NovelToon NovelToon

PURITY OF LOVE 2

Prolog

Disebuah kampus di Amerika, tepatnya Harvard University. Duduk seorang wanita yang selalu fokus dengan pelajaran yang dia tekuni selama dua tahun ini. Ini adalah tahun terakhir dia kuliah disana. Bagaimana tidak, gadis itu selalu saja diminta Mamanya untuk kembali ke Indonesia tempat dia lahir. Karena rasa sayangnya pada Wanita yang sudah melahirkannya, dia terpaksa memutus pendidikannya disana dan meneruskan studi di kampus milik Kakeknya.

Ella Levina Victorya Winjaya, seorang gadis cantik, periang, dan keras kepala itu telah menginjak usia 19 tahun. Saat ini Ella tengah memfokuskan studinya di Amerika, tepatnya kampus dimana Papanya dulu belajar bisnis. Adiknya Hazel Revano Winjaya masih mengayam pendidikan di Indonesia, karena setelah adiknya lulus, laki-laki itu akan segera berangkat ke Amerika juga untuk melanjutkan pendidikan di dunia bisnis. Walaupun Ella anak pertama, tapi dia menolak untuk meneruskan bisnis ayahnya dan lebih tertarik dengan dunia seni. Karena itu, Papa mereka memilih Hazel untuk meneruskan bisnis keluarga.

Selama di Amerika, Ella hanya memiliki satu teman sekaligus sahabatnya, yaitu Deca Felista seorang anak dari teman bisnis Papanya di Indonesia. Saat usia 10 tahun mereka berdua selalu bersama-sama. Bahkan Ella menganggap Deca seperti saudara sendiri. Saat mendengar Ella akan kembali ke Indonesia, Deca langsung berinisiatif untuk ikut pulang bersamanya. Dia juga ingin meneruskan kuliah di kampus yang sama dengan Ella. Mereka berdua memang selalu bersama, dari shoping, ngafe, tempat belajar bahkan pakaian pun selalu bertukar satu sama lain. Ella sangat senang bisa memiliki sahabat seperti Deca, gadis itu selalu ada disampingnya saat dia merasa senang dan juga sedih. Dia lah orang kedua setelah Mamanya sebagai seseorang yang selalu Ella curhati. Deca pun juga tidak mengeluh selalu dibebani oleh ocehan Ella yang bisa menggetarkan gendang telinganya.

Ella sangat mirip dengan Papanya, Reymond Arya Winjaya. Sifatnya yang selalu membuat masalah, dan juga tidak takut dengan siapapun, membuatnya sering melakukan kejahilan. Tapi dibalik itu semua Ella gadis yang baik, dia sangat menyanyangi keluarganya.

Rey selalu memanjakan anak-anaknya, apapun yang mereka minta Rey selalu memberikan tanpa melihat nilainya. Berbeda dengan istrinya Zola, jika ada anaknya yang meminta hal yang kelewat wajar, dia akan langsung memarahi mereka tidak terkecuali dengan suaminya. Justru suaminya lah orang pertama kena amarahnya. Rey kadang merasa sedih melihat istrinya terlalu sederhana, harta kekayaan Winjaya sangatlah banyak, tapi istrinya tidak pernah meminta barang mewah sekalipun. Jika Rey tidak tiba-tiba memberikan barang-barang itu secara dadakan, istrinya tidak akan mau menerimanya. Tapi terkadang pemberiannya juga ditolak mentah-mentah. Rey suka memberi Zola sebuah perhiasan atau pakaian mahal, itu pun harganya harus Rey sembunyikan nominalnya. Rey sangat mencintai Zola karena baginya istrinya itu benar-benar wanita sempurna.

Rey dan Zola sudah sepakat untuk mengurus kepindahan Ella dari Amerika. Mereka sibuk menyiapkan kebutuhan Ella selama di Indonesia. Zola selalu merasa kesepian saat putrinya pergi meninggalkannya. Setiap hari Rey selalu memberi ketenangan padanya tapi tetap saja Zola begitu mengkhawatirkan Putri satu-satunya itu.

Rey juga ingin Ella tinggal bersama mereka, tapi dia juga ingin melihat putrinya sukses diluar negaranya. Namun apalah dayanya saat istrinya merengek setiap hari untuk membawa Putri mereka kembali. Dia tidak punya pilihan selain menuruti keinginan istrinya itu. Jika tidak, bersiaplah dia tidur bersama para penjaga rumah. Ancaman yang selalu istrinya berikan padanya.

Pagi itu di kediaman keluarga Rey.

"Hazel, Kenapa kau selalu membuat Mama marah-marah setiap hari. Mama kan selalu mengajarkanmu untuk bangun pagi kan." omelan Zola begitu berisik di dalam rumah itu.

Hazel terlihat memasang wajah malas mendengar nasehat rutin dari Mamanya. Dia duduk di depan Papanya yang sama tak ingin mendengar celoteh wanita yang mereka hormati itu. Rey yang sudah duduk di meja makan bersandar dikursi sambil memegangi kuping dengan kedua tangannya. Sedangkan Zola terus saja mengomel di dapur dibantu Bi Rumi menyiapkan sarapan pagi. Zola merasa kesal, karena putranya itu sejak semalam tak henti bermain gitar bersama teman-temannya sampai larut malam.

"Sayang, sudahlah. Anak ini sudah besar, tidak salahnya bermain bersama teman kan." tegur Rey lembut.

"Tentu tidak salah, tapi kalau bermainnya sampai malam itu sudah kelewat masalah Rey. Jika bukan karena teman-temannya semalam, aku pastikan sudah menyeret anak ini kekamar!" seru Zola sambil menaruh mangkuk berisi sup seafood di depan suami dan anaknya itu.

Zola kembali ke dapur dan melanjutkan omelannya. Rey tidak tahan mendengar istrinya marah-marah seperti itu, dia berdiri dan mendekati istrinya.

"Sayang, kemarilah. Ayok" ajak Rey pelan sambil merangkul istrinya untuk duduk dimeja makan disampingnya.

"Hazel, cepat kau minta maaf pada Mamamu" perintah Rey tegas.

Hazel menghela nafas dan menatap Mamanya dengan rasa menyesal. "Mama, maafkan Hazel. Ini terakhir, Hazel janji tidak akan membawa teman-teman ke rumah sampai larut malam."

Zola diam, dia melihat penyesalan dalam sorot mata Hazel, perlahan emosinya luntur dan tersenyum pada anak laki-lakinya itu. "Mama tidak pernah melarangmu mengajak mereka kemari sayang. Mama hanya ingin kamu tahu sopan santun akan perilakumu itu. Mama sangat menyanyangimu dan juga kakakmu. Karena itu, Mama tidak mau kalian terjerumus dengan hal-hal yang buruk." nasehatnya.

"Iya Ma, Hazel mengerti. Hazel akan mengingat setiap nasehat Mama dan juga Papa." ucap Hazel menggenggam tangan Mamanya dan menciumnya.

"Sudah, jangan lama-lama mencium mamamu. Nanti Papa tidak kebagian." seru Rey sedikit kesal.

Hazel tertawa begitupun dengan Zola, sudah tua begitu Rey sama sekali tak punya malu bersikap manja pada Zola. Hazel yang melihatnya merasa geli tapi tetap bersikap sopan pada Rey. Hazel begitu hormat dan patuh pada Papanya. Rey adalah idola untuk Hazel, dia ingin meniru sikap Papanya yang selalu tampil berwibawa dimanapun berada. Pesona Papanya selalu membuatnya kagum, bahkan teman-temannya ikut menaruh rasa kagum juga pada Rey. Tapi berbeda jika sedang berada dirumah khususnya saat bersama Mamanya, Papa selalu manja bahkan pernah kepergok Hazel sedang merengek pada Mamanya hanya karena Mamanya menolak keinginan Papanya di malam hari. Akibat diketahui oleh Hazel, Zola dengan marah menyuruh Rey tidur di pos penjaga semalaman tanpa diperbolehkan masuk ke dalam rumah. Hazel bahkan dengan usil memberitahu pada Pamannya Arvy tentang kejadian itu.

Memang dari kecil, Hazel sudah dekat dengan Arvy. Bahkan dengan sepupunya juga yang bernama Giorgio Abraham Barrington, anak tunggal dari Arvy dan Shela. Mereka juga belajar di kelas yang sama, bahkan semalam Gio ikut bermain gitar bersamanya. Hazel berbeda dengan kakaknya, dia laki-laki yang termasuk tak suka banyak tingkah dan selalu menjaga imagenya. Dia begitu dingin dan juga pendiam, dia hanya akan berbicara seperlunya saja saat bersama orang lain.

Bsb....

****************************************************

Cast :

(Hanya Visual)

Ella Levina Victorya Winjaya

Dylan Stevano Alander

Deca Felista

Adam Emmanuel Anderson

Jgn lupa dukungannya, VOTE, LIKE, KOMENT.... Thanksyou 😘😘

Pulang

Rumah minimalis berwarna putih kebiruan itu, tempat dimana Ella tinggal di Amerika seorang diri. Ella memang gadis sederhana, tapi dia juga pintar dalam mengelola keuangan di negara paman sam itu. Ella menolak fasilitas mewah yang ditawarkan Papanya. Bahkan memilih tempat yang cukup kecil untuk dia tinggal. Ella akan meminta sesuatu pada orang tuanya jika benar-benar mendesak. Semua teman-temannya tidak tahu kalau Ella dari keluarga kaya di Indonesia, karena memang Ella meminta Papanya untuk merahasiakan hal itu di kampus. Dia tidak mau di sukai seseorang hanya karena statusnya.

Tok tok tok

Ella mendengar pintu diketuk dari luar, ya hari itu Ella sedang libur kuliah dan tidak mau pergi kemana-mana. Karena bulan depan Ella harus pergi dari tempat itu kembali ke negara asalnya.

Dengan berjalan cepat Ella sampai di pintu dan membukanya. Dia tersenyum senang saat melihat Deca sahabatnya berdiri didepannya.

"Ca, aku senang kau kemari!! " seru Ella segera memeluk sahabatnya itu.

"Aku tahu kau kesepian, karena itu aku kemari. Boleh aku masuk?" pinta Deca.

"Tentu. Masuklah" ajak Ella.

Ella menutup pintu dan mengajak Deca masuk ke kamarnya. Ya seperti yang sebelumnya dia lakukan, dia selalu menghabiskan waktu liburannya bersama Deca.

Mereka sibuk mengobrol sampai lupa waktu. Hari semakin sore dan Deca berpamitan pulang. Sebelumnya Deca memberitahu kalau dirinya tidak bisa pulang bersama ke Indonesia karena dia harus menunggu dua bulan lagi untuk menyelesaikan urusannya di kampus.

~~

Satu bulan kemudian,

Rey, Zola dan Shela sedang duduk menunggu di bandara. Apa lagi kalau bukan untuk menjemput Putri satu-satunya yang akan pulang beberapa menit lagi. Zola tidak sabar ingin melihat dan memeluk Ella dan memberinya banyak ciuman rindu.

"Kenapa anak itu lama sekali. Rey, katanya sebentar lagi dia sampai, ini sudah 30 menit kita menunggu" keluh Zola celingak-celinguk melihat arah pintu kedatangan dari luar negeri.

Rey menutup ponselnya dan berdiri disamping Zola. "Dia akan segera pulang, sudah tunggu saja disini"

"Iya Zola, keponakanku pasti sedang perjalanan kemari. Kau jangan khawatir." timpal Shela ikut menenangkan.

Zola mengikuti saran mereka dan kembali duduk, dia berharap segera bertemu putrinya.

Di dalam kabin, Ella terlihat berjalan keluar menuju pintu untuk keluar dari pesawat yang baru saja landing. Ella membuat beberapa penumpang dan awak pesawat fokus memperhatikannya. Ella terlihat cantik dengan balutan cardigan putih dan memakai rok pendek selutut. Rambut kecoklatannya diikat cepol ke belakang dengan memakai kacamata hitam. Ella terbilang gadis yang selalu bisa menarik perhatian orang-orang disekitarnya karena penampilannya yang simpel tapi tetap anggun.

Ella berjalan masuk kedalam bandara untuk melakukan check out. Setelah mengambil koper miliknya, Ella berjalan menuju ruang tunggu diperuntukkan bagi para penjemput, dia ingin bertemu Mama dan juga Papanya yang sudah 2 tahun tak pernah bertemu. Karena selama ini Ella menghubungi mereka hanya lewat video call. Ella selalu menolak untuk pulang ataupun mengijinkan keluarganya berkunjung. Dia tidak mau menjadi anak manja dan terus merepotkan kedua orang tuanya. Ella merasa kacau saat bertemu orang tuanya, dan selalu merasa ingin pulang saja dan meninggalkan kuliahnya. Karena itu Ella tidak mau kuliahnya berantakan dan memutuskan meminimalkan pertemuannya dengan keluarga. Walaupun setiap hari Ella selalu menahan rasa rindunya itu.

Saat keluar pintu, Ella langsung melihat kedua orang tuanya dan Bibinya Shela duduk di kursi tunggu. Dia tersenyum senang dan segera menghampiri mereka. Suara sepatu dan roda di kopernya terdengar cepat mengikuti langkah kaki mungilnya yang sudah tak sabar bertemu keluarganya.

"Mama, Papa!! " teriak Ella melambai pada mereka.

Mereka kompak menoleh ke arah suara dan melihat Ella berjalan cepat mendekat. Zola tersenyum bahagia dan berdiri. Saat sudah sampai, Ella langsung memeluk Mamanya sangat erat begitupun dengan Zola. Dia tidak kuasa menahan tangisnya karena rasa rindunya telah terobati.

"Sayang, bagaimana kabarmu? " tanya Zola melepas pelukan dan menatap sendu ke wajah putrinya.

"Ella baik Ma, Ella sangat merindukan Mama dan Papa" seru Ella ikut menangis juga.

"Astaga, kenapa kalian berdua malah menangis. Ella kau tidak mau memeluk Papamu?" ucap Rey pura-pura kesal.

Ella tertawa dan langsung menghambur memeluk papanya. Dia berulang kali mencium aroma khas laki-laki yang sangat dia kagumi itu. Rey mencium kening dan pipi Ella dengan penuh rasa sayang. Dia merindukan saat-saat memanjakan Putri kecilnya itu yang sekarang sudah beranjak dewasa.

Setelah puas melepas rindu pada kedua orang tuanya, Ella menyapa Bibinya Shela yang ikut menjemputnya. Dia memeluk Shela dan melepas pelukannya. "Bibi sekarang gemukkan ya, apa mau nambah lagi?" goda Ella tersenyum jahil.

"Kau ini, berat badan Bibi memang naik. Tapi bukan berarti bibi hamil lagi. Sikapmu tidak jauh berbeda dengan Papamu!" seru Shela mengerucutkan bibirnya.

Ella, Zola dan Rey tertawa bersama melihat Shela cemberut. Adik Rey satu itu memang dulunya jahil padanya, dan sekarang giliran anaknya yang menjahili adiknya itu. Rasanya semua rasa kesalnya saat dulu akan dibalas oleh anak-anaknya nanti.

Rey segera mengajak mereka semua kembali ke rumah. Karena setelah mengantar mereka, Rey akan kembali ke kantor.

^

Ella sedang menata barang-barangnya di lemari kamarnya. Setelah selesai dia berbaring di tempat tidur dan menatap seluruh isi kamarnya. Ella senang karena kamarnya masih sama seperti saat dia tinggalkan 2 tahun lalu. Tiba-tiba ponsel miliknya berbunyi, Ella segera mengambilnya dan membuka isi pesan seseorang.

Kau sudah sampai? ~ Adam

Ella mulai menyentuh huruf alphabet di ponsel untuk membalas pesan Adam.

Sudah ~ Ella

Jangan lupa makan, ~ Adam

Iya ~ Ella

Nanti malam aku akan menelfonmu. Hari ini aku sedikit sibuk. Maaf ya, ~ Adam

Tidak apa-apa ~ Ella

Ella melempar ponselnya ke tempat tidur dengan asal. Bunyi ponselnya berdering lagi, tapi Ella mengacuhkannya, dia tahu itu pasti balasan dari Adam, kekasihnya di Amerika.

Ella dan Adam sudah menjalin hubungan selama satu setengah tahun. Tapi Adam selalu sibuk dengan pekerjaan bisnisnya disana. Ella terpaut 5 tahun dengan Adam. Karena dari dulu Ella menyukai laki-laki yang lebih dewasa seperti Papanya. Tapi selama dia berada di Amerika, Ella jarang bertemu dengan Adam. Kekasihnya itu selalu mementingkan pekerjaannya. Ella berusaha mengerti, sampai saat ini pun Ella masih bersabar. Karena dia memang mencintai Adam sampai sekarang.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya. Ella segera berjalan menuju pintu untuk membukanya.

"Kakak!! " teriak Hazel dengan hebohnya.

Adik laki-lakinya itu baru saja pulang dari sekolah terlihat dengan seragam miliknya yang masih melekat di tubuh. Hazel langsung memeluk kakaknya dengan senang.

"Hazel, kau bau keringat, cepat ganti pakaianmu dan mandilah." perintah Ella.

"Iya, Kakak bawel sama seperti Mama. Oh ya kak, apa Kak Adam juga ikut kesini? " tanya Hazel.

"Tidak, dia masih di Amerika" jawab Ella.

"Yah, padahal aku sangat ingin bertemu calon kakak iparku." keluh Hazel kecewa.

"Lain kali saja, cepat kau mandi sana. Kakak sama Mama mau membuat cemilan dibawah." ucap Ella dengan mendorong tubuh adiknya yang besar itu untuk masuk kedalam kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Ella. Ella segera menutup pintu dan tersenyum melihat tingkah adik kesayangannya itu. Lalu dia berjalan kebawah untuk membantu Mamanya memasak.

BSB..............

-----------------------------------------------

Kalau suka novel Nana, minta dukungannya ya guys ...

Dengan cara VOTE, LIKE dan KOMENT... Xie xie, 😘😘

~Cast pemain pendukung~

(Hanya Visual)

Hazel Revano Winjaya

Giorgio Abraham Barrington

Austin Gloria Deminic

Mia Sarada Lanberg

Selena Duxces

James Vicky Welson

Nabila Nasution

Teri Serline Dewany

Seorang diri

Ella sedang dalam perjalanan menuju rumah Nenek Sofi dan Kakek Betran. Setelah mengunjungi Oma dan Opanya dia langsung bergegas ke rumah mereka. Butuh waktu 15 menit untuk sampai, saat turun dari mobil, sopirnya Pak Joy meminta ijin untuk isi bensin disekitar daerah itu. Ella mengijinkan dan melanjutkan langkah kakinya menuju rumah orang tua Mamanya itu.

Sebelum sampai di pintu, Ella terlebih dahulu dipanggil seseorang dari arah samping tepat ditaman. Dan benar saja, Kakek dan Neneknya sedang duduk disana menikmati camilan dan teh disana. Mereka melambai ke arah Ella untuk datang mendekat.

Ella langsung memeluk Nenek Sofi dan mencium kedua pipinya secara bergantian. Kemudian dengan Kakek Betran dengan wajah bahagia.

"Cucu Nenek kapan pulang? Kenapa tidak memberitahu akan kemari sayang?" tanya Nenek Sofi dengan senyum tak luntur dari wajahnya.

Nenek Sofi masih menggunakan alat bantu kursi roda untuk berjalan. Tubuhnya masih lemas karena penyakit jantung dan stroke ringan yang dideritanya belum juga sembuh total. Sedangkan Kakek Betran yang dulunya gagah, tegas dan garang sekarang jauh lebih lembut dengan rambut yang sudah memutih. Tapi Ella bersyukur masih bisa bersama Nenek dan Kakeknya itu.

"Ella mau buat kejutan, untuk seterusnya Ella akan tinggal di Indonesia dan belajar disini." balas Ella dengan wajah senang.

"Kami merasa senang jika Ella disini. Kasihan Mamamu terus saja mengharapkanmu pulang sayang" tutur Nenek Sofi sambil mengelus rambut panjang Ella.

"Iya Nek, itu juga alasan utama Ella pulang." ucap Ella tersenyum.

"Ya sudah, Ella mau minum apa biar nenek buatkan" tawar Nenek Sofi.

Ella menghentikan Nenek Sofi yang ingin pergi, " Tidak perlu Nenek. Ella tidak haus dan hanya ingin bercerita dengan kalian saja."

"Bercerita? Apa tentang laki-laki? " tebak Kakek Betran mencoba menggoda cucunya.

"Apaan sih Kek, bukan itu. Ella gak mau cerita tentang hal itu. Sekarang Ella mau bercerita tentang keseharian Ella disana. Lalu.... " Ella mulai bercerita tanpa jeda sedikitpun. Dia terus mengoceh dan membuat Kakek dan Neneknya tertawa melihat tingkahnya.

Setelah dirasa hari sudah sore, Ella pamit pada mereka untuk pulang kerumah.

~~

Seorang laki-laki dengan perawakan tinggi, tegap dan wajah datar sedang berjalan masuk ke dalam rumah. Waktu itu memang sudah kelewat jam malam, wajahnya terlihat lelah dengan menenteng tas kerjanya. Laki-laki itu terus berjalan tanpa memperdulikan dua orang yang sedang duduk bercengkrama didalam rumah itu.

"Kenapa jam segini baru pulang? Apa kau lembur? " tanya pria paruh baya, paman dari laki-laki itu.

Laki-laki itu hanya menoleh tanpa membalikkan tubuhnya, "Iya. Maaf aku sangat lelah, "

Tanpa mau mendengar pamannya berbicara lagi, dia langsung masuk ke kamarnya dan mengunci pintu dari dalam.

Pria paruh baya itu menghela nafas kesal dengan tingkah keponakannya yang dinilai kurang sopan itu. "Anak jaman sekarang tidak punya tata krama sama sekali. Aku pusing melihat tingkahnya yang buruk itu."

"Sudahlah Vernon. Anak itu memang seperti itu sejak kejadian waktu itu. Biarkan saja." tutur Jane, istri dari Vernon.

"Kau benar, entah kenapa aku ingin sekali menikahkan anak itu saja" ucap Vernon menyandarkan tubuhnya di sofa. Jane ikut duduk disamping suaminya dan mengusap dadanya berusaha meredam amarah suaminya itu.

"Apa kau ingin menjodohkannya?" tanya Jane.

Vernon memijat pelipisnya, "Itupun jika ada wanita yang mau. Aku saja tidak yakin ada yang mau menerima sikap anak itu. Setiap hari, aku melihatnya hanya sibuk nongkrong bersama teman-temannya setelah pulang kerja. Bahkan sekalipun aku tidak pernah memergokinya berteman dengan wanita." keluhnya.

Jane ikut memikirkan ucapan suaminya, memang benar keponakannya itu selalu menutup diri dari keluarga. Jika bertemu temannya itupun hanya untuk bersenang-senang. Lalu bagaimana cara membuatnya dekat dengan wanita?

Tiba-tiba dia teringat temannya Deria yang memiliki seorang Putri. Kalau tidak salah dengar, kemarin saat bertemu, Putri temannya itu mau kembali ke Indonesia untuk melanjutkan kuliah disini. Mungkin perlu dicoba, pikirnya.

"Vernon, aku punya teman yang anaknya sedang kuliah di Amerika. Aku dengar anaknya itu akan melanjutkan kuliah disini. Bagaimana kalau kutanyakan padanya untuk menjodohkan keponakan kita dengan anaknya itu" saran Jane.

Vernon mengernyitkan dahi mencoba berfikir, "Kau yakin? Apa mereka akan setuju? " tanyanya.

"Jika tidak setuju, aku akan meminta uangku dari mereka. Deria hutang 10 Milyar padaku untuk membeli berlian, akan kutagih itu" ancam Jane.

"Astaga Ma, jangan melakukan hal buruk." tegur Vernon.

"Ini demi keponakan kita Pa, mau sampai kapan kita melihat anak itu bersikap begini terus. Dia butuh seorang wanita yang bisa membuatnya berubah." tutur Jane yakin dengan keputusannya. Vernon masih terlihat bingung. Dia juga ingin melihat perubahan sikap baik keponakannya itu. Jika memang ini pilihan baik, Vernon akan menyetujuinya.

"Ya sudah, aku setuju. Tapi Mama jangan sampai membuat keluarga mereka terpaksa melakukan itu." ucap Vernon menasehati.

"Papa tenang saja, serahkan pada Mama." ujar Jane percaya diri. 'Lagipula, aku yakin Deria tidak akan membayar utangnya. Itung-itung balas Budi saja' gumamnya dalam hati.

^

Didalam kamar yang temaram, laki-laki itu terbaring dengan memejamkan kedua matanya.Dia memiliki paras tampan campuran Indo-Cina. Ya, dia adalah Dylan Stevano Alander. Seorang laki-laki yang tinggal bersama keluarga pamannya karena keluarganya sendiri telah lama meninggalkan dirinya atau bisa dibilang dibuang oleh keluarganya. Ibunya sudah meninggal, ayahnya entah kemana dia tidak peduli. Dylan merasa hidupnya hanya seorang diri, tidak memiliki seseorang yang berharga. Semua berawal dari kejadian yang sudah membuatnya tidak percaya lagi dengan adanya kebahagiaan.

Dylan membuka matanya dan beranjak duduk. Kepalanya terasa pusing dan melepas dasinya ke sembarang tempat. Dia berdiri menuju lemari pakaian dan mengambil baju didalamnya. Dylan masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah 15 menit berkutat didalam sana, Dylan keluar sudah memakai baju santai. Dia menyalakan lampu utama kamarnya dan mengambil dasi serta jasnya yang dia lempar asal. Dylan duduk disofa dan mengambil sebuah laptop di tas kerjanya. Setelah mandi, kepalanya terasa mendingan dan berusaha menyelesaikan pekerjaannya. Tanpa sepengetahuan Pamannya diam-diam Dylan selalu memberi ide-ide cemerlang untuk perusahaan dikantor pamannya. Tapi semua ide itu dia serahkan kepada salah satu temannya di kantor dan menyuruhnya untuk mengakui kalau itu memang ide buatannya sendiri bukan dari Dylan. Yah, Dylan memang tipe orang yang sulit ditebak. Dia memiliki otak pintar tapi semua itu dia sembunyikan dari semua orang. Yang boleh diketahui pamannya hanyalah kebiasaan buruknya diluar. Dylan sama sekali tidak memperdulikan apa kata orang tentangnya. Dia ingin hidup seperti itu. Maka dengan mudah Dylan bisa menjalani hidupnya yang apa adanya ini.

Dylan sudah tinggal dan bekerja bersama Pamannya selama 3 tahun. Usianya sekarang 25 tahun dan dirinya memutuskan hanya bekerja untuk pamannya. Dylan selalu menolak tawaran teman-temannya untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Semua itu semata-mata karena dia tidak mau mencari jabatan atau ketenaran. Dylan sangat membenci itu. Dia memang laki-laki biasa tidak punya penghasilan besar dan menumpang di rumah pamannya. Semua teman kantornya selalu meremehkan kemampuan Dylan. Itu sama sekali bukan masalah besar untuknya. Malah hal itu membuatnya sadar, kalau semua orang yang menghinanya itu hanya sampah yang hanya bisa bicara tapi tidak bisa menjadi orang berguna.

Drrrttt Drrrtt

Ponselnya berbunyi di sampingnya. Dylan melihat nama yang tertera di ponsel miliknya. Ternyata dari James teman sekolahnya dulu. Dylan menggeser ikon hijau dan menerima panggilan itu.

"Ada apa?" Dylan langsung to the point.

"Kau ketus seperti biasa Jerk. Besok aku ke rumahmu ya. Ada hal penting yang ingin ku sampaikan." ucap James.

"Di Kafe saja" jawab Dylan malas.

"Tapi-" ucapan James terpotong.

"Besok jam 5" sebelum James menjawab, Dylan segera mematikan ponselnya.

Dylan kembali melanjutkan pekerjaannya sampai larut malam. Dan mulai tertidur setelah pukul 3 dini hari. Seperti itu setiap hari, tanpa rasa lelah sedikitpun.

BSB.........

-----------------------------------------------

Ayok-ayok, siapa yg mau ngasih saran bs koment..... 🤗

Nana suka baca koment2 dr kalian,, mngkin bisa Nana buat referensi... 😘

Jgn lupa VOTE, LIKE, KOMENT ya.... 😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!