan orang tua kamu berikan.”

“Liam, ... kamu apa-apaan, sih? Masa hanya karena tadi? Aku kan sudah bilang, itu kamu yang salah. Karena kamu yang mulai padahal kamu tahu aku paling enggak suka diatur!” sergah Fello masih membela diri.

Namun, kali ini Liam sungguh tidak peduli terlebih Fello juga tetap tidak mau menemui mamahnya.

“Liam, kamu mau ke mana? Tolong pikirkan baik-baik, mamah kamu bisa berpikir macam-macam, bahkan kesehatan mamah kamu bisa makin buruk kalau mamah kamu lihat wajah kamu babak belur seperti itu!” Kali ini Fello sampai berteriak, seperti biasa di setiap mereka sedang bersitegang layaknya sekarang.

Liam yang sudah ada di depan meja kerjanya, refleks balik badan. Ia fokus menatap sang istri sarat kekecewaan. “Mamahku bisa makin sakit jika setiap waktunya, dia terus menungguku. Bahkan aku tidak tahu, sampai kapan mamah bisa begitu di tengah kenyataannya yang sudah renta. Jadi, mulai besok juga aku mau ambil cuti! Aku mau fokus urus mamah aku dulu. Kalau kamu enggak kasih izin bahkan marah, kamu dan orang tua kamu bisa pecat aku. Kalian bisa pecat aku kapan saja. Kamu juga bisa menceraikan aku kapan saja!”

“Liam, aku enggak mungkin melakukan itu. Aku enggak bisa tanpa kamu jadi aku mohon, jangan berbicara omong kosong seperti itu. Oke, kamu boleh cuti dan aku juga enggak akan kirim ajudan buat jaga kamu, tapi ....”

“Cintamu ke aku terlalu banyak tapi. Mulai sekarang juga aku beneran enggak pakai fasilitas dari kamu dan orang tua kamu, Fel!” marah Liam.

“Oke, ... oke apa pun!” sergah Fello jauh lebih lantang. "Apa pun, aku setuju!”

“Termasuk menemui mamahku? Aku yakin, mamah aku pasti juga kangen banget ke kamu,” sergah Liam.

Fello langsung menggeleng. “No, untuk yang itu aku beneran belum bisa karena mamah kamu pasti akan langsung bahas anak. Mamah kamu pasti akan menuntutku memberinya cucu!”

Belum sempat Liam menanggapi tanggapan terakhir sang istri, pria itu mendapat telepon masuk dari suster yang mengurus mamahnya. Mamahnya masuk rumah sakit dan sampai kritis. Kendati demikian, Fello tetap tidak mau ikut dan berdalih takut dituntut mengenai momongan oleh mamah Liam yang jelas-jelas dikabarkan kritis.

Liam yang makin khawatir pada keadaan mamahnya, selain Liam yang sudah menyerah pada sikap Fello, langsung menuju rumah sakit sang mamah dirawat. Untuk pertama kalinya setelah menjadi bagian dari kehidupan seorang Fello yang membuatnya dipenuhi kemewahan, Liam menyetir sendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!