NovelToon NovelToon

Dewa Cinta

Bab 1

Di eskalator Mall, Dewa bisa melihat sahabatnya sedang berkencan dengan seorang pria yang merupakan teman kerja di perusahaan tempat sahabatnya bekerja yang bergerak di bidang konveksi.

Di satu sisi. Tak sengaja Cinta juga melihat pria yang berstatus sahabatnya sedang menggandeng seorang wanita cantik ke arahnya.

Tak ada interaksi menyapa atau tersenyum saat ke dua nya saling bertatapan.

Iya, begitulah hubungan mereka jika di luar rumah. Tak ada satu orang pun yang tahu, jika mereka sepasang sahabat yang sangat dekat.

Flashback on.

"Aku baru saja bertemu dengan pria. Dan kau tahu, ternyata pria itu, pria yang selama ini aku kagumi, dia bekerja di tempatku bekerja. Hanya saja, dia bekerja di bagian kantor dan aku bekerja menjadi buruh pabriknya." ucap Cinta meneguk segelas air putihnya untuk meredakan tenggorokannya yang kering.

"Lalu? Kau senang bertemu dengannya?" tanya sahabatnya yang tak lain bernama Dewa.

"Tentu. Aku sangat senang. Sudah lama, aku mengangguminya dalam diam dan sekarang, aku di pertemukan, bukankah ini seperti jodoh?" jawab Cinta antusias.

"Iya. Bagimu ini adalah jodoh, tapi berbeda baginya. Mungkin, dia berpikir bertemu denganmu adalah hal yang sangat sangat menyedihkan. Benar kan?" ejek Dewa membuat Cinta kesal.

"Ish, Dewa! Selalu saja mengacaukan imajinasiku yang tinggi ini. Seharusnya, kamu dukung sahabatmu, jangan menjatuhkan mentalnya terus! Mau sampai kapan sahabatmu ini menjomblo, ha! Aku juga ingin merasakan di cintai dan di sayangi!" geram Cinta melempar tas kerjanya ke sofa.

"Carilah pria yang sederajat denganmu, maka aku akan mendukung hubungan kalian. Aku tidak bisa mendukung hubunganmu dengan pria yang jauh di atasmu. Aku tidak mau, kamu menyesal. Sekarang, masuklah ke kamar. Aku akan buatkan makan malam untuk kita." titah Dewa membuka kulkas rumahnya.

"Hem. Apa salahnya, aku dekat dengan pria di atasku? Bukankah ini akan memperbaiki ekonomiku? Dan aku tidak perlu bekerja terlalu keras untuk membayar sewa rumah ini? Aku juga bisa menabung untuk masa depanku?"

"Apa aku pernah memintamu membantuku mengumpulkan uang untuk biaya sewa rumah ini, Hem? Sudahlah, cepat mandi! Jangan banyak berhalusinasi. Turuti perintahku, atau kau menyesal di kemudian hari karena pria itu!" titah Dewa membuat Cinta berjalan masuk ke dalam kamarnya dengan raut wajah kesalnya.

'Andai, dia jauh lebih muda dariku, pasti sudah aku atur hidupnya seperti dia mengatur hidupku!' batin Cinta.

Flashback off.

'Ternyata dia tetap mengencani pria itu. Padahal, aku sudah menasehatinya. Dasar wanita payah!' batin Dewa merangkul mesra pinggang kekasihnya.

'Ish, memangnya hanya kau yang bisa berkencan, ha! Aku juga bisa. Kita lihat saja, berapa lama hubunganmu dengan kekasihmu itu berjalan lancar. Dasar laki-laki playboy! Dia selalu menasehatiku untuk mencari pria yang sederajat, tapi lihat dirinya sendiri ... dia mencari wanita yang seksi dan glamor.' batin Cinta lalu melingkarkan tangannya ke lengan kekasihnya. Iya, Cinta dan pria yang bernama Sakti itu baru saja jadian.

Sakti terlihat bahagia saat melihat kekasihnya bersikap manja di depan umum.

"Sekarang, aku antar kamu pulang!" titah Sakti sembari membelai pipi mulus Cinta.

"Terimakasih Mas Sakti. Tapi aku bisa naik taksi, kok!" jawab Cinta menyenderkan kepalanya di lengan kekasihnya.

"Hem. Sekarang, kita sudah resmi menjalin hubungan. Dan itu artinya, aku harus mengantarkan kekasihku ini ke rumah dengan selamat. Aku tidak mau, menjadi pria pengecut yang tidak perduli dengan kekasihnya." bujuk Sakti yang lagi dan lagi membuat hati Cinta berbunga-bunga.

'Manis sekali, Mas Sakti. Aku tidak percaya akan di perlakukan selembut ini. Beruntung, aku tidak terpengaruh ucapan Dewa, dan hampir saja aku menyia-nyiakan orang seperti Mas Sakti yang sangat baik dan tulus. Tapi tunggu dulu, kalau Mas Sakti mengantarku ke rumah. Itu artinya, Mas Sakti akan tahu, kalau aku tinggal satu rumah dengan seorang pria, lalu Mas Sakti ilfill dan memutuskan hubungan yang baru di mulai, ini? Tidak! Semua ini, tidak boleh terjadi. Aku harus menutup rapat rahasia ini!' batin Cinta menggelengkan kepalanya.

"Sayang, ada apa? Apa kepalamu sakit, Hem?" tanya Sakti saat melihat tingkah laku kekasihnya yang aneh.

"Eh, Mas, maafkan aku. Kepalaku sedikit pusing. Tapi sekarang, sudah sembuh. Oh, iya, Mas Sakti tidak perlu mengantarku ke rumah. Aku bisa naik taksi. Lagi pula, ini sudah malam. Tidak enak dengan tetangga." jawab Cinta dengan senyum manisnya.

Sakti mencubit gemas pipi kekasihnya yang chubby. "Ayolah, aku akan khawatir jika membiarkanmu naik taksi seorang diri."

"Ta-tapi, Mas, aku--"

"Tidak ada tapi-tapian, sayang! Aku tidak mau terjadi sesuatu denganmu. Aku antar pulang, ya! Besok pagi, aku jemput kamu, okeh! Kita berangkat ke kantor sama-sama." titah Sakti yang mendapat gelengan kecil dari Cinta.

"Ja-jangan, Mas. Kamu tidak perlu menjemputku. Aku tidak mau kamu malu. Kita berbeda, kamu bekerja di kantor, sedangkan aku hanya kuli pabrik biasa. Aku bisa berangkat sendiri, kamu tidak perlu mengkhawatirkanku. Kita bisa bertemu di pabrik." ujar Cinta lirih.

Sakti melepas lingkaran tangan kekasihnya, "Kamu kenapa, Hem? Aku sudah memikirkan semua ini dengan matang, sayang. Aku tidak akan menyembunyikan hubungan ini. Aku akan beritahu semua orang, kalau kita sepasang kekasih yang sangat romantis. Bukankah, posisi ini sangat menguntungkan bagimu? Tidak ada yang berani membentakmu atau memarahimu kalau mereka tahu, wanita cantik di depanku adalah kekasihku." ucap Sakti meyakinkan Cinta. "Kau mau kan, semua orang tahu tentang hubungan kita?" tanyanya lagi.

"A-aku, Mas. A-aku belum siap. Aku tidak mau orang-orang yang tidak menyukaiku semakin mencibirku. Pasti mereka mengatakan, kalau aku memanfaatkanmu, saja. Lagi pula, hubungan kita baru saja di mulai. Kita rahasiakan dulu selama beberapa bulan, ya, Mas. Aku mencintaimu, Mas." pinta Cinta dengan tatapan memohon.

"Huh, baiklah, kalau itu keputusanmu. Aku akan terima. Lebih baik, sekarang kita pulang. Aku antar!"

"Jangan, Mas. Aku bisa--"

"Jangan bantah aku, Cinta. Aku juga mencintaimu, dan aku tidak mungkin membiarkan orang yang aku cintai pulang malam seorang diri." potong Sakti kemudian menggenggam tangan Cinta dan berjalan keluar Mall.

Lagi dan lagi Cinta terharu dan baper pada sikap Sakti yang manis. Mereka berjalan menuju parkiran di mana mobil Sakti terparkir.

Setelah masuk ke dalam mobil. Cinta langsung mengirim pesan pada sahabatnya untuk pulang lebih malam.

'Pulanglah lebih malam karena kekasihku akan mengantarku sampai rumah. Ingat, jangan tiba-tiba muncul di dalam rumah. Aku tidak mau, kekasihku ilfill melihatmu!' send Dewa.

Ting ...

Dewa merogoh ponselnya yang berbunyi. Matanya membulat sempurna setelah membaca pesan dari sahabatnya.

'Apa yang akan mereka lakukan di rumahku!' batin Dewa meletakkan ponselnya lagi di atas meja.

Bab 2

Melihat ekspresi kesal dari pria di hadapannya. Wanita yang berstatus sebagai model itu pun meletakkan ke dua sendoknya di atas piring.

"Ada apa, sayang?" tanya Siska penasaran.

"Aku harus pulang, Sis! Penyusup telah masuk ke rumahku. Aku harus menghentikannya." jawab Dewa mengeluarkan pecahan uang seratus ribu dari dompetnya. "Cepat, aku antar kamu pulang!" titahnya lagi.

"Tapi kita baru sampai, Wa. Bahkan, aku baru menyuapkan beberapa sendok makan. Kamu bisa minta satpam untuk mengurus ini, kan? Bisakah aku egois sedikit saja? Aku masih merindukanmu, Wa?"

"Siska, waktuku tidak banyak. Sekarang, ikut aku, atau aku tinggal di sini. Kita bisa lanjutkan makan malam ini lain waktu, sayang!" bujuk Dewa membuat Siska menghembuskan napasnya kasar.

"Baiklah. Demi kamu, aku mau pulang, tapi janji ... besok malam, kita dinner menggantikan malam ini." pinta Siska memohon.

"Okeh. Sekarang, kita pulang." jawabnya.

Siska mengulurkan tangannya ke arah Dewa. Dengan sigap, Dewa menerima uluran tangan sang kekasih dan berjalan parkiran Mall di mana mobilnya berada.

Tak membutuhkan waktu lama untuk Dewa sampai di depan rumah kekasihnya.

"Maafkan aku, aku tidak bisa mengantarkanmu sampai dalam rumah, tapi aku berjanji, aku akan mengatur dinner ini yang gagal!"

"Tidak perlu meminta maaf, kau kan orang yang sangat sibuk. Jadi, aku harus memakluminya, tapi ingat! Jika sudah sampai di rumah, kamu harus memberiku kabar, okeh?" titah Siska sembari mengedipkan kelopak matanya sebelah kanan.

Dewa mengangguk sembari mengacak-acak rambut sang kekasih.

"Okeh, kalau itu yang kamu mau, aku akan mengirim pesan setelah sampai di rumah."

"Hati-hati," jawab Siska lalu membuka pintu dan keluar dari mobil.

Dewa membunyikan klakson sebagai tanda perpisahannya.

Setelah beberapa meter mobilnya pergi dari rumah kekasihnya. Dewa langsung menancapkan gas dan meraih ponselnya.

Tut ...

Tut ....

"Argkh! Kenapa Cinta tidak mengangkat telfonku. Apa yang mereka lakukan di rumahku!" geram Dewa menambah kecepatannya lagi.

Di satu sisi. Sakti membuka pintu mobil dan mempersilahkan Cinta keluar dari mobilnya. Lagi dan lagi sikap Sakti membuat Cinta terpesona.

'Aku tidak salah dalam memilih pasangan.' batinnya. "Em, ayo, masuk, Mas. Jangan diam saja. Aku akan buatkan teh hangat untukmu!" titah Cinta setelah sadar dari lamunannya.

"Kau tinggal seorang diri?" tanya Sakti saat melihat Cinta membuka pintu rumahnya.

"Em, seperti yang kamu lihat, Mas. Aku tinggal sendiri di sini." jawabnya, "Masuk dulu, Mas. Aku buatkan teh hangat."

Sakti berjalan masuk dan menjatuhkan pantatnya di sofa, "Kamu yakin, kamu tinggal sendiri di sini, Cin?" tanya Sakti sekali lagi.

Cinta mengangguk, lalu tak sengaja melihat celana pendek sahabatnya yang tergeletak di bawah sofa.

"Hehehe ... Mas Sakti, itu ada apa, Mas?" tanya Cinta menunjuk ke langit rumahnya.

Sakti melihat arah yang ditunjukkan kekasihnya. "Aku tidak melihat apapun. Apa kamu melihat sesuatu, Cin?" tanya Sakti mengalihkan pandangannya lagi ke arah kekasihnya.

Cinta memasukkan celana pendek milik sahabatnya ke dalam kolong sofa.

'Untung Mas Sakti tidak lihat celana Dewa. Bisa patah hati kalau Mas Sakti lihat celana itu. Aku harus menegur Dewa supaya tidak membuang pakaian kotornya berserakan di lantai.' batin Cinta.

"Hei, sayang. Kamu melamun?" tanya Sakti membuyarkan lamunan Cinta.

"Aku? Aku tidak melamun, Mas. Oh, iya, aku mau buatkan kamu teh hangat. Kamu tunggu sebentar, Mas." titah Cinta berjalan menuju dapur sembari melihat seluruh ruang tamunya.

Di satu sisi. Dewa menghentikan mobilnya tak jauh dari rumahnya.

"Wah benar, pasti mereka sedang melakukan apa yang tidak seharusnya di lakukan di rumahku. Dasar wanita, mau saja di butakan oleh Cinta. Aku harus mengeceknya melalui pintu belakang!" gumam Dewa berjalan mengendap-endap ke halaman rumahnya.

Di dapur, Cinta mengambil dua cangkir dan memasukkan teh kantong yang di ambilnya ke dalam cangkir tersebut.

'Tidak ada sesuatu yang mencurigakan lagi di rumah ini, kan? Aku tidak mau, Mas Sakti melihat barang-barang milik Dewa berserakan di lantai. Tapi tunggu dulu, dia sudah membaca pesanku tapi kenapa dia tidak balas pesanku. Jangan-jangan dia mencoba melakukan hal yang seperti biasa dia lakukan?' batin Cinta membuka menyalakan kompor setelah meletakkan panci yang berisi air dingin.

Cinta membuka pintu belakang rumahnya. "Tidak ada yang mencurigakan. Mungkin saja, dia sudah sadar dan tak akan menggangguku lagi dalam menentukan pilihan." gumamnya yang dapat di dengar oleh Dewa.

Dewa melempar kerikil ke arah Cinta.

Pletak!

Pletak!

"Aw, siapa yang berani melempar kerikil di malam hari, ha!" pekiknya sembari mengusap lengannya yang sakit.

Dewa terkikik dalam hati, lalu mengambil lebih banyak kerikil di dekatnya.

Pletak!

Pletak!

"Aw ... Aw ... gila! Pasti pria itu!" geram Cinta. "Hei, keluarlah!" pekiknya lagi.

"Rasakan, memangnya enak!" lirih Dewa melempar kerikil yang berada di dalam genggaman tangannya lagi.

Pletak!

"Aw!" ringis Cinta emosi. "Hei, keluarlah, atau aku habisi kau sampai masuk rumah sakit!" ancamnya.

Dewa menyembulkan kepalanya. "Kau menantangku?" ejeknya.

"Kau gila, ya! Seluruh tubuhku sakit karena ulahmu!"

"Hahaha ..." jawab Dewa sembari berjalan menuju sahabatnya. "Aku tahu apa yang kalian lakukan di rumahku. Jadi, membuat tubuhmu sakit, akan menggagalkan rencana kalian. Seharusnya, kau bahagia mempunyai sahabat sepertiku yang sangat perhatian."

"Bahagia? Hahaha ... aku sangat bahagia," jawab Cinta lalu memukul lengan Dewa dengan sekuat tenaga. "Sakit seperti ini, kau bilang bahagia! Rasakan ini! Aku akan menghajarmu sampai tak bernyawa!" ketus Cinta.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"Hei, tunggu dulu!" cegah Dewa menghentikan pergerakan tangan Cinta. "Cukup! Pukulanmu terlalu keras." sambungnya lagi.

"Aku tidak perduli!" pekiknya lagi lalu melayangkan tangannya ke udara.

Dewa berlari menghindari pukulan maut yang membuat tubuhnya merah lebam.

"Hei, Cinta! Aku bercanda. Jangan lakukan ini padaku. Tidak lucu, jika tetangga kita mendengar keributan ini!" ucap Dewa sembari berlari mengumpat di belakang pohon.

Mendengar kata tetangga, tiba-tiba Cinta teringat dengan kekasihnya yang sedang menunggu di dalam rumahnya.

"Mas Sakti?" gumamnya lalu berlari masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang.

Dewa menghembuskan napasnya lega saat melihat sahabatnya pergi dari hadapannya.

"Syukurlah, anak itu sudah pergi. Aku bisa merilekskan tubuhku dulu di sini!"

Setelah masuk ke dapur, Cinta terkejut saat melihat Sakti yang sedang mematikan kompor.

"M-mas Sakti?" pekiknya.

Sakti menoleh lalu tersenyum hangat. "Hei, dari mana saja, hem? Airnya sudah mendidih, jadi aku mematikan kompornya." ucapnya sembari menuangkan air panas itu ke dalam cangkir.

"Mas, biar aku saja. Kamu tidak perlu melakukan ini!" jawabnya tak enak hati.

"Tidak perlu. Biar aku saja. Memangnya, kau habis dari mana?" tanya Sakti meletakkan panci kosong itu ke dalam wastafel.

Bab 3

"Hei, kenapa melamun? Aku sedang bertanya, sayang!" tanya Sakti sembari meletakkan dua cangkir teh hangatnya ke atas meja makan.

Cinta tersenyum kecut. "Em, aku sedang mengusir tikus di belakang rumah, Mas. Kebetulan, tikus itu menggangguku. Jadi, sembari menunggu air itu panas, aku kejar dan bunuh dia, hehe!" jawab Cinta sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tikus? Di rumah ini ada tikus?" tanya Sakti memastikan. "Aku pikir, tikus tidak akan berani masuk ke dalam rumah yang tertata rapi dan bersih seperti ini, tapi ternyata dugaanku salah. Banyak tikus yang berkeliaran. Lain kali, kamu bisa panggil aku. Dan biar aku yang membasminya, sayang. Bila perlu, kita beli obat tikus di supermarket terdekat. Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu." ucap Sakti perhatian. "Sekarang, minumlah. Pasti kamu capek berburu tikus kan?"

"Hehehe ... terimakasih, Mas. Kamu tidak perlu repot-repot seperti ini. Kamu ini tamu di rumahku, Mas."

"Tidak. Aku sama sekali tidak merasa di repotkan." jawab Sakti menyeruput teh hangatnya. "Oh, iya, besok pagi, aku akan menjemputmu. Dan aku akan mengatakan pada semua orang, kalau--"

"Mas, jangan. Aku belum siap kalau hubungan kita di ketahui banyak orang. Biarkan kita seperti ini dulu, ya. Setidaknya beri aku waktu sampai aku siap." timpal Cinta begitu cepat.

Di dekat pintu belakang. Dewa menguping semua pembicaraan sahabat dan kekasih sahabatnya.

"Percakapan macam apa itu. Mereka berdua sangat membosankan dan terlalu kaku. Aku yakin, Cinta sejujurnya tidak menyukai Pria itu, dia hanya tidak enak menolaknya. Bagaimana, caraku mengusir pria itu pergi dari rumah ini?" gumamnya lalu berpikir cara mengusir pria yang bernama Sakti.

Jam terus berputar, tak terasa, Dewa sudah berdiri di belakang pintu belakang rumahnya satu jam lebih.

Suara petir menandakan akan turun hujan.

Mendengar suara petir, Cinta yang sedang asik mengobrol pun tiba-tiba terpikirkan sahabatnya yang berada di halaman belakang rumahnya.

"Mas, kamu tidak pulang? Sebentar lagi mau turun hujan." tanya Cinta.

"Kenapa? Bukankah turun hujan adalah hal biasa?" jawabnya terkekeh.

"Tapi kamu masih ada di rumahku, Mas. Aku tidak mau terjadi sesuatu denganmu. Sangat membahayakan jika kamu menyetir seorang diri dalam kondisi hujan. Sebaiknya, sebelum hujan tiba, kamu pulang, ya?" bujuk Cinta sembari menampilkan senyum manisnya.

"Cinta, kamu mencemaskanku? Memangnya, kamu tidak takut petir? Biasanya wanita takut petir. Dia akan teriak saat petir itu datang. Aku justru ragu meninggalkanmu di saat seperti ini." ucap Sakti mengusap pundak kekasihnya.

Cinta tersenyum tipis, 'Apa aku tidak salah dengar? Mas Sakti ragu meninggalkanku sendiri di sini? Iya, menurut wanita sepertiku, sikapnya yang seperti ini memang manis, tapi aku tidak mungkin membiarkan Dewa kehujanan di halaman belakang rumah. Mau bagaimanapun, Dewa yang selalu ada untukku sebelum aku bertemu dengan Mas Sakti, tapi bagaimana caraku mengusir Mas Sakti tanpa dia berpikir, jika aku mengusirnya?' batin Cinta kebingungan.

Duarr!

"Aaaa ...." pekik Cinta yang reflek menutup ke dua telinganya. "A-aku takut!" sambungnya lagi.

"Baiklah, kalau kamu takut, itu artinya aku tidak bisa meninggalkanmu sendiri di sini. Sebaiknya, aku temani kamu sampai petir itu pergi!" jawab Sakti dengan tegas.

Cinta menggelengkan kepalanya lirih, "Ta-tapi, Mas, aku tidak mau ada tetangga yang lihat. Mereka bisa menuduh kita berbuat hal buruk. Aku tidak apa-apa. Kamu percaya padaku, kan, Mas?" bujuk Cinta.

"Aku tidak bisa, Cinta." jawab Sakti lalu mendengar suara air jatuh dari langit yang sangat deras.

Cinta semakin kebingungan saat mendengar hujan datang. Dirinya benar-benar di buat frustrasi dengan kondisi sahabatnya yang kedinginan di luar rumah.

"Baiklah. Aku temani kamu di ruang tamu, ya. Aku tidak bisa masuk ke dalam kamar." ucap Cinta pasrah.

"Oh, tidak perlu. Kamu masuk saja ke kamar. Dan aku akan menunggumu di ruang tamu. Aku berjanji, Cinta, aku tidak akan melakukan hal-hal aneh yang merugikanmu. Kamu percaya padaku, kan? Iya, mungkin ucapanku terdengar aneh, tapi aku tidak mau merusak kepercayaan yang sudah kau beri padaku."

"Ta-tapi Mas. A-aku tidak bisa--"

"Kamu tidak bisa mempercayaiku?" potong Dewa yang mendapat anggukan kecil dari Cinta.

"Mau bagaimana pun, kita baru saja jadian. Dan aku hanya takut."

"Aku bisa mengerti. Ya, sudah, kita duduk di ruang tamu sembari menonton televisi. Aku tidak akan memaksamu, sayang!" jawab Sakti kemudian beranjak dari kursi di ikuti oleh Cinta di belakangnya.

Cinta mempersilahkan Sakti untuk pergi lebih dahulu. Setelah melihat kepergian kekasihnya, Cinta segera mengetik sesuatu di layar ponselnya.

'Masuklah ke kamar, aku akan mengalihkan perhatian Mas Sakti karena dia tidak mau meninggalkanku sendiri di saat seperti ini.' send Dewa.

Di halaman belakang rumah. Dewa tengah berteduh di pinggir-pinggir rumahnya dengan perasaan yang amat kesal.

Bunyi ponsel membuatnya langsung meraih dan membaca pesan yang baru saja di kirim oleh sahabatnya.

"Mereka membuatku susah, tapi daripada aku harus berdiam diri di sini, lebih baik aku masuk sesuai dengan perintah Cinta, tapi awas saja ... aku tidak akan tinggal diam, aku akan menghukummu, Cin!" gumam Dewa berjalan mengendap-endap di pinggir rumahnya. "Kenapa hujannya tiba dengan cepat?" umpatnya lagi.

Di sisi lain. Cinta semakin gelisah saat mendengar suara pintu belakang rumahnya yang terbuka.

"Siapa?" tanya Sakti sembari mengusap pundak kekasihnya.

"Bukan siapa-siapa, Mas. Paling tikus nakal. Kamu tidak perlu mendengarkan suara-suara itu." jawab Cinta yang dapat di dengar oleh Dewa.

'Sialan, Jadi Cinta mengataiku tikus?' geram Dewa dalam hati.

"Besok setelah pulang bekerja. Aku temani kamu berbelanja. Aku rasa, kamu butuh stok obat tikus." titah Sakti.

"Hahaha ... kamu pasti risih dengan suara tikus itu, ya? Em ... tapi sudah ku duga, Mas."

"Iya, sayang. Aku sangat risih mendengar suara tikus itu. Atau begini saja, malam ini kita pergi ke supermarket terdekat dan beli beberapa obat tikus. Aku tidak mau tidur kekasihku tidak nyaman." ucap Sakti yang lagi dan lagi membuat Cinta baper.

Dewa mengerucutkan bibirnya sembari berkomat-kamit meniru ucapan Sakti yang terdengar lebay di telinganya.

'Hehehe ... dasar pasangan kekasih alay. Bisa-bisanya mereka mengataiku tikus dan ingin membasminya. Lihat saja, nanti! Aku akan lebih dulu membasmi virus sepertimu.' gumam Dewa dalam hati.

Satu jam sudah, hujan mengguyur ibukota.

"Mas, kapan hujannya reda?" tanya Cinta yang mulai mengantuk.

"Kenapa? Aku bukan pawang hujan dan aku tidak tahu, kapan hujannya reda." jawabnya santai.

"Tidak, Mas. Aku ngantuk."

"Tidurlah, aku akan menjagamu di sini!" titah Sakti.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!