Pagi hari Sean dan Alexa bangun bersamaan. Mereka saling menatap di balik selimut. Alexa bangkit dari tempat tidur dan turun dari tempat tidur, menjejakkan kakinya di lantai.
“Kau mau kemana.... temani aku, aku masih ingin bersama mu.”ucap Sean menarik Alexa kembali ke tempat tidur dan membuat gadis itu kembali berbaring.
Alexa tersenyum dan menyentuh pipi Sean lembut lalu memeluk lehernya.
“Mau sampai kapan kita berada di sini ?”ucap Alexa menatap mata biru Sean.
“Seharian aku bisa kalau kau mau.”jawab Sean balas tersenyum sambil memeluk Alexa erat.
Sean membelai rambut Alexa dengan lembut. Dia kembali mencium bibir Alexa.
“Argh.... !”Alexa merintih saat Sean kembali merapatkan tubuhnya sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka.
Alexa larut dalam buaian cinta Sean.
Dua jam kemudian Sean berpindah tidur di samping Alexa dan tetap memeluknya.
“kruuk...”suara perut Sean.
Alexa kembali tersenyum menatap lelaki itu. Dia pun kemudian menarik selimut dan segera memakai bajunya. Dia menarik Sean yang terlihat malas dan masih tetap ingin berada di kamarnya.
Sean berjalan keluar dari kamar mengikuti Alexa masuk ke dapur. Lelaki itu berdiri di belakang Alexa yang sedang memasak sambil memeluknya dari belakang dan menciumi pipinya.
“Tuan Sean Aldric... duduklah dulu, aku tak bisa masak.”ucap Alexa menyentuh dan memeluk leher Sean sebentar lalu mendorong tubuhnya.
Sean duduk dan memberikan waktu sebentar bagi gadis itu untuk memasak karena dirinya memang sudah tak bisa menahan laparnya.
“Lima belas menit... lebih dari itu aku akan menghukum mu.”ucap Sean tersenyum nakal.
“Coba saja kalau kau bisa menghukum ku.”balas Alexa balas tersenyum.
Gadis itu berbalik sambil membawa telur omelette dan spaghetti, menghidangkannya ke meja.
“Sepuluh menit lewat dua puluh detik.”ucap Alexa sambil duduk dan mengambil garpu.
Mereka berdua kemudian makan bersama. Dua jam kemudian Alexa terlihat sudah rapi dan cantik sehabis mandi.
Sean yang duduk di tempat tidur, kembali menarik Alexa ke tempat tidur, namun Alexa menolaknya.
“Sekarang bukan saat yang tepat tuan Sean Aldric. Aku mau ke resort tempatku bekerja. Kau mau ikut dengan ku ?”ucap Alexa balas menarik tangan Sean dan membuatnya berdiri.
Kali ini Alexa yang bersikap diktator pada Sean.
“Lima menit, ku rasa cukup untuk berganti baju.”ucap Alexa menarik kerah baju Sean dan menuntunnya menuju ke lemari.
Alexa mengambil baju untuk Sean dan menyerahkannya. Dia melepas kancing baju Sean dan membiarkan lelaki itu berganti baju sendiri.
Sean dan Alexa kemudian keluar rumah dan berhenti di depan motor sport Alexa.
“Kau meminta ku naik ini ?”ucap Sean menyentuh motor Alexa.
Alexa mengangguk sambil tersenyum kecil dan melempar kunci motor yang dipegangnya ke arah Sean.
“Atau kau mau aku yang menyetir nya ?”ucap Alexa menghampiri Sean dan memegang tangan lelaki itu memegang kunci di tangannya.
“Kau kira aku tak bisa mengendarai motor sport ? Ayo kita berangkat sekarang.”jawab Sean menarik kembali kunci yang sudah direbut oleh Alexa.
Sean naik ke motor dan menyalakannya, tanpa di minta Alexa segera duduk di belakangnya.
“broom.... !”motor meluncur di jalanan dengan kecepatan tinggi meskipun Sean tak tahu arah jalannya.
“Kau tunjukkan arahnya pada ku sebelum kita tersesat.”ucap Sean sambil menoleh ke samping sebentar.
Alexa kemudian menunjukkan jalan menuju ke area resort. Dia terus memandu dan menunjukkan jalan pada Sean hingga mereka tiba di lokasi.
“Tidak buruk... !”ucap Alexa saat mereka berada di tempat parkir area resort.
Alexa segera turun dari motor dan Sean berjalan mengikuti gadis itu.
“Alexa tunggu... !”ucap Sean mempercepat jalannya dan meraih tangan Alexa.
Mereka berdua kemudian berjalan bergandengan tangan masuk ke area resort.
Alexa bertemu dengan beberapa temannya guide yang sedang bekerja.
“Alexa... kapan kau kembali ?”ucap seorang lelaki berlari menghampiri gadis itu setelah melihatnya dari kejauhan.
“Adrian... aku baru kembali semalam.”jawab Alexa sambil tersenyum kecil menetap temannya dan masih menggenggam tangan Sean.
Adrian lelaki di samping Alexa dan dia seperti pernah melihatnya.
“Alexa.... bukankan dia dulu salah satu turis yang kau pandu ? Jangan bilang kalian...”ucap Adrian terkejut menatap Sean yang semakin mempererat genggaman tangannya.
Sean yang tak mengerti percakapan bahasa antara Alexa dan Adrian menatap tajam pada Adrian.
“Excuse moi... elle est ma copain. Reste loin de lui.”ucap Sean terlihat marah.
Alexa yang tahu jika Sean cemburu dan mungkin saja salah paham segera menjelaskannya.
“Chérie... il juste mon amie. Ne vous pas jaloux de lui.”ucap Alexa menjelaskan pada Sean dan meredam kemarahannya.
Gadis itu kemudian kembali menatap Adrian lalu menjelaskan padanya jika Sean cemburu padanya dan berpamitan melanjutkan perjalanan sebelum masalah bertambah semakin panjang.
Alexa dan Sean kembali berjalan, dan di setiap jalan mereka bertemu dengan teman Alexa dan bercakap sebentar. Sean hanya diam saja dan mencoba sabar karena tak mengerti apa percakapan mereka.
Setelah beberapa saat kemudian akhirnya mereka berdua tiba di sebuah lokasi yang sepi dan jauh dari area turis.
Alexa mengajak Sean duduk di bawah pohon kelapa sebentar sambil menikmati pemandangan di depan mereka.
Di lain tempat, di Paris terlihat Austin yang berada di rumahnya. Dia ternyata kesel karena gagal menemui putrinya di sana.
“Aku tidak tahu apa gadis itu akan kembali ke mari atau tidak, tapi menurutku tak mungkin kembali ke sini tanpa alasan.”gumam Austin duduk di ruangan kerjanya menatap jauh ke arah luar.
Lelaki itu kemudian diam dan berpikir. Jika dia terus menunggunya tak mungkin gadis itu akan datang menemuinya.
“Jadi.... apa sebaiknya aku menemui nya di sana ?”gumam lelaki itu lagi setelah berpikir dan tak sabar ingin segera bertemu dengan Alexa.
Austin tak pernah berpikir lama. Dia pun kemudian memanggil anak buahnya dan memberi perintah.
“Baik tuan Austin perintah akan segera kami laksanakan.”ucap sekarang lagi yang merupakan anak buah Austin.
Lelaki tadi segera keluar dari ruangan kemudian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sebuah nomor.
“Tolong pesankan tiket pesawat dengan rute Paris-Jakarta nanti sore untuk tuan Austin Bertrand.”ucap lelaki tadi di microphone memesan tiket setelah panggilan tersambung.
Setelah selesai memesan barang kita di segera memutuskan sambungan teleponnya.
Sementara Austin terlihat kembali memanggil pelayan rumah dan memintanya untuk menyiapkan koper berisi baju ganti dan keperluan lainnya yang akan dia bawa nanti.
Lelaki itu kemudian berdiri dan menuju ke brankas besinya.
“klik....”dia menekan kode sandi brankas.
Saat brankas terbuka terlihat beberapa dokumen penting di sana. Austin mengambil satu berkas dokumen dari rumah sakit beberapa waktu yang lalu dan membawanya keluar dari ruangannya.
BERSAMBUNG....
Sore hari di area resort, terlihat Sean dan Alexa menikmati pemandangan sunset. Mereka berdua duduk bersama di depan pantai.
“Aku teringat malam terakhir di Menara Eiffel.”ucap Alexa menoleh ke samping kanan dan menatap Sean.
Sean menggeser Alexa duduk di depannya dan memeluknya dari belakang.
“Aku lebih suka pemandangan di sini daripada di tempatku.”balas Sean masih memeluk Alexa dan mencium lehernya.
Senja pun berakhir, Alexa dan Sean memutuskan untuk pulang. Sean kembali mengendarai motor dengan Alexa yang memandu jalannya.
Di rumah, mereka berdua bercanda setelah makan malam bersama.
Alexa menatap Sean yang sedang makan dan duduk di depannya dalam-dalam.
“Hey... kenapa kau menatap ku seperti itu ?”tanya Sean menatap kesedihan yang terlihat di mata Alexa.
Alexa merasa kebersamaannya dengan Sean akan berlangsung lama karena dia berpikir sebentar lagi mereka akan berpisah sedangkan bagi dirinya tak mungkin mengikuti lelaki itu ke Paris lagi.
“Tidak ada... aku hanya berpikir apa kita akan bisa terus selamanya bersama seperti ini ?”ucap Alexa tersenyum sedih.
Sean seketika menaruh piringnya. Dia bisa melihat kekhawatiran dengan jelas di wajah kekasihnya itu. Dia berdiri dan menghampiri Alexa
“Sayang... apa yang kau ucapkan ? Kita akan terus bersama. Kau akan tinggal denganku setelah kita menikah nanti.”balas Sean menarik Alexa berdiri dan kembali memeluknya.
“Cepat sekali kau sudah mau mengajakku menikah.”balas Alexa tersenyum dan berbalik sambil menyentuh bibir lelaki itu.
“Untuk apa menunggu waktu lebih lama lagi ? Kurasa menikah sekarang atau nanti akan sama saja. Tapi jika bisa lebih cepat maka itu lebih baik.”balas Sean menyentuh bibir Alexa.
Sean mencium bibir merah Alexa. Dan tak lama kemudian dia menggendong gadis itu dan membawanya masuk ke kamar.
“Alexa... je t'aime beaucoup...”ucap Sean saat berada di atas tubuh Alexa dan kembali mencium bibirnya.
“Aaah... tu es si puissant.”balas Alexa menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka dan memeluk pinggang Sean dengan erat.
Dua jam setelahnya terlihat Alexa sudah tertidur pulas, namun tidak dengan Sean yang masih terjaga. Dia membangunkan Alexa dan kembali menyentuhnya.
“Sean... aku lelah...”bisik Alexa lirih di telinga lelaki itu.
Sean tidak menghiraukan ucapan Alexa dan dia membekap bibir gadis itu dengan ciumannya yang membuat Alexa ahkirnya pasrah saja padanya.
Di lain tempat terlihat Austin yang sudah selesai bersiap, duduk di ruang tamu. Datang satu orangnya menghadap dan memberitahu jika kendaraannya sudah siap.
“Tuan mobil sudah menunggu di depan.”ucap anak buah Austin memberitahukan.
Tanpa bicara Austin berdiri dan menepukkan tangannya. beberapa orang pelayan datang dan langsung membawa koper dan barang lainnya menuju ke mobil yang ada di depan rumah.
“klik...”Austin masuk ke mobil dan pintu tertutup secara otomatis.
Mobil meluncur menuju ke airport. Austin langsung turun begitu mereka sampai di bandara. Tiga anak buahnya segera mengawal lelaki itu masuk ke airport dan satu orang lainnya membawakan barangnya.
Salah satu anak buah Austin mengeluarkan sebuah alat pendeteksi.
“tit... tiit...”anak buah Austin segera mendeteksi keadaan sekitar.
“Kondisi aman tuan.”ucap seorang lelaki setelah mendeteksi keadaan sekitar.
“Baiklah setelah aku naik pesawat kalian berdua boleh pergi.”jawab Austin singkat.
Lelaki itu sengaja datang mepet supaya dia tak lama menunggu di sana. Sean masuk ke pesawat bersama satu bodyguardnya. Di anak tanggal terakhir dia berbalik dan menatap anak buahnya.
“Kalian berdua pergilah.”ucap Austin.
“Siap tuan !”jawab dua anak buah Sean kemudian berbalik.
Austin kemudian masuk bersama Paul, bodyguardnya. Namun mereka berdua duduk terpisah. Austin duduk di depan sedangkan Paul duduk di deretan empat kursi di belakangnya untuk mengawasinya.
“whoosh....”lima menit setelah Austin duduk pesawat tinggal landas menuju ke Jakarta.
Austin menatap jendela di sebelahnya dan pikirannya menerawang.
“Sayang... aku tahu kau di sana melihatku. Aku akan menemui anak kita. Semoga dia bisa menerima kehadiran ku setelah semua yang kulakukan padanya.”gumam Austin lirih menatap sinar terang yang berkedip di luar jendela.
Satu jam setelahnya Austin memejamkan mata dan tertidur.
Delapan jam kemudian lelaki itu bangun dan mrlihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul 03.00 dini hari.
“Oh...sebentar lagi aku sampai.”batin Austin menegakkan duduknya.
Dua jam kemudian pesawat landing di bandara Soekarno-Hatta dan semua penumpang pesawat turun dari sana.
Austin berjalan keluar dari bandara dengan Paul yang mengawalnya.
“Tuan ke mana kita pergi ?”ucap Paul setelah mereka berada di luar bandara di jalanan raya.
Austin tak pernah melupakan alamat tempat tinggal ibunya Alexa dan itu sudah ada di luar kepala meskipun sudah berpuluhan tahun lamanya dia menjamah tempat itu.
“Panggil taksi dan aku akan berikan alamat tepatnya pada drivernya nanti.”ucap Austin memberi perintah.
Paul segera bergerak dan memanggil beberapa taksi yang lewat. Dia merasa menghentikan taksi setelah beberapa kali memanggilnya.
Austin segera masuk dan duduk di mobil bersama bodyguardnya. Di dalam dia memberitahukan alamat tempat tujuan pada driver taksi.
“Okay sir, I will take you there.”ucap driver taksi mengarahkan taksi ke jalanan menuju ke rumah Alexa.
Empat puluh menit kemudian taksi turun di depan rumah Alexa. Austin melangkahkan kakinya masuk ke area perumahan itu. Dia berjalan dengan santai sambil melihat ke sekitar.
“Dua puluh tahun lebih aku tak pernah menjamahkan kaki ku ke sini dan semuanya sudah berubah. Semoga saja aku masih bisa mengenali tempat tinggal mu.”gumam Austin terus berjalan dan melihat banyak perubahan di sana.
Setelah sepuluh menit berjalan dia pun akhirnya berhenti di depan sebuah rumah sederhana.
“Tuan apakah di sini rumah nona Alexa ?”ucap Paul bertanya.
Austin hanya mengangguk dan tanpa diminta Paul segera berjalan maju dan mengetuk pintu.
“tok... tok...”
Alexa dari kamar membuka mata saat mendengar suara seseorang mengetuk pintu rumahnya. Dia pun segera duduk dan mengenakan pakaiannya.
Sean ikut terbangun dan kembali menarik gadis itu berbaring di sisinya.
“Ada yang mengetuk pintu di luar. Aku tidak tahu siapa yang bertamu sepagi ini.”ucap Alexa melepas tangan Sean dan berdiri.
“Ayo pemalas... bangun.”ucap Alexa sambil tersenyum kecil menarik Sean turun dari tempat tidur.
“Aku sebenarnya masih ingin tidur. Tapi tak apalah bangun pagi, kita bisa sekalian jogging.”balas Sean dengan malas sambil memakai bajunya.
Lima menit setelahnya Alexa dan Sean berjalan menuju ke pintu.
“klik....”Alexa membuka pintu dan dia terkejut sekali saat melihat siapa yang berada di balik pintu.
“Tuan Austin Bertrand ?”ucap Sean yang juga ikut terkejut saat melihat Austin yang bertamu ke sana.
Dengan cepat dia bergeser berdiri di depan Alexa untuk melindungi gadis itu dari serangan yang mungkin saja akan dilakukan oleh Austin.
Alexa tidak tahu kenapa lelaki itu datang ke rumahnya dan mencarinya. Dia bersembunyi di balik tubuh Sean dan memegang bahu kekasihnya itu.
BERSAMBUNG....
Sean menatap Austin dan dia tak tahan untuk tidak marah padanya salah apa yang dia lakukan selama ini pada Alexa.
Sean maju dan mengayunkan tangannya bermaksud akan memukul Austin, namun Paul menghalanginya.
“Tuan Sean... tolong tahan amarahmu. Tuan Austin kemari bukan untuk berseteru melainkan untuk menyampaikan sesuatu.”ucap Paul menahan pukulan Sean.
Sean menahan pukulannya setelah mendengarkan penjelasan dari body guard itu.
Austin kemudian maju dengan membawa amplop coklat dan menyerahkannya pada Alexa.
“Alexa berikan itu pada ku. Bisa saja itu adalah bom.”ucap Sean mengambil amplop tadi dari tangan Alexa. Dia kemudian mengaktifkan alat pelacak bom di jam tangannya untuk mendeteksi.
“tiit...”lampu di jam tangannya tak mendeteksi adanya bom di sana dan barulah dia menyerahkan amplop itu pada Alexa.
Alexa membuka amplop coklat itu dan mengeluarkan isinya. Dia terkejut sekali setelah membacanya.
“Apa... ?! Tidak mungkin aku adalah putri mu.”ucap Alexa tidak percaya dengan hasil tes paternitas di tangannya.
“Aku kesini untuk menjemput mu, putri ku.”ucap Austin berjalan maju menghampiri Alexa.
Sean kembali bergerak dan menghalangi Austin mendekati Alexa.
“Tunggu.... ! Bisa saja itu informasi palsu.”ucap Sean menatap tajam pada Austin.
Sean teringat Jika beberapa waktu yang lalu dia juga melakukan tes paternitas Alexa dengan Austin, dia pun segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi orangnya.
“George... kau cari amplop coklat di meja kamar ku dari rumah sakit tentang paternity test beberapa waktu yang lalu. Bacakan hasilnya padaku. Aku tunggu dalam waktu lima menit.”ucap Sean setelah telepon tersambung.
Lima menit kemudian ponsel Sean berdering dan dia menerima pesannya.
“Alexa dari hasil test yang ku lakukan kau memang putrinya lelaki ini.”ucap Sean menjelaskan pada Alexa sambil mematikan ponselnya, menunjuk Austin. Dia pun minggir dan memberikan jalan untuk Austin.
“Kau memang luar biasa tuan Sean Aldric.”ucap Austin menatap Sean dan maju menghampiri Alexa.
“Aku tahu kau masih benci padaku setelah apa yang kau lakukan padamu selama ini. Maaf aku terlambat mengetahuinya. Sekarang ikutlah dengan ayah mu ini pulang.”ucap Austin menjelaskan maksud kedatangannya menemui Alexa. Dia juga menceritakan hubungannya dengan ibunya dulu yang menghilang dan menjauhinya.
Alexa yang selama ini menyalahkan Austin kenapa lelaki itu menelantarkan Ibunya dan dirinya sekarang mengetahui alasannya. Namun meskipun begitu tetap saja dia masih tak bisa memaafkan apa yang dilakukan oleh Austin padanya.
Austin mengulurkan tangannya pada Alexa namun gadis itu menampiknya.
“Aku sudah terbiasa sejak kecil hidup tanpa seorang ayah. Bagiku ada atau tidak ada seorang ayah, semua itu sama bagiku.”jawab Alexa dengan ketus.
Austin kembali menjelaskan jika dirinya memang benar-benar menyesal telah melakukan apa yang sebelumnya ia lakukan pada Alexa namun gadis itu masih menutup hatinya.
“Baiklah jika kau tak bisa menerima aku atau mengakuiku sebagai ayah... aku pergi saja.”ucap Austin terlihat kecewa. Dia pun berbaring dan berjalan meninggalkan rumah Alexa.
Alexa masih melihat Austin yang berjalan dengan pelan. Selama ini dia selalu merindukan sosok ayahnya dan ingin sekali melihat atau bertemu dengannya walaupun hanya sekali. Dia berpikir ulang dan memikirkannya baik-baik.
“Tunggu.... ayah !”teriak Alexa memanggil dan mengejar Austin.
Austin berhenti dan berbalik, Alexa berhenti di depannya dan segera memeluknya.
“Ayah... aku sudah lama mencarimu. Dan aku juga sudah memaafkan kesalahan mu.”ucap Alexa kemudian melepas pelukannya.
“Putri ku.... aku senang kau bisa menerima ku.”balas Austin senyum yang mengembang.
Beberapa saat setelahnya Alexa kemudian mengajak Austin masuk ke rumah dengan Sean ya ikut berjalan masuk mengikuti mereka dari belakang.
Mereka duduk bertiga dan mengobrol. Alexa kemudian berdiri dan meninggalkan dua orang lelaki itu lalu masuk ke dapur.
Tinggal Sean dan Austin saja yang berada di ruangan saat ini. Suasana canggung karena sebelumnya mereka bersi tegang.
“Apa kau benar-benar mencintai putriku ? Ku harap kau tak akan melukainya. Jika sampai kau menyakitinya maka kau akan berurusan denganku.”ucap Austin bertanya sekaligus mengancam.
Sean yang duduk agak jaud dari Austin menggeser duduknya lebih mendekat dengannya.
“Tuan Austin kau bisa lihat sendiri bagaimana hubungan ku dengan putri mu. Satu lagi karena Alexa sudah menemukan ayahnya, maka aku harap kau mau menjadi wali dan saksi pernikahan kami nantinya.”jawab Sean menyampaikan keinginannya dan sekaligus itu surprise untuk Alexa.
“Baiklah... kapan kau akan melangsungkan pernikahannya ?” ucap Austin dengan serius.
Sean menjelaskan pada Austin kapan dia akan melangsungkan pernikahannya dengan Alexa.
Satu minggu kemudian berlangsung acara pernikahan yang di laksanakan di pantai dengan tema outdoor yang di hadiri oleh teman Alexa juga termasuk Rey.
“Selamat... kalian berdua mulai sekarang telah resmi menjadi suami istri.”ucap penghulu.
Sean memakaikan cincin di jari Alexa kemudian mencium keningnya.
Satu per satu teman dan tamu yang ada di sana memberikan ucapan selamat pada Alexa.
“Alexa selamat atas pernikahan mu.”ucap Rey dengan wajah sedih memberikan ucapan selamat, kemudian setelah pergi dari sana karena tak tahan melihat gadis yang dicintainya menikah dengan lelaki lain.
Malam hari di rumah Alexa terlihat Sean menggendong Alexa masuk ke kamar.
Austin yang juga masih berada di rumah itu ingin memberikan privasi bagi mereka berdua.
“Alexa... kurasa ayah sebaiknya kembali dulu. Kau kembali saja dengan Sean nanti.”ucap Austin berpamitan.
“Ya ayah...”jawab Alexa dan Sean bersamaan sambil tersenyum lebar menatapnya.
Alexa dan Sean kemudian masuk kamar setelah Austin dan pergi dari rumah. Mereka berdua menghabiskan malam yang terasa panjang.
Beberapa hari setelahnya Sean dan Alexa berbulan madu, menginap di sebuah hotel. Hari-hari mereka penuh warna dan tawa.
Satu bulan setelah nya terlihat Alexa dan Sean berada di rumah. Sean menemani Alexa yang masak sarapan pagi untuknya. Dia berdiri di belakang Alexa dan memeluknya.
“Sayang... aku ingin kembali sebentar ke rumah untuk mendaftarkan akta pernikahan kita di sana. Selain itu kedua orang tuaku ada di rumah, aku ingin memberitahu mereka sekaligus meminta restu dari mereka.” ucap Sean sambil mencium leher Alexa.
“Sean... aku ingin kau menemaniku.”jawab Alexa menoleh ke samping dan mengecup bibir Sean.
“Aku tak akan lama, mungkin satu minggu aku akan kembali ke sini menjemput mu.”balas Sean mempererat pelukannya.
Keesokan paginya Sean berpamitan pada Alexa saat sudah di bandara.
“Cepatlah kembali.”ucap Alexa entah kenapa dia mempunyai firasat buruk dan memeluknya erat.
Sean kembali mencium bibir Alexa sebelum masuk ke pesawat.
Malam hari di Paris, Sean keluar dari bandara. Sebuah mobil menjemputnya dan membawanya pulang menuju ke rumah.
Di tengah jalan terjadi kecelakaan beruntun yang mengakibatkan beberapa kendaraan yang melaju di jalanan saat itu saling bertumbukan.
“dash.... !” sebuah caravan yang membawa kaca menghantam mobil Sean dari arah belakang mobil Sean melintas sebuah truk.
Mobil milik Sean berhasil menghindari truk namun tetap tersapu oleh karavan yang membawa kaca.
BERSAMBUNG....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!