NovelToon NovelToon

Kita Yang Berbeda

Pertemuan Pertama

Hari pertama ospek Aluna hampir saja terlambat datang dalam acara penerimaan murid baru di kampusnya. Dia berlari - lari sambil membawa tasnya dan beberapa kelengkapan ospek yang disuruh dibawa oleh Kakak senior.

Aluna menguncir dua rambutnya yang panjang. Dia memakai baju putih dan rok hitam dibawah lutut. Setengah berlari masuk ke dalam barisan kelasnya.

Fiuuuuh... Hampir saja aku terlambat. Gumamnya dalam hati.

Mahasiswa dan mahasiswi baru diminta berkumpul di lapangan depan taman kampus. Setelah dijemur selama satu jam akhirnya mereka masuk ke dalam aula untuk menghadiri acara penerimaan murid baru yang diadakan dikampus mereka.

Aluna melirik kanan dan kiri, tidak ada seorangpun yang dia kenal. Tentu saja karena dia berasal dari luar kota. Aluna tinggal di rumah salah satu keluarga jauhnya di kota ini.

Tiba - tiba ada tangan yang menariknya duduk di salah satu bangku kosong.

"Duduk di sini, kamu mencari bangku kosongkan?" Tanya seorang pria yang dari pakaiannya Aluna tau dia adalah murid baru juga.

"Te.. Terimakasih" Ucap Aluna.

Aluna mulai merapikan pakaian dan rambutnya. Kemudian mengeluarkan buku catatan yang mungkin diperlukan saat acara berlangsung.

"Kamu dari fakultas mana?" Tanya Aluna basa - basi kepada pria yang sudah membantunya.

"Ekonomi" Jawab pria itu singkat.

"Wah sama donk, aku juga fakultas ekonomi" Ucap Aluna senang, ternyata dia langsung dapat teman yang satu fakultas. Beruntung sekali dia hari ini, sudah selamat dari keterlambatan tadi pagi, kini dia mendapat teman baru.

"Jurusan apa?" Tanya Aluna lagi.

"Manajemen" Jawab pria itu dingin.

"Waaah sama lagi, aku juga jurusan manajemen. Berarti kita teman sekelas" Sorak Aluna senang.

"Kenalkan nama aku Aluna" Ucap Aluna sambil menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan.

Tapi pria itu tidak menyambutnya. Bukan Aluna namanya kalau cepat putus asa.

"Nama kamu siapa?" Tanya Aluna sambil menarik tangan.

"Predator" Jawab pria itu dingin.

"Apa ada ya nama orang predator?" Tanya Aluna bingung.

Pria itu tersenyum tipis melihat tingkah Aluna yang lucu, hanya saja senyuman itu tidak bisa dilihat oleh Aluna. Karena Aluna sibuk merapikan rambut kepang duanya yang panjang.

"Tapi bagaimana aku harus memanggil nama kamu? Pre da tor" Eja Aluna.

"Ahaaa.. Aku panggil Predi aja ya" Ujar Aluna riang.

"Terserah kamu" Sambut pria itu.

Mereka akhirnya duduk dengan serius karena acara penerimaan murid baru sudah dimulai. Siang hari diberikan waktu istirahat. Masing - masing murid baru dipersilahkan makan siang dengan bekal yang mereka bawa dari rumah.

"Pred kamu mau ayam goreng? Aku bawa dua ini" Ucap Aluna menawarkan bekal yang dia bawa.

"Boleh" Jawab teman baru Aluna.

Aluna memberikan satu potong ayam goreng yang dia bawa dari rumah dan meletakkannya di tempat bekal teman barunya.

Setelah selesai makan siang Aluna pergi sebentar keluar.

"Pred titip tas aku ya, aku mau ke kamar mandi sebentar" Ucap Aluna.

"Hem.. " Sahut Pria itu tanda setuju.

Aluna pergi keluar aula dan berjalan menuju musholla kampus. Aluna mengambil wudhu dan melaksakan shalat.

Walau tampilannya belum sempurna menjadi seorang muslimah tapi Aluna tidak pernah meninggalkan shalatnya. Orang tuanya selalu mengingatkannya untuk menutup aurat tapi Aluna selalu mengelak dengan alasan belum mendapatkan hidayah.

Setelah selesai shalat, Aluna kembali ke aula dan duduk kembali di kursinya semula. Acara akan mulai dilanjutkan sekitar sepuluh menit lagi.

Aluna mengajak teman prianya itu berbincang - bincang.

"Kamu asli orang sini?" Tanya Aluna yang berusaha beramah tamah.

"Ya asli orang lah, mana mungkin aku alien" Jawab pria itu ketus.

"Ya ampun bukan itu maksud aku. Kamu asli anak sini?" Tanya Aluna lagi.

"Tidak, aku berasal dari kota A" Jawab pria itu.

"Oooh lagi - lagi kita punya kesamaan. Aku juga bukan asli anak sini. Aku berasal dari kota B. Kamu tinggal dimana?" Tanya Aluna.

"Kenapa? Kamu mau antar aku pulang nanti?" Tanya pria itu.

"Hahaha.. Bisa juga ya kamu bercanda aku kira kamu itu dingin orangnya" Ujar Aluna.

"Mana mungkin aku antar kamu, mau naik apa? Aku aja ke kampus naik angkutan kota. Lagian mana mungkin ada cewek yang antar cowok pulang" Sambung Aluna.

"Ya siapa tau" Balas pria itu.

"Emangnya kamu tinggal di daerah mana Pred?" Tanya Aluna serius.

"Aku tinggal di daerah Timur" Jawab pria itu.

"Waaaah ini udah kali ke empat lho kita samaan. Aku juga tinggal di daerah Timur tapi aku tinggal di Gang C. Kamu dimananya?" Tanya Aluna.

"Aku di Gang A" Jawab Pria itu.

"Duluan kamu ya" Sambut Aluna.

"Benar kan nanti kamu antar aku pulang. Kan aku duluan yang turun dari pada kamu" Ujar pria itu.

"Iya juga, tapi kita bayar ongkos masing - masing ya" Ucap Aluna.

Pria itu tersenyum tipis.

"Pelit" Ejeknya.

"Aku bukan orang kaya Predi, aku hanya anak kampung yang hidup pas - pasan. Aku disini tinggal di rumah saudara jadi aku harus pinter berhemat agar bisa tinggal di kota besar seperti ini" Ungkap Aluna.

"Iya.. Iya.. Nanti kita bayar masing - masing" Sahut Pria itu.

Acara kembali dimulai. Aluna dan teman barunya kembali duduk dengan serius mengikuti acara yang berlangsung. Hingga sore hari sebelum pulang mereka disuruh berkumpul di depan aula oleh Kakak senior.

Kali ini mereka berdiri berdasarkan fakultas dan jurusan masing - masing. Sebelum pulang terlebih dahulu mereka diabsen oleh kakak senior.

Aluna dan teman barunya berdiri berdekatan. Mereka kini terlihat lebih akrab karena merasa punya banyak kesamaan.

"Aluna Carlissa" Panggil senior mereka.

"Saya Kak" Jawab Aluna sambil mengangkat tangannya.

"Malik Abraham" Ucap senior mereka lagi.

"Saya Kak" Sahut pria yang ada disebelah Aluna.

Sontak Aluna mendelikkan matanya melirik ke arah pria yang ada di sampingnya. Tapi pria itu tetap santai tidak menanggapi lirikan maut Aluna.

Hingga akhirnya mereka selesai dan dipersilahkan untuk pulang. Aluna dan teman pria yang ada disampingnya bersiap - siap untuk pulang.

"Ternyata kamu bohong" Ucap Aluna kesal.

"Bohong apanya?" Tanya pria itu berpura - pura.

"Tadi katanya namanya Predator, tapi nyatanya Ma.. Malik apa tadi Abrakadabra" Ucap Aluna kesal.

"Sembarangan panggil nama orang. Namaku Malik Abraham" Sahut Malik.

"Nah itu ngaku, tadi kenapa ngakunya nama kamu Predator?" Tanya Aluna.

"Habis kami resek sih dari tadi banyak banget pertanyaannya. Makanya aku jawab asal" Jawab pria yang bernama asli Malik Abraham.

"Jadi aku harus panggil kamu apa?" Tanya Aluna.

"Terserah" Jawab Malik.

"Malik apa Predator?" Tanya Aluna bingung.

"Terserah kami, mau panggil aku Malik boleh, mau panggil aku Predator juga boleh. Asal jangan panggil aku dengan Abrakadabra" Jawab Malik.

"Aku punya ide lain. Gimana kalau aku panggil nama kamu Predator Abrakadabra hahaha" Ucap Aluna menang.

"Enak aja. Kalau kamu panggil aku dengan nama itu, aku gak mau temenan sama kamu lagi" Ujar Malik.

"Oke.. Oke.. Gitu aja ngambek, laki - laki kok sukanya ngambek. Iya deh aku panggil kamu Malik aja ya. Kan memang itu nama kamu" Tegas Aluna.

"Ya sudah begitu aja" Sahut Malik.

.

.

BERSAMBUNG

Kesalahpahaman

Aluna dan Malik berjalan sampai pintu kampus. Mereka sama - sama menunggu angkatan kota yang menuju arah rumah mereka.

"Kamu ngekos atau tinggal di rumah keluarga Lik?"tanya Aluna.

"Aku ngekos" Jawab Malik.

"Oh iya bagi nomor HP kamu donk? Siapa tau aku ada perlu sama kamu" Pinta Aluna.

"Aku gak punya hp" Bantah Malik.

"Zaman sekarang gak mungkin kamu gak punya HP. Aku gak percaya sama kamu, kamu suka bohong" Protes Aluna.

"Gigih banget ya jadi cewek" Ujar Malik.

"Iya donk, harus itu. Kata Mamaku kalau mau sukses itu harus gigih. Tidak ada orang malas yang bisa sukses. Orang beruntung akan kalah dengan orang yang gigih karena Tuhan itu tidak tidur, DIA pasti melihat mana manusia yang bekerja keras" Jawab Aluna.

"Bagus prinsip kamu" Puji Malik.

"Siapa dulu, Alunaaaa... Udah buruan mana nomor HP kamu, cepetan aku minta" Pinta Aluna.

Akhirnya Malik mengalah dan mereka bertukar nomor ponsel.

"Mulai besok kita akan mulai kuliah. Besok tunggu aku ya, kita sama - sama cari kelas nanti" Perintah Aluna.

"Baik tuan putri.. " Jawab Malik.

"Eh itu bus kita datang Lik, cepat buruan sebelum keduluan yang lain" Ujar Aluna sambil berteriak.

Malik mengambil ancang - ancang untuk menerobos ramainya mahasiswa yang ingin naik. Aluna ikut dan merapat di belakang Malik.

Saat Bus berhenti Malik secara otomatis menarik tangan Aluna untuk masuk ke atas bus duluan sebelum yang lain naik. Hampir saja genggaman tangan Malik lepas karena banyak yang berdesak - desakan ingin naik.

"Lain kali pakai celana saja, susah kalau naik bus seperti ini" Ujar Malik.

"Aku kan pengen terlihat cantik. Wanita itu harus feminim. Kalau terlihat anggun pasti akan cantik" Jawab Aluna.

"Tapi bahaya, kalau desak - desakan begini terus kamu jatuh gimana?" Tanya Malik.

"Ya aku harus hati - hati. Bukan rok yang menentukan aku jatuh atau tidak. Pakai celana juga kalau aku gak hati - hati bisa jatuh juga" Jawab Aluna membela diri.

"Iih.. bandel sih.. " Umpat Malik.

"Udah tenang saja, aku akan bertindak hati - hati dan kamu tidak akan repot bantuin aku" Ujar Aluna sambil menepuk bahu Malik.

Akhirnya Bus sampai di depan Gang kosan Malik.

"Aku turun duluan ya Al" Ucap Malik.

"Okey, sampai ketemu besok" Sahut Aluna.

"Hati - hati saat turun nanti" Pesan Malik.

"Oke terimakasih teman" Jawab Aluna sambil tersenyum manis.

Malik turun dari bus dan berjalan masuk ke gang kosannya. Tak lama kemudian Aluna bersiap hendak turun karena gang rumah tempat dia tinggal sudah dekat. Dengan langkah yang sigap Aluna berhasil turun dari Bus dengan selamat.

Alhamdulillah...Kata keluargaku tinggal di kota besar seperti ini memang harus cekatan gak boleh lemah dan manja. Aku pasti bisa menaklukkan kota ini. Lama kelamaan aku akan terbiasa tinggal di Kota besar ini. Lihat saja nanti, aku pasti akan jadi orang sukses. Ucap Aluna dengan sangat yakin di dalam hatinya.

Aluna sampai di rumah saudaranya. Sebagai anak yang menumpang hidup Aluna harus tau diri. Dia tinggal di rumah ini gratis tidak dipungut bayaran. Mamanya meminta tolong kepada keluarga jauhnya ini agar mau menerima Aluna tinggal di rumah ini.

Tentu saja Mama Aluna berpesan tidak ada yang gratis di dunia ini. Oleh sebab itu Aluna harus sadar diri dan pintar membalas budi.

Pagi - pagi sekali setelah shalat subuh. Aluna segera keluar kamar untuk membantu - bantu di rumah. Walau di rumah ini memiliki asisten rumah tangga tapi Aluna tetap membantu pekerjaan rumah.

Apa saja akan dia lakukan. Pagi - pagi Aluna sudah memasak sarapan di rumah ini. Sedangkan asisten rumah tangganya membersihkan rumah.

Hal ini dilakukan Aluna tentu saja dengan sebuah alasan agar dia bisa membawa bekal makanan untuk dibawa ke kampus. Malkum Aluna berasal dari keluarga sederhana. Dia tidak mendapat kiriman yang banyak dari kampus. Hanya cukup untuk ongkos dan keperluan untuk kuliah lainnya.

Aluna harus pintar mengatur keuangannya. Kalau pemilik rumah berbaik hati, Aluna dikasih uang jajan. Tapi tentu saja tidak setiap hari. Uang itu disimpan Aluna dengan baik untuk tambah - tambahan keperluan kuliahnya.

Sore ini Aluna segera mandi ganti baju dan shalat ashar. Setelah itu Aluna segera pergi ke kampus untuk menyiapkan hidangan makan malam.

Sudah dua minggu Aluna tinggal di rumah ini. Semua penghuni rumah ini menyukai masakan Aluna. Oleh sebab itu mereka meminta agar Aluna saja yang memasak kalau Aluna ada di rumah.

Sejak saat itu pekerjaan Aluna bertambah. Setiap minggu dia akan pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan yang akan dia stok selama seminggu. Tidak pernah sekalipun Aluna mengeluh atas tugas yang dibebankan kepada dirinya.

Dengan penuh kesabaran dan keikhlasan Aluna menjalani dan mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan hati senang.

Sebelum adzan maghrib makan malam sudah selesai dimasak Aluna. Menjadi anak paling besar di keluarganya dengan kondisi Mamanya yang sering sakit - sakitan membuat Aluna sudah terbiasa memasak di rumah.

Oleh sebab itu mungkin itu yang menyebabkan Aluna ahli memasak dan masakannya jadi enak. Sehingga semua orang yang ada di rumah ini menyukai masakannya.

Malam harinya setelah makan malam Aluna mulai mempersiapkan perlengkapan dia kuliah. Setelah memastikan semua orang sudah makan di rumah ini Aluna bersama asisten rumah tangga di rumah ini membersihkan ruang makan dan mencuci piring. Setelah itu baru mereka istirahat di kamar masing - masing.

Esok harinya seperti biasanya Aluna bangun pagi dan langsung shalat subuh. Setelah itu Aluna bergegas ke dapur untuk memasak sarapan.

Pagi ini Aluna akan memasak nasi goreng. Setelah selesai menghidangkan sarapan. Aluna sarapan sendiri di dapur tak lupa dia juga menyiapkan bekal untuk dibawa ke kampus.

Saat sedang memasukkan makanan ke dalam wadah tiba - tiba Aluna ingat dengan Malik.

"Eh iya aku baru ingat Malik. Kasihan dia juga anak kos dari luar kota. Pasti nasib dia juga gak kalah susah dengan aku. Apalagi anak kos suka makan terbang. Lebih baik aku bawa bekal lebih banyak dari biasanya" Gumam Aluna.

Setelah selesai menyiapkan bekal Aluna kembali ke kamarnya, mandi dan bersiap - siap untuk pergi ke kampus.

"Luna kamu mau ke kampus?" Tanya pemilik rumah.

"Iya Om" Jawab Aluna.

"Bareng sama Mas Dimas saja" Sambut Pria yang sangat Aluna hormati di rumah ini.

"Ah gak apa Om aku berangkat naik angkutan saja, aku sudah terbiasa kok" Tolak Aluna halus.

"Gak apa Al, ketepatan hari ini aku akan lewat kampus kamu. Aku ada acara di suatu tempat yang searah dengan kampus kamu. Yuk sekalian bareng aku" Ajak Dimas anak pemilik rumah ini.

Aluna jadi tidak enak hati menolak kebaikan anak dari pemilik rumah ini. Mereka semua sudah sangat baik mau menerima Aluna tinggal di sini. Tak baik kalau menolak niat baik mereka.

"Oke deh Mas, aku ikut Mas aja" Jawab Aluna.

Aluna akhirnya naik ke dalam mobil Dimas dan mereka berangkat menuju ke arah kampus Aluna. Hingga akhirnya Dimas berhenti tepat di depan pintu kampus Aluna.

"Makasih ya Mas, maaf merepotkan" Ucap Aluna.

"Tidak apa Al, hati - hati ya dan yang bagus belajarnya" Pesan Dimas.

"Oke Mas" Sahut Aluna.

Aluna turun dari mobil Dimas. Tanpa dia sadari ada sepasang mata yang melihat dia turun dari mobil Dimas.

"Cih.. Ternyata dia bohong" Ucap orang tersebut.

.

.

BERSAMBUNG

Ternyata Kita Berbeda

Aluna berjalan sampai ke kampusnya. Dia kini sudah berada di Fakultas Ekonomi dan hari ini jadwal anak baru untuk mengisi mata kuliah yang akan mereka ambil di semester awal ini.

Aluna mencari - cari sosok Malik tapi dia tidak menemukan pria itu. Padahal kemarin mereka sudah janji untuk sama - sama mengerjakan semuanya bareng.

Aluna mengambil ponselnya dari tas dan mencari nomor Malik. Dia segera mengirim pesan kepada Malik.

Aluna

Malik kamu dimana?

Beberapa menit pesannya tak juga dibalas. Akhirnya Aluna mencoba menghubungi pria itu.

"Halo.. Malik kamu dimana?" Tanya Aluna.

"Aku pulang kampung" Jawab Malik ketus.

"Haaa, kamu pulang kampung? Ngapaian?" Tanya Aluna terkejut.

"Aku gak sudi berteman dengan orang yang suka berbohong" Ujar Malik kesal.

"Siapa? Aku?" Tanya Aluna.

"Ya siapa lagi?" Jawab Malik.

"Aku bohong apa sama kamu?" Tanya Aluna bingung.

"Kamu pura - pura susah kan? Padahal tadi aku lihat kamu pergi diantar sama supir" Malik balik bertanya.

Aluna langsung teringat kalau pagi ini dia diantar Mas Dimas sampai di depan kampus.

"Oh tadi kamu lihat aku di depan ya? Hahaha.. Kamu salah Lik, itu bukan supir aku, kaya banget aku punya supir seorang dokter. Yang antar aku tadi Mas Dimas anak dari pemilik rumah tempat aku tinggal. Dia itu seorang dokter ketepatan ada acara yang searah dengan kampus makanya dia ajak aku pergi bareng" Jawab Aluna jujur.

"Kamu gak bohong? aku tidak suka orang yang suka bohong" Ujar Malik.

"Bukannya kebalik, yang bohong duluan kan kamu. Kemarin siapa yang bohong tentang nama aslinya?" Tanya Aluna.

"Aku kemarin cuma bercanda dan kali ini aku serius" Jawab Malik.

"Aku juga serius dan aku gak bohong. Kalau kamu gak percaya ya sudah, mau gimana lagi aku jelaskan pada kamu. Gak mungkin kan aku suruh Mas Dimas balik ke sini dan jelasin ke kamu. Aku ini tau diri Lik, hanya orang yang menumpang hidup di rumah mereka" Ungkap Aluna.

"Ya udah kalau begitu. Tunggu aku di depan ruang administrasi, aku akan ke sana temui kamu. Baru kita sama - sama ajukan mata kuliah yang akan kita ambil" Jawab Malik.

Telepon terputus, tak lama kemudian Aluna melihat Malik berjalan menuju ke tempat dia menunggu. Mereka sama - sama menyusun mata kuliah yang akan mereka ambil di semester satu ini. Tentu saja mereka mengambil mata kuliah yang sama agar mereka bisa bareng kuliahnya.

Setelah selesai mengurus semuanya Aluna pamit ke Malik.

"Lik aku ke mushola dulu ya" Ujar Aluna.

"Ngapain kamu ke sana?" Tanya Malik heran.

"Ya shalat" Jawab Alun.

"Kamu muslim?" Tanya Malik.

"Iya" Jawab Aluna.

"Aku kira bukan lho, habis kamu gak pakai jilbab sih. Kebanyakan cewek - cewek sekarang kan pakai jilbab" Ujar Malik.

"Kamu ngejek aku ya? Keluargaku juga kebanyakan mereka pakai jilbab. Mungkin aku belum dapat hidayah ke sana. Tapi yang penting saat ini aku perbaiki shalat dulu nanti pelan - pelan baru tutup aurat" Sahut Aluna.

"Kamu gak ikut ke mushola?" Tanya Aluna balik.

"Ngapain?" Sambut Malik.

"Ya shalat juga" Jawab Aluna.

"Maaf Al, aku bukan muslim" Tolak Malik.

"Oh maaf - maaf, aku kira kamu muslim juga. Ya sudah kalau begitu aku sendiri aja yang shalat ya. Kamu tunggu sebentar" Ujar Aluna.

Aluna bergegas menuju mushola dan shalat dzuhur. Walau secara tampilan dia belum bisa jadi muslimah seutuhnya tapi Aluna tidak pernah meninggalkan shalatnya.

Aluna tau kalau jilbab itu wajib tapi dia masih belum siap menjalankannya. Orang tua Aluna juga tidak pernah memaksa Aluna biarlah kesadaran itu datang sendiri dari hati Aluna.

Setelah selesai shalat Aluna kembali ke tempat semula dimana Malik masih setiap menunggunya.

"Lama ya?" Tanya Aluna.

"Nggak" Jawab Malik.

"Makan yuk aku bawa bekal hari ini" ajak Aluna.

"Ya sudah kita ke warung" sambut Malik.

"Jangan aku bawa dua bekal, untuk aku satu untuk kamu satu" ungkap Aluna.

"Ya gak apa, kamu sudah bawain aku bekal aku traktir kamu minum, impas kan?" tanya Malik.

Aluna tersenyum manis.

"Oke kalau begitu" sambut Aluna.

Aluna dan Malik berjalan menuju warung pinggir jalan dekat kampus mereka. Mereka hanya memesan dua gelas minuman ala anak kuliah sederhana.

Kemudian mereka mulai makan bersama.

"Gimana, enak gak makanannya?" tanya Aluna.

"Enak, kamu yang masak?" tebak Malik.

Aluna tersenyum manis menatap Malik.

"Iya, aku mau belajar jadi seorang wanita tulen. Biar nanti kalau menikah suamiku senang punya istri pintar masak" jawab Aluna.

"Emangnya kamu mau cepat nikah?" tanya Malik penasaran.

"Nggak sih, aku mau tamat kuliah dulu terus cari kerja bantuin orang tua baru setelah itu aku nikah" jawab Aluna.

"Kalau begitu impian kamu itu kejauhan. Masih lama juga udah dipikirkan sekarang" bantah Malik.

"Ya kan gak apa - apa belajar mulai sekarang biar nanti kalau sudah dijalani gak berat lagi" ujar Aluna.

"Emangnya kamu sempat masak?" tanya Malik.

"Sempat, aku bangun pagi - pagi shalat bersihin rumah dan masak" jawab Aluna sambil makan dengan lahapnya.

"Tadi kamu diantar naik mobil ke kampus pasti rumah yang kamu tempati rumah orang kaya. Apa mereka gak punya asisten rumah tangga? Kamu bilang tadi saudara kamu itu dokter? Masak tega nyuruh kamu masak?" tanya Malik.

"Mereka gak pernah nyuruh aku melakukan semua itu. Tapi aku harus tau diri. Aku sudah tinggal di rumah mereka secara gratis jadi aku harus balas budi dengan cara ya membantu pekerjaan rumah. Kata mereka masakanku enak, makanya aku jadi selalu masak setiap hari di rumah. Lagian mereka gak melarang aku bawa bekal ke kampus. Itu kan sudah sangat membantu sekali" jawab Aluna.

Aluna berbicara dengan ceria dan tanpa beban. Dia bicara jujur dan polos tidak malu dan tidak mau menutupi keadaan hidupnya saat ini. Malik merasa salut kepada Aluna.

Jarang anak muda jaman sekarang yang punya pemikiran seperti Aluna. Biasanya remaja jaman sekarang malah lebih suka menunjukkan kehidupan yang mewah padahal kenyataannya tak seindah itu.

Malik perhatikan barang - barang yang dipakai Aluna juga barang - barang sederhana. Mulai dari pakaiannya, tasnya, sepatu dan jam tangannya tidak ada yang bermerk.

Malik merasa nyaman berteman dengan Aluna karena Malik juga bukan berasal dari keluarga yang mampu. Orang tuanya bersawah di kampung. Dia bisa kuliah karena dibantu oleh Kakak - kakaknya.

Malik adalah anak laki - laki satu - satunya di keluarganya. Oleh sebab itu Bapak Malik berpesan kepada Kakak - Kakak Malik agar mau membantu Malik sekolah sampai tamat sarjana.

Setelah selesai makan mereka pulang. Mereka berjalan menuju halte bus dan menunggu angkutan arah rumah mereka. Begitu bus datang Aluna dan Malik naik ke dalam bus.

Keduanya turun di depan gang rumah Aluna.

"Kenapa kamu malah mengantarku Lik?" tanya Aluna penasaran.

"Aku hanya ingin tau dimana kamu tinggal. Ya kalau sekalian antar kamu pulang kan gak apa - apa. Agar kamu sampai dengan selamat, lagian kosan aku gak jauh kok dari sini. Aku bisa berjalan pulang ke kos" jawab Malik.

"Baiklah, yuk aku tunjukin dimana aku tinggal" ajak Aluna.

Mereka berjalan tak jauh masuk ke dalam gang. Gang ini sebenarnya jalan alternatif untuk masuk dari pintu belakang rumah keluarga Aluna. Dari gang ini lebih cepat sampai dari pada melewati jalan depan.

"Nah ini rumah tempat aku tinggal" ucap Aluna.

"Sekarang aku sudah tau dimana kamu ringgy. Kalau begitu aku pulang ya Al" pamit Malik.

"Makasih Lik, hati - hati di jalan" sambut Aluna.

Malik berjalan menjauhi tempat tinggal Aluna dan seger kembali ke kosannya.

.

.

BERSAMBUNG

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!