NovelToon NovelToon

Terjebak Hasrat Pria Dingin

Kesalahan Semalam

"Bagaimana?" tanya seorang wanita yang menelepon seseorang. "Awas kalau sampai ada yang liat!"

"Beres!" sahut seseorang dari seberang telepon.

"Bagus, nanti gue nanti gue transfer ke rekening lo!" Perempuan itu langsung memutuskan sambungan teleponnya. "Mampus Lo, Queen! Kali ini reportasi lo bakalan ancur!"

Sorot wanita itu begitu tajam dengan ukiran senyum sinisnya, dia menyakinkan bahwa kali ini tidak akan gagal dalam rencananya untuk menghancurkan maskot mahasiswi kampus terpopuler.

Pembalasan dendam selama ini akhirnya akan berjalan mulus ketika mengetahui bahwa orang yang dia benci sudah masuk ke dalam perangkapnya, tinggal menunggu kabar besok melihat keadaan musuhnya saat masuk ke dalam kelas.

Sementara di sisi lain, seorang pria yang bernama Kevin Fernando berusia 22 tahun, baru saja keluar dari dalam kamar mandi tempat hotel di mana dia menginap. Langkah kakinya keluar dan menuju nakas samping tempat tidur untuk mengambil sebuah ponsel.

Suara sambungan pun terdengar ketika pemilik dari seberang telepon mengangkatnya dan Kevin berkata, "Bagaimana? Apa sudah sampai?"

"Sebentar lagi bos!" ucap anak buah Kevin.

"Jangan sampai mengecewakan Tuan Elmer!" Kevin melangkah ke arah balkon, tangan itu membuka pintu kaca kemudian sorot matanya melihat ke arah luar di mana nampak pemandangan yang begitu indah di malam hari dengan ketinggian yang cukup tinggi.

"Tenang, Bos! Kita sudah sampai di depan rumah target!" jawab anak buah itu.

"Bagus kalau begitu, segera pergi dari sana usai transaksi selesai!" ujar Kevin dengan dingin.

"Baik, Bos!"

Kevin langsung mematikan sambungan telepon, kedua tangannya mencengkeram kuat-kuat pagar yang menjadi sanggahan pada balkon. Dia pun menarik nafas dalam-dalam saat matanya terpejam menikmati udara malam.

Namun, tiba-tiba telinganya mendengar suara gebrakan pintu dan juga rintihan seorang wanita, langsung saja Kevin terkejut dan bersigap bersembunyi dibalik dinding.

Mengintip sejenak melihat siapa yang sudah berani masuk ke dalam kamar hotelnya, terlihat seorang wanita yang langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur dengan suara yang merengek.

"Panas ... Hhhmmm! Haauuss!" ucap seorang wanita dengan penampilan cukup seksi dengan bibir terang berwarna merah merona, pakaian yang begitu minim dengan rok span itam di atas lutut sedang bergeliat dia atas tempat tidur.

Telepon Kevin pun berdering, tertera nama Elmer yang menghubunginya, dia pun langsung mengangkat panggilan telepon tersebut dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh lelaki tua paruh baya itu.

"Apa kau senang dengan hadiah yang aku berikan?" ucap Elmer dengan tawanya. "Jangan menolak Kevin, itu sebagai tanda ungkapan rasa terima kasih! Itu tidak sebading dengan apa yang sudah kau berikan, jika tidak puas kau boleh bilang padaku!"

Pada saat mendengar ucapan Elmer Kevin berjalan mendekat ke arah wanita yang sedang kepanasan di atas tempat tidurnya, senyum pun terukir dirawat wajah pria muda yang rupawan.

"Senang bekerja sama denganmu, Tuan Elmer!" ucap Kevin yang mematikan sambungan teleponnya dan menaruhnya di atas tempat tidur.

"Ck! Trik murahan," ucap Kevin yang tidak tertarik sama sekali dengan hadiah yang diberikan oleh Elmer untuknya.

Langkah kaki Kevin melangkah maju untuk mengambil baju yang sudah disiapkan oleh anak buahnya, dia pun memakai bajunya, tetapi tiba-tiba saja entah dari mana datangnya sebuah bra melayang tepat di kepalanya.

Sontak saja Kevin terkejut, matanya melotot sempurna saat melihat pakaian dalam penutup bagian darah berada di atas kepalanya.

Kevin mengambil secara perlahan kain berwarna hitam dengan mulut yang terbuka, dia melihat ke arah belakang dan ternyata wanita muda yang ditaksir olehnya sekitar 20 tahun sudah tidak memakai pakaian sehelai benang pun.

 

Terlihat jelas di mata Kevin tubuh wanita itu dengan sempurna, begitu mulus dan menggoda membuat Kevin kesulitan untuk menelan salivanya.

 

"Panas! Hauuuuuuusss!" rengek wanita itu yang terus menggeliat dia atas tempat tidurnya dalam keadaan polos.

"Astaga!" Kevin langsung mengalihkan pemandangan saat melihat bagian rawan yang terdapat rumput hitam dengan tertata rapih.

 

"Ken! Panas ... Tolong aku, Ken!" rengek wanita itu yang terus meliukkan tubuhnya.

Kevin langsung tersadar mendengar suara wanita yang dia kenal, tetapi karena keadaan dalam kamarnya gelap hanya penerang lampu kamar hingga dia tidak bisa melihat begitu jelas wajah wanita yang berada di depan matanya.

"Queen?" panggil Kevin secara pelan untuk memastikannya.

Ya, wanita yang bertubuh polos itu bernama Queen Angelina, seorang mahasiswi yang sangat populer. Bahkan terkenal dengan kecantikan yang begitu mempesona, tetapi sayang begitu banyak laki-laki tergila oleh kecantikan Queen, hanya Kenzo yang mampuh menaklukkan hati dari seorang ratu terpopuler di kampusnya.

Queen pun memaksa membuka matanya agar melihat siapa yang memanggil namanya, terlihat seorang pria dengan tubuh tegap dan kekar serta otot perut yang terpampang di matanya meski penglihatan mulai kabur.

"Ken," panggil Queen yang kini memaksa kan tubuhnya untuk bangun dan memeluk tubuh Kevin dalam ke adaan sama-sama polos. "Ken, bantuu aku! Sakiit, Ken ... Sakit."

Deg, entah apa yang dirasa oleh Kevin saat tubuh polos Queen menempel sempurna di perut sixpack-nya. Apalagi saat wanita itu beranggapan bahwa dirinya adalah laki-laki lain yang tak lain adalah musuhnya.

"Ken ... Sakit!" Queen terus merengek kesakitan lantas menelusuri perut Kevin dengan mengecup dengan ganas efek obat perangsang yang sudah masuk ke dalam tubuhnya.

Tangan Queen sudah mulai berani saat membuka handuk yang melingkar di pinggang Kevin, terpampang jelas bila ternyata junior Kevin sudah menegang.

"Ken ...." mohon Queen dengan mata sayupnya meminta ijin agar bisa menyentuh milik Kevin yang sudah mulai tegang.

Tanpa menjawab ucapan Queen, Kevin langsung menuntun kepala wanita yang bersimpuh memeluknya untuk langsung menjalankan apa yang Queen mau.

Queen yang mendapat persetujuan langsung membukuk dan mulai memasukan sesuatu yang membuat Kevin memejamkan mata sembari menarik napasnya dalam-dalam.

Menikmati sensasi yang luar biasa saat itu pertama kalinya bagi Kevin. Tanganya mulai mengusap rambut yang menjuntai menutupi wajah cantik itu, sampai kini Kevin terus mengeluarkan suara yang begitu merdu.

Sehingga pada di batas ambang yang hampir meledak Kevin pun yang hampir sampai pada puncaknya tiba-tiba kecewa saat Queen menghentikan aksinya, dia pun langsung mendapatkan serangan mendadak secara cepat saat Queen langsung memeluknya dan memberikan ciuman yang ganas.

Membuat Kevin kehilangan keseimbangannya dan terjatuh bersamaan di atas kasur,  menindih wanita cantik tersebut lalu membalas serangan Queen.

"Hhhm  ... Ken, Please sekarang!" pinta Queen yang sudah terbakar oleh gelora asmara.

"Sebut namaku dengan benar Queen, baru aku akan mengambilkannya!" pinta Kevin yang kini sudah sama-sama terbakar oleh gelora asmara.

"Kenzo! Please ... Right now!" pinta Queen yang memaksa ketika efek obat perangsang itu terus menyiksanya.

Kevin tidak peduli kalau wanita yang dia benci selama ini menyebut nama laki-laki lain saat berhubungan dengannya, dia pun menuruti permintaan Queen berniat untuk merusak wanita yang menjadi kekasih musuhnya.

"Kevin!" teriak Queen yang mencengkram kuat-kuat punggung pria yang berhasil menyatukan mereka dalam kehangatan.

Deg. Sontak Kevin terkejut saat namanya disebut oleh wanita cantik itu yang berhasil dia rusak demi membalaskan dendam pada musuhnya.

Bersambung...

Penyatuan

Entah apa yang merasuki diri Kevin, sekarang pria itu justru begitu buas menyantap hidangan di bawah kekuasaannya. Apalagi sejak Queen menyebut namanya membuat dia asmakin terbakar gelora asmara.

Berkali-kali Kevin menghujamnya tanpa membiarkan wanita yang dia benci untuk beristirahat, rasanya sungguh tak terkira membuat dia menggila bahkan setiap kenikmatan muncul Kevin selalu memuja betapa manisnya madu yang dia renggut.

"Queen, kamu buatku gila!" Leguhan panjang akhirnya lepas begitu saja saat Kevin sampai pada puncak surgawi. Matanya terpejam dengan mulut yang terbuka akibat refleks dari sesansi yang baru pertama kali dia rasakan sebelumnya.

Kevin menjatuhkan tubuhnya tepat di atas Queen, dia menatap lekat wajah cantik yang menjadi maskot kampus idaman para pria. Wajah piluh dengan keringat serta dada yang turun naik dengan cepat akibat deru napas tersengal.

Sesekali Queen melihat ke arah Kevin yang masih berada di atas tubuhnya dengan penyatuan yang masih menempel, kemudian kembali terpejam usai rasa sakit yang menyiksa tubuhnya sudah diobati.

"Beautiful," gumam Kevin yang menganggumi kecantikan wanita yang baru saja dia renggut mahkotanya, senyum terukir ketika dia teringat bahwa dia lah pemenang yang menaklukkan sang ratu kampus terpopuler tersebut.

Kevin melepaskan penyatuan mereka dengan ekspresi wajah yang seakan tidak rela bila berpisah, sampai suara rintihan kecil keluar dari bibirnya. Dia menjatuhkan tubuhnya di samping wanita tersebut.

Sorot mata Kevin masih tertuju pada wanita cantik yang berada di sampingnya saat tangan itu membelai pipi mulus Queen, dia sudah bertekad mulai malam panjang yang bergairah Queen adalah miliknya seutuhnya.

"Love you," ucap Queen yang membuka matanya saat melihat Kevin lalu merapatkan tubuhnya untuk memeluk Kevin. Matanya pun kembali terpejam saat dia kembali berkata, "Love you Kevin."

Deg, Tentu saja Kevin syok bukan main mendengar ucapan kekasih musuhnya, dia mengira bahwa Queen masih dalam pengaruh obat sampai dia tidak sadar dengan ucapannya, dia pun hanya pasrah saat tubuhnya dipeluk oleh Queen.

"Please... Hug me!" pinta Queen dengan suara manja saat matanya masih terpejam dan Kevin Tampa bersuara hanya menuruti keinginannya. "Kiss me."

Queen memajukan bibirnya saat pelukan mereka begitu erat dan matanya juga masih terpejam, selang beberapa detik Kevin mengecup sekilas bibir ranum yang kerap sekali dia melihat Queen dan  Kenzo berciuman.

"Tidurlah!" Kevin menyuruh Queen untuk tidur usai mengecup kening wanitanya.

***

"Aaaakkkk!" teriak Queen saat mendapati dirinya berada di dalam kamar hotel dengan selimut yang menutupi tubuh polosnya.

Mata Queen mengedar ke arah penjuruh kamar hotel, tidak ada siapapun di sana membuatnya menangis seorang diri di atas kasur. Tubuhnya bergetar hebat saat melihat noda merah tepat disampingnya.

Queen mencoba mengingat apa yang tengah terjadi malam itu tetapi dia sama sekali tidak mengingat, hanya sepotong kecil bagaimana dia diajak oleh sahabat karibnya bernama Elena, tetapi sayangnya dia mendapatkan kabar bahwa Elena tidak jadi datang ke club yang dijanjikan.

Sehingga Quee hanya ditemani oleh beberapa pengunjung club malam yang mendekat ke arahnya, dia mengrutuki kebodohnya sendiri sampai memukul kepalanya berulang kali sembari menangis.

Tiba-tiba suara telepon berdering, Queen mencoba mengangkat panggilan telepon yang ternyata dari Elena. Dia pun menumpah ruahkan segala rasa kesedihan dengan sahabat karibnya, bagi dia Elena adalah sosok sahabat yang luar biasa baiknya.

"El, gue gak tahu harus bagaimana, tolongin gue!" Tangisan Queen tambah pecah saat mengatakan apa yang tengah terjadi padanya.

"Astaga, Lo tenang ya! Jangan nangis, gue jemput lo, sekarang! Share location, oke!" ucap Elena yang begitu empatik pada sahabatnya.

Satu jam kemudian, kini Queen menangis dalam pelukan sahabatnya saat mereka sudah berada di dalam apartemen Elena, dia menceritakan begitu detail bagaimana dia bisa melepas mahkotanya pada pria asing yang tidak dia ketahui. Walaupun sebenarnya di Negera mereka sudah hal yang lumrah untuk melakukannya.

"Queen, gue beneran minta maaf, semua salah gue. Kalau bukan karena gue yang gak datang, Lo gak akan kaya gini jadinya!" Elena turut menyesal atas apa yang di alami sahabatnya, air matanya bercucuran saat dia membalas pelukan Queen.

"Gue bingun El, bagaimana nanti ngadepin sikap Kenzo? Gue gak tahu harus ngomong apa sama dia!" ucap Queen dengan suara yang masih terisak.

"Gue yakin kok Kenzo pasti terima Lo apa adanya, karena Lo tahu sendiri bagaimana cintanya dia ke Lo!" ucap Elena yang menyemangati sahabatnya.

Queen pun bingung, mungkin iya. Namun, andai kata Kenzo tahu dan marah padanya sampai hubungan mereka berakhir, toh itu akan mempermudah dia untuk lepas dari jerat keegoisan Kenzo selama ini yang terlalu mengekangnya.

"Jadi, hari ini Lo mau ke kampus gak? Atau istirahat dulu di sini, biar gue yang absen lo?" tanya Elena yang khawatir terhadap Queen. "Tapi kalau gue kasih saran, mending Lo istirahat dulu! Liat nih tubuh loh, astaga ganas banget tuh cowok!"

Queen tidak menyebutkan siapa laki-laki yang tidur dengannya, tetapu dugaan Elena sedari tadi menjurus ke arah laki-laki paru baya dengan perut buncit dan kepala botak, tentu saja membuat Queen bergidik jijik dan takut.

Namun, lagi-lagi Elena berhasil menarik ulur perasaan sahabatnya, seakan ada sesuatu yang aneh pada sahabatnya Queen tersebut.

"El, jangan kasih tahu Kenzo ya soal gue? Bilang aja kalau dia nyariin gue, gue lagi di rumah Om Fredly. Pasti dia gak bakalan jenguk gue," pinta Queen pada Elena yang sedang membuatkan sarapan unruknya.

"Lo tenang aja, semua beres! Pokoknya Lo jaga kesehatan sekarang biar besok cepet masuk kuliah lagi! Ok?" Elena memberikan minuman dan makanan pada Queen.

Queen merasa terharu ketika melihat Elina begitu baik menjaga dan merawatnya, dia sungguh beruntung memiliki sahabat yang membuat orang lain merasa iri melihat keakraban mereka.

"Kalau gitu, gue pergi ke kampus dulu ya, Queen, Lo abisin sarapannya!" ujar Elena yang kini meninggalkan Queen sendiri di dalam apartemennya.

***

Di kampus universitas ternama di kota NY, Kenzo yang uring-uringan ketika mengetahui kekasih tercinta sakit dan berada di kota F membuat dia tidak bisa menjenguk Queen, perasaan kesalnya dia lampiaskan dengan bermain basket seorang diri di dalam aula besar.

"Ken!" tegur Elena pada Kenzo, sahabatnya Queen mendekat ke arah Kenzo yang memaksakan dirinya terus berlari bermain basket seorang diri.

"Ngapain Lo ke sini?" Kenzo bertanya tanpa melihat ke arah Elena.

"Gue mau kasih Lo ini!" Elena memberikan satu botol air mineral dan handuk pada Kenzo.

Kenzo tidak menggubris apapun dari Elena dia tetap terus berlari ke sana dan kemari menggiring bola dari tangannya, sampai bola itu masuk ke dalam ring.

"Ken, ayolah! Jangan maksain diri Lo sendiri, besok juga Queen ke kampus!" ujar Elena yang merasakan khawatir terhadap Kenzo.

Kenzo pun mendEkat ke arah Helena kemudian mengambil air minum dari tangan perempuan itu, dia duduk sembari menangkap minuman.

"Thanks," ucap Kenzo yang merenggangkan ototnya biar rileks.

King Ice

Elena tersenyum lalu mendekat dan duduk di samping Kenzo, tanganya mengelap keringat yang bercucuran dari kening pria yang masih tersengal. Namun, dengan cepat Kenzo menghindar.

"So–sorry, gue cuma ... Mau bantu Lo ngelap keringat!" elak Elena yang memberikan handuk kecil oada Kenzo.

"Biar gue aja!" ucap Kenzo langsung mengambil kain dari tangan Elena.

"Lo kenapa sih maksain diri Lo sendiri? Gue tahu Lo marah sama Queen karena dia gak ngabarin Lo kalau dia sakit, tapi gak gini juga Ken!" tegas Elena yang bicara pada Kenzo.

"Bukan urusan Lo!" ketus Kenzo tidak suka dari awal dengan persahabatan Queen dan juga Elena. "Lagian, kenapa harus Lo yang kasih tahu ke gue? Apa susahnya si kabarin chat ke gue? Dari kemarin gue hubungi gak di balas!"

"Ken, dia itu gak mau buat Lo cemas," ucap Elena.

"Gak mau cemas? Kalau begini bukannya tambah cemas gue?" kesal Kenzo yang menghabiskan satu botol air mineral kemudian meremas botol kosong untuk melampiaskan rasa kesal.

"Ya ... Mungkin dia pengen sendiri dulu!" ucap Elena. "Eh iya, makan yuk! Gue yang teraktir deh biar badmood Lo ilang, mau?"

"Gak usah! Gue mau langsung balik!" Kenzo pun bangun dan meninggalkan Elena seorang diri di tengah lapangan aula.

Sementara itu di bangku penonton dalam aula tersebut ada seorang pria yang tengah merebahkan tubuhnya di kursi penonton, menyungkingkan senyuman saat mendengar percakapan antara Elena dan juga Kenzo.

Dia pun bangun dari tidurnya lalu duduk bersandar sembari merenggangkan otot nya, matanya melihat kepergian Elena yang perlahan keluar dari dalam aula.

Rambut pirang, senyuman tipis, serta kacamata yang menjadi ciri kas sosok laki-laki yang masih duduk di aula seorang diri menjadi incaran seluruh mahasiswi kampus tersebut, apalagi sosok pemuda tampan tersebut memiliki IPK lebih tinggi dari semua mahasiswa kampus tersebut.

"Kevin!" teriak laki-laki dengan rambut keriting datang menghampiri pria tersebut.

Ya, ternyata dia adalah Kevin Fernando, yang terkenal dengan julukan King Ice, mungkin karena sikapnya yang terlalu dingin terhadap siapapun membuat Kevin terkenal julukan seperti itu. Namun, bukan hanya terkenal sikapnya yang cuek, dia juga terkenal sebagai maskot mahasiswa terpintar.

Tidak heran sebagian mahasiswi tergila-gila oleh ketampanan dan kecerdasan Kevin Fernando, berbeda dengan Kenzo Aprilio yang terkenal badboy, tetapi karena ketampanannya yang tidak kalah jauh dari Kevin membuat Kenzo juga memiliki fans khusus penggemar Kenzo.

"Lo di panggil Prof Robert!" ujar pria tersebut.

"Hmm," jawab Kevin sebagai ungkapan rasa terima kasih, lalu meninggalkan sahabatnya itu yang bernama Jack.

"Yaelah, bilang Thank you kek, apa kek! Cuma bilang Hmmmmmmmm!" kesal Jack yang sudah terbiasa dengan tingkah sahabatnya.

Kevin pun tersenyum tipis lantas berkata, "Thanks!"

Jack senang mendengar kata terima kasih dari pria dingin tersebut, kemudian berlari menghampiri sahabatnya sambil merangkul pundak Kevin. "Abis dari ruang Prof Robert, traktir gue ya?"

 

"Aakhh!" keluh Kevin yang merasakan sakit luar biasa pada punggungnya.

"Kenapa Lo?" tanya Jack yang menarik pundak sahabatnya, tetapu dengan cepat Kevin melarangnya.

"Bukan urusan Lo!" Kevin segera menangkis tangan Jack.

"Astaga, Kevin ... Lo, Lo, Lo!" Jack terkejut saat melihat sedikit luka pada punggung kokoh tersebut, tetapi Kevin terus berjalan sampai di dalam kampus. "Kevin, Lo tidur sama cewek mana? Kampus kita juga? Atau ...."

"Bacot Lo!" ucap Kevin yang langsung masuk ke dalam ruangan Robert.

"Waah ... Gak bisa nih, gak nyangka gue! Kira-kira siapa tuh cewek yang udah tidur bareng Kevin?" Jack terus berfikir sembari menunggu Kevin keluar dari ruangan Prof Robert.

Selang beberapa menit, Kevin keluar membawa satu makalah yang ada di tangannya. Lantas meninggalkan Jack yang sudah menunggunya sudah dari tadi.

"Wooy, Bro, tungguin lah! Gue udah setia nungguin Lo, kamvret!" Jack berlari menyusul Kevin.

Sepanjang perjalanan menunju kantin Jack terus bertanya kepada Kevin tidak ada henti-hentinya, siapa wanita yang beruntung tidur dengan King Ice kampus NY.

Sampai tiba langkah mereka berhenti saat melewati anak tangga, bibir Jack pun dibekap oleh Kevin hingga berhenti berbicara.

"Ssstt!" Kevin menyuruh Jack untuk diam, kemudian bersembunyi di balik tembok. Telinganya dia pasang untuk mendengar percakapan seorang wanita yang Kevin sendiri tahu siapa wanita itu.

"Itu duit tambahan buat Lo, karena sudah sukses buat Queen hancur!" ucap wanita tersebut pada laki-laki yang ternyata satu kampus juga dengan mereka.

"Tapi, dia—"

"Gue gak peduli kalau ternyata Queen tidak tidur dengan Om Torres, siapapun yang sudah merusak Queen gue puas. Setidaknya Kenzo gak bakalan lagi mau sama dia, terutama reputasinya yang sudah ancur!" ucap sang wanita dengan senang.

"Oke kalau begitu, duit udah gue terima! Kalau ada masalah gue gak mau tanggungjawab, ok!" ujar pemuda itu yang meninggalkan si wanita yang masih tertawa senang.

 

"Oh my—"

 

Jack lagi-lagi dibekap mulutnya oleh Kevin, karena si wanita itu masih ada belum beranjak pergi. Ternyata Kevin mengetahui apa penyebabnya Queen bisa berada di atas tempat tidurnya malam itu

Dugaan Kevin semakin kuat ketika dia sudah mengantongi bukti, entah buat apa bukti rekaman tersebut dan juga Jack yang termasuk salah satu bukti atas rencana jahat yang sudah dilakukan wanita tersebut kepada Queen.

Setelah Wanita itu pergi, Kevin pun melepaskan bekapanya dari mulut Jack. Usai dilepas pria berambut keriting itu pun langsung mengeluarkan rasa keterkejutannya saat mengetahui bahwa Queen wanita yang digemari oleh seluruh pria yang berada di kampus tersebut sudah tidur dengan pria yang ternyata bukan Kenzo.

"Wah, wah, kabar bagus nih! Breaking news!" Jack pun langsung segera pergi untuk mengkabari berita besar tersebut oleh biang gosip di kampus.

Namun, belum juga langkahnya maju satu langkah, tubuh Jack sudah menabrak tembok dengan keras.

"Aaakkh! Lo kenapa sih?" Jack begitu marah terhadap Kevin ketika tubuhnya merasakan sakit.

"Berani lobbocorin berita ini, sama aja lo kibarin bendera perang sama gue!" Kevin menatap tajam ke arah sahabatnya itu dengan aura yang sangat panas membuat bulu kuduk Jack merinding.

Tangan Jack pun langsung mengunci rapat-rapat mulutnya sebagai tanda dia tidak akan berkomentar apapun apalagi membocorkan rahasia tentang Queen, tetapi justru itu membuat dia langsung berpikir, apakah laki-laki yang tidur dengan Queen adalah Kevin?

"Lo yang tidur sama Queen?" tanya Jack penuh keterkejutan, meski Kevin tidak bilang bahwa dia laki-laki yang tidur denganku yang tetapi dia menyukai Kevin membuktikan jawaban yang ada di dalam benak Jack. "Ya Tuhan, Kevin gila ... Lo dapat Jackpot!"

"Inget apa omongan gue!" ancam Kevin yang berlalu meninggalkan Jack.

"Siap bos!" teriak Jack yang kembali menyusul Kevin. "Tapi uang penutup mulutnya ada dong!"

 

Kevin langsung melempar tatapan tajam ke Arah Jack, sontak aja membuat sahabatnya itu tersenyum getir sembari mengangkat tangan.

"Canda gue!" Jack terkekeh lantas menenangkan hati Kevin agar tidak emosian.

 

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!