Di kala air mata sudah tak lagi mampu untuk menumpahkan segalanya maka ku coba untuk menerima semua ini dengan sabar dan tabah.
*****
Di sebuah kamar mewah dan megah, tepatnya di kota singapura, seorang gadis cantik masih bergelut di bawah selimut tebalnya, matanya masih terpejam enggan untuk di buka.
Sintia salsabila arya bagaskara, itulah nama yang di sematkan untuk nya, Tia sosok gadis manis dan cantik, meskipun terlahir di keluarga kaya raya, sosok Tia tak pernah manja dia gadis yang mandiri tegar.
Tia mempunyai sosok seorang ayah yang keras dan dingin, setiap ucapan nya tak bisa di bantah, itulah sebabnya Tia menjadi gadis yang kuat dan mandiri.
******
Sedangkan di tempat lain.
Tepatnya di kota yang sama, yaitu singapura, seorang pria tampan nan gagah tengah sibuk dengan peralatan masaknya di dapur, setelah melaksanakan sholat subuh pria itu segera kedapur hanya untuk memasak sarapan untuk dirinya sendiri.
Farhan ramadhan wijaya, pria tampan yang selalu menjadi idola di kampus bahkan sejak sekolah menengah atas, Rama selalu menjadi pusat perhatian di manapun dia berada, namun bukan nya menjadi sombong.
Rama selalu bersikap ramah pada siapapun, meskipun dia terlahir di keluarga kaya raya, Rama tak lantas menjadi pribadi yang manja apalagi arogan.
Sejak kecil Rama di didik dengan keras oleh sang ayah, dia kuliah sambil bekerja di negara orang, bahkan Rama tidak akan protes jika kiriman uang dari orang tuanya terlambat.
Rama jadi sosok yang kuat dan mandiri, merasa di sisihkan oleh orang tuanya, tak lantas membuat Rama berkecil hati.
Untuk memenuhi kebutuhan nya sehari-hari, Rama memilih bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan besar di kota singapura, karna kecerdasan dan kepintaran nya Rama tidak sulit untuk mendapat pekerjaan di kota orang.
"Alhamdulillah ahirnya sarapan ku sudah selesai." gumam Rama dengan senyum mengembang.
Hanya roti bakar yang ia masak sejak tadi, Rama tersenyum cerah saat memakan Roti bakar buatan tangan nya sendiri.
Hingga bunyi pintu di buka menghentikan kunyahan di mulutnya. Rama mendengus kesal saat melihat siapa orang yang masuk ke apartemen nya.
"Dasar gak ada sopan santun." protesnya pada sang sahabat yang kini sudah duduk manis di meja makan.
"Sory bro gue lapar." sahutnya sambil mencomot satu buah roti yang sudah di olesi coklat oleh rama.
"Dasar perut karet." ucap Rama ketus.
Sedang pria di sebelah nya hanya tergelak tanpa dosa, itulah kelakuan Rama dan Alex jika sudah bersama, Alex adalah satu-satunya sahabat Rama, dia juga berasal dari indonesia, keluarga Alex tak kalah kaya dari keluarga Wijaya, tapi bedanya orang tua Alex sangat royal semua kebutuhan Alex di penuhi tanpa terkecuali, kedua orang tuanya selalu memanjakan Alex.
"Ram! lusa kita akan pulang ke indonesia, apa lo punya duit buat beli tiket pesawat?" tanya Alex sambil mengunyah roti bakar yang Rama masak.
"Ada. sebelum gue mengundurkan diri dari perusahaan, gue sempat menerima gaji gue yang terahir, jadi untuk beli tiket pesawat masih aman." sahut Rama sambil membasuh tangan nya di wastafel.
"Lo pernah mikir gak Ram? kenapa lo seperti di anak tirikan di keluarga lo sendiri, secara orang tua lo kan kaya raya, tapi kenapa lo harus capek-capek kerja hanya untuk biaya hidup lo semasa kuliah di sini? kenapa ya kok firasat gue, kalau lo itu bukan anak kandung dari ke dua orang tua lo." ucap Alex sukses membuat Rama tertegung.
Rama hanya diam, apa yang di katakan Alex benar adanya, kedua orang tua Rama selalu tidak adil pada Rama dan kakak nya. jika kakaknya ulang tahun dia akan mendapatkan mobil mewah dari kedua orang tuanya, tapi berbeda saat Rama ulang tahun, ke dua orang tuanya hanya memberikan dia sepeda motor yang tak seberapa harganya di bandingkan mobil mewah yang di hadiahkan untuk kakak nya.
"Kenapa lo bilang gitu." tanya Rama pada Alex.
"Gue bilang gini bukan tanpa alasan. Ram. yang pertama wajah lo yang gak ada mirip-mirip nya sama sekali dengan kedua orang tua lo, apalagi sama kakak lo, mereka semua memiliki kulit asli indonesia, tapi kulit lo seperti kulit orang bule, bahkan mata lo berwarna biru, mana ada di keluarga lo yang punya mata biru, postur tubuh lo juga beda, badan lo tinggi besar, sedangkan kedua orang tua serta kakak lo mana ada yang sama seperti tubuh lo, atau jangan-jangan..." Alek menggantung ucapan nya sambil melihat wajah Rama.
"Jangan-jangan apa?" tanya Rama.
"Jangan-jangan lo bukan anak kandung ke dua orang tua lo."
Rama menghela nafas panjang. "Gue juga gak ngerti Lex, tapi sejak kecil gue udah di kucilkan di keluarga gue sendiri." ucap Rama pasrah.
Sedangkan di tempat lain.
Tia baru saja bangun dari tidur nya, dia sengaja bangun agak siang karna semalam habis berpesta bersama teman-teman nya karna merayakan kelulusan. dan esok lusa dia juga harus kembali ke indonesia.
Tia sudah siap dengan segudang pekerjaan yang menantinya di indonedia, karna ayahnya sudah mewanti-wanti jika dialah pewaris kekayaan keluarga bagaskara jadi otomatis Tia lah yang akan jadi penerus perusahaan besar itu.
Tia langsung menegakkan duduknya saat ada sebuah panggilan masuk.
"Halo..!! assalamualaikum pa." sapa Tia pada sang ayang di sebrang sana.
"Waalaikumsalam, kamu apa kabar sayang?" tanya sang ayah.
"Aku baik pa, lusa juga aku pulang." jawab Tia terkekeh pelan.
"Papa sama mama gimana kabarnya?" tanya Tia balik.
"Papa sama mama juga baik sayang. oh ya, ada yang ingin papa bicarakan sama kamu."
"Mau bicara apa pa? bicaralah."
"Papa hanya mau mengingatkan tentang perjodohan mu, mungkin setelah kamu pulang dari singapura, maka pertunangan kalian akan segera di laksanakan, papa harap kamu tidak lupa soal hal itu." ucap papa Nino mengingatkan.
Tia menghela nafas panjang sebelum menjawab, sebenarnya Tia ingin menolak perjodohan itu, tapi tak mungkin ia lakukan menhingat sang ayah begitu keras dan tak bisa di bantah.
Apalagi Tia tidak pernah bertemu dengan calon suaminya.
"Iya pa aku ingat." jawab Tia pasrah.
"Bagus kalau begitu." ucap ayah Nino tersenyum bahagia.
"Kalau begitu papa tutup dulu telepon nya."
"Iya pa." panggilan pun terputus, tak ada lagi salam seperti biasa.
Tia sudah tak selera untuk berbasa- basi setelah mengingat perjodohan nya di ingatkan kembali oleh sang ayah.
Ahirnya Tia memilih masuk ke kamar mandi, untuk membersihkan dirinya, sore nanti dia berencana untuk membeli oleh-oleh sebelum pulang ke indonesia.
******
Sore hari.
Tia sudah siap bersama teman-teman nya untuk menuju pusat perbelanjaan yang terletak di tengah-tengah pusat kota singapura.
Saat Tia sedang memilih-milih barang yang ingin dia beli, tiba-tiba ada seorang pria yang menabraknya dengan tidak sengaja.
Sontak apa yang di pegang Tia semuanya terjatuh di lantai , karna merasa bersalah ahirnya pria itu ikut berjongkok untuk membantu Tia mengambil barang-barang yang bercecer di lantai.
Saat mengambil barang tak sengaja tangan keduanya mengambil barang yang sama alhasil tangan ke duanya saling bersentuhan, ke duanya pun sama-mama mendongak untuk melihat wajah satu sama lain.
Keduanya sama-sama terpaku, seakan terhipnotis oleh ketampanan dan kecantikan yang di miliki mereka berdua.
"Maaf." ucap Rama sambil mengulas senyum.
Ya pria itu adalah Farhan Ramadan, pria yang telah terpesona dengan kecantikan Tia.
Tia segera menarik tangan nya yang sedang bersentuhan dengan tangan Rama.
"Maaf, saya tidak sengaja." jelas Rama dengan suara terdengar gugup.
Tia hanya menanggapinya dengan senyuman tipis, bahkan Tia tak kalah gugup, ini adalah kali pertama tangan nya di sentuh oleh seorang pria, meskipun dengan keadaan tidak sengaja.
"Kalau begitu saya permisi." pamit Tia seraya berdiri dan segera pergi karna teman-teman nya sudah tidak terlihat.
Sedangkan Rama masih di tempatnya, memandang punggung Tia yang semakin menjauh. "Cantik." gumam Rama lirih. tampak senyum tipis tersungging dari bibirnya.
Rama segera melanjutkan aktifitasnya untuk berbelanja oleh-oleh untuk ia bawa pula esok lusa ke indonesia. setelah selesai berbelanjang Rama segera pulang menuju apartemen nya.
Sesampainya di apartemen Rama langsung membersihkan diri karna waktu sudah menunjukkan untuk sholat magrib, Rama selalu rajin sholat, bahkan dia tidak bisa tidur sebelum melaksanakan sholat ishak terlebih dahulu.
Selesai dengan sholat dan makan malamnya, Rama segera membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang sebentar lagi akan dia tinggalkan, Rama mulai memejamkan mata, namun saat terpejam bukan nya masuk ke dalam alam mimpi, tapi wajah seorang wanita yang tiba-tiba muncul dalam benaknya.
Wajah cantik, wanita yang di tabraknya tadi sore, yang selalu muncul tak kala Rama memejamkan mata.
"Kenapa wajah wanita itu selalu hadir tak kala aku memejamkan mata?" gumam Rama.
*******
Sedangkan di tempat lain, Tia masih berdiri di balkon kamarnya, di tangannya terdapat sebotol air mineral yang sempat ia minum hingga menyisakan separuh isi botolnya, padahal udara di sekitar terasa dikin karna waktu sudah hampir larut, waktu sudah menunjukkan pukul 22:21 namun Tia enggan berbaring di atas tempat tidurnya, bukan karna tidak mengantuk melain selalu terbayang -bayang wajah seorang pria yang tadi sore sempat menabraknya di pusat perbelanjaan.
Entah kenapa wajah pria asing itu seakan menari nari tak kala ia memejamkan mata, membuat Tia enggan untuk terpejam. seiringnya waktu yang semakin larut, Tia memilih masuk ke kamarnya karna udara malam sudah mulai terasa menusuk kulit putihnya.
Tia langsung menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, berharap bayangan wajah pria asing itu tidak akan muncul lagi, namun Tia salah, justru wajah pria itu langsung muncul tak kala Tia memejamkan mata.
"Sial !!" umpat Tia kesal. "Lama lama aku jadi gila kalau seperti ini terus. dasar edan...!, edan....!" ucap nya sembari memukul mukul kepalanya pelan.
Tia terus memejamkan mata hingga ahirnya ia terlelap hampir jam dua dini hari.
******
Sedangkan di tempat lain.
Rama masih saja belum terlelap, dia tampak uring uringan beberapa kali membolak balikan tubuhnya seakan mencari tempat yang nyaman agar matanya bisa terpejam tanpa harus melihat wajah seorang wanita yang sejak tadi sore belum juga enyah dari ingatan nya.
Bahkan Rama sampai menutup wajahnya dengan bantal berharap dia bisa terlelap namun bukan nya terlelap Rama malah semakin tidak bisa tidur.
Ahirnya dia duduk bersandar di kepala ranjang dengan tangan memijit keningnya yang terasa berdenyut nyeri karna belum juga terlelap meski beberapa kali mencoba.
Kenapa wajah wanita itu selalu hadir dalam ingatanku, apa arti dari rasa yang aku alami ini? batin Rama bertanya tanya karna baru pertama kali merasakan hal yang aneh terhadap seorang wanita.
Rama kembali memejamkan mata mencoba untuk terlelap meskipun waktu subuh sebentar lagi menjelang, beberapa kali mencoba dan ahirnya berhasil, meskipun beberapa menit berikutnya suara adzan subuh mulai terdengar berkumanda melalui aplikasi pengingat di ponsel Rama.
Pagi hari..
Tepat jam sembilan pagi, para sahabat Tia sudah datang ke apartemen milik Tia, namun gadis itu masih terlelap di bawah selimut tebalnya, karna tertidur hampir dini hari alhasil jam sembilan Tia masih terlelap.
"Tumben ni cewek jam segini masih molor?" ucap Diva yang sudah masuk ke kamar Tia bersama Amel.
Kedua sahabat Tia memang sudah biasa keluar masuk apartemen milik nya, karna kedua sahabatnya itu sudah tahu password apartemen nya.
"Woy.. bangun woy... ini udah siang Tia sayang." teriak Amel di telinga Tia.
Sontak Tia langsung terbangun dan duduk tegak sembari mengusap kupingnya yang terasa berdengun karna teriakan Amel yang begitu keras.
"Dasar si Amel cerewet, lo kira ni kuping, kuping gajah, seenaknya teriak teriak." seloroh Tia sambil menjitak jidat Amel.
"Apasih Tia? main jitak jitak aja, sakit tau." ucapnya sambil memanyunkan bibirnya.
"Lo sih Mel, gak ada sopan santun." timpan Diva yang lebih kalem dari pada Amel.
"Abisnya anak perawan jam segini masih molor." sahutnya Amel tidak terima.
"Perlu kalian tahu ya, hampir jam dua gue baru bisa tidur." jelas Tia sewot.
"Emang ngapai lo sampai tidur jam segitu?" kini Diva yang bertanya dengan suara lembutnya.
"Entah lah, gue gak ngerti." ucap Tia tanpa semangat.
"Di tanya kok malah lemes sih?" sahut Amel, karna melihat perubahan wajah Tia saat di tanya kenapa tidak bisa tidur.
"Panjang ceritnya guys." jawab Tia tanpa berniat menceritakan sebab dirinya tidak bisa tidur.
Tapi bukan Amel namanya jika tidak bisa memaksa Tia supaya mau bercerita. dan pada ahirnya Tia mengalah dan menceritakan semua yang terjadi dan pada dirinya dan sampai dia tidak bisa tidur.
"Fik, lo udah jatuh cinta." sahut Amel cepat.
"Gue, jatuh cinta?" tanya Tia sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Ya iyalah, emang siapa lagi?" ucap Amel merasa jegah dengan tingkah sahabatnya yang terlalu bodoh dalam urusan cinta.
Diva hanya tersenyum manis sembari memperhatikan tingkah kedua sahabatnya yang beradu mulut karna urusan cinta.
Karna tidak tahan, ahirnya Diva ikut bersuara. "Kalau menurut gue, apa yang di katakan Amel itu benar Tia." ujar Diva menengahi perdebatan antara Tia dan Amel, karna dari tadi Tia terus menyangkal bahwa sanya dia tidak jatuh cinta.
"Emang seperti itu ya Div rasanya jatuh cinta?" tanya Tia pada pada Diva, karna hanya Diva yang akan bicara jujur dan apa adanya, lain halnya dengan si Amel yang sedikit somplak dan serewet.
"Menurut yang gue alami ya seperti itu. selain lo terbayang bayang wajahnya, apa ada perasaan lain yang lo rasakan terhadap pria itu?" tanya Diva memastikan.
"Ada." jawab Tia malu malu.
"Apa?"
"Gue pengen ketemu lagi sama cowok itu." jawab Tia sambil menundukkan kepalanya karna malu.
"Tia sayang....!! berarti lo benar benar jatuh cinta." timpal Amel yang sudah gregetan dari tadi.
"Terus gue harus gimana?" tanya Tia tanpa semangat, pasalnya dia tidak mungkin bertemu lagi dengan pria asing itu, karna besok dia sudah harus kembali ke indonesia.
Sedangkan di tempat lain.
Rama juga sedang di introgasi oleh Alex karna tidur hampir subuh. Rama juga menceritakan yang dia alaminya pada Alex.
Alex tertawa lepas saat mendengar cerita tentang apa yang di alami oleh Rama, tak jauh beda dengan Tia, Rama juga tidak pernah merasakan jatuh cinta. ini adalah pengalaman pertama dalam hidupnya.
Dulu waktu di bangku SMA Rama pernah dekat dengan seorang wanita, tapi Rama tidak pernah merasakan perasaan seperti sekarang ini.
"Selamat bro, ini kali pertama lo jatuh cinta." ucap Alex yang sukses membuat kening Rama berkerut.
"Maksut lo apa?" tanya rama merasa tidak paham maksut Alex.
"Lo udah jatuh cinta pada pandangan pertama." ucap Alex sekali lagi.
"Gue. jatuh cinta?" tanya Rama sambil menunjuk dirinya sendiri.
Alex hanya mengangguk sembari menahan tawa, ingin rasanya Alex tertawa lepas melihat tingkah sahabatnya yang satu itu. bagaimana tidak, Rama begitu jago dalam urusan Akademi, tapi nol besar dalam urusan percintaan.
"Apa ini yang di namakan cinta?"
Tanya Rama sembari memengangi dadanya yang terasa berdebar saat mengetahui jika yang di alaminya saat ini adalah perasaan cinta.
Sebuah senyum tipis tersungging dari bibirnya, namun detik berikutnya raut wajah Rama berubah mendung tak kala ia ingat jika besok pagi dia harus kembali ke indonesia.
"Kenapa?" tanya Alex saat melihat perubahan raut wajah Rama yang tiba tiba mendung.
"Apa mungkin gua bisa bertemu cewek itu lagi? sedangkan besok pagi kita bakalan balik ke indonesia." ucap Rama tanpa semangat.
"Jika jodoh tidak akan kemana bro, percayalah pada takdir yang kuasa, lo kan sering sholat, tapi kenapa kesan nya lo gak percaya pada takdir yang maha kuasa, berdoalah sambil berusaha supaya tuhan mempertemukan lo sama cewek itu lagi dan siapa tahu kalian berjodoh." ucap Alex memberikan semangat untuk sahabatnya yang baru mengenal apa itu cinta.
"Emang di mana lo ketemu tu cewek?" tanya Alex penasaran.
"Di mall." jawab Rama singkat.
Alex hanya manggut mangut setelah mendengar jawaban Rama, pasalnya ingin mengajak Rama ke tempat itu lagi, tapi Alex tidak yakin jika wanita asing itu akan ke mall lagi.
"Yang sabar bro, jodoh tak kan kemana." ucap Alex sambil meneput bahu Rama, agar pria itu bisa semangat kembali.
Sedang kan di indonesia.
Tepatnya di kediaman keluarga bagaskara, seorang pria paruh baya yang saat ini sedang menerima seorang tamu penting, keduanya tampak berbincang di selingi canda tawa.
Tuan Nino arya bagaskara dan rekan bisnisnya Tuan Burhan wijaya, mereka tampak asik berbincang untuk rencana perjodohan antara putra dan putri mereka.
Tampak Tuan Burhan begitu antusias dengan perjodohan itu, "Kapan kira-kira putri anda akan pulang dari singapura, pak Nino?" tanya Tuan Burhan.
"Mungkin besok."
"Wah kebetulan sekali putra bungsu saya juga pulang besok dari singapura." ucap pak Burhan sumringah.
"Loh, memang pak Burhan punya dua putra?" tanya Tuan Nino.
"Iya pak, Nino. tapi dia..." pak Burhan ragu untuk menyampaikan tentang putra bungsunya.
"Tapi dia kenapa, pak?" tanya Tuan Nino penasaran.
"Dia bukan putra kandung saya pak, saya dan istri saya mengadopsinya dari panti asuhan, sebenarnya itu keinginan istri saya pak, dengan alasan, dia kasihan pada seorang bayi yang baru di temukan di depan pintu panti asuhan yang kami kunjungi waktu itu, dan saya setuju meskipun saya sudah punya seorang putra yang waktu itu sudah berumur dua tahun." jelas Tuan Burhan apa adanya.
Tuan Nino hanya manggut manggut.
"Tapi kelakuan nya sangat berbeda dengan putra sulung saya pak, dia tidak bisa di atur, kerjaan nya hanya menhabiskan uang. bahkan dia sering bermain wanita dan mabuk mabukan, berbeda dengan putra sulung saya yang selalu nurut dan gak pernah aneh aneh, bahkan dia rajin beribadah." ucap Tuan Burhan berbohong.
Padahal kelakuan putra sulungnya lah yang mines tapi malah menjelek jelekan putra bungsunya, Tuan Burhan punya rencana licik hingga dengan gampangnya menjelekkan putra bungsunya karna merasa takut jika Tuan Nino lebih tertarik menjodohkan putrinya dengan putra bungsunya yang bernama Farhan Ramadan wijaya.
Tuan Burhan jelas takut jika Tuan Nino memilih Farhan karna dari segi fisik dan kepribadian jelas lebih unggul Farhan selain ketampanan yang dia miliki, Farhan juga pintar bahkan menjadi lulusan terbaik di kampusnya. beda halnya dengan putra sulung nya yang bernama Evan wijaya. kelakuan nya hanya menghamburkan uang dan bermain wanita bahkan tak jarang sering menggunakan obat obatan terlarang.
"Sepertinya saya lebih tertarik dengan putra sulung anda pak Burhan." ucap Tuan Nino setelah mendengar cerita bohong yang di karang oleh Tuan Burhan.
Tuan Burhan menyeringai licik, ahirnya Tuan Nino masuk dalam jeratan nya, Tuan Burhan dan putra sulungnya sudah berencana mengambil alih semua aset milik Tuan Nino saat Tia sudah sah menjadi menantunya dan tentunya setelah Tia resmi menjadi pemilik seluruh aset kekayaan keluarga Bagaskara.
"Saya senang sekali mendengarnya Tuan." ucap Tuan Burhan tersenyum bahagia.
******
Di singapura.
Tia mulai mengemas barang barang nya kedalam koper dengan gerakan tangan yang tampak kurang semangat, rasanya Tia enggan untuk meninggalkan kota singapura sebelum bertemu lagi dengan pria asing itu, namun apa boleh buat, dia tidak tahu kemana harus mencari pria yang sudah dua hari ini telah menjungkir balik kan perasaan dan hidupnya.
Tia semakin meyakinkan hati dan perasaan nya jika dia benar benar telah jatuh cinta pada pria yang belum ia kenal sama sekali. Tia telah mengabaikan fakta bahwa sanya dia telah di jodohkan bahkan sebentar lagi dia akan bertunangan.
Tia menghela nafas berat saat teringat kata kata sang ayah sebelum berangkat kuliah ke singapura.
Ingat Tia, tujuan mu pergi ke singapura untuk belajar bukan untuk pacaran, papa benci anak yang pembangkang dan tidak menurut pada orang tua, kebahagian mu biarkan papa yang menentukan, papa tidak suka di bantah, jadi jangan kecewakan papa.
Itulah kata kata tuan Nino sebelum Tia berangkat ke singapura. Tia selalu mengingat kata kata itu hingga selalu menutup hati dan perasaan nya pada setiap pria yang mencoba dekat dengan nya. itulah kenapa sampai saat ini dia tidak pernah merasakan jatuh cinta apalagi berpacaran, Tia seakan membangun dinding kokoh pada setiap pria yang mendekatinya.
Tapi entah kenapa saat ini Tia seakan lupa pada pesan dan kata kata sang ayah yang selalu di patuhinya selama ini, mungkinkah Rama telah merobohkan dinding kokoh yang Tia bangun untuk membentengin hati dan perasaan nya.
"Kamu bisa Tia." ucap Tia menyemangati dirinya sendiri.
Waktupun begitu cepat berlalu, kini waktunya Tia pulang ke indonesia bersama ke dua sahabatnya.
"Gimana Tia sayang, apa lo udah siap pulang dan melupakan cinta pada pria asing itu?" goda Amel saat sudah sampai di bandara.
Sontak Tia melotot ke arah Amel yang sedang cengengesan.
"Cie... gitu aja marah." goda Amel lagi
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!