Malam ini disebuah gedung kawasan elit dikota Bogor. Sedang berlangsung pesta resepsi pernikahan. Pengantin pria terlihat seperti pangeran dengan jas hitam yang pas menempel ditubuhnya. Serasi dengan pengantin wanita yang seperti putri bangsawan dengan cadar menutupi wajahnya.
Keduanya terlihat sangat serasi dan bahagia. Namun siapa sangka, dihati keduanya sedang menyembunyikan sesuatu.
Arfa Dahlan adalah putra dari pasangan Agus Dahlan dan Dewi Yulia. Dia tiga bersaudara. Dan dia anak lelaki satu - satunya. Penerus perusahan Ad Logistic. Perusahaan milik Agus Dahlan. Salah satu pengusaha terkaya dinegri ini.
Arfa Dahlan sang pengantin pria malam ini. Terus berusaha menahan amarah dihatinya saat melihat gadis yang kini telah menjadi istrinya baik - baik saja. Gadis yang satu bulan ini menghilang setelah janji terucap dari mulutnya.
Satu hari sebelum lamaran dilaksanakan. Dia telah meminta gadis bernama Sofia Marianna yang akan dijodohkan dengannya untuk menolak. Karena dia sudah memiliki kekasih. Dan gadis itu setuju, berjanji tidak akan menerima lamaran pria itu. Tetapi ketika hari lamaran itu berlangsung. Dengan sadarnya. Gadis itu menerima lamaran dari keluarganya. Yang berarti dia menyetujui perjodohan antara dirinya dan Arfa.
Mengetahui itu, Arfa sangat kecewa dan kesal kepadanya. Ia berusaha menghubungi Sofia. Ingin meminta penjelasan. Namun gadis itu seperti hilang ditelan bumi. Sulit dihubungi ataupun ditemui. Entah dimana dia bersembunyi selama itu.
Sebulan ia terus menunggu kedatangan Sofia. Gadis yang telah lama menjadi sahabatnya saat berkuliah. Tetapi gadis itu tak kunjung datang, seolah enggan untuk memberi penjelasan. Sampai dimana hari pernikahan itu terjadi. Arfa baru melihat lagi sosok yang membuatnya kesal menunggu. Sebisa mungkin ia menyembunyikan perasaan kesalnya, menahan untuk tidak meluapkan amarahnya. Ia akan menunggu hanya sampai menyisakan mereka berdua.
Perjodohan ini berawal dari obrolan para sahabat lama. Dimana para pria paruh baya sedang berkumpul. Mereka berbicara masalah waktu yang cepat berlalu. Dan mereka tidak ingin persahabatan yang dibangun sejak lama berakhir begitu saja. Harus ada penerus mereka.
Mereka terus membanggakan anak - anaknya. Menjodoh - jodohkan satu sama lain. Hampir dari semua anak gadis yang mereka miliki, hanya bungsu Yusuf yang berbeda dan menarik perhatian Agus Dahlan. Yaitu Sofia Marianna. Gadis yang selalu memakai pakaian tertutup. Cerdas. Dan tentunya anak Yusuf Halim. Orang yang kebaikkannya tersohor kemana - mana. Memiliki banyak harta, namun seperti orang yang tidak punya. Selalu sederhana. Entah itu pakaian atau tempat tinggalnya.
Agus Dahlan menginginkan Sofia menjadi menantunya. Ia terus membujuk anaknya. Arfa. Agar mau menikah dengan anak sahabatnya. Bukan Agus namanya jika tidak bisa mendapatkan apa yang dia mau.
Segala cara telah ia pakai untuk membujuk anaknya. Namun hasilnya nihil. Anaknya tetap tidak mau dan tetap menolak perjodohan itu. Satu hal yang belum ia coba. Yaitu mengancam anaknnya.
Dengan tegas, dia mengancam akan memindah tangankan kepemimpinan Arfa yang sebagai CEO diperusahaannya kepada menantunya. Dan benar saja. Mendengar itu Arfa tidak setuju. Karena kakak iparnya hanyalah seorang dokter bukan pembisnis seperti dirinya. Dia tidak mau melihat perusahaan ayahnya yang dibangun dengan susah payah hancur begitu saja.
Ayahnya kira dengan diancam seperti itu. Arfa akan mudah ditaklukan. Ternyata, Arfa tetap keras kepala. Terus memberikan alasan sudah memiliki kekasih dan Sofia tidak akan mau menerima perjodohan itu karena mereka sahabat. Akhirnya pak Agus pun membuat perjanjian dengan anaknya.
"Kita buat perjanjian pra lamaran. Jika kamu ditolak maka kamu bebas mau menikah dengan siapa. Tapi jika lamaran kamu diterima. Kamu harus menikah dengan Sofia. Tidak boleh menceraikannya. Kecuali dia yang meminta cerai. Jangan karena kalian bersahabat. Kamu meminta dia agar menolak perjodohan ini. Tidak boleh menceritakan perjanjian kita ini kepada orang lain. Jika kamu cerita maka perjanjian kita batal. Dan perusahaan papa, kakak ipar kamu yang pimpin. Setuju? " ujar pak Agus kala itu.
Arfa tercengang dengan penuturan ayahnya. Bagaimana ayahnya bisa berpikiran seperti itu? Namun karena dia yakin dengan sahabatnya. Dia menyetujui perjanjian itu. Dan tanpa sepengetahuan ayahnya. Dia menemui Sofia. Meminta gadis itu untuk menolak lamarannya.
Sofia Marianna. Gadis cantik dan cerdas. Putri dari pasangan Yusuf Halim dan Rianti Maharani. Anak perempuan satu - satunya dari lima bersaudara. Dan ia adalah bungsu Yusuf. Anak terakhir dikeluaranya.
Malam ini. Ia telah resmi menjadi seorang istri. Ia dinikahi oleh orang yang sangat ia cintai. Bukan rasa senang yang ia dapat dari pernikahan ini. Melainkan rasa bersalah yang menyelimuti hatinya. Bersalah telah ingkar janji kepada sahabatnya.
Dulu ia dan Arfa adalah sahabat dekat. Pertama kali mereka bertemu saat hari pertama masuk kuliah. Berawal dari Sofia yang belum pulang karena sang kakak dan ayahnya belum menjemput. Arfa pun berinisiatif mengantar.
Semenjak itu keduanya dekat. Bukan sebagai kekasih melainkan sebagai sahabat. Waktu terus berlalu. Sofia menyadari ada sesuatu yang berbeda dihatinya. Namun tidak dengan sahabatnya.
Dia merasa senang dan nyaman saat berada disisi sahabatnya. Banyak hal yang ia sukai dari sahabatnya itu. Terutama senyum dan baiknya kepada sesama. Hanya satu hal yang ia tidak suka dari sahabatnya. Jika marah selalu main tangan dan tidak mau kalah.
Sofia tidak pernah mengisi hatinya dengan nama laki - laki lain. Meski banyak yang memintanya untuk menjadi kekasih atau dijadikan istri. Karena dihatinya hanya ada satu nama. Yaitu, Arfa Dahlan.
Dia tidak pernah mengungkapkan perasaannya. Karena dia takut Arfa akan menjauh. Pergi meninggalkannya. Dan semenjak itu, setiap disepertiga malam. Dia selalu bendo'a dan meminta agar dia berjodoh dengan sahabatnya.
Persahabatan mereka sudah berjalan satu tahun. Sahabatnya bercerita jika dia menyukai seseorang sejak lama. Model cantik. Namanya Gladis Kusuma. Sofia merasa sangat sedih mengetahui itu. Takut kehilangan sahabat yang selalu ada untuknya. Dia tidak ingin menjauh. Dan akhirnya dia pun membantu sahabatnya agar bisa mendapatkan hati Gladis. Si model cantik.
Akhirnya waktu lulus kuliah tiba. Sofia masih sendiri dan memendam rasa. Saat masuk kerumah. Ia selalu mengingat kenangan saat menatap punggung sahabatnya setelah mengantarnya pulang dari kuliah. Karena itu. Dia memutuskan untuk merantau. Pergi ke Jakarta. Bekerja diperusahaan putra sahabat ayahnya. Untuk melupakan cinta pertamanya.
Enam bulan dia bekerja di perusahaan PT. Ferard Development. Sedikit demi sedikit dia bisa melupakan cinta pertamanya. Namun, hanya beberapa bulan. Karena cinta pertamanya datang kembali membawa luka.
Iya. Ternyata dia dan sahabatnya berada dikota yang sama yaitu Jakarta. Dia hanya seorang desain grafis. Berbeda dengan sahabatnya yang menduduki jabatan CEO dan kepala direksi perusahaan ayahnya.
Arfa datang ketempat ia bekerja, membawa kabar bahwa mereka akan dijodohkan. Hati Sofia sangat senang luar biasa ketika itu. Namun senangnya hanya sebentar. Karena Arfa meminta agar dia menolak perjodohan itu. Rasa cinta yang tulus kepada sahabatnya membuat ia luluh. Dia pun menyetujui dan berjanji akan menolak perjodohan itu.
Sesuatu terjadi diluar dugaannya. Beberapa jam setelah ia mengucapkan janji itu. Ferdi Ardiansyah. Atasannya ditempat ia bekerja datang menemuinya. Memintanya agar ia menerima perjodohan itu.
"Saya mau kamu menerima perjodohan kamu dengan Arfa. Dan buatlah dia jatuh cinta kepadamu. " ujar Ferdi saat itu. Sofia mengerutkan kening. Bagaimana atasannya tahu masalah perjodohan itu.
"Tapi kenapa? Apa alasannya? Saya sudah berjanji akan menolaknya. Lagi pula dia sudah memiliki kekasih." ucap Sofia.
"Saya tidak mau tahu." ujar Ferdi. Sorot matanya memperlihatkan tidak ingin penolakkan dari permintannya.
"Iya, tapi? " tanya Sofia bingung.
"Tidak usah tapi - tapian. Kamu cukup menikah dengan Arfa. Dan buatlah dia jatuh cinta kepadamu. Kalau tidak. Saya akan menggusur panti asuhan, sekolah dan semua bangunan yang berdiri ditanah saya." ancam Ferdi.
"Tapi kenapa? Aku sudah berjanji. Aku tidak akan menikah dengan dia." ujar Sofia merengek. Dia menatap tak percaya dengan pria yang ada didepannya. Karena entah untuk alasan apa? Pria itu memaksannya menikah dengan sahabatnya
"Bukannya kamu mencintai pria itu? Ini kesempatan kamu. " ucap Ferdi.
Deg
"Bagaimana bapak tahu? " tanya Sofia.
"Mudah bagi saya mencari tahu rahasia seseorang sampai keakar - akarnya. Dan saya bisa melakukan segala cara agar tujuan saya tercapai. " jelas Ferdi. Sofia menelan ludah ingat sedang berhadapan dengan siapa sekarang. Pria muda berotak mafia.
"Saya tidak ingin menunggu jawaban lama. Iya atau tidak. Jika tidak, malam ini juga saya akan meluluhlantakan yayasan Alam yang berdiri diatas tanah milik saya. Pikirkan bagaimana perasaan papa kamu yang mengelola yayasan, jika hal itu terjadi." Sofia kembali menelan ludah.
"Masih ada waktu. Kita bisa bicarakan baik - baik pak. " bujuk Sofia.
"Justru itu. Ini adalah waktunya." tegas Ferdi.
Sofi bingung. Tidak mungkin ia mengorbankan ladang amal untuk semua orang. Mengurus anak - anak yatim piatu. Menggeratiskan sekolah untuk anak yatim piatu dan yang tidak mampu. Dan jika digusur hari ini. Kemana mereka akan pergi? Ratusan anak dan para pengurus. Tidak mudah mencari tempat tinggal dalam waktu satu hari. Tapi ia juga tidak mau berkorban. Ia tidak mau menumbuhkan kembali perasaan yang baru saja mulai ia buang.
"Bismillah. Saya akan menerima perjodohan itu. " akhirnya ujar Sofia setelah lama berpikir. Ferdi tersenyum penuh kemenangan. Keinginannya kini terwujud lagi.
Ferdi orang yang sangat kejam. Jujur saja. Dia bisa melakukan apapun untuk mencapai tujuannya. Jika Sofia tidak menuruti keinginannya. Tidak menolak kemungkinan Ferdi akan melakukan apa yang dia ucapkan tadi.
Dan mulai hari itu sampai hari h pernikahan Arfa dan Sofia. Ferdi terus berada disamping gadis yang ia ancam. Tidak hanya pergerakan, tapi alat komunikasi pun ia yang mengendalikan.
•
•
Tepat pukul sembilan malam. Pesta pernikahan telah usai. Dengan sedikit memaksa Arfa meminta izin kepada orangtua mereka ingin menginap dihotel saja. Tempatnya melangsungkan pesta resepsi.
Kedua orangtua mereka memberikan izin. Mereka memahami pernikahan yang mendadak ini. Butuh pengenalan satu sama lain. Walau keduanya telah saling mengenal karena bersahabat.
Arfa memberikan kunci kamar hotel kepada Sofia dengan senyum misteriusnya. Ia meminta istrinya terlebih dahulu masuk. Karena ia masih mengobrol dengan rekan bisnisnya.
Seorang pria berjalan dengan angkuh menuju kamarnya. Seharian ia menahan amarah didada menunggu resepsi pernikahannya selesai. Andai saja gadis itu menolak perjodohan mereka sebulan yang lalu. Mungkin pernikahan ini tidak akan pernah terjadi.
Tangannya terkepal saat mengingat kembali gadis yang kini menjadi istrinya mengucap janji. Bahwa dia akan menolak perjodohan itu. Namun, dengan licik gadis itu menerima lamaran dari keluarganya. Yang berarti menerima perjodohan itu.
Cklek !
Suara pintu terbuka dari luar. Seorang gadis yang sedang menatap dirinya didepan cermin mengalihkan pandangannya keasal suara. Ia melihat pria yang kini telah menjadi suaminya masuk kedalam kamar yang ia tempati. Ia tersenyum manis kepada Arfa yang berjalan mendekat kearahnya. Seketika senyum itu hilang saat sang suami hanya menampakkan sebuah tatapan tajam yang terpancar dari wajahnya.
"Arfa aku - " ucapan Sofia terputus.
Plaaak
Suara tamparan nyaring terdengar diruangan itu. Arfa telah melepaskan satu tamparan pada istrinya. Wajahnya terus memancarkan amarah dari lubuk hatinya. Ia merasa dikhianati gadis didepannya.
Sofia menyentuh pipinya yang terasa panas. Ia menatap suaminya dengan mata berkaca - kaca. Tadi dia akan menjelaskan semuanya. Tentang dirinya yang tidak bisa dihubungi karena sebuah alasan.
"Puas? " tanya Arfa dingin. Menatap tajam istrinya. Meluapkan kesal yang telah menggunung dihatinya.
"Maksud kamu apa? " tanya Sofia pelan. Ia menatap bingung suaminya. Air matanya semakin menganak. Jika ia menutup matanya. Maka air mata itu akan terjatuh.
"Tidak usah berpura - pura. Janji kamu apa hah? " Arfa menatap geram istrinya, yang masih berani berbicara didepannya.
"Cih! " tambahnya. "Pembohong! " dia sangat kesal dan benci kepada gadis yang ada dihadapannya. Arrghh karena dia pernikahan ini terjadi. Semua orang sudah tahu bahwa ia telah menikah. Termasuk kekasihnya.
"Maafkan aku untuk janji yang tidak bisa aku tepati. Tapi kamu harus tahu. Selama empat tahun mengenal kamu. Selama itu juga aku menyimpan perasaan kepadamu. Sejak kita berteman sampai sekarang tidak berkurang. Setelah aku pikir - pikir, ini saat yang tepat untukku menunjukannya kepadamu. Aku tidak akan menyia - nyiakan kesempatan yang ada." ujar Sofia air matanya pun lolos begitu saja dari matanya. Setelah mengerti arah pembicaraan suaminya.
Padahal dia tadinya akan meminta bantuan Arfa. Menceritakan semuanya kepada sahabatnya itu. Berbicara sebagai sahabat seperti dulu. Bukan sebagai suami istri.
"Pembohong. Caramu sungguh licik. Aku baru tahu karaktermu. Tidak kusangka. Tega menyakiti wanita lain, demi memuaskan ego sendiri. " balas Arfa menyudutkan istrinya. Dia tidak peduli dengan ungkapan hati istrinya yang baru ia ketahui.
"Aku akui memang aku berbohong dan licik. Aku telah menipumu. Tapi ini tidak salah. Lagi pula pernikahan lebih baik dari pada menjalin hubungan tanpa status yang jelas. Bukan aku yang tega. Karena ini sudah takdir. Bahwa kita berjodoh. " ujar Sofia. Tampak tenang. Ia berusaha untuk tidak menangis lagi. Walau laki - laki yang ada dihadapannya seperti akan melenyapkanya.
"Jika kamu tidak menerima lamaranku pernikahan ini tidak akan terjadi. " geram Arfa mendengar jawaban Sofia.
"Sudahlah lagi pula ini sudah terjadi." ujar Sofia terbawa kesal. "Kenapa harus dipermasalahkan? Terima saja takdir."
"Lalu bagaimana dengan kekasihku? " tanya Arfa sedikit berteriak. Untung saja pintu kamarnya telah ia kunci tadi. Jadi tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.
"Putuskan saja. Lagi pula kamu sudah memiliki istri yang tak kalah cantik darinya. Sangat mudah bagiku membuatmu jatuh cinta kepadaku. " jawab Sofia tambah kesal. Tidak sedih seperti tadi lagi. Ini saatnya ia mengungkapkan sesuatu yang mengganjal dihatinya. Lelah juga memendam sesuatu didalam hati tanpa ada orang yang tahu.
"Hah! Percaya diri sekali. Mana mungkin aku jatuh cinta pada gadis sepertimu. Gadis super culun. Berbanding jauh dengan gadisku. " ejek Arfa.
"Kita lihat saja nanti. Aku yakin bisa membuatmu jatuh cinta. " ujar Sofia percaya diri membuat Arfa geram. Terlihat urat leher suaminya karena menahan amarah.
Drrt drrt drrt
Terdengar suara dering telepon milik suaminya. Ternyata kekasihnya yang menghubungi. Sofia hanya bisa menghela nafas. Suaminya melangkah kearah pintu. Ia akan menemui kekasihnya malam ini.
Dalam hitungan detik, langkah kaki suaminya terhenti. Tiba-tiba, rahangnya dicengkram dengan kuat oleh tangan laki - laki yang paling dia sayangi. Sofia hanya bisa merekatkan gigi - giginya menahan sakit.
"Kita lihat. Sampai mana kamu bertahan mencintaiku? Setelah apa yang akan terus aku lakukan kepadamu. " ujar Arfa dengan mata yang menyala menatap penuh benci.
"Baik aku terima tantangan kamu Arf. Aku percaya kamu bisa jatuh cinta kepadaku. Hanya butuh waktu sampai itu terjadi. " jawab Sofia yang tanpa dia sadari tambah memancing amarah Arfa keluar.
"Terus tambah rasa percaya dirimu, karena pada akhirnya akan berujung dengan sadar diri. Tidak tahu malu. " ujar Arfa. Dia menambah cengkraman dirahang istrinya. Sampai istrinya terdorong kebelakang. Dengan gerakan cepat. Arfa menghempaskan tubuh istrinya kemeja rias membuat tubuh sang istri terjatuh kelantai. Lalu pergi tidak peduli dengan istrinya.
Blam!
Arfa membanting pintu kamarnya. Setelah meluapkan amarahnya. Dia meninggalkan istrinya sendiri. Dan dia pergi akan menemui kekasihnya.
Sofia terduduk dilantai. Kedua matanya sangat panas. Tanpa bisa ditahan lagi air matanya menetes deras membasahi pipi. Didepan suaminya dia hanya berpura - pura tegar. Padahal hatinya rapuh. Hatinya bergetar. Dan jantungnya berdetak kencang. Saat mendengar orang lain membentaknya. Apalagi ini, suaminya berani bermain fisik.
"Hiks hiks hiks!!! Mama papa. Aku takut. " lirih Sofia disela tangisannya. Kedua orangtuanya tidak pernah memperlakukan ia seperti itu. Tapi Arfa sungguh berani.
Jika bukan karena Ferdi. Orang yang mengancamnya agar menikah dengan Arfa. Dia tidak akan mau menerima perjodohan itu. Meskipun dia mencintai Arfa. Cintanya tulus. Tidak harus memiliki. Dengan melihat Arfa bahagia. Itu sudah cukup baginya.
Tangisan Sofia dimalam pertamanya setelah menikah belum berhenti. Tangis itu semakin kencang. Bayang - bayang suaminya terus berputar dipikirannya. Ia menatap pintu dimana suaminya pergi meninggalkan luka.
"Empat tahun lalu aku selalu berdo'a, diwaktu yang sama dan keinginan yang sama. Dimana aku meminta kamu menjadi jodohku. " Sofia menarik nafas disela tangisnya.
"Setelah kita lulus kuliah. Dan tidak memungkinkan untuk bertemu lagi. Aku menghentikan do'aku. Menyerah dengan keinginanku. Aku hanya meminta diberikan jodoh yang terbaik untukku. Tetapi, disaat itu. Belum ada enam bulan Allah menjawab do'a dan keinginanku. Dengan tiba - tiba dalam keadaan seperti ini. Aku tidak menyesal. Karena Allah yang maha tahu. Mana yang terbaik untukku. Maafkan aku Arf. " lirih Sofia. Air matanya terus menetes membasahi pipi.
"Maafkan aku yang rakus. Dan membuat kita menikah. Walaupun kita sudah menikah. Aku tidak akan meminta kembali hatimu kepada Allah. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Aku memang berharap kita berjodoh. Tapi tidak seperti ini. Saling membenci."
Cukup lama ia menangis dan mengingat masa lalu. Dengan air mata yang sudah mengering. Ia bangit dari duduknya. Lalu masuk kamar mandi. Akan membersihkan diri.
.
.
Mobil yang Arfa kendarai telah sampai diparkiran hotel. Dia masuk kedalam lift. Suasana hotel sudah sangat sepi. Dari ketika dia berangkat tadi. Sampai pulang kembali. Waktu menunjukan pukul dua belas malam. Dia telah sampai didepan pintu kamar. Setelah menemui kekasihnya.Menarik nafas lalu mengeluarkannya.
Baru selangkah ia menginjakkan kaki dilantai kamar. Terlihat istrinya tengah mengeringkan rambut yang digerai kedepan. Menghadap kaca. Dan membelakangi dirinya. Menampakkan punggung putihnya. Wajahnya terlihat segar dari pantulan kaca. Baju gaun tidurnya seatas lutut berwarna biru langit. Cantik. Sangat cantik. Kecantikan yang tersembunyi dibalik kerudung panjang yang selama ini ia kenakan. Rambutnya panjang dan bergelombang sepinggang. Arfa sempat terpana. Tapi dengan cepat ia membuang mukannya.
"Memakai pakaian apapun atau tidak sama sekali. Kamu tidak akan bisa menggodaku karena aku tidak akan pernah tergoda oleh gadis licik sepertimu. " ujar Arfa sinis.
Sofia berbalik. Rambutnya masih sedikit basah. Matanya bulat sempurna menatap suaminya. Bulu mata lentik menghiasi matanya. Jidatnya yang lebar. Wajahnya yang persegi dengan dagu tegas dan pipi cubby. Bibirnya mungil berwarna merah muda. Terlihat seperti boneka. Sangat cantik.
Deg deg deg
Jantung Arfa berdegup kencang. Tidak seperti tadi saat istrinya masih mengenakkan kerudung. Gadis dihadapannya benar - benar sangat cantik sempurna. Jauh dari apa yang selama ini dia bayangkan.
"Oh ya? Jadi tidak apa - apakan aku pakai baju seperti ini terus setiap harinya? " tanya Sofia ketus. Membuat pipinya sedikit bergelembung. Padahal sebelum menikahpun. Ketika akan tidur. Pakaian dia memang seperti itu. "Dasar narsis! " ucap Sofia dalam hati menahan emosi.
"Whatever! " ujar Arfa meninggalkan istrinya. Lalu ia masuk kekamar mandi. Membersihkan diri.
Air mata Sofia kembali mentetes. Bibirnya terkatup rapat. Giginya dia rekatkan. Dia menatap pintu kamar mandi. Lalu berbaring dikasur. Ia tidak mau tidur disopa. Karena waktu sebelum menikahpun dia tidur dikasur. Anehkan kalau habis nikah malah tidur disopa. Pikir Sofia dalam hati.
Arfa selesai mandi. Ia hanya memakai handuk sepinggang. Lalu ia melirik kearah tempat tidur. Melihat Sofia tidur disana. Dengan nyaman dan damai. Selimut menutup sampai batas dadanya.
"Dasar murahan. Kamu pikir aku akan tergoda? Dengan caramu tidur ditempat tidur yang sama denganku. " ujar Arfa sedikit keras. Agar Sofia dengar. Dan benar saja. Sofia memang mendengar. Dia hanya pura - pura tidur untuk menghindari Arfa.
"Begitukah caramu mengejar cinta? Dengan menjual diri kepadaku. Menyerahkan dirimu atas nama pernikahan karena terobsesi denganku. Kamu tidak ada apa - apanya dibanding gadisku. Dasar murahan." tambahnya. Hati Sofia berdesir sakit mendengar kata - kata itu.
Selesai memakai baju. Arfa segera naik ketempat tidur. Lalu menutup matanya dan tidur.
Sofia yang mendengar dengkuran Arfa. Kembali membuka mata. Menghapus sisa air mata yang keluar. Dia melihat suaminya membelakanginya. Dia menghela nafas pelan. Menatap lekat punggung laki - laki yang namanya sulit dihapus dari hatinya. Perlahan ia mendekati laki - laki itu. Mengguncang tubuhnya. Tidak ada respon. Dia tambah mendekat lalu memeluknya dari belakang. Menyembunyikan wajahnya dipunggung milik suaminya.
"Biarkan aku memelukmu seperti ini Arf. Aku tidak tahu sampai kapan diberi kesempatan berada disampingmu. Maafkan aku! " ujar Sofia dalam hati.
Arfa masih tersadar. Dia hanya berpura - pura tidur. Dan benar saja. Sofia lancang menyentuh tubuhnya. Tetapi karena pikirannya sedang kacau, dia memilih membiarkan istrinya memeluknya. Besok dia akan memikirkan hukuman apa yang akan diberikan kepada istrinya.
•
•
Ditempat lain. Seorang pria tengah menatap gadis yang sedang berbaring ditempat tidur miliknya. Bibirnya menyeringai. Ia masih ingat bagaimana gadis itu mengkhianatinya.
Satu bulan yang lalu. Seperti biasa. Ia akan menjemput kekasihnya. Kekasih yang ia sembunyikan. Karena mereka menjalin hubungan pacaran diam - diam. Karena kedua orangtua mereka bermusuhan.
Malam itu, mereka berjanji akan bertemu. Namun, tiba - tiba gadisnya membatalkan pertemuan mereka. Padahal dia telah siap akan pergi menemui. Tanpa sepengetahuan kekasihnya. Ia tetap datang ketempat dimana kekasihnya melakukan pemotretan.
Ia memarkirkan mobilnya agak jauh dari tempat itu. Lalu ia memantau. Menunggu kekasihnya keluar. Cukup lama ia menunggu. Sampai kekasihnya muncul. Sesuatu terjadi sesuai dengan apa yang dia pikirkan.
Kekasihnya dijemput oleh pria yang mereka manfaatkan. Dia adalah Arfa. Pria yang kurang beruntung karena mencintai gadis yang sudah memiliki kekasih.
Dan pasangan yang memanfaatkan Arfa adalah Ferdi dan Gladis. Tiga tahun yang lalu. Arfa menyatakan cinta kepada Gladis. Dimana saat itu, hubungan Ferdi dan Gladis sedang diambang kehancuran. Karena orangtua mereka mengetahui hubungan mereka.
Saat Arfa membawa cinta untuk Gladis. Ferdi dan kekasihnya membuat rencana. Mereka akan memanfaatkan Arfa. Mengelabui orangtua mereka dengan pura - pura Arfa menjadi kekasih Gladis.
Namun, lambat laun. Ferdi menyadari kekasihnya sedikit berubah. Gladis sepertinya telah jatuh cinta pada orang yang mereka manfaatkan.
Dan terbukti. Kini kekasihnya lebih memilih bertemu Arfa dibanding dirinya. Dia pun mengikuti kemana dua sejoli itu pergi. Ternyata mereka masuk kedalam rastoran.
Ferdi menyelinap masuk. Dia mendengarkan semua pembicaraan keduanya. Dimana Arfa akan dijodohkan. Namun menolak. Dan Gladis pun tidak mengijinkan Arfa untuk menikah.
Disana mereka membuat rencana. Pertama, meminta Sofia. Gadis yang akan dijodohkan dengan Arfa menolak. Yang kedua, jika sampai menikah maka Arfa akan membuat istrinya tidak nyaman. Dan meminta cerai kepadanya.
Ferdi yang mendengar itu sangat kesal. Pertama, karena Gladis kekasihnya seperti sangat mencintai Arfa. Kedua, Sofia adalah putri dari sahabat ayahnya. Orang yang mengelola tanah miliknya. Dia tidak akan membiarkan itu terjadi.
"Dasar pecundang!" umpatnya dalam hati kepada Arfa. Bibirnya menyeringai.
"Akan kubuat kalian berdua menyesal." ujarnya. Dan inilah yang terjadi. Dia menjebak gadis itu untuk tidur bersamanya. Dimalam yang sama dengan pernikahan Sofia dan Arfa.
Apartemen Bumi Residence
Setelah menempuh dua jam perjalanan. Arfa dan istrinya sampai diapartemen miliknya. Dia memarkirkan mobilnya berjalan lebih dulu. Meninggalkan istrinya yang membawa semua barang - barangnya.
Setelah memikirkan banyak hal. Dengan yakin Arfa memutuskan untuk menetap diapartemen miliknya. Bukan tanpa alasan. Dia ingin jauh dari orangtua. Karena dia tidak ingin kedua orangtua mereka tahu. Keadaan pernikahan mereka.
Pagi - pagi sekali dia bangun. Mengantar istrinya kerumah mertuannya. Membawa barang - barang istrinya. Lalu berangkat ke apartemennya. Tidak ada pembicaran diantara mereka. Keduanya hanya diam. Lebih tepatnya Arfa yang mendiamkan Sofia.
Sesampainya dilantai atas. Sofia langsung masuk. Karena Arfa sudah masuk terlebih dahulu. Nafasnya tak beraturan. Karena dia membawa banyak barang dari lantai bawah sampai lantai paling atas sendiri.
"Itu kamarmu. " ujar Arfa. Sambil menunjuk sebuah kamar disebelah kiri. Sofia mengerutkan kening.
"Lalu kamarmu yang mana? " tanya Sofia. Arfa hanya diam. Karena tidak ada jawaban Sofia masuk kekamar sebelah kanan. Melihat itu Arfa dengan kasar menarik koper istrinya. Melempar ke sembarang arah.
"Sudah kubilang kamarmu sebelah kiri. Kamu tidak dengar? " bentak Arfa. Sofia hanya diam menatap mata suaminya.
"Aku tidak mau satu kamar denganmu. Cukup satu kali seumur hidup. Satu kamar bersamamu. " ujar Arfa.
"Aku mau satu kamar bersama kamu. " ujar Sofia.
"Jangan mimpi. Aku tidak sudi satu kamar denganmu. Dan ingat! Jangan pernah menyentuhku. Atau kamu akan tahu akibatnya. "
"Beri aku kesempatan Arf. Cinta akan datang karena terbiasa. " rengek Sofia.
"Teruslah bermimpi dengan kepercayaan dirimu. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah membalas cintamu itu!"
"Izinkan aku untuk satu kamar denganmu. " pinta Sofia. Mendengar istrinya yang keras kepala dengan kasar Arfa mendorong istrinya ketembok menggunakan lengan kokohnya. Sofia tidak melawan, membiarkan suaminya melakukan apa yang dia mau. Dorongannya semakin lama semakin kuat. Membuat Sofia kesulitan bernafas.
"Lepas Arfa! " teriaknya mendorong kuat tubuh suaminya. Jika tidak mungkin nyawanya sudah hilang.
"Aku diam bukan berarti aku menerima perlakuan kasar kamu. Diizinkan atau tidak diizinkan aku akan tetap tidur dikamar ini. Silahkan kamu pindah jika tidak mau sekamar denganku." Dia mengambil kopernya masuk kekamar bersamaan dengan air mata yang turun membasahi pipinya. Meninggalkan suami yang tega menyakiti istrinya.
"Tidak tahu diri! " ujar Arfa. Dia menatap lengan yang dia pakai untuk menyakiti istrinya. "Hampir saja aku membunuhnya." ujarnya dalam hati. Lalu dia pergi keluar. Menenangkan diri ditaman pinggir kolam.
•
•
Disebuah apartemen mewah. Seorang gadis berusia dua puluh dua tahun terbangun dari tidurnya. Ia menatap sekeliling. Tubuhnya terasa sangat lemas.
"Oh my God! Aku dimana? " teriaknya. Dia meraba tubuhnya yang tidak memakai apapun. Terlihat bercak merah disepari putih. Matanya terbelalak membulat sempurna.
"Tidak tidak tidak!!! " dia berteriak histeris. Dia mengingat kejadian tadi malam Ferdi, kekasihnya mengajaknya makan malam. Dan tiba - tiba tubuhnya panas merasakan gairah. Dia ingat sempat melakukan sentuhan fisik yang biasa mereka lakukan. Setelahnya dia lupa melakukan apa.
"Ferdi jahat! Breng***. " umpatnya. Lalu dia mencari pakaiannya. Memakainya. Lalu menghubungi kekasihnya.
"Ya sayang. " jawab seseorang disebrang sana. Setelah sambungan telepon terhubung.
"Apa yang kamu lakukan Ferdi? " teriak Gladis histeris.
"Sesuatu yang harus kita lakukan sejak lama sayang. " ucap Ferdi.
"Kamu jahat. " teriak Gladis. Dia menggigit jari - jari tangannya. Mengigit kuat bibirnya. Pasti papa nya akan tahu. Dia masih berhubungan dengan Ferdi. Anak dari musuh ayahnya.
Sekarang yang dia cintai Arfa. Bukan Ferdi lagi. Hanya saja dia belum bisa melepas Ferdi. Karena terlalu banyak kenangan yang tercipta diantara mereka. Lalu bagimana jika dia menikah dengan Arfa? Dan Arfa tahu dia sudah tidak suci. Gladis menggeleng - gelengkan kepalanya.
Tuut
Gladis mematikan panggilannya. Dia menangis. Tidak tahu harus melakukan apa.
Gladis adalah seorang model cantik yang tengah naik daun. Namanya terkenal dimana - mana. Potonya pun terpajang hampir disetiap sudut jalan. Umurnya baru menginjak usia dua puluh dua.
Ia mengawali karir modelnya sejak usia lima tahun. Berawal dari sosial media. Sampai sekarang. Wajahnya yang cantik dan tidak membosankan. Selalu menjadi daya tarik brand terkenal untuk menjadikannya model atau bintang iklan brand tersebut.
Orangtuanya asli Indonesia, sangat mendukung anaknya menjadi model. Keluarga ini bukan keluarga biasa. Ayahnya seorang pemilik Jaya entertiment. Produksi film - film. Kekayaannya dimana - mana. Baik dalam negri maupun luar negri.
Semester tiga saat kuliah Arfa menyatakan cintanya kepada Gladis. Tidak mau menyia - nyiakan kesempatan. Gladis langsung menerima Arfa. Bukan tanpa alasan. Ia hanya ingin memanfaatkan Arfa. Mengalihkan perhatian ayahnya. Karena Arfa anak yang baik dan pintar. Agar ia bisa berhubungan dengan Ferdi kekasihnya.
Seiring berjalannya waktu. Tanpa Gladis sadari. Hatinya merasakan kenyamanan yang lebih bersama Arfa. Ia memilih Arfa dibanding Ferdi. Tapi, ia juga belum bisa melepas kekasih yang disembunyikannya itu. Bagaimanapun juga. Kenangan yang mereka lalui sangat sulit dilupakan.
Selama berpacaran dengan Arfa. Ia tidak pernah berpelukkan. Bahkan pegangan tangan pun jarang. Arfa hanya bilang. Takut tidak terkontrol. Takut kebablasan. Hebat sih. Selama tiga tahun pacaran. Tidak pernah ngapa - ngapain. Hanya pegangan tangan. Itupun jarang.
Alasan terbesar Arfa melakukan itu hanya satu. Tidak ingin merusak wanita. Karena ia ingin memberikkan hadiah terbaik yang halal itu hanya untuk istrinya nanti. Yang pertama dan terakhir.
Berbeda dengan Ferdi. Ketika bertemu. Mereka selalu melakukan kontak fisik. Kecuali itu. Melakukan hubungan badan. Karena hanya itu yang Gladis jaga sampai saat ini. Ia tidak mau mengecewakan suaminya nanti.
•
•
Setelah kejadian tadi. Arfa masih terduduk ditaman. Ia menghindari istrinya karena takut tidak bisa mengendalikan diri.
Drrrt drrt drrt
Arfa membuka pesan masuk kedalam hpnya dari nomor yang tidak ada namanya. Dia melihat satu kiriman sebuah vidio. Karena penasaran dengan cepat ia membuka vidio itu. Terlihat jelas gadisnya sedang bercumbu dengan seorang pria. Terdengar racauan manja gadisnya meminta dipuaskan.
"Breng***! " umpat Arfa. Dia beranjak masuk keapartemen akan mengganti baju. Ingin menemui sahabatnya Denis. Menanyakan keaslian vidio tersebut.
Pukul satu siang, Sofia selesai memasak. Karena perutnya begitu lapar. Dia memutuskan memasak terlebih dahulu. Dengan bahan makanan yang ada dikulkas. Di apartemen ini selalu tersedia bahan makanan. Karena dari sebelum menikah Arfa sudah tinggal disini.
Terlihat Arfa masuk dari pintu luar. Sorot matanya dingin dan menahan emosi. Sofia mendekat. Ingin mengajak suaminya makan siang. Karena dia tahu. Dari pagi mereka belum makan.
"Arfa! " panggilnya. Dia sudah melupakan kejadian tadi saat pertama ia menginjakan kaki diapartemen itu. Arfa menatap malas istrinya. Lalu kembali berjalan kearah pintu keluar. Sofia berusaha mensejajarkan langkahnya dengan suaminya.
"Ar! Makan dulu yuk. Aku sudah masak. Dari pagi kita belum makan. " ucap Sofia saat ia sudah berada didekat suaminya.
"Aku tidak sudi memakan makanan buatanmu. " bentak Arfa menatap istrinya tajam. Pikiranya sedang kacau. Karena masalah Gladis yang tidur bersama pria lain. Dia memutar tubuhnya ingin segera menemui sahabatnya Denis.
"Arfa! Makan dulu. " Sofia menahan tangan suaminya. Ia sudah masak banyak. Siapa yang mau makan kalau bukan mereka berdua. Karena yang tinggal disini hanya mereka berdua.
Arfa menghentikan langkahnya. Ia menatap tajam istrinya yang keras kepala susah dikasih tahu. Seketika teringat bagaimana semalam istrinya dengan berani memeluk dirinya ketika tidur. Giginya mengatup kuat. Lalu menarik pinggang istrinya. Menempelkan punggung istrinya dengan dadanya. Dari arah belakang kedua tanganya menyentuh kedua dada istrinya.
"ARFAAaaa!!! Sakit! " teriak Sofia. Dia menangis. Karena tangan Arfa menyentuh bagian tengah kedua dadanya. Lalu memelintirnya dengan kasar dan kuat.
"Sudah aku bilang. JANGAN SENTUH AKU. CENGENG! " bentak Arfa. Dia melihat betapa istrinya itu kesakitan karena ulahnya. Dia tersenyum licik. Lalu pergi keluar. Sofia hanya bisa menatap punggung suaminya.
"Bagaimana jika aku kembali benar - benar mencintai kamu Arf? Pasti akan sangat menyakitkan. Aku harus kuat. Setidaknya sampai Ferdi berkata sudahi pernikahan ini." monolognya dalam hati.
Drrt drrt drrt
Terdengar hp miliknya berbunyi pertanda telah ada panggilan masuk.
"Hallo!" sapanya.
"Aku sudah di Jakarta. Kapan?"
"Aku siap - siap dulu." ujarnya. Lalu ia bergegas mengganti pakaiannya.
•
•
Arfa tergesa menemui sahabatnya yang berada diapartemen yang sama dengannya. Hanya beda satu lantai dengan apartemen yang ia tinggali.
Tok tok tok
Tak butuh waktu lama. Pintu itu terbuka. Denis sahabatnya membuka pintu lebar. Mempersilahkan sahabatnya masuk.
"Nis, ikut aku! " ucapnya tegas setelah pintu terbuka. Ia nyelonong masuk kedalam tanpa izin. Denis yang dititah langsung mengikuti kemana atasan sekaligus sahabatnya melangkah. Ia duduk disopa. Duduk disebelah Arfa.
"Ada apa Arf? " tanya Denis santai. Dia mengerti pasti sahabatnya sedang ada masalah.
Arfa menatap Denis. Dia sedikit melemparkan hpnya kepangkuan sahabatnya.
"Cari tahu. Keasliannyanya, tempatnya dan pasangannya. Jangan sampai ada yang tahu. " titah Arfa. Dia geram. Bagaimana tidak? Orang yang dia percaya orang yang dia lindungi. Malah tidur bersama pria lain. Selama berpacaran dengan Gladis. Kekasihnya yang seorang model terkenal. Dia tidak pernah melakukan kontak fisik apapun. Bahkan pegangan tanganpun jarang. Karena dia tahu dan takut. Tidak ingin merusak seorang wanita.
"Ini asli. Lokasi pengirimnya dari hotel daerah Jakarta. Kamu pasti kenal lelaki itu. Dia rival bisnismu. Ferdi Ardiansyah." ujar Denis. Arfa mengertakkan giginya. Ia kembali mencoba menghubungi nomer Gladis yang dari tadi tidak aktif.
Pertanyaan terus berputar diotaknya. Bagaimana bisa kekasihnya mengenal Ferdi? Rival bisnisnya yang beberapa bulan ini terus mengalahkannya. Apa mungkin kekasihnya memata - matainya. Tapi rasanya tidak mungkin. Karena ia tidak pernah melihat dan mendengar Gladis memiliki kekasih lain selain dirinya.
"Bagiamana mungkin Gladis berselingkuh dariku? " tanya Arfa kepada Denis.
"Ya mungkin saja. Mungkin dia menginginkan sentuhan yang tak pernah kamu berikan." jawab Denis.
"Semurahan itu? Melakukan dengan orang asing." Arfa membayangkan sesuatu yang menjijikan. Bekas.
"Yah, mana kutahu. Coba saja kamu tanya sendiri. " ujar Denis yang anti wanita.
"Mulai besok. Suruh salah satu anak buahmu untuk memata - matai Gladis. Kalau bisa sekarang. " perintahnya pada Denis. Jika benar Gladis berselingkuh ia tidak akan memaafkannya. Memang dia yang pertama memiliki rasa pada Gladis. Tapi dia tidak bodoh. Walau rasa cinta memenuhi isi hatinya dia tidak mau jika harus dipermainkan gadis itu.
"Sudahlah. Aku mau mandi dulu. Gerah. " pamit Arfa. Tubuhnya lelah. Denis hanya mengangguk. Arfa pun kembali ke apartemennya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!