NovelToon NovelToon

Bukan Casanova

BC.CHAPTER 1 [Ijab Qobul]

...Saya terima Nikah dan kawin nya Helen Valensia binti Valeno Santoso......

Lantunan ijab qobul yang keluar dari mulut pemuda tampan itu entah mengapa membuat hati Helen bergetar, bahkan gadis dewasa yang berhiaskan make up natural dengan kebaya putih yang bertaburkan batu berlian swarovski itu terlihat sangat tersanjung.

"Bodoh kenapa aku bisa mengagumi suara nya yang pasti cuma acting itu? Heh... bahkan dengan bodohnya telinga ku menganggap suara nya itu merdu, ah aku pasti sudah mulai gila." Batin Helen dengan memejamkan netra indah nya yang berhiaskan bulu mata lentik.

Ya... Helen Valensia atau mempelai pengantin wanita itu tengah duduk di samping mempelai pria yang bernama Cakra Frankins.

"SAH?" tanya pak penghulu dengan suara lantang nya.

"SAAAAAAAAAHHHHH..." Suara yang terdengar serempak itu membuat Helen dan Cakra spontan saling menatap, tapi karena masih merasa asing Helen kembali memalingkan wajah nya.

"Nak salim dulu sama suami mu, nak Cakra sekarang sudah menjadi imam di dalam keluarga kecil mu, jadi istri yang nurut ya nduk." Baru saja Helen membuang pandangan agar tidak bertatapan dengan pemuda yang kini sudah bergelar suami itu, tiba-tiba dari samping kiri nya, bu Rosma atau ibu kandung dari Helen berucap agar anak gadis nya yang di pinang keluarga konglomerat itu berlaku sopan layak nya istri soleha.

"Iya bu." lirih Helen yang kemudian kembali menghadap ke arah Cakra, gadis bergelar istri itu menengadahkan tangan kanan nya untuk bersalaman dengan sang suami.

Tak mau membuat malu keluarga di depan tamu undangan Cakra segera menyambut hangat tangan Helen, di genggam nya, lembut kulit putih Helen, tanpa ragu juga Cakra mengecup kening istri nya itu.

Berdebar hati Helen mendapatkan perlakuan manis Cakra, dan itu membuat bayangan masa lalu nya yang sudah susah-susah ia buang kini malah terbesit kembali di dalam ingatan nya...

Di sana gadis itu duduk dengan kebaya yang berwarna sama ya itu kebaya putih tapi berbeda harga dan model tentu nya.

Masih teringat dengan jelas Helen menunggu kedatangan kekasih nya yang tadi nya berpamitan untuk ke toilet sebentar tapi ini sudah hampir dua jam lama nya, Ferdi calon suami nya tak kunjung datang juga.

Bahkan pak penghulu sudah menunggu lebih dari setengah jam, "Mbak, kalau lama apa bisa di tunda setelah jadwal saya yang ke dua? ini saya sudah harus pindah." ucap pak penghulu dengan sopan.

"Ya ampun pak jangan terburu-buru begitu to, tunggu sebentar lagi ya, nanti saya bayar lebih deh." ucap bu Rosma kala itu.

Helen yang sudah kepalang malu karena menunggu itu akhir nya memutuskan untuk berdiri.

"Mau kemana nduk?" tanya Rosma yang melihat putrinya berdiri dari duduk nya.

"Mau mencari mas Ferdi buk." sahut nya masih dengan senyum yang manis.

"Tapi nduk, nggak baik pengantin wanita wira-wiri di acara yang sudah hampir mulai ini." Rosma mengingatkan.

"Tak apa buk, Helen bisa jaga diri kok." ucap Helen meyakinkan Rosma.

Helen berjalan menuju lorong dimana letak toilet di gedung mewah itu berada, terbaca oleh netra indah calon pengantin itu tulisan toilet lengkap dengan anak panah nya.

Terus berjalan tanpa ragu Helen kini mendekati pintu toilet yang tertutup rapat itu, "Ah... ah... ough... yes baby... kau memang hebat..."

Terpaksa Helen menghentikan langkah nya ketika ia mendengar suara desah yang tak asing itu.

Merinding tubuh gadis itu kala suara Ferdi lah yang terngiang di telinga nya, "Nggak mungkin kan?" lirih nya dengan menutup mulut nya.

"Fer... dih ah... emh... jangan kencang-kencang... ough... nan... tih ah... da yang dengar." Kini suara wanita yang terdengar, dengan samar Helen mendengar suara itu menyebutkan nama calon suami nya.

Hampir ambruk, lemas kaki Helen mendapati kenyataan pahit itu, nafas Helen naik turun, dengan keberanian yang tersisa Helen memegang handel pintu toilet itu dan membukanya paksa.

CEKLEK-CEKLEK... CEKLEK-CEKLEK... CEKLEK-CEKLEK... GRAK!!!

Bukan nya terbuka handel pintu itu malah patah, dan itu mengundang perhatian Office Boy yang bekerja di gedung serba guna itu.

"Ada apa mbak?" tanya nya dengan sopan.

"Ada yang terkunci di dalam mas." dengan suara yang bergetar menahan tangis Helen menjawab.

"Awas mbak nya minggir dulu, biar saya bantu ya?" masih dengan sopan mas OB itu berucap.

DUGH-DUGH... Tubuh kurus mas OB itu menghantam pintu yang tertutup.

"Coba pakai kaki mas, mana tau lebih mudah, soal nya saya pakai rok jadi nggak bisa." saran Helen ucapkan dan dengan mudah dituruti mas OB.

Mengambil ancang-ancang laki-laki kurus itu memusatkan kekuatan nya di kaki bagian kanan dan BRAK!!

Pintu toilet yang berbahan PVC itu terbuka dengan kaki mas OB yang menancap di sana.

"Aduhduhduh... mbak-mbak tolongin, kaki saya..." Mengesampingkan pemandangan yang menyayat hati itu, Helen lebih memilih untuk menolong mas OB.

Setelah berdiri dengan benar, "Walah ini mah bukan terkunci mbak, ini malah ngunci!" ucap mas OB setelah melihat dua insan dengan posisi berdiri dan setengah telanjang itu menyatukan bagian inti dari tubuh nya.

Menarik nafas panjang yang terasa berat Helen segera berucap, "Oh jadi gini ya Fer balasan kamu, baik, menikah sajalah dengan nya! Aku tidak sudi hidup dengan mu!"

Helen segera berlari meninggalkan pasangan mesum yang tercyduk itu, "Loh loh loh, mbak! mbak nya mau kemana?" teriak mas OB dengan berlari mengejar Helen.

Dengan menyingsingkan sedikit rok pasangan kebaya itu Helen berlari masuk ke dalam gedung.

"Ada apa nduk?" tanya Rosma yang melihat wajah putri nya telah berderai air mata.

Tak menjawab Helen hanya menggelengkan kepala nya, mas OB yang baru datang dan tidak tau apa-apa itu menjadi tujuan mata-mata para keluarga dan tamu undangan.

"Siapa kamu? mau apa kamu mengikuti anak ku?" dengan tegas Rosma bertanya.

"Sa... saya..."

"Kau apa kan anak ku?!" sela Valeno ayah dari Helen, dengan mencengkeram kerah baju mas OB yang tidak tau apa-apa itu.

"STOP! Dia nggak salah pak!" akhir nya Helen mengeluarkan suara nya.

Kini semua mata tertuju pada gadis dengan kebaya putih namun berwajah sedih itu.

"Fer... Ferdi... Helen tidak mau menikah!" tegas nya.

Tak mau lagi melihat cibiran para tamu undangan Helen berlari keluar dari gedung pernikahan itu.

Keluarga nya mengikuti kemana gadis itu berlari tapi Helen telah masuk ke dalam sebuah mobil entah milik siapa.

"Mas! Jalan mas!" ucap Helen kepada pemuda dengan kemeja hitam itu.

"Lo pikir gue sopir?!" teriak pemuda berkacamata hitam itu.

"Kalau mas bukan sopir terus ngapain duduk di kursi kemudi?" kesal Helen berucap.

"Lah ini mobil gue...

Duh si Helen naik mobil siapa ya?

Hay Guys jangan lupa kasih like dan juga klik favorit ya biar nggak ketinggalan up date nya... See you next episode, bay bay...

BC. CHAPTER 2 [Awal pertemuan]

"Lo pikir gue sopir?!" teriak pemuda berkacamata hitam itu.

"Kalau mas bukan sopir terus ngapain duduk di kursi kemudi?" kesal Helen berucap.

"Lah ini mobil gue!" tak kalah ketus pemuda itu berucap.

"Oh iya ya, duh gimana nih... em..." bingung Helen, gadis itu menggigit bibir yang dihiasi lipstik merah itu.

"Lo di kejar apaan sih?" tanya pemuda berkacamata itu.

"Saya mau di nikahkan mas!" spontan Helen menyahuti nya.

Sedangkan laki-laki yang duduk di kursi kemudi itu seolah setuju untuk Helen lari dari pernikahan itu.

Dengan menginjak pedal gas, pemuda berkacamata itu membawa Helen pergi dari daerah itu dengan mobil nya.

Setelah sekitar lima jam perjalanan, Helen tertidur karena mata nya mulai lelah mengeluarkan air mata, hati dan pikiran nya pun juga lelah dengan takdir yang seolah mempermainkan nya.

KLONTANG... TAK-TAK-TAK...

Suara bising yang merasuk ke dalam telinga, membuat Helen terbangun dari tidur lelap nya.

Gadis itu berjalan mendekati sumber suara, dan di sana, ya...di balik mini bar yang terletak di dapur kecil itu terlihat seorang pria yang mengenakan kemeja hitam tengah berkutat dengan perkakas dapur.

Tak menolak untuk mengingat, Helen bukan tipe gadis yang tak tau balas budi, ya pria itu yang menolong nya kabur dari acara pernikahan nya barusan.

Akhirnya dengan sedikit rasa malu Helen berjalan mendekati pria itu.

Masih mengenakan kebaya putih dengan hiasan make up yang mblewer kesana kemari karena air mata yang mengalir tiada henti membuat penampilan Helen terlihat sangat menakutkan.

Pria yang awal nya sibuk dengan kegiatan memasak nya tiba-tiba menoleh kebelakang karena merasa ada yang tengah mengamati nya dan...

"HUWAAAAA!! HANTUUUUU!!" teriak pria itu dengan menutup wajah nya menggunakan teflon yang di pagang nya.

"Hah hantu? Mana?" Dengan bodoh nya Helen ikut menoleh ke belakang juga.

Tersadar dengan kebaya putih yang masih di kenakan Helen pria itu berangsur tenang, karena yang di lihat nya bukan hantu melainkan gadis dengan make up yang bleweran kemana-mana.

"Lo...Lo udah bangun?" tanya nya dengan meletakkan teflon di meja dapur.

"Sudah, apa ada yang bisa ku bantu?" tanya Helen yang masih belum sadar dengan penampilan kacau nya.

"Hadeh... Lo urus dulu tu penampilan lo yang kek kunti, baru bantuin gue!" ucap pemuda itu dengan berbalik kembali fokus dengansayur dan bahan-bahan masakan yang ada di depan nya.

Mendengar itu Helen mengerucutkan bibirnya dan kembali kedalam kamar, gadis itu berdiri di depan cermin, mata nya terbelalak tak kala ia menatap pantulan di permukaan cermin yang menampilkan gadis dengan kebaya putih, mata yang menghitam karena air mata, eyeliner dan eyeshadow yang bercampur menjadi satu.

"Pantas saja kalau aku di kira hantu." gumam nya dengan berjalan menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar itu.

...💐💐💐💐💐...

Semerbak wangi sabun membuat pemuda yang tengah sibuk menata makanan di atas meja makan itu menatap ke arah sumber bebauan yang kian mendekat.

Sedikit terpana melihat gadis yang memakai kemeja putih yang kebesaran dengan rambut basah yang terurai, paha putih mulus terekspos di sana.

"Ngapain lo pakai kemeja gue?" mengerutkan kedua alisnya pemuda yang tengah menatap Helen itu melontarkan kata tak bersahabat itu.

"Maaf, tapi aku nggak ada baju dan nggak mungkinkan kalau aku harus pakai kebaya lagi." sahut Helen dengan pelan.

Terdengar decak kesal dari pemuda tampan berjambang tipis itu, kemudian tanpa berkata apa pun pemuda itu merogoh ponsel yang ada di dalam saku celana nya. Terlihat ia melayangkan panggilan kepada seseorang.

Helen masih berdiri di tempatnya sampai pria di hadapan nya itu selesai berbicara dengan orang yang ada di balik sambungan telfon.

"Duduk! Makan! Lo nggak laper apa?!" memang terdengar sedikit ketus, mungkin laki-laki ini tengah membentangi diri nya dari sosok yang bernama perempuan.

Hanya menurut, Helen berjalan dan duduk di samping pemilik ruangan itu, kemeja putih yang panjang nya pas di atas lutut itu semakin tersingkap ke atas ketika gadis itu duduk di atas kursi, semakin terlihat nyata paha mulus nan menggoda itu.

Terlihat pemuda di samping Helen itu berulang kali berdecak kesal, hingga membuat Helen dengan segera menyelesaikan makan nya.

Bahkan setelah selesai gadis itu segera membantu merapikan meja makan serta mencuci piring bekas keduanya makan sore itu.

Hari mulai menjelang senja, Helen duduk di pinggir ranjang menghadap ke arah pintu kaca yang menghubungkan dengan balkon kamar itu.

Sinar jingga yang memanjakan mata membuat Helen teringat dengan kejadian yang sangat pahit pagi tadi.

Tak terasa gadis itu kembali menitikkan air mata nya, sedikit sesenggukan membuat bahu gadis itu bergerak.

"Lo kenapa? Lo nangis?" terdengar perhatian suara maskulin itu dari belakang Helen.

Gadis itu menoleh dengan mengusap air mata yang berhasil membasahi pipinya, dan di sana ia mendapati laki-laki itu berdiri di depan pintu kamar dengan membawa satu kantong plastik.

Hanya menggeleng, Helen kembali menatap sinar sunset yang terlihat indah namun selalu mengingatkan kenangan masa lalu itu.

Pemuda itu duduk di samping Helen, serta meletakkan kantong plastik itu di atas nakas, tak bergeming sedikit pun, gadis itu juga terlihat hanyut dalam pikiran nya sendiri.

"Haaaaahhhh..." terdengar pria di samping Helen itu menghela nafas panjang.

"Hidup itu memang susah, kalau di bikin susah, dan akan bahagia tergantung bagaimana kita menyikapi nya." tutur kata itu membuat Helen memandang pria yang duduk dengan menengadahkan kepala nya ke langit-langit kamar itu.

Pria itu berucap dengan memejamkan mata nya, "Lo ada masalah, begitu juga dengan gue, semua orang punya masalah, tapi sepertinya masalah yang lo hadapi masih hangat sampai-sampai air mata lo itu, lo buat mejadi air mata yang murahan."

"Maksud kamu?" tanya Helen tak mengerti.

Pria itu membuka mata nya dan menatap Helen yang kini menghadap ke arah nya.

"Lo tau nggak, kalau hidup kita ini lebih berharga ketimbang masalah-masalah yang menjadi batu sandungan?" tanya nya.

Helen menggeleng pelan, "Lo juga ada masalah?" Helen bertanya balik karena ia melihat pemuda di sampingnya itu seolah mempunyai masalah yang lebih besar dari nya.

"Ya... dan gue tebak masalah yang gue hadapi lebih berat dari pada maslah lo." percaya diri pemuda itu berucap.

"Memang nya apa masalah mu sampai kau mengatakan kalau itu masalah berat?" tanya Helen yang hampir mencibir pemuda di samping nya itu di dalam hati.

"Konflik rumah tangga." ucap pemuda itu dengan mengalihkan pandangan nya.

"Hah? hahaha... Kau sudah berumah tangga dan sedang bertengkar dengan istri mu kemudian kau kabur?" tebak Helen dengan tertawa.

"Bukan." sahut pria itu.

"Lalu? Jangan bilang kalau kedua orang tua mu bertengkar dan kamu sebagai anak malah lari karena takut." cibiran dengan selingan suara tawa itu terdengar meluncur dengan sangat licin dari mulut Helen.

"Bukan lagi bertengkar, bahkan mereka sudah berpisah." Helen terdiam, hening seketika setelah pria di samping nya itu menjawab cibiran nya.

"Sorry, aku nggak bermaksud..."

"Dah nggak penting, karena sekarang gue udah kasih tau masalah gue, lo juga harus cerita, apa masalah lo!" dengan tatapan yang tajam pria itu berucap.

"Hah? em... nggak, masalah ku tidaklah penting." sahut Helen dengan kembali menatap langit jingga yang mulai menggelap.

"Heh... bener kan apa gue bilang, kalau masalah lo itu nggak penting, lo cuma cewek cengeng dan egois yang lari dari perjodohan, kan?" Helen menggeleng ketika mendengar pertanyaan itu.

"Terus?" menatap Helen pria itu bertanya dengan menaikkan salah satu alis nya.

"Aku lari dari pernikahan yang memang aku rencanakan jauh-jauh hari bahkan sudah dari setahun yang lalu aku merencanakan pernikahan ini." lirih Helen yang kembali menitikkan air mata nya.

"Lalu?...

Waaaahhh... mulai saling terbuka padahal baru pertama ketemu, ada yang merasa sama, nyaman di hari pertama berjumpa?

Yuk like, komen, dan tambah klik Favorit 🥰🥰🥰 see you next episode...

BC. CHAPTER 3 [Terbakar Gairah]

"Aku lari dari pernikahan yang memang aku rencanakan jauh-jauh hari bahkan sudah dari setahun yang lalu aku merencanakan pernikahan ini." lirih Helen yang kembali menitikkan air mata nya.

"Lalu? Kenapa lo lari? Bukan kah seharusnya lo seneng, pernikahan yang lo impikan bakal terwujud." Sekali lagi Helen menggeleng.

"Dia melakukan kesalahan, dia... dia... hiks... hisk... dia tega menyentuh wanita lain bahkan di hari pernikahan kita... hiks... hiks..." kembali air mata murahan itu meluncur dengan deras nya di pipi Helen.

Pria di samping Helen itu menarik kepala Helen dan membenamkan nya ke dalam belahan dada bidang nya.

"Sudah... sudah jangan nangis lagi, lo nggak capek apa? sedari pagi nangis terus?" tanya pria itu.

"Lagian lo itu masih muda, jangan menikah di usia muda, mending lo kerja dulu, mensukseskan diri lo sendiri, nah kalau udah cukup lo seneng-seneng pake duit lo, baru deh lo boleh nikah, tinggal milih, cowok yang kek gimana yang lo mau."

Helen terdiam mendengar ucapan pria yang tengah memeluk nya itu, baru saja terasa nyaman pikiran negatif menghampiri otak gadis itu.

"Apa kau seorang Casanova yang biasa merayu dan menenangkan semua wanita?" pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Helen.

"Enak aja! Gue ini bukan Casanova yang menjajal banyak wanita hanya untuk kesenangan pribadi saja, gue cuma ngerasa kasihan sama lo, lagi pula, selain adik dan mama, lo wanita lain yang ngerasain pelukan gue." cecar pria itu.

"Baiklah baiklah, Tuan bukan Casanova, boleh aku bertanya?" ucap Helen dengan mengusap air matanya.

Entah mengapa gadis itu mudah sekali menghentikan tangis nya ketika berbicara dengan pria yang ada di samping nya ini, padahal keduanya baru saja bertemu, bahkan belum saling berkenalan.

"Cakra, nama gue Cakra!" sedikit kesal Cakra saat di sebut Tuan Bukan Casanova oleh Helen barusan.

"Oh baiklah Tuan Cakra, apa ini rumah mu?" tanya Helen yang mulai merasa di hunian mewah bermodel klasik ini sangat sepi, bahkan sedari tadi hanya suara mereka berdua yang mengisi keheningan ruangan itu.

"Bukan, ini apartemen gue, gue di sini kalau pas lagi tugas di sini aja, kalau nggak ya gue nggak di sini." Jelas Cakra dengan meraih minuman kaleng yang ada di dalam kantong plastik yang di bawanya tadi.

"Nih minum, jangan nangis terus!" masih terdengar ketus namun penuh perhatian Cakra memberikan satu minuman kaleng kepada Helen.

"Terimakasih Tuan." ucap Helen yang tak mendapat jawaban dari Cakra, laki-laki itu berjalan menjauh, sedangkan Helen terlihat membuka segel minuman kaleng itu dan segera meminum nya.

Di luar kamar Cakra terlihat memainkan gawai canggih nya TING! satu notifikasi pesan masuk, dan nama Bayu atau asisten nya tertera di sana.

📥 [Bos, maaf minuman nya tertukar dengan punya saya dan Tomy, itu yang ada kadar alcohol nya]

Cakra membaca pesan itu dengan tangan yang gemetar, tanpa membalas pesan singkat itu Cakra berlari masuk lagi ke dalam kamar.

"He hey, jangan di minum!" teriak Cakra namun percuma minuman kaleng itu hanya tersisa kalengnya saja, tak ada setetes pun air di sana.

"Hem?" Helen menoleh, dengan tatapan sayu, mungkin gadis itu mulai terpengaruh dengan alcohol yang ada di dalam minuman itu.

"Ayo ikut aku!" Cakra menarik Helen untuk masuk ke dalam kamar mandi, niat hati ini menyadarkan gadis itu dengan guyuran air shower namun malah dirinya pun ikut terguyur dinginnya air shower petang itu.

"Kamu jahat! kamu nggak kasihan sama aku? Hem?" mulai ngomong tidak jelas Helen sudah 100% mabok.

Di bawah guyuran air shower Helen terus memukuli dada bidang Cakra, "Diam lah!" Cakra menangkap kedua lengan Helen dan menahan nya di depan dadanya, tapi malah gadis itu berusaha menggigit lengan Cakra yang menahan nya.

Alhasil Cakra menahan kedua lengan Helen di atas kepala gadis itu, sungguh kesalahan besar, di sana tercetak lekuk indah, gundukan kembar di balik kemeja putih yang basah karena guyuran air shower.

Bukan laki-laki belok, Cakra juga pria normal yang akan terpana dengan pemandangan indah nan menggiurkan itu.

Apa lagi Helen sedikit memberontak dan itu membuat benda kenyal dengan ukuran 38B itu berguncang-guncang, dan sontak menuntun terbakarnya gairah Cakra.

Terus mengoceh tidak jelas bibir yang terlihat sexy itu, namun di mata Cakra yang telah gelap tertutup kabut gairah, bibir seksi itu terlihat sangat menggoda sampai tanpa sadar Cakra memangkas jarak di antara keduanya.

Cup!!!

Hening seketika saat kedua benda kenyal, lembab juga manis itu menyatu, "Syaland! kenapa rasanya sangat manis?!" Cakra mengumpat.

Walau begitu hati dan tubuh Cakra menjadi tak seirama, hati mengingatkan untuk menjauhi perempuan di hadapan nya itu, namun tubuh seolah mendapat perintah dari naluri kelakiannya untuk terus melanjutkan aksi yang berhasil membakar gairahnya.

"Emmm!!! Emmm!!" Helen masih memberontak, masih ingin menghujat, hati nya masih dongkol dengan takdir yang mempermainkannya.

Sejenak Cakra melepas tautan nya, "Nikmati saja, biarkan malam pertama mu yang gagal akan terwujud, yah... walau tidak bersama dengan si brengs*k itu, bukan kah impas jika kau bermalam dengan ku, dan dia bersama wanita lain." bisik Cakra tepat di samping telinga Helen.

Sudah tak lagi meracau, kini Helen memejamkan mata, bahkan terlihat tubuh nya menggeliat menikmati gelanyar yang menjalari tubuh nya.

Semakin tergoda melihat gerak tubuh Helen, kini Cakra mengecup kembali bibir seksi dengan warna pink natural itu, menggigit kecil hingga indera perasa itu dapat menelusup masuk ke setiap rongga-rongga mulut.

Cengkeraman tangan Cakra yang menahan lengan Helen pun perlahan mengendur, di sana sebelah tangan Cakra mulai meraba gundukan kenyal sedangkan satu lagi tangan nya menjalari lekuk punggung dan pinggang ramping itu.

Terlepas tautan dengan bibir manis Helen, Cakra beralih mengecup serta menyesap ceruk leher, "Aaahhh..."

Kelepasan Helen yang sedari tadi menahan suaranya kini lolos datu des-ah an yang merasuk ke dalam indera pendengaran Cakra, dan itu membuat gairah lelaki itu semakin memuncak.

Sama besarnya nafsu kedua insan berbeda gender itu, hingga pergulatan di bawah air shower yang dingin itu kini tak terasa lagi dingin.

Terlepas dari ceruk leher yang memerah itu, Cakra menatap sayu netra Helen yang masih terpejam.

Di belai nya wajah ayu gadis yang basah itu, hingga Helen membuka netra nya terlihat lentik bulu mata nya mengedip-ngedip indah karena terkena guyuran air shower.

Paham dengan kondisi gadis yang kesusahan membuka mata itu, sebelah tangan Cakra mematikan shower, kini kedua netra sayu itu saling memandang.

Jemari kekar Cakra membelai lembut bibir membiru milik Helen, "Dingin?" tanya nya dengan suara berbisik.

Hanya mengangguk, Helen tak mampu bersuara, karena bergetar bibir biru itu, menandakan tubuh nya mulai menggigil kedinginan, karena hampir setengah jam lama nya, kedua sejoli itu bercumbu di bawah guyuran dinginnya air shower.

"Kita pindah." bisik Cakra yang tanpa aba-aba segera mengangkat tubuh sintal Helen, dan di bawanya menuju bathtub yang masih kosong.

Seolah terhipnotis Helen sedikit pun tak melawan, gadis itu malah dengan nyaman memeluk leher kokoh Cakra.

Kini Helen duduk di dalam bathtub, dan Cakra duduk dibelakangnya.

Percumbuan kembali dimulai nya, kini dengan tempat yang berbeda, dengan suhu panas yang meningkat.

Sedikit susah mengatur kadar kewarasan akal Helen, gadis itu dibuat melayang oleh pria tampan yang baru saja di kenal nya...

Lanjut?

Ok like and komentar dulu jangan lupa klik favorit dan berikan hadiah terbaik kalian 🥰🥰🥰 see you next episode...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!